Anda di halaman 1dari 20

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Tumbuhan Citrus medica L.

II.1.1 Klasifikasi Jeruk-pepaya (13)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Famili : Rutaceae

Subfamili : Aurantioideae

Bangsa :Citreae

Genus :Citrus L.

Spesies :

II.1.2 Morfologi Tumbuhan


Tumbuhan Jeruk Pepaya (Citrus medica var.prover L.) secara

morfologi memiliki tinggi batang mencapai 2 m, daun berbentuk lonjong,

cabang tidak teratur dan memiliki duri tajam daun sangat aromatik bila

diremas. Bunganya berwarna putih dengan ujung bunga berwarna kuning

beraroma wangi. Buah Jeruk pepaya pada saat masih kecil buah

berwarna hijau muda setelah besar dan matang akan berubah menjadi

warna kuning. Bentuknya besar dapat mencapai 20 cm dengan diameter

10 cm. Walaupun bentuknya seperti pepaya, namun ia bukan Carica


5

papaya, tetapi suatu varietas dari jeruk C. medica L yang di kalangan

perjerukan dikenal sebagai sukade citroen (jeruk sukade).

Gambar 1 Buah jeruk-pepaya

Memiliki kulit yang tebal sampai isinya jadi tidak berarti. Sari

buahnya sedikit, dan rasanya asam. CItrus medica L. ini sudah sejak dulu

muncul secara berkala di Jawa Tengah dan Jawa Barat sebagai jeruk

kates, jeruk pepaya, dan jeruk sukade (10).


II.1.3 Kandungan Kimia
III.1.4 Manfaat Jeruk-pepaya (Citrus medica var. proper L.)
Daun jeruk pepaya dapat dimakan langsung atau disajikan dengan

air panas apabila kita mengalami sakit tenggorokan atau batuk. Selain itu

kulit buah jeruk pepaya juga dapat dimanfaatkan sebagai obat sariawan.

(11).
6

II.2. Minyak Atsiri

II.2.1 Pengertian Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah salah satu kandungan tanaman yang sering

disebut minyak terbang. Minyak atsiri dinamakan demikian karena minyak

tersebut mudah menguap. Selain itu, minyak atsiri juga disebut essential

oil karena minyak tersebut memberikan bau pada tanaman (16).

Swaine (1972) menjelaskan bahwa minyak atsiri merupakan

substansi minyak yang dihasilkan dari tanaman dengan berbagai metode

ekstraksi dan memiliki karakteristik rasa dan aroma dari tanaman yang

menghasilkan. Sedangkkan menurut Gorgon (1991) minyak atsiri adalah

bahan perisa aktif yang berasal dari bagian tertentu pada tanaman seperti

akar. ()

Minyak atsiri merupakan campuran senyawa yang berwujud cairan

atau padatan yang memiliki komposisi maupun titik didih yang beragam,

penyulingan dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan komponen-

komponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih

berdasarkan perbedaan tekanan uap atau berdasarkan perbedaan titik

didih komponen-komponen senyawa tersebut (14).

Secara kimia minyak atsiri merupakan senyawa tunggal, tetapi

tersusun dari berbagai macam komponen yang secara garis besar terdiri

dari kelompok terpenoid dan fenil propana. Pengelompokan tersebut

didasarkan pada awal terjadinya minyak atsiri didalam tanaman. Melalui

asal usul biosintetik, minyak atsiri dapat di bedakan menjadi:


7

1. Turunan terpenoid yang terbentuk melalui jalur biosintesis asam

asetat mevalonat

2. Turunan fenil propanoid yang merupakan senyawa aromatik,

terbentuk melalui jalur biosintesis asam sikimat

Terpenoid berasal dari suatu unit senyawa sederhana yang disebut

sebagai isoprena. Sementara fenil propana terdiri dari inti benzena (Fenil)

dan propana.

Penyusun minyak atsiri dari kelompok terpenoid dapat berupa

terpena-terpena yang tidak membentuk cincin (Asiklik), bercincin satu

(monosiklik) ataupun bercincin dua (bisiklik). Masing-masing dapat

memiliki percabangan gugus-gugus ester, fenol, oksida, aldehida, dan

keton. Sementara kelompok fenil propana juga memiliki percabangan

rantai berupa gugus-gugus fenol dan eter fenol (19).

Minyak atsiri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Minyak atsiri yang dengan mudah dapat dipisahkan menjadi

komponen-komponen atau penyusun murninya. Komponen-

komponen ini dapat menjadi bahan dasar untuk diproses menjadi

produk-produk lain, contoh: minyak sereh, minyak daun cengkeh,

minyak permai, dan minyak terpentin.

2. Minyak atsiri yang sukar dipisahkan menjadi komponen murninya,

contoh: minyak akar wangi, minyak nilam, dan minyak kenanga.

Biasanya minyak atsiri tersebut langsung dapat digunakan tanpa


8

diisolasi komponen-komponennya sebagai pewangi berbagai

produk (14).

Minyak atsiri memiliki kandungan komponen aktif yang

disebut terpenoid atau terpena. Jika tanaman memiliki kandungan

senyawa ini, berarti tanaman tersebut memiliki potensi untuk

dijadikan minyak atsiri. Zat inilah yang mengeluarkan aroma atau

bau khas yang terdapat pada banyak tanaman (13).

II.2.2 Penggolongan Minyak Atsiri

Pada umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan

perbedaan jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh,

umur panenan, metode ekstraksi yang digunakan dan cara penyimpanan

minyak. Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran

persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur karbon (C), Hidrogen (H),

dan Oksigen (O). Pada umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagai

menjadi dua golongan, yaitu:

1. Golongan Hidrokarbon

Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur

Karbon (C), dan Hidrogen (H). jenis Hidrokarbon yang terdapat

dalam minyak atsiri sebagian besar terdiri dari monoterpen (unit

isopren), sesquiterpen (3 unit isopren), diterpen (4 unit isopren),

dan politerpen.

2. Golongan Hidrokarbon Teroksigenasi


9

Komponen kimia dari golongan ini terbentuk dari unsur

Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). persenyawaan yang

termasuk dalam golongan ini adalah persenyawaan alkohol,

aldehid, ester. Fenol. Ikatan Karbon yang terdapat dalam

molekulnya dapat terdiri dari ikatan tunggal, ikatan rangkap dua

dan ikatan rangkap tiga. Terpen mengandung ikatan tunggal dan

ikatan rangkap dua. Senyawa terpen memiliki aroma kurang wangi,

skar larut dalam alkohol encer dan jika disimpan dalam waktu lama

akan membentuk resin. Golongan hidrokarbon teroksigenasi

merupakan senyawa yang penting dalam minyak atsiri karena

umumnya aroma yang lebih wangi. Fraksi terpen perlu dipisahkan

untuk tujuan tertentu, misalnya untuk pembuatan parfum, sehingga

didapatkan minyak atsiri yang bebas terpen (20).

II.2.3 Komponen senyawa minyak atsiri

Minyak atsiri memiliki kandungan komponen aktif yang disebut

terpenoid atau terpena. Jika tanaman memiliki kandungan senyawa ini,

berarti tanaman tersebut memiliki potensi untuk dijadikan minyak atsiri.

Zat inilah yang mengeluarkan aroma atau bau khas yang terdapat pada

banyak tanaman (13).

Minyak atsiri bukan merupakan senyawa tunggal, tetapi tersusun

dari berbagai komponen kimia, seperti alkohol, fenol, keton, ester,

aldehida, dan terpena. Bau khas yang ditimbulkan sangat tergantung dari

perbandingan komponen penyusunnya, demikian pula khasiatnya sebagai


10

obat. Sebagai contoh, minyak atsiri yang banyak mengandung fenol

(misalnya minyak sirih, Piper betle) berkhasiat sebagai antiseptik. Minyak

sirih ini mampu membunuh kuman seperti halnya karbol atau lisol

sehingga minyak atsiri ini sering digunakan sebagai obat cuci hama (19).

Pada dasarnya semua minyak atsiri mengandung campuran

senyawa kimia dan biasanya campuran tersebut sangat kompleks.

Beberapa tipe senyawa organik mungkin terkandung dalam minyak atsiri,

seperti hidrokarbon, alcohol, oksida, ester, aldehida dan eter. Sangat

sedikit sekali yang mengandung satu jenis komponen kimia yang

persentasenya sangat tinggi. Yang menentukan aroma minyak atsiri

biasanya komponen yang persentasenya tinggi. Walaupun begitu,

kehilangan satu komponen yang persentasenya kecil pun dapat

memungkinkan terjadinya perubahan aroma minyak atsiri tersebut (21).

Pada dasarnya semua minyak atsiri mengandung campuran

senyawa kimia dan biasanya campuran tersebut sangat kompleks.

Beberapa tipe senyawa organik mungkin terkandung dalam minyak atsiri,

seperti hidrokarbon, alcohol, oksida, ester, aldehida dan eter. Sangat

sedikit sekali yang mengandung satu jenis komponen kimia yang

persentasenya sangat tinggi. Yang menentukan aroma minyak atsiri

biasanya komponen yang persentasenya tinggi. Walaupun begitu,

kehilangan satu komponen yang persentasenya kecil pun dapat

memungkinkan terjadinya perubahan aroma minyak atsiri tersebut (21).


11

Berdasarkan jumlah atom karbon atau unit isopren yang

membentuk senyawa terpen/terpenoid dapat diklasifikasikan sebagai

berikut (22):

Tabel 2.1. Klasifikasi Senyawa Terpenoid

NO Kelompok Jumlah Atom Karbon

(C)
1 Hemiterpen 5
2 Monoterpen 10
3 Seskuiterpen 15
4 Diterpen 20
5 Sesterterpen 25
6 Triterpen 30
7 Tetraterpen 40
8 Politerpen >40
Monoterpen merupakan kandungan utama minyak atsiri yang

banyak terdapat dalam tanaman dan berfungsi memberikan aroma.

Kelompok senyawa ini memiliki aroma dan rasa yang sangat khas dan

banyak digunakan dalam industri makanan dan kosmetik sebagai citarasa

dan parfum. Monoterpen terdapat dalam kelenjar daun tanaman serta di

kulit dan kupasan buah. Minyak atsiri dalam tanaman bersifat sangat

kompleks dan analisis dengan Kromatografi Gas (KG) dapat membuktikan

adanya ratusan komponen tunggal, banyak diantaranya berupa

monoterpenoid. Monoterpen dapat berupa senyawa alifatik (asiklik atau

rantai lurus) atau siklik (jenuh, sebagian tak jenuh atau sepenuhnya

aromatik) (23).

Beberapa struktur kimia monoterpen


12

Gambar 2 Struktur Monoterpen

Monoterpena banyak ditemui dalam bentuk asiklik, monosiklik,

serta bisiklis sebagai hidrokarbon dan keturunan yang teroksidasi seperti

alkohol, aldehida, keton, fenol, oksida dan ester. Terpena dibawah

monoterpena yang berperan penting sebagai penyusun minyak atsiri

adalah seskuiterpena dan diterpena. Kelompok Besar lain dari komponen

penyusun minyak atsiri adalah senyawa golongan fenil propana. Senyawa

ini mengandung cincin fenil C6 dengan rantai samping berupa propana C3

(19).

Seskuiterpen memiliki sifat-sifat yang mirip dengan monoterpen

dan merupakan kandungan dalam banyak minyak atsiri (23).

Beberapa struktur seskuiterpen dapat dilihat pada gambar 2.3.


13

Gambar 3 Struktur Seskuiterpen

II.2.4 Sifat-Sifat Minyak`Atsiri

Menurut Gunawan dan Mulyani (2004), sifat-sifat minyak atsiri

tersusun oleh bermacam macam komponen senyawa, memiliki bau khas,

umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya, mempunyai rasa getir,

kadang kadang berasa tajam, menggigit, memberi kesan hangat sampai

panas, atau dingin ketika terasa dikulit, tergantung dari jenis komponen

penyusunnya. Dalam keadaan murni (belum tercemar oleh senyawa lain)

mudah menguap pada suhu kamar, Bersifat tidak bisa disabunkan dengan

alkali dan tidak bisa berubah menjadi tengik (rancid), Bersifat tidak stabil

pada pengaruh lingkungan, baik berupa oksigen udara, sinar matahari dan

panas, indeks biasnya tinggi. Pada umumnya bersifat optis aktif dan

memutar bidang polarisasi dengan rotasi yang spesifik dan tidak dapat

bercampur dengan air, tetapi cukup larut hingga dapat memberikan

baunya kepada air walaupun kelarutannya sangat kecil, Sangat mudah

larut dalam pelarut organic (24).


14

II.2.5 Sumber Minyak Atsiri

Minyak atsiri terdapat pada tumbuhan dan biasanya diperoleh dari

bagian tertentu dari tumbuhan seperti bunga, buah, akar, daun, kulit kayu,

dan rimpang. Kandungan minyak atsiri tidak akan selalu sama antara

bagian satu dengan bagian lainnya. Misalnya kandungan minyak atsiri

yang terdapat pada kuntum bunga cengkih berbeda dengan pada bagian

tangkai bunga maupun daun. Berikut ini beberapa contoh tanaman

sumber minyak atsiri dan bagian tanaman yang mengandung minyak

atsiri:

a. Akar: akar wangi, kemuning

b. Biji: alpukat, kasturi, lada, pala,seledri, wortel, nagasari

c. Buah: adas, jeruk, jintan, kemukus, ketumbar

d. Bunga: cempaka kuning, cengkih, daun seribu, kenanga, melati,

sedap malam, srikanta, srigading

e. Daun: cemara gimbul, cemara kipas, cengkih, sereh wangi, kaki

kuda, kemuning,kunyit, selasihan, semanggi, sirih

f. Kulit kayu: kayu manis, akasia, kayu teja, selasihan

g. Ranting: cemara gimbul, cemara kipas

h. Rimpang: jahe, jeringau, kencur, lengkuas, lempuyang sari, temu

hitam, temu lawak

i. Seluruh bagian: akar kucing, bandotan, inggu, selasih, sudamala,

trawas (25).

II.2.6 Fungsi Minyak Atsiri bagi Tanaman


15

Minyak atsiri dalam jumlah yang relatif besar disimpan dalam

tanaman karena tidak ditransfer ke batang atau daun sebelum daun itu

gugur. Minyak ini dapat menolak kehadiran binatang akan tetapi bagi

tanaman tertentu, minyak atsiri dapat menarik serangga sehingga

penyerbukan lebih efektif. Dilain pihak tercipta sejenis daya tahan

tanaman terhadap kerusakan oleh binatang maupun tanaman parasit

dengan dihasilkan minyak dengan bau yang merangsang. Minyak

berfungsi sebagai penutup bagian kayu yang terluka atau berfungsi

sebagai vernis untuk mencegah penguapan air (cairan sel) yang

berlebihan sehingga berfungsi sebagai penghambat penguapan air (26).

Peranan utama minyak atsiri terhadap tumbuhan adalah sebagai

pengusir serangga (mencegah daun dan bunga rusak) serta sebagai

pengusir hewan pemakan daun.

II.2.7 Fungsi Minyak Atsiri bagi Manusia

Minyak atsiri sebagai bahan pewangi dan penyedap, antiseptik

internal atau eksternal, sebagai bahan analgesik, haemolitik atau sebagai

antizymatik, sebagai sedativa, stimulants, untuk obat sakit perut. Minyak

atsiri mempunyai sifat membius, merangsang atau memuakkan.

Disamping itu beberapa jenis minyak atsiri lainnya dapat digunakan

sebagai obat cacing. Minyak atsiri juga membantu pencernaan dengan

merangsang sistem saraf sekresi sehingga dengan mencium bau–bauan

tertentu, maka akan keluar cairan getah sehingga rongga mulut dan
16

lambung menjadi basah. Kegunaan lain dari minyak atsiri adalah sebagai

bahan pewangi kosmetik (26).

Menurut Kardinan (2005), Minyak atsiri memegang peranan penting

bagi kesehatan. Di Indonesia penggunaan minyak atsiri bisa melalui

berbagai cara:

1. Melalui mulut atau dikonsumsi (oral), antara lain berupa jamu yang

mengandung minyak atsiri atau bahan penyedap makanan

(bumbu).

2. Pemakaian luar (topical /external use), antara lain pemijat lulur,

obat luka/memar, parfum/pewangi.

3. Pernapasan (inhalasi atau aromaterapi), antara lain wangi–wangian

(parfum) atau aromatika untuk keperluan aroma terapi.

4. Pestisida nabati, antara lain sebagai pengendali hama lalat buah,

pengusir (repelent) nyamuk dan anti jamur (27).

II.3 Penyulingan

Penyulingan adalah proses pemisahan antara komponen cair atau

padat dari dua macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik

uapnya dan dilakukan untuk minyak atsiri yang tidak larut dalam air (13).

Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga metode penyulingan

(hidrodestilasi) yaitu :

1. Penyulingan dengan air (water distillation)


17

Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami

kontak langsung dengan air mendidih. Ciri khas model ini yaitu

adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh

karena itu, sering disebut penyulingan langsung (Tony, 1994).

Perbandingan jumlah air perebus dan bahan baku dibuat

seimbang, sesuai dengan kapasitas ketel. Bahan yang telah

mengalami proses pendahuluan seperti perajangan dan pelayuan

dimasukkan dan dipadatkan. Selanjutnya ketel ditutup rapat agar

tidak terdapat celah yang mengakibatkan uap keluar (Armando,

2009).

2. Penyulingan uap dan air (water and steam distillation)

Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap

dan air ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan

tengah berlobang-lobang yang ditopang di atas dasar alat

penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan diisi air sedikit di

bawah dimana bahan ditempatkan. Air dipanaskan dengan api

seperti pada penyulingan air di atas. Bahan tanaman yang akan

disuling hanya terkena uap dan tidak terkena air yang mendidih

(14).

Metode ini disebut juga dengan system kukus. Pada

prinsipnya, metode penyulingan ini menggunakan uap bertekanan

rendah. Keuntungan dari metode ini yaitu penetrasi uap terjadi

secara merata ke dalam jaringan bahan. Lama penyulingan relatif


18

lebih singkat, randemen minyak lebih besar dan mutunya lebih baik

jika dibandingkan dengan minyak hasil dari system penyulingan

dengan air (15).

3. Penyulingan dengan uap (steam distillation)

Cara ketiga dikenal sebagai penyulingan uap dan perangkatnya

mirip dengan kedua alat penyuling sebelumnya hanya saja tidak

ada air di bagian bawah alat. Uap yang digunakan lazim memiliki

tekanan yang lebih besar daripada tekanan atmosfer dan dihasilkan

dari hasil penguapan air yang berasal dari suatu pembangkit uap

air. Uap air yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam alat

penyulingan (14).

II.4 Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri

II.4.1 Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GCMS)

GCMS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang

menggunakan dua metode analisis senyawa yaitu Kromatografi gas( GC)

untuk menganalisis jumlah senyawa secara kuantitatif dan Spektrometri

Massa (MS) untuk mengetahui massa molekul relatif dan pola fragmentasi

senyawa yang dianalsis.

Minyak atsiri yang mudah menguap dapat dianalisis dengan GC-

MS. GC (Gas Cromatografi berfungsi untuk memisahkan komponen-

komponen minyak atsiri dan MS (Mass Spektra) berfungsi untuk

menentukan berat molekul tiap komponen berdasarkan fragmentasi. (29).


19

Kromatografi Gas

Kromatografi Gas merupakan salah satu tehnik analisa yang

menggunakan prinsip pemisahan migrasi komponen-komponen

penyusunya. Kromatografi gas biasa digunakan untuk mengindentifikasi

suatu senyawa yang terdapat pada campuran gas dan juga menentukan

konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas.

Proses pemisahan dimana fase geraknya berupa gas dan fase

diam umumnya suatu cairan, tetapi dapat berupa zat padat dan zat cair

(Depkes RI, 1995). Prinsip dasar kromatografi gas melibatkan volatilisasi

atau penguapan sampel dalam injektor, pemisahan komponen-komponen

dalam campuran, dan deteksi tiap komponen dengan detektor.

Kromatografi gas digunakan untuk memisahkan komponen campuran

kimia dalam suatu bahan berdasarkan polaritas campuran (Eaton,1989).

Gambar 4. Bagan suatu sistem kromatografi gas

Kromatografi gas bekerja melalui 4 tahap yaitu:

1. Gas Pembawa

Gas pembawa yang paling sering dipakai adalah helium

(He), argon (Ar), nitrogen (N2), hidrogen (H2), dan karbondioksida


20

(CO2). Keuntungannya adalah karena semua gas ini tidak reaktif

dan dapat dibeli dalam keadaan murni dan kering yang dikemas

dalam tangki tekanan tinggi. Pemilihan gas pembawa tergantung

pada detektor yang dipakai. Gas pembawa harus memenuhi

sejumlah persyaratan, antara lain harus inert (tidak bereaksi

dengan sampel, pelarut sampel, material dalam kolom), murni, dan

mudah diperoleh (21).

2. Injeksi Sampel

Cuplikan dimasukkan ke dalam ruang suntik melalui gerbang

suntik, biasanya berupa lubang yang ditutupi dengan septum atau

pemisah karet. Ruang suntik harus dipanaskan tersendiri, terpisah

dari kolom dan biasanya pada suhu 10-15ºC lebih tinggi dari suhu

maksimum. Jadi seluruh cuplikan diuapkan segera setelaj

disuntikkan dan dibawa ke kolom (30).

3. Kolom

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena

di dalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan

komponen sentral pada kromatografi gas (31).

Keberhasilan suatu proses pemisahan terutama ditentukan oleh

pemilihan kolom. Kolom dapat terbuat dari tembaga, baja tahan

karet, aluminium, atau gelas. Kolom dapat berbentuk

lurus,melengkung,atau gulungan spiral sehingga lebih menghemat

ruang (21).
21

Spektrometer Massa (MS)

Spektrometer massa adalah suatu alat berfungsi untuk mendeteksi

masing-masing molekul komponen yang telah dipisahkan pada sistem

kromatografi gas (Agusta,2000). Kromatografi gas merupakan proses

pemisahan dimana fase geraknya berupa gas dan fase diam umumnya

suatu cairan, tetapi dapat berupa zat padat dan zat cair (Depkes RI,

1995). Prinsip dasar kromatografi gas melibatkan volatilisasi atau

penguapan sampel dalam injektor, pemisahan komponen-komponen

dalam campuran, dan deteksi tiap komponen dengan detektor.

Kromatografi gas digunakan untuk memisahkan komponen campuran

kimia dalam suatu bahan berdasarkan polaritas campuran (Eaton,1989).

Spektrometer massa adalah suatu instrument yang menghasilkan

berkas ion dari suatu zat uji, memilah ion tersebut menjadi spektrum

sesuai dengan perbandingan massa terhadap muatan (m/z) dan merekam

kelimpahan relatif tiap jenis ion yang ada. Spektrometer massa dapat

digunakan untuk mengukur perbandingan massa ion terhadap muatan,

untuk menetapkan kelimpahan ion dan untuk mempelajari proses ionisasi

(31). Spektrometri massa pada umumnya digunakan untuk : menentukan

massa molekul, menentukan rumus molekul dengan menggunakan

spektrum Massa Beresolusi Tinggi (High Resolution Mass Spectra) dan

untuk mengetahui informasi dari struktur dengan melihat pola

fragmentasinya (Silverstein,et al.,1986).

Spektrometer massa bekerja melalui 4 tahap yaitu :


22

1. Ionisasi
Ada beberapa metode ionisasi untuk analisis spektrometri

massa. Electron Impact ionization (EI) adalah metode ionisasi yang

umum digunakan. Sampel diuapkan pada kondisi hampa udara

pada tekanan 10-4 sampai 10-6 mmHg pada suhu tertentu. Sampel

yang berupa uap akan diteruskan ke dalam ruang pengion. Di

dalam ruang pengion ini, sampel dibombardir dengan arus electron

sekitar 70 eV sehingga terbentuk ion molekul. Kemudian ion

molekul tersebut terpecah lagi menjadi ion-ion yang lebih kecil (21).
2. Akselerasi
Ion yang terbentuk akan diakselerasi sehingga seluruhnya

akan mempunyai energi kinetik yang sama. Ion positif akan ditolak

dari ruang ionisasi dan seluruh ion diakselerasikan menjadi sinar

ion yang terfokus dan tajam.


3. Defleksi

Ion didefleksikan (dibelokkan) oleh medan magnet sesuai

dengan massanya. Besarnya defleksi tergantung pada : massa ion

yaitu ion yang memiliki massa kecil akan lebih terdefleksi dari yang

berat dan muatan ion yaitu ion yang mempunyai 2 atau lebih

muatan positif akan lebih terdefleksi dari yang hanya mempunyai

satu muatan positif. Kedua faktor ini digabung menjadi rasio

massa/muatan (rasio massa/muatan). Rasio massa/muatan diberi

simbol m/z (atau kadang-kadang dengan m/e). Sebagai contoh :

jika suatu ion memiliki massa 56 dan muatannya adalah 2+ , maka

ion ini akan mempunyai rasio m/z 28.


23

4. Deteksi
Ion yang melewati mesin akan dideteksi secara elektrik (36).

Dari analisis GC-MS akan diperoleh dua informasi dasar, yaitu hasil

analisis kromatografi gas yang ditampilkan dalam bentuk kromatogram

dan hasil analisis spektrometri massa yang ditampilkan dalam bentuk

spektrum massa. Dari kromatogram dapat diperoleh informasi mengenai

jumlah komponen kimia yang terdapat dalam campuran yang dianalisis

yang ditunjukkan oleh jumlah puncak yang terbentuk pada kromatogram

dengan kuantitasnya masing-masing. Spektrum massa hasil analisis

sistem spektroskopi massa merupakan gambaran mengenai jenis dan

jumlah fragmen molekul yang terbentuk dari suatu komponen kimia.

Setiap fragmen yang terbentuk dari pemecahan suatu komponen kimia

memiliki berat molekul yang berbeda m/z (m/e,massa/muatan).

Selanjutnya, spektrum massa komponen kimia yang diperoleh dari hasil

analisis diidentifikasi dengan cara dibandingkan dengan spektrum massa

yang terdapat dalam suatu bank data (21)

Anda mungkin juga menyukai