FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 I. PENGERTIAN DIABETES MELITUS Diabetes melitus, berasal Bahasa Yunani yaitu diabaínein yang artinya tembus atau pancuran air, dan Bahasa latin mellitus, yang artinya rasa manis yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing manis. Menurut WHO, diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh kekurangan produksi insulin yang didapat dalam produksi insulin oleh pankreas, atau oleh ketidakefektifan insulin yang dihasilkan. Kekurangan tersebut menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah, yang pada gilirannya merusak banyak sistem tubuh, khususnya pembuluh darah dan saraf. Data yang baru-baru ini dikompilasi menunjukkan bahwa sekitar 150 juta orang menderita diabetes mellitus di seluruh dunia, dan jumlah ini mungkin dua kali lipat pada tahun 2025. Sebagian besar kenaikan ini akan terjadi di negara- negara berkembang dan akan disebabkan oleh pertumbuhan populasi, penuaan, diet tidak sehat, obesitas dan gaya hidup tak berpindah-pindah.
II. KLASIFIKASI DIABETES
Terdapat 4 tipe diabetes: 1. Diabetes tipe I (penghancuran sel β, biasanya menyebabkan kekurangan insulin absolut) Diabetes yang dimediasi oleh kekebalan tubuh. Bentuk diabetes ini, yang hanya mencatat 5-10% dari mereka yang menderita diabetes. Diabetes tipe ini berkembang paling sering pada anak-anak dan remaja, namun semakin banyak dicatat di kemudian hari. Diabetes ini, berasal dari penghancuran autoimun yang dimediasi oleh sel β-pankreas. 2. Diabetes tipe II, Diabetes tipe ini diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali disertai dengan sindrom resistensi insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pancreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai noninsulin dependent diabetes mellitus (NIDDM). Diabetes mellitus tipe II biasanya timbul pada orang yang berusia lebih dari 30 tahun, dan dahulu disebut sebagai diabetes awitan dewasa. 3. Diabetes gestasional Diabetes ini terjadi pada wanita selama masa kehamilan. Peningkatan hormon di dalam tubuh seperti progesteron, esterogen, dan laktogen plasenta membuat insulin tidak bisa bekerja dengan baik sehingga gula dalam darah akan meningkat. 4. Diabetes Tipe Lain.
III. DIAGNOSA DIABETES
Takaran gula darah yang normal adalah; * 80-100mg/dL sebelum makan * 80-144mg/dL sesudah makan (pemeriksaan dilakukan 2 jam sesudah makan) Takaran gula darah penderita yang mengalami gangguan toleransi glukosa adalah: * 108-126 mg/dL sebelum makan * 142-198 mg/dL sesudah makan (pemeriksaan dilakukan 2 jam sesudah makan) Takaran gula darah penderita diabetes adalah; * > 126 mg/dL sebelum makan * > 198 mg/dL sesudah makan (pemeriksaan dilakukan 2 jam sesudah makan)
IV. GEJALA DIABETES
Gejala DM dibagi menjadi gejala utama (gejala klasik) dan gejala penyerta. Yang termasuk kedalam gejala klasik antara lain : 1. Poliuri : banyak berkemih. Terjadi karena banyaknya zat gula dalam darah yang mengganggu proses filtrasi ginjal 2. Polifagi : banyak makan. Pada penderita DM, karena kegagalan zat gula untuk masuk ke dalam sel dan menghasilkan energy menyebabkan penderitanya selalu merasa lapar walaupun sudah makan banyak 3. Polidipsi : banyak minum. Penderita DM akan selalu merasa haus karena banyak berkemih . Gejala kekurangan insulin : Polidipsia dan poliuria Nafsu makan berkurang Kadang timbul rasa mual jika glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : Banyak minum dan kencing BB turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu Mudah lelah Bila tidak diobati penderita akan merasa mual bahkan akan jatuh koma disebut koma diabetik akibat glukosa terlalu tinggi > 600 mg/dl. Dan setelah jangka panjang tanpa perawatan memadai, dapat memicu berbagai gejala kronis, seperti: Gangguan pada mata dengan potensi berakibat pada kebutaan. Gangguan pada ginjal hingga berakibat pada gagal ginjal. Gangguan pada kardiovaskula, disertai lesi membrane basalis yang dapat diketahui dengan pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron. Gangguan pada sistem saraf hingga disfungsi autonom, foot ulcer, amputasi, charcit joint, dan disfungsi seksual. Dan gejala lain seperti dehidrasi, ketoasidosis, ketonuria, dan hiperosmolar nonketotik yang dapat berakibat pada stupor dan koma. Kata diabetes mellitus itu sendiri mengacu pada simtoma yang disebut glikosuria, atau kencing manis, yang terjadi jika tidak segera mendapatkan perawatan.
V. PENATALAKSANAAN DIABETES MELLITUS
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes : 1. Diet 2. Latihan 3. Pemantauan 4. Terapi (jika diperlukan) 5. Pendidikan
VI. PIRAMIDA MAKANAN DIABETES
Adapun piramida makanan diabetes yang membagi makanan sehari-hari
menjadi 6 kelompok adalah sebagai berikut: 1. Biji-bijian dan Tepung (kelompok 1): Makanan yang terbuat dari biji-bijian dan tepung terdapat di dasar piramida makanan diabetes. Kelompok makanan biji-bijian dan tepung yang banyak mengandung karbohidrat seperti beras, gandum, gandum, jagung, kacang polong kentang, dan makanan lainnya yang biasa menggunakan biji-bijian masuk dalam kelompok ini. 2. Sayuran (kelompok 2): Kelompok makanan sayuran ini terletak tepat di atas dasar piramida makanan diabetes. Sayuran secara alami rendah dalam konten lemak, rendah kalori dan kaya vitamin, mineral, serat dan zat gizi mikro. 3. Buah-buahan (kelompok 3): Kelompok buah-buahan ini juga terletak tepat di atas dasar piramida makanan diabetes bersama dengan kelompok sayuran. Buah-buahan kaya akan vitamin, mineral, serat dan juga karbohidrat. 4. Susu (kelompok 4): Kelompok ini berada di atas lapisan kedua (sayuran dan buah) dari piramida makanan diabetes. Kelompok susu mengandung banyak protein dan kalsium serta vitamin banyak. Dari kategori susu pasien diabetes harus memilih produk susu dengan kadar lemak rendah. 5. Daging, Pengganti Daging dan Protein Lainnya (kelompok 5): Kelompok ini bersama kelompok susu dalam piramida makanan diabetes mengandung protein dalam jumlah yang sangat tinggi dan mengandung vitamin serta mineral sangat banyak. 6. Lemak, Minyak, Manis dan Alkohol (kelompok 6): Kelompok makanan ini terdapat di puncak piramida makanan diabetes, yang menandakan bahwa kelompok makanan hanya boleh dikonmsi sedikit oleh penderita diabetes dan sebaiknya dihindari.
VII. KOMPLIKASI DIABETES
7.1 Komplikasi Diabetes dengan Kolesterol Kolesterol adalah zat lilin yang ditemukan secara alami di dalam darah. Sebagian besar diproduksi di hati, tapi juga ditemukan pada makanan seperti daging merah, keju lemak tinggi, mentega dan telur, Kolesterol sangat penting untuk menjaga kesehatan dan hanya menjadi masalah bila kadar dalam darah anda terlalu tinggi. Kenaikan kolesterol adalah masalah umum dan merupakan faktor risiko dalam pengembangan penyakit jantung coroner.
7.1.1 Patofisiologi Komplikasi Diabetes dengan Kolesterol
Pada seseorang yang terkena penyakit diabetes khususnya diabetes tipe 2, dimana insulin tidak dapat dimanfaatkan secara sempurna. Hal ini mengakibatkan kadar HDL (kolestrol baik) menjadi menurun dan lemak berbahaya (trigliserida) dan low- density lipoprotein (LDL) akan meningkat. Secara normal 50% glukosa yang dimakan dibakar menjadi CO2 dan H2O, 5% diubah menjadi glikogen, dan sekitar 30 – 40% diubah menjadi lemak dalam depot lemak. Pada penderita diabetes melitus terjadi penurunan pengubahan glukosa menjadi asam lemak dalam depot karena defisiensi glukosa intrasel. Insulin menghambat lipase sensitif hormon (LSH) dalam jaringan adiposa, dan tanpa enzim ini kadar asam lemak bebas plasma lebih dari dua kali. Bagi penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol, terjadi peningkatan konsentrasi trigliserida, lipoprotein, kilomikron, dan asam lemak bebas didalam darah. Untuk mengatasinya, penderita DM sangat dianjurkan untuk melakukan diet yang ketat dalam mengkonsumsi makanan rendah lemak. 7.1.2 Diet Komplikasi Diabetes dengan Kolesterol Peneliti gizi asal Universitas Airlangga, Surabaya, Prof. Dr. Dr. H. Askandar Tjokroprawiro, menggolongkan diet diabetes komplikasi kolesterol menjadi 2 jenis, yaitu: diet tipe A dan B. o Diet tipe A: 40 – 50% karbohidrat, 30 – 35% lemak dan 20 – 25% protein o Diet tipe B: 68% karbohidrat, 20% lemak, dan 12% protein Diet tipe B lebih cocok untuk penderita diabetes dengan komplikasi kolesterol tinggi dibandingkan dengan diet tipe A. Diet B selain mengandung karbohidrat lumayan tinggi, juga kaya serat dan rendah kolesterol. Berdasarkan penelitian, diet tinggi karbohidrat kompleks dalam dosis terbagi, dapat memperbaiki kepekaan sel beta pankreas. 7.2 Komplikasi Diabetes dengan Retinopati Komplikasi diabetes pada mata pada diabetes tipe 1 dan 2 merupakan bentuk dari komplikasi diabetes retinopati atau retinopatia atau retinopathy, merupakan salah satu komplikasi jangka panjang yang spesifik dari penyakit diabetes melitus yang terjadi pada mata. Secara ringkas, retinopati adalah kerusakan pada retina yang sering terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus, terutama bagi mereka dengan kontrol diabetes yang buruk. Perubahan karena komplikasi diabetes mellitus retinopati terjadi secara bertahap dalam pembuluh darah di arteri dan vena yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah ke mata. Perubahan ini terjadi karena ada penumpukan di daerah-daerah kritis di belakang mata sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah ke mata. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kelebihan glukosa dalam aliran darah secara langsung dapat menyebabkan kerusakan, terutama dengan mempengaruhi lapisan pembuluh darah kecil yang membawa darah ke mata. Tingginya kadar fluktuasi gula darah dapat mempengaruhi bentuk dari lensa dan kemampuan mata untuk fokus. Pasien diabetes melitus dengan kadar gula tinggi, biasanya memiliki kesulitan ketika melihat sesuatu dalam beberapa jarak normal dan bahkan kadang-kadang menyebabkan kesulitan ketika sedang membaca atau kegiatan apapun yang memerlukan penglihatan jarak dekat.
Secara garis besar, retinopati diabetik dibagi menjadi dua jenis:
Retinopati diabetik non-proliferatif
Ini adalah stadium awal dari retinopati diabetik. Dikatakan non- proliferatif karena pada jenis ini, tidak terjadi pertumbuhan (proliferasi) pembuluh darah yang baru. Retinopati diabetik non-proliferatif ditandai dengan adanya tonjolan kecil (mikroaneurisma) yang muncul dari pembuluh darah. Mikroaneurisma ini akhirnya akan menyumbat pembuluh darah vena, sehingga pembuluh darah vena menjadi mengembung dan berbentuk tidak rata. Apabila sumbatan semakin banyak dan luas, maka sistem persarafan dan makula (bagian inti dari retina) juga akan membengkak. Pembengkakan makula atau yang disebut juga makula edema ini merupakan kondisi yang membutuhkan penanganan segera.
Retinopati diabetik proliferatif
Retinopati diabetik proliferatif merupakan kondisi parah yang membutuhkan penanganan segera. Pada kasus ini, sebagian besar pembuluh darah retina telah rusak, sehingga terbentuklah pembuluh-pembuluh darah baru yang tidak normal. Pembuluh darah baru ini memiliki dinding yang lemah sehingga akan mudah pecah, dan darah akan merembes masuk ke cairan bola mata atau yang disebut dengan viterus. Bila semakin banyak, tumpukan cairan dan darah ini akan meningkatkan tekanan bola mata dan merusak persarafan, sehingga menyebabkan suatu kondisi yang disebut dengan glaukoma. 7.2.1 Penatalaksanaan Penderita Diabetes komplikasi retinopati Prinsip utama dalam menangani retinopati diabetic adalah pencegahan dengan deteksi sedini mungkin sebelum terjadi gangguan penglihatan yang berat. Walaupun belum mengeluh dan tanpa melihat berapa lama pasien menderita diabetes, seorang pasien harus dirujuk ke dokter mata untuk menjalani pemeriksaan awal mata (skrinning). Apabila retinopati diabetic sudah teridentifikasi, dilakukan manajemen sedini mungkin bagi penderita dengan melakukan pemeriksaan mata secara berkala, minimal satu kali dalam setahun. Terapi utama pada retinopati diabetic adalah tindakan fotokoagulasi laser pada retina. Tindakan laser bertujuan menutup kebocoran pembuluh darah retina, mengurangi edema makula, dan mencegah timbulnya rangsang untuk pembentukan neovaskular. Secara umum, tindakan laser pada retina yang dibarengi dengan manajemen diabetes yang baik dapat mengurangi resiko buta hingga 90 persen. Bedahan vitrektomi yaitu tindakan bedah mikro yang bertujuan membersihkan perdarahan badan kaca, membebaskan retina dari segala tarikan akibat pertumbuhan neovaskular dan mengaplikasikan sinar laser sccara langsung dalam bola mata. Terapi lain yang baru berkembang dalam dekade terakhir adalah pemberian obat, scperti golongan kortikosteroid dan Ant1-VEGF (vascular endothelial growth factor), yang bertujuan mengurangi edema makula dan menghentikan pertumbuhan neovaskular. Penting untuk diketahui sering kali segala tindakan tersebut tidak dapat mengembalikan penglihatan yang sudah hilang. Kadang kala segala tindakan tersebut hanya dapat mencegah perburukan lebih lanjut. 7.2.2 Diet Pada Diabetes Retinopati Diet pada penderita diabetes dengan komplikasi retinopati pada umumnya sama dengan diet pada penderita diabetes secara umum. Berikut merupakan variasi menu yang dapat dikonsumsi bagi penderita diabetes dengan komplikasi retinopati: Dapat juga dilakukan pencegahan untuk menghindari resiko terkena retinopati yaitu dengan mengkonsumsi buah-buahan yang dapat meningkatkan kesehatan mata, seperti buah naga dan wortel.