Anda di halaman 1dari 3

Judul: Menjadi Pribadi Muslim yang Ideal

Rukun Khutbah 1 >> Alhamdulillahirabbil ‘alamin wabihi nasta’in wa’alaa umuriddunya


waddin …
Rukun Khutbah 2 >> Asyhadu an-laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna muhammadan
rasulullah. Allahumma shalli ‘ala muhammad wa’ala aalihi washahbihi ajma’in.
Rukun Khutbah 3 >> Yaa ayyuhalladzina aamanuttaqullaha haqqa tuqaatihi walaa
tamuutunna illaa wa antum muslimuun
Rukun Khutbah ke 4 >> A’udzubillahiminasy syaithaanirrajiim.
Bismillaahirrahmaanirrahiim. “Laqad khalaqnal insaana fii ahsani taqwiim” (QS. At-Tiin:
4)
Isi Khutbah >> Khutbah ke-1
Hadirin sidang Jumat yang berbahagia, puji dan syukur telah kita panjatkan kepada
Allah swt., pemilik kerajaan langit dan bumi. Shalawat dan salam telah juga terlimpah
curah kepada kekasihNya, yakni nabi kita semua Muhammad saw.
Sebagaimana ayat yang telah saya sampaikan tadi, Laqad khalaqnal insaana fii ahsani
taqwiim, manusia telah diciptakan oleh Allah swt. dengan bentuk yang paling sempurna,
lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk-mahkluk lain yang pernah hidup di
dunia ini.
Kelebihan atau kesempurnaan yang diberikan Allah pada kita, manusia, adalah sebuah
kehendak bebas untuk memilih sesuatu berdasarkan akal kita. Kita bisa memilih untuk
menjadi seseorang yang baik, atau seseorang yang jahat. Tidak seperti malaikat yang
senantiasa baik dan iblis yang sampai hari kiamat akan berbuat tercela.
Tetapi kehendak bebas yang Allah berikan kepada kita tersebut tetap berada pada
bingkai qodo-qodarnya; tetap sudah tertulis di Lauh Mahfudznya sejak zaman ajali.
Sidang Jumat yang berbahagia,
Sebagai seorang muslim tentulah kita harus terus berusaha menjadi pribadi yang baik,
pribadi yang mencontoh suri tauladan terbaik, ummat terbaik. Oleh karena itu pantang
bagi kita semua untuk berdiam bermalas-malasan dengan keburukan.
Imam Hasan Al-Banna pernah sekali merumuskan tentang ciri-ciri pribadi muslim sejati
yang bisa kita buat sebagai acuan kehidupan kita, apakah sudah sesuai dengan ciri-ciri
tersebut atau belum. Tentu, ciri-ciri yang disebutkan oleh Imam Hasan Al-Banna ini juga
berada pada diri Rasulullah Muhammad saw., hanya saja beliau memperinci agar
mudah kita ikuti.
Ciri-ciri pribadi muslim yang pertama adalah salimul aqidah; akidah yang lurus.
Sebagai seorang muslim sejati, hal paling dasar yang harus kita miliki adalah akidah
yang lurus mentauhidkan Allah; menyucikan Allah dari segala bentuk keburukan dan
sifat-sifat makhluk seperti Allah membutuhkan makan, Allah membutuhkan tempat, dll.
Ciri kedua, shahihul ibadah; ibadah yang benar.
Dalam beribadah, seorang muslim harus mendasarkan semuanya pada nash-nash yang
jelas baik itu Al-Qur’an maupun hadits. Tidak boleh kita melakukan ibadah tanpa dasar
sama sekali atau bahkan melenceng dari apa yang Rasulullah saw. ajarkan pada kita
semua.
Ciri ketiga, matinul khuluk; akhlak yang kokoh
Rasulullah saw. diciptakan ke dunia adalah untuk menyempurnakan akhlak. Maka,
sebagaimana seharusnya –seorang muslim mengikuti suri tauladan terbaik- kita pun
harus mempunyai akhlak yang terpuji selayaknya Nabi; menolong orang-orang yang
lemah di antara kita, murah senyum pada sesama muslim, menebar kebaikan pada
seluruh ummat manusia.
Karena sejatinya, menjadi seorang muslim juga berarti orang lain yang merasa aman
dari tangan, mulut, dan perangai kita saat berada bersisian-bersamaan.
Ciri keempat, mutsaqaful fikr; intelek dalam berpikir
Seperti yang telah kita ketahui bersama, salah satu sifat wajib bagi rasul
adalah fatonah yang artinya cerdas. Lagipula, Rasulullah saw. juga pernah bersabda
bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib, maka kita sebagai muslim idealnya juga
cerdas dalam berpikir. Karena wahai sidang jumat yang diberkahi Allah, kita hari ini
sedang berada pada perang pemikiran yang mengerikan sekali.
Ciri kelima, mjahadatul linafsihi; berjuang melawan hawa nafsu
Manusia memiliki hawa nafsu. Sifatnya memang menggebu-gebu, kalau kita tidak bisa
menahannya. Perjuangan melawan hawa nafsu ini dikabarkan nabi sebagai perang
besar karena memang berat sekali. Sebagai seorang muslim yang menginginkan bentuk
ideal dari kepribadiannya, harus bisa berlatih untuk menahan atau lebih tepatnya
mengendalikan hawa nafsu agar kita tidak terjerumus pada perbuatan yang tercela dan
tidak disukai oleh Allah swt.
Ciri keenam, haritsun ‘ala waqtihi; pandai menjaga waktu
Seorang muslim yang ideal haruslah pandai menjaga waktu; menentukan prioritas
untuk setiap kegiatan yang akan dilakukan. Sehingga, pekerjaan-pekerjaan tidak
menumpuk dan menganggu kekhusyuk-an ibadah kepada Allah swt.
Ciri ketujuh, munazhzhamun fi syu’unihi; terartur dalam segala urusan
Ciri ini erat kaitannya dengan ciri yang sebelumnya, dengan kita pandai menjaga waktu,
kita pun akan otomatis bisa teratur dalam urusan. Mengerjakan hal-hal yang penting
mendesak dulu sebelum mengerjakan hal-hal yang kurang penting dan kurang
mendesak.
Ciri kedelapan, qadirun alal kasbi; memiliki kemampuan usaha sendiri / mandiri
Rasulullah saw. telah mencontohkan kepada kita semua ketika umurnya masih 12
tahun, beliau sudah mampu untuk membiayai dirinya sendiri dengan bergiat usaha.
Maka patutlah hari ini kita bertanya pada diri sendiri, sudah sampai manakah kita
mandiri membiayai diri sendiri, terkhusus bagi para jamaah yang masih muda.
Ciri kesembilan, Nafi’un lighairihi; bermanfaat bagi orang lain
Sebagaimana hadits yang populer di tengah-tengah kita: sebaik-baik manusia adalah dia
yang bermanfaat bagi orang lain. Maka seorang muslim yang ideal adalah dia yang
sanggup memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya untuk kebermanfaatan orang
banyak.
Ciri kesepuluh, qowiyul jism; jasmani yang kuat-sehat
Untuk mencapai kesembilan ciri pribadi muslim sebelumnya tentu tidak mudah. Butuh
kemampuan fisik yang prima agar tidak mudah lelah dan menyerah ketika dihadapkan
pada kesulitan-kesulitan. Hal ini bisa dicapai dengan merutinkan olah raga satu minggu
satu kali dan kegiatan-kegiatan kebugaran lain.
Akhir kata, sidang jumat yang berbagahia, marilah kita menjadi seorang muslim yang
dicintai Allah sebagai mana Allah mencintai muslim yang kuat, yakni yang kuat fisiknya,
fikirnya, finansialnya, dan sosialnya.
Barakallahu lii walakum filquraanilkariim wa ja’alanallahu minalladziina
yastami’uunalqaula fayattabi’uuna ahsanah. Aquulu qoulii hadzaa waastaghfirullaha lii
walakum.
Rukun Khutbah Jumat
Di sini akan saya tuliskan rukun khutbah Jumat menurut Madzhab Syafi’i, karena
memang mayoritas penduduk Indonesia itu bermadzhab Syafi’iyah. Dan tidak bisa
dinafikkan bahwa Indonesia termasuk wilayah dakwah ulama-ulama syafi’iyah
(meskipun terdapat pula madzhab lain).
Untuk rukun khutbah Jumat dari madzhab lain, silakan klik di sini
Di dalam madzhab Syafi’i ada 5 rukun khutbah yang harus dipenuhi agar khutbah yang
disampaikan seorang khatib sah. Sebelumnya, perlu diketahui bahwa hendaklah rukun
khutbah diucapkan dengan bahasa Arab.
Berikut adalah rukun khutbah:
 Mengucapkan Alhamdulillah; puji-pujian bagi Allah swt. dalam bentuk kalimat
apapun (bahasa Arab). Seperti misalkan, “Alhamdulillaahirabbil ‘alamin wabihi
nasta’in …” boleh juga, “Innalhamdalillah nahmaduhu …”dan kalimat kesyukuran
lainnya.
 Mengucap shalawat kepada Nabi Muhammad saw. sebagai bentuk rasa syukur,
peneladanan, dan kecintaan kita sebagai ummatnya yang berkat jasa beliau saw.
bisa menikmati indahnya iman dan Islam. Shalawat yang utama adalah dengan
ucapan, “Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aalihi wa shahbihi
ajma’in” atau juga bisa dengan menggunakan lafadz shalawat yang lain.
(menggunakan bahasa Arab).
 Wasiat atau nasehat untuk bertaqwa kepada Allah swt. Maksudnya, khatib
menyeru jamaah shalat Jumat untuk bertaqwa kepada Allah dengan lafadz
apapun. Diutamakan dengan ayat-ayat Al-Qur’an seperti, “Yaa Ayyuhalladzina
Aamanuttaqullaha haqqa tuqaatih.” (QS. Al-Imran: 102)
 Membaca petikan ayat Al-Qur’an di salah satu dari dua khutbah. Ayat yang
dibacakan haruslah ayat yang mempunyai arti jelas, bukan ayat-ayat mutasyabih
seperti Alif Laam Miim. Dalam artian, ayat-ayat Al-Qur’an yang bisa ditafsirkan.
 Berdoa untuk kaum muslimin. Doa yang dipanjatkan adalah doa-doa yang sudah
makruf, atau umum. Seperti doa sapu jagat, doa selamat, atau doa yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai