Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1. Maksud
Memahami, merencanakan, serta melakukan proses pencapan discharge kain Kapas
dengan menggunakan Zat Warna bejana pada motif dan zat warna reaktif pada dasar.
1.2. Tujuan
Agar praktikan dapat memahami, merencanakan, serta melakukan proses pencapan
discharge kain Kapas dengan menggunakan Zat Warna bejana pada motif dan zat warna
reaktif pada dasar.
Untuk mengetahui pengaruh dari waktu steaming yang digunakan dalam proses
pencapan discharge kain Kapas dengan menggunakan Zat Warna bejana pada motif dan
zat warna reaktif pada dasar terhadap ketuaan warna dan kerataan motif serta ketahanan
luntur terhadap pencuciannya.
BAB II
TEORI DASAR
a. Sifat Fisika
- Serat kapas berwarna putih kekuning-kuningan.
- Kekuatan serat kapas cukup tinggi, kekuatan dalam keadaan basah lebih tinggi daripada
kekuatan dalam keadaan kering, sehingga sangat menguntungkan untuk proses
pencelupan, karena pada proses pencelupan akan ada tarikan-tarikan pada kain kapas
tersebut.
- Mulur serat kapas 4 – 13 %.
- Dalam keadaan standart, serat kapas mengandung 7 – 8,5 % air terhadap berat kering.
- Berat jenis serat kapas 1,5 – 1,56.
- Indeks bias sejajar sumbu serat 1,58 dan indeks bias melintang sumbu serat 1,53.
b. Sifat Kimia
- Serat kapas dapat teroksidasi membentuk oksiselulosa sehingga kekuatan serat akan
turun.
- Serat kapas akan terhidrolisa oleh asam membentuk hidroselulosa. Degradasi serat
kapas akan lebih cepat didalam asam kuat dan pekat.
- Serat kapas tahan akan alkali, alkali kuat dengan konsentrasi yang tinggi hanya akan
menggelembungkan serat. Oleh karena itu, alkali dipergunakan untuk proses
merserisasi.
- Dalam kondisi yang lembab dan temperatur yang hangat, jamur dan bakteri akan
menyerang serat kapas.
2.2 Pencapan
Pencapan adalah suatu proses pemberian warna pada kain secara tidak merata sesuai dengan
motif yang telah ditentukan dan hasilnya memiliki ketahanan luntur warna. Motif yang akan
diperoleh pada kain cap akan dibuat gambar pada kertas. Kemudian dari gambar ini masing-
masing warna dalam komponen gambar yang akan dijadikan motif dipisahkan dalam kertas
film. Dari kertas film inilah motif dipindahkan ke screen, dimana dalam screen ini bagian-
bagian yang tidak ada gambarnya akan tertutup oleh zat peka cahaya sedangkan untuk bagian-
bagian yang merupakan gambar akan berlubang dan dapat meneruskan pasta cap ke bahan yang
akan dicap.
Untuk mencapai hasil pencapan yang baik pada proses pencapan dibutuhkan kondisi
yang spesifik, peralatan khusus dan desain yang sempurna, desain memiliki nilai seni yang
tinggi dan biasanya diciptakan sebagai hasil karya seni. Teknik pencapan intinya merupakan
cara pemindahan desain dengan suatu peralatan tertentu yang diharapkan dapat menjamin mutu
dan kualitas hasil pencapan.
Sesuai dengan alat/ mesin yang digunakan dalam pencapan, maka dikenal:
1. Pencapan semprot (Spray-Printing)
2. Pencapan blok (Blok-Printing)
3. Pencapan perrotine (Perrotine-Printing)
4. Pencapan rambut serat (Flock-Printing)
5. Pencapan kasa/sablon (Screen-Printing)
6. Pencapan rol (Roller-Printing)
7. Pencapan transfer (transfer-printing
2.3 Pengental
Pengental berfungsi untuk melekatkan zat warna pada bagian bahan tekstil yang akan diwarnai
selama proses pencapan berlangsung, sehingga dipeoleh batas gambar yang tajam, warna yang
rata, dan penetrasi zat warna yang cukup baik. Pengental digunakan dalam proses pencapan
sebagai medium untuk melekatkan zat warna pada permukaan kain, medium air seperti halnya
pada pencelupan tidak bisa dipergunakan karena sifat air yang menyebar sehingga
menyebabkan gambar blobor.
Medium untuk membawa zat warna pada pencapan harus memiliki viskositas atau
kekentalan yang cukup agar zat warna yang dicapkan tidak keluar motif yang sudah ditentukan.
Viskositas yang sesuai sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang memuaskan. Viskositas
yang terlalu tinggi menyebabkan pasta cap hanya mewarnai permukaan kain saja, sedangkan
viskositas yang rendah berakibat hasil pencapan pastanya menyebar sehingga gambar tidak
tajam. Selain fungsi utama pengental untuk melekatkan zat warna, fungsi lain dari pengental
adalah:
1. Untuk membawa zat warna dan zat pembantu
2. Untuk melawan kapilaritas dari kain
3. Untuk mencegah migrasi selama pencepan berlangsung
4. Untuk meningkatkan daya adesi zat warna yang belum terfiksasi dalam serat
5. Untuk mengikat air dari hasil kondensasi uap pada prosres fiksasi
6. Bertindak sabagai koloid pelindung agar zat warna tidak mengendap selama pencapan
berlangsung.
Sifat-sifat alginat sebagian besar tergantung pada tingkat polimerisasi dan perbandingan
komposisi guluronat dan mannuronat dalam molekul. Asam alginat tidak larut dalam air dan
mengendap pada pH < 3,5 sedangkan garam alginat dapat larut dalam air dingin atau air panas
dan mampu membentuk larutan yang stabil. Natrium Alginat tidak dapat larut dalam pelarut
organik tetapi dapat mengendap dengan alkohol. Alginat sangat stabil pada pH 5 – 10,
sedangkan pada pH yang lebih tinggi viskositasnya sangat kecil akibat adanya degradasi ß-
eliminatif. Ikatan glikosidik antara asam mannuronat dan guluronat kurang stabil terhadap
hidrolisis asam dibandingkan ikatan dua asam mannuronat atau dua asam guluronat.
Kemampuan alginat membentuk gel terutama berkaitan dengan proporsi L-guluronat (An
Ullman’s 1998 diacu dalam Maharani dan Widyayanti 2009).
Semakin banyak alkali yang ditambahkan, pembentukan anion selulosanya semakin banyak,
maka reaksi fiksasi semakin cepat.
Selain itu selama proses pencelupan dap terjadi reaksi hidrolisis sehingga zat warna menjadi
rusak dan tidak bisa fiksasi / berikatan dengan serat.
D – Cl + H-O-H D-O-sel
Reaksi fiksasi dan hidrolisis zat warna reaktif jenis vinil sulfon :
Pemakaian zat warna reaktif secara panas yaitu untuk zat warna reaktif yang mempunyai
kereaktifan rendah, misalnya procion H, cibacron dengan sistem reaktif mono-khlorotriazin,
dan remazol denagan sistem reaktif vinil sulfon. Adanya kekurangan dari kedua golongan zat
warna reaktif tersebut maka saat ini banyak digunakan zat warna reaktif dengan fungsi gugus
ganda (bifunctional reactive dyes) seperti sumifik supra( mono chloro tiazin (MTC)-vinil sulfon
(VS) dan drimarene CL (tricholoropirimidin (TCP)-vinil Sulfon (VS), sehingga zat warnanya
lebih tahan hidrolisis. Efisiensi fiksasinya tinggi dan hasil celupnya lebih tahan alkali dan tahan
asam.
Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi dengan serat sehingga
zat warna tersebut merupakan bagian dari serat. Oleh karena itu, hasil celupan zat warna reaktif
mempunyai ketahanan cuci yang sangat baik. Demikian pula karena berat molekul zat warna
reaktif kecil maka kecerahan warnanya akan lebih baik daripada zat warna direk. Struktur kimia
zat warna reaktif dapat digambarkan sebagai berikut :
C Cl
SO3Na N N
N=N NH C C Cl
N
SO3Na
Khromofor zat warna reaktif mempunyai berat molekul yang kecil agar daya serap terhadap
serat tidak besar sehingga zat warna yang tidak bereaksi dengan serat mudah dihilangkan.
Gugus penghubung dapat mempengaruhi daya serap dan ketahanan zat warna terhadap asam
atau basa. Agar reaksi dapat berjalan dengan baik diperlukan penambahan alkali misalnya
Natrium Silikat dan KOH karena apabila telah dikerjakan dengan alkali bahan akan tahan
pencucian dan penyabunan. Disamping terjadi reaksi antara zat warna dengan serat yang
membentuk ikatan pseude ester dan eter, molekul air juga dapat mengadakan reaksi hidrolisa
dengan molekul zat warna, dengan memberikan komponen zat warna yang tidak reaktif lagi.
Reaksi hidrolisa tersebut akan bertambah cepat dengan penaikan temperatur.
2.6 Pengeringan
Pengeringan setelah kain dicap mutlak dilakukan untuk menghilangkan kandungan air pada
lapisan pasta cap atau menghilangkan kelembaban lapisan pasta sehingga mencegah zat warna
blobor (bleeding), selain itu pengeringan bertujuan untuk memudahkan penanganan kain hasil
cap untuk proses fiksasi. Proes pengeringan perlu memperhatikan faktor – faktor jenis kain
(hidrofob atau hidrofil), jenis pasta cap alkali/asam, tegangan kain. Kain yang memiliki regain
rendah atau sifat hidrofob pengeringan harus dilakukan sesegera mungkin. Jenis pengeringan
yang bisa dilakukan antara lain:
1. Pengering udara panas
Sumber panas berasal dari oil panas, uap panas, dan elemen listrik dengan suhu100 –
125oC
2. Pengering silinder
Kain dilewatkan pada silinder panas dengan suhu 95-110oC, silinder terbuat dari logam
baja tahan karat.
3. Pengering di udara
Kain dijemur atau digantung pada ruang terbuka. Kondisi pengeringan berpengaruh
terhadap hasil fiksasi zat warna, namun standar pengeringan yang baik akan memberikan
efek hasil pewarnaan yang baik pula. Pengeringan yang berlebihan akan menyebabkan
retak dan pecahnya lapisan pasta cap sehingga fiksasi tidak sempurna dan terjadi
penodaan warna. Demikian pula pengeringan yang tidak merata akan menyebabkan
ketidakrataan warna hasil pencapan.
Fiksasi pada kain yang telah dicap bertujuan agar lapisan zat warna dalam pasta cap masuk dan
berikatan dengan serat membentuk ikatan seperti ikatan hydrogen, gaya van der wals, ikatan
elektrovalen, dan ikatan kovalen sehingga hasil cap memiliki ketahanan luntur warna. Fiksasi
dapat dilakukan dengan beberapa metoda fiksasi, seperti metoda perangin– angin, metoda
pengukusan (Steaming), udara panas (Thermofiksasi), dan pengerjaan dalam larutan kimia
(Wet Development). Pemilihan metoda fiksasi bergantung pada jenis zat warna, pengental, dan
peralatan yang tersedia.
2.8 Pencucian
Proses pencucian setelah fiksasi zat warna, dimaksudkan untuk menghilangan zat warna yang
tidak terfiksasi, pengental dan zat-zat kimia pembantu sehingga akan diperoleh hasil pewarnaan
yang brilian, mempunyai ketahanan luntur yang baik dan pegenan kain cap yang lembut.
Demikian pula akan memberikan hasil yang memuaskan pada proses penyempurnaan
berikutnya, misalnya pada proses penyempurnaan tahan kusust dan sebagainya.
Pada umumnya proses pencucian diawali dengan cuci dingin dan panas dimaksudkan untuk
pembasahan dan pengembangan lapisan pasta cap sehingga mudah dilarutkan dan lepas dari
kain, selanjutnya penyabunan dengan deterjen dan zat-zat kimia pada temperatur yang sesuai
dimaksudkan agar keseluruhan sisa-sisa residu termasuk zat warna yang tidak terfiksasi
dilepaskan dari kain secera penetrasi, pelarutan, pendispersi dan dekomposisi. Kemudian
diikuti dengan pembilasan panas dan dingin serta pengeringan. Penodaan area di luar motif oleh
sisa-sisa zat warna yang berbeda di dalam larutan pencuci merupakan resiko yang mungkin
terjadi jika konsentrasi zat warna yang tidak terfiksasi dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini
dapat dihindari jika telah dilakukan seleksi dengan baik terhadap zat warna yang dipakai, zat
pengental dan kondisi fiksasi yang tepat, sehingga fikasasi zat warna dapat ditingkatkan dan
sisa-sisa zat warna yang tidak terfiksasi dapat diminimalkan.
Demikian pula kondisi optimum setiap pencucian juga harus disesuaikan terhadap setiap
kombinasi zat warna dan jenis serat. Zat-zat warna yang tidak terfiksasi dapat dihilangkan
secara cepat dengan menggunakan temperatur tinggi, sebaliknya penodaan pada area di luar
motif akan berlangsung lebih lambat jika temperatur pencucian rendah. Oleh karena itu perlu
adanya pertimbanganpertimbangan dalam menentukan kondisi optimum pencucian.
BAB III
PERCOBAAN
3.1.2. Bahan
1. Kain kapas
2. Alginat
3. Air
4. Zat Warna Reaktif
5. Zat Warna Bejana
6. Gliserin
7. Zat Anti Reduksi
8. Na2S2O4
9. NaHCO3
10. NaOH 48oBe
3.2. Diagram Alir
Pencapan zat
Drying Drying
warna bejana
Baking
Pembilasan Oksidasi
150-170oC, 2 -3
menit
Evaluasi Pencucian
3.3. Resep
3.3.1. Resep Pengental Alginat 5%
1 Alginate 5 gram
2 Air 95 gram
Total 100 gram
3.3.2. Resep Pasta Cap zat warna Reaktif
Kebutuhan Zat
No Resep
Kain 1 Kain 2 Kain 3 Kain 4
1 Zat warna Reaktif 30 gram
2 NaHCO3 20 gram
3 Zat anti Reduksi 20 gram
4 Gliserin 100 gram
5 Pengental Alginat 700 gram
6 Ballance 130 gram
Total 1000 gram
7 Suhu Drying 100oC
3.3.3 Resep Pasta Cap Zat Warna Bejana
Kebutuhan Zat
No Resep
Kain 1 Kain 2 Kain 3 Kain 4
1 Zat warna Bejana 30 gram
2 NaHSO4 40 gram
3 NaOH 48oBe 10 gram
4 Pengental Alginat 700 gram
5 Ballance 220 gram
Total 1000 gram
6 Suhu Baking 150oC 170oC
7 waktu 1 menit 2 menit 1 menit 2 menit
3.3.4. Resep oksidasi
1 H2O2 35% 5 ml
2 Suhu 60oC
3 Waktu 2-5 menit
3.3.5. Resep Pencucian
1 Deterjen/Teepol 1 mL/L
2 Kebutuhan larutan 100 mL
3 Suhu 70oC
4 Waktu (menit) 10 menit
3.4. Perhitungan Resep
1. Resep Pengental Alginat 5%
Kebutuhan : 1000 gram (untuk semua kelompok)
Alginat : 5 x 1000 = 50 gram
100
Air : 95 x 1000 = 950 gram
100
2. Resep Pasta Cap Zw Reaktif
30
Zat Warna Reaktif : 1000 𝑥 75 = 2,25 𝑔𝑟𝑎𝑚
20
Zat Anti Reduksi : 1000 𝑥 75 = 1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
Gliserin : 1000 𝑥 75 = 7,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
20
NaHCO3 : 1000 𝑥 75 = 1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
700
Pengental Alginat : 1000 𝑥 75 = 52,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
3.6.3. Pencapan
1. kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka sempurna dan rata
pada meja cap.
2. Meletakkan screen pertama tepat berada pada bahan yang akan dicap.
3. Pasta cap diletakkan pada bagian pinggir screen (tidak mengenai motif).
4. Dilakukan pencapan dengan zat warna reaktif sebagai warna dasar, perakelan sebanyak
2 kali secara merata, dengan tekanan.
5. Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan menekan ke bawah agar dapat
mendorong zat warna masuk ke motif.
6. Screen kemudian dilepaskan.
7. Berikutnya dilakukan perakelan untuk screen motif dengan zat warna bejana. Screen
diletakkan tepat pada motif.
8. Setelah selesai, pasta cap dibiarkan pada hingga mengering.
9. Dilakukan proses pengeringan dahulu pada setiap kain.
10. Dilakukan proses fiksasi baking untuk setiap kainnya.
11. Dilakukan proses oksidasi.
12. Dilakukan proses pencucian (cuci panas & dingin).
13. Kain dipotong menjadi 2 untuk proses evaluasi dan dilakukan pencucian pada potongan
pertama.
14. Lakukan evaluasi (ketuaan warna, kerataan motif, ketajaman motif, ketahanan luntur
terhadap pencucian).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Simpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil pencapan yang paling optimum adalah kain dengan pencapan dengan fiksasi
waktu steaming selama 20 menit.
2. Ketuaan warna untuk warna biru yang paling baik adalah kain 3 yaitu waktu setaming
selama 15 menit dibandingkan kain yang lainnya.
3. Ketuaan warna untuk warna kuning yang paling baik adalah kain 3 yaitu waktu setaming
selama 15 menit menit dibandingkan kain yang lainnya.
4. Kerataan warna untuk warna biru yang paling baik adalah kain 4 yaitu waktu setaming
selama 20 menit menit dibandingkan kain yang lainnya.
5. Ketuaan warna untuk warna kuning yang paling baik adalah kain 4 yaitu waktu setaming
selama 20 menit menit dibandingkan kain yang lainnya.
6. Hasil uji tahan luntur warna dengan hasil paling baik warna biru adalah kain 3 yaitu
waktu steaming selama 15 menit dan kain 4 yaitu waktu setaming selama 20 menit menit
dibandingkan kain yang lainnya.
7. Hasil uji tahan luntur warna dengan hasil paling baik warna kuning adalah kain 3 yaitu
waktu steaming selama 15 menit dan kain 4 yaitu waktu setaming selama 20 menit menit
dibandingkan kain yang lainnya.