Anda di halaman 1dari 15

PENYAKIT UNGGAS

Tindakan Vaksinasi Ayam Broiler di Peternakan Bapak Keber

Nama : Fayyadh Syafiq Septiyan

NIM : 1509005087

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2017
KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, hanya karena
limpahan Rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah paper Mata Kuliah
Penyakit Unggas, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana yang berjudul Tindakan
Vaksinasi Ayam Broiler di Peternakan Bapak Keber.

Makalah paper ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas Mata Kuliah Penyakit
Unggas Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Selain itu, Penulis berharap agar
makalah paper ini dapat bermanfaat untuk Penulis maupun Pembaca, sehingga mampu
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu


terselesaikannya penulisan makalah paper ini. Serta Penulis sadar akan hasil makalah paper
ini masih yang jauh dari kesempurnaan untuk itu Penulis sangat memohon saran dan kritikan
yang sifatnya konstruktif untuk kesempurnaannya.

Denpasar, 27 Desember 2017

Hormat Saya,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5

2.1 Jadwal vaksinasi. ....................................................................................................... 5

2.2 Beberapa petunjuk dalam melakukan vaksinasi. .................................................. 5

2.3 Pelaksanaan vaksinasi. ............................................................................................. 6

2.4 Profil peternak ......................................................................................................... 11

BAB III KESIMPULAN........................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Meningkatnya permintaan produk hasil ternak membuka peluang bagi peternak untuk
mengembangkan usaha ternak ayam broiler. Ayam broiler termasuk ternak yang dapat
berproduksi dalam waktu yang relatif singkat, yaitu hanya 5 – 6 minggu sudah bisa dipanen.
Hal inilah yang membuat peternak tertarik dan berminat untuk mengusahakannya, akan tetapi
apabila ayam broiler dipelihara secara “swalayan” seperti ayam kampung maka
keunggulannya tidak akan tampak karena ayam broiler memerlukan bibit, pakan dan
manajemen yang baik.
Teknologi peternakan ayam broiler pada umumnya telah distandarkan, namun belum
semua peternak mampu secara efektif mengadopsi teknologi peternakan ayam broiler dalam
usahanya. Adopsi adalah proses mental, dalam mengambil keputusan untuk menerima atau
menolak suatu ide dan menegaskan lebih lanjut tentang penerimaan dan penolakan ide
tersebut (Rogers, 1983)
Kemampuan peternak dalam mengadopsi teknologi sangat dipengaruhi oleh faktor
yang berasal dari dalam diri peternak dan dari luar diri peternak, serta faktor kelembagaan.
Perbedaan antara faktor yang membentuk penerimaan ini akan menyebabkan terjadinya
perbedaan adopsi teknologi. Dengan mengadopsi teknologi diharapkan produksi dapat
ditingkatkan baik jumlah maupun mutunya atau keduanya.
Dalam setiap kegiatan usaha budidaya ternak baik ternak unggas maupun ternak
lainnya, penyakit merupakan masalah yang harus selalu diwaspadai keberadaannya. Ternak
yang terserang penyakit dapat menurunkan tingkat produksi dan bahkan dapat menyebabkan
ternak yang bersangkutan mati. Dampak yang ditimbulkan adalah peternak menderita
kerugian dari usaha yang dijalankannya. Oleh karena itu diperlukan adanya pencegahan
penyakit, salah satunya dengan cara vaksinasi. Vaksinasi merupakan kegiatan memasukkan
virus yang telah dilemahkan virulensinya, sehingga ternak menjadi kebal terhadap serangan
virus sejenis.

4
BAB II
PEMBAHASAN

Dalam keadaan normal, di mana penularan penyakit sangat rendah, maka vaksinasi
yang dilakukan lebih sedikit. Apalagi siklus hidup ayam broiler sangat pendek; 6-7 minggu
telah keluar dari kandang untuk dijual. Keadaan ayam yang demikian, cukup dilakukan
vaksinasi tunggal terhadap ND, yaitu pada umur 10-15 hari melalui air minum atau tetes
mata/mulut. Akan tetapi apabila dirasa resiko penularan penyakit sangat tinggi, maka
vaksinasi terhadap ND ini dilakukan dua kali, yakni umur 1 hari dan umur 3-4 minggu.
Sedangkan untuk vaksinasi IB (Infeksi Bronchitis), Gumboro, dan Marek hanya dilakukan
bila ada resiko infeksi penyakit yang tinggi. Untuk jelasnya perhatikan jadwal dan petunjuk
vaksinasi serta pelaksanaan sebagai berikut:

2.1 Jadwal vaksinasi.

Vaksinasi
terhadap KEADAAN PENYAKIT
penyakit Normal Resiko infeksi penyakit tinggi
ND Umur 10-15 hari Umur 1 hari dan 3-4 minggu
IB Umur 1 hari dengan semprot
Gumboro Umur 4-14 hari
Marek Umur 1 hari

2.2 Beberapa petunjuk dalam melakukan vaksinasi.

Agar vaksinasi berhasil seperti apa yang dimaksud, maka di dalam melakukan vaksinasi
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Ayam yang divaksinasi hanyalah ayam-ayam yang sehat saja.
b. Apabila perlaksanaan vaksinasi melalui air minum, maka:
- Tempat minum harus dicuci baik-baik, tetapi tidak diperkenankan menggunakan
desinfektan detergent, sabun, dan lain-lain.

5
- Air minum yang dipergunakan untuk mencampur vaksin hendaknya tidak
mengandung chloor atau zat-zat lainnya, yang sekiranya bisa mematikan virus. Oleh
karena itu agar vaksin ini aman, dianjurkan menggunakan air sumur, aquadest, air
hujan, dan lain sebagainya, tetapi jangan menggunakan air leiding.
- Dua sampai 4 jam menjelang dilaksanakan vaksinasi, ayam harus dipuasakan
terlebih dahulu. Sebab vaksin yang sudah dilarutkan ke dalam air minum harus habis
selama 2-3 jam.
c. Bila vaksinasi harus dilaksanakan secara suntikan, penganglah ayam bersebut dengan
hati-hati. Cara-cara penangkapan atau pemegangan jangan sampai kasar, sebab bisa
mengakibatkan stress.
d. Vaksin harus diusahakan terhindar atau terlindungi terhadap sinar matahari.
e. Sesudah botol vaksin habis terpakai, maka botol atau sisanya harus dimusnahkan,
dibakar, atau direndam dalam air panas.
f. Obat antistress harus dilakukan pada saat menjelang vaksinasi dan sesudahnya.

2.3 Pelaksanaan vaksinasi.

Banyak di kalangan peternak yang berpikir bahwa vaksin merupakan biaya yang cukup
mahal, sehingga sering seadanya atau bahkan ditiadakan sama sekali. Padahal jika vaksinasi
dilakukan secara benar maka akan diperoleh hasil yang lebih baik dan tidak sebanding
dengan biaya yang kita keluarkan karena program vaksinasi yang dilakukan secara benar
akan menjaga kondisi kesehatan ayam dengan cara pembentukan antibody.
Vaksinasi mempunyai beberapa point penting yang harus diperhatikan yaitu (Sauvana,
J, 2009):
- Vaksin
- Metode vaksinasi
- Dosis vaksin
- Jadwal vaksinasi
- Waktu pemberian vaksinasi
- Cara penyimpanan vaksin

Jika dibandingkan antara berbagai table yang kami cantumkan, baik table vaksinasi dari
breeder, buku referensi dan modifikasi kami, ternyata jenis vaksin yang digunakan tidak jauh
berbeda yaitu (Sauvana, J, 2009):

6
a. Vaksin Marek
Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit Marek dan diberikan secara subcutan
atau intramuskular pada DOC. Biasanya vaksin ini sudah dilakukan oleh breeder. Menurut
literature vaksinasi dilakukan dengan injeksi subcutan di bawah leher.

b. Vaksin ND + IB
Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit Newcastle Disease dan Infectious
Bronchitis. Cara pemberian vaksin ini ada 2 cara yaitu dengan tetes mata dan suntik injeksi
intramuskular pada bagian dada. Perbedaan metode vaksin ini dikarenakan perbedaan umur
ayam yang akan divaksin.

c. Vaksin IB
Vaksin IB digunakan untuk menimbulkan kekebalan ayam terhadap Infectious
Bronchitis. Pemberian vaksin ini sangat mudah yaitu dengan mencampurkannya dalam air
minum.

d. Vaksin ND
Pemberian vaksin ini bertujuan mencegah timbulnya penyakit Newcastle Disease pada
unggas. Vaksin ini juga dilakukan dengan 3 cara yaitu dengan pemberian tetes mata, metode
injeksi subcutan dan injeksi intramuskuler pada dada.

e. Vaksin Cocci
Vaksin Cocci ini sangat mahal harganya, sehingga kadangkala banyak peternak yang
melewati vaksin ini karena dalam beberapa pakan ayam jadipun sudah mengandung
koksidiostat. Cara pemberian vaksin ini terdapat 2 kategori ada yang menggunakannya
melalui air minum dan ada juga yang menyemprotkannya ke pakan.

7
f. Vaksin Gumoro
Vaksin gumoro juga diberikan pada air minum.

g. Vaksin Coryza
Vaksin coryza ini digunakan untuk mencegah timbulnya wabah Snot atau Coryza. Cara
pemberian vaksin ini dilakukan dengan injeksi intramuskuler pada dada atau paha. Menurut
SHS, petunjuk pemakaian vaksin ini adalah sbb:
Double injeksi 0,5-1 ml pada ayam umur 10 minggu
Initial dose 0,5-1 ml pada ayam umur 4-6 minggu
Booster 0,5-1 ml pada ayam umur 14-16 minggu
Injeksi dilakukan pada otot paha untuk mendapatkan kekebalan.

h. Vaksin Fowl Pox/Cacar


Vaksinasi cacar ini sangat berbeda dengan vaksin-vaksin lainnya. Pemberian vaksin ini
dilakukan dengan metode tusuk sayap. Vaksin ini dikemas dalam satu vial berbentuk cairan
emulsi.
Petunjuk pemakaian dan dosisnya menurut Vaksindo adalah sebagai berikut:
1. Kocok vaksin sampai emulsinya menjadi rata (homogen) sebelum dipakai.
2. Bentangkan sayap ayam sedemikian rupa sehingga “wingweb”nya terlihat jelas.
3. Celupkan jarum yang tersedia ke dalam vaksin
4. Tusuk wingweb dengan jarum tersebut hingga tembus.
5. Satu dosis vaksin setara dengan 0,01 ml
6. Vaksinasi dilakukan pada ayam umur 4-7 minggu dan dapat diulang pada umur 8-12
minggu.
7. Lima sampai tujuh hari setelah vakinasi akan terjadi kekebalan ditandai dengan
terbentuknya sarang pox. Sarang pox akan mengecil dan menghilang setelah 21 hari.

i. Vaksin ILT
Vaksinasi ILT bertujuan untuk membentuk kekebalan tubuh ayam terhadap terjadinya
infeksi pada saluran laringotracheal. Cara pemberian vaksin ini adalah tetes mata, tetes
hidung dan pemberian pada air minum.

8
j. Vaksin EDS
Vaksin ini selain merupakan booster untuk ND dan IB, vaksin ini juga digunakan untuk
mencegah terjadinya Egg Drop Syndrom pada ayam layer. Vaksinasi ini dilakukan dengan
melakukan injeksi intramuskuler pada dada.

k. Vaksin AI
Vaksinasi ini mulai merebak setahun belakangan ini akibat adanya kasus flu burung yang
melanda Thailand, China dan Malaysia. Di beberapa wilayah Indonesia juga terjangkit wabah
flu burung. Penyakit ini juga membuat kerugian yang sangat luar biasa karena seluruh ayam
yang terkena harus dimusnahkan. Namun, flu burung ini dapat ditanggulangi dengan
melakukan vaksinasi sejak dini yaitu melakukan vaksinasi pada anak-anak ayam atau pada
ayam dewasa agar terbentuk kekebalan tubuh terhadap serangan flu burung yang dicurigai
disebarkan melalui burung-burung liar yang melakukan migrasi. Vaksin ini dilakukan dengan
dua cara yaitu dengan injeksi subcutan dan injeksi intramuskuler pada otot dada. Perbedaan
ini didasari oleh umur ayam yang akan dilakukan vaksinasi. Menurut Vaksindo sebagai
produsen, spesifikasi dan petunjuk pemakaian vaksin ini adalah sbb:
VAKSIFLU AIÒ adalah vaksin inaktif yang dibuat dari virus Avian Influenza (AI) isolat
lapangan (autovaksin) subtipe H5N1.
Kegunaan ; Vaksin ini digunakan untuk menimbulkan kekebalan terhadap virus AI subtipe
H5N1 pada ayam atau unggas lainnya.

Program Vaksinasi
Ayam pedaging (broiler)
Umur Ayam Jenis Vaksin Cara Vaksinasi
4-7 hari Vaksiflu AI Di bawah kulit
pada pangkal leher 0,2 ml
l. Tetes Mata atau Hidung
Cara vaksinasi ini umumnya dilakukan pada ternak ayam yang masih berumur
beberapa hari, misalnya 4 hari. Larutan vaksin yang digunakan dalam larutan dapar. Cara
vaksinasi tetes mata dilakukan dengan cara memegang ayam dengan tangan kanan dan tangan
kiri memegang botol vaksin. Botol vaksin jika sudah menghadap ke bawah, diusahakan
jangan dibalik menghadap keatas lagi. Teteskan larutan vaksin pada salah satu mata satu tetes
tiap ekor. Jika vaksin sudah masuk, ayam akan mengedipkan mata berkali-kali. Dalam

9
pelaksanaannya misal kita meneteskan pada mata sebeleh kanan, untuk ayam yang lainnya
juga diteteskan pada mata sebelah kanan juga. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
identifikasi. Jika menggunakan tetes hidung, maka teteskan larutan vaksin pada salah satu
hidung dan lubang yang lain ditutup. Jika vaksin sudah terhirup, kemudian ayam dilepaskan.

m. Tetes Mulut
Cara vaksinasi tetes mulut juga tidak jauh berbeda dengan vaksinasi tetes hidung
maupun tetes mata. Tahap pertama yang dilakukan adalah melarutkan larutan vaksin dengan
larutan dapar, kemudian dikocok dan diusahakan tidak sampai berbuih. Larutan vaksin
tersebut kemudian diteteskan pada mulut ayam satu tetes tiap ekor. Jika sudah masuk,
kemudian ayam dilepaskan.

n. Air Minum
Vaksinasi menggunakan air minum merupakan vaksinasi yang dilakukan pada ayam
dengan cara memuasakan minum ayam selama kurang lebih 2 jam. Jika suasana panas, maka
waktu pemuasaan air minum dapat dipersingkat. Kemudian sediakan air minum dalam
jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan proses vaksinasi. Diusahakan air minum yang
digunakan aquades. Cara pencampuran vaksin dilakukan sesuai dengan petunjuk vaksin yang
dibeli. Kemudian jika vaksin sudah tercampur dengan air minum, larutan tersebut diberikan
pada ternak sebagai vaksin air minum.

o. Injeksi atau Suntikan


Cara vaksinasi injeksi atau suntikan dapat menggunakan vaksin aktif maupun vaksin
inaktif. Vaksinasi ini menggunakan jarum yang telah disterilkan terlebih dahulu dengan cara
direbus menggunakan air mendidih selama kurang lebih 30 menit. Kemudian cara vaksinasi
dapat dilakukan intramuskuler (dibawah otot), intravena (dibawah vena) atau subkutan
(dibawah kulit).

p. Tusuk Sayap atau Wing Web


Cara vaksinasi ini menggunakan alat khusus berupa jarum penusuk. Seperti biasa,
jarum penusuk harus disterilkan terlebih dahulu dalam air mendidih selama kurang lebih 30
menit. Larutan vaksin yang akan digunakan dikocok dan diusahakan jangan sampai berbuih.
Celupkan jarum penusuk kedalam larutan vaksin, kemudian tusukkan jarum pada sayam

10
ayam yang telah direntangkan. Diusahakan menusuknya pada lipatan sayap yang tipis dan
jangan sampai mengenai tulang, otot dan pembuluh darah.

q. Semprot atau Spray


Cara vaksinasi ini hampir sama dengan jika kita melakukan sanitasi kandang, yakni
menggunakan alat semprot (sprayer). Diusahakan sprayer untuk vaksinasi khusus dilakukan
untuk vaksinasi saja. Campurkan vaksin dengan aquades kedalam sprayer yang memang
steril dan bebas karat. Larutan vaksin disemprotkan ke seluruh ayam dengan jarak 30-40 cm
dari atas kepala ayam. Selang 30 menit kemudian, kandang dapat dibuka kembali dan kipas
dapat dinyalakan lagi.

2.4 Profil peternak

Peternakan ayam broiler milik bapak Keber di desa Manuaba, Kenderan, Tegal alang
ini merupakan peternakan milik pribadi dari bapak Made Keber. Peternakan ini berdiri di
tanah kontak dengan area seluas ±8 are dengan bentuk kandang yaitu tipe panggung.
Peternakan ini sudah berdiri sejak 5 tahun yang lalu, dan memiliki kapasitas penampungan
sebanyak 4000 ekor ayam. Peternakan ini dikelola oleh bapak Keber dan istrinya sendiri
tanpa memiliki karyawan. Beliau memulai usaha peternakan ayam ini karena mendengarkan
informasi dari orang lain.

Salah satu penyebab kegagalan pertumbuhan ayam adalah masalah penyakit infeksius
maupun non infeksius. Penyakit infeksi pada ayam dapat disebabkan berbagai faktor seperti,
bakteri, virus, protozoa, jamur dan non infeksius. Dalam pencegahan penyakit, peternakan
biasanya memperhatikan biosecurity. Dalam peternakan bapak Keber, Peternak biasanya
menyemprotkan diri dengan desinfektan sebelum masuk ke dalam kandang. Dalam proses
pemanenan ayam, peternak dibantu oleh orang lain, manum tetap memperhatikan personal
hygiene sebelum masuk ke dalam kandang. Peralatan yang digunakan dicuci, dan sebelum
dipakai disemprotkan desinfektan. 3 hari sebelum kandang di masukan bibit ayam (DOC)
sudah disemprotkan desinfektan.

Ayam di peternakan ini diberikan vaksin tetes dan vaksin suntik pada umur 4 hari.
Vaksin suntik di berikan oleh dokter hewan yang mengawai peternakan ini, sedangkan vaksin
tetes diberikan oleh peternak dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter hewan. Vaksin
gumboro diberikan pada ayam umur 12 hari dengan pemberian dalam air minum ayam

11
dicampur dengan susu. Selain vaksin, ayam juga diberikan vitamin untuk menjaga kesehatan
ayam tersebut yang disarankan oleh dokter hewan.

Dalam peternakan ayam milik bapak Keber, penyakit yang menyerang ayam biasanya
E. coli, parasit cacing, bersin, panas, kaki kering, dan berak darah. Pemilik peternakan
biasanya memisahkan ayam yang sakit dengan ayam yang sehat di suatu kandang khusus jika
ayam yang sakit jumlahnya kurang dari 5 ekor, dan jika lebih dari 5 ekor maka di tempatkan
di kandang yang sama dengan yang sehat namun disekat di pojok kandang supaya mudah
diobati, dan ayam yang mati langsung di kubur atau diberikan babi namun jika ayam yang
mati lebih dari 7 ekor maka ada suatu pengawas yang disebut PPL dan diawasi oleh dokter
hewan melakukan pembedahan bangkai ayam yang mati untuk mengetahui penyakit ayam
yang menyerang dan mewabah. Ayam yang sakit di monitor terus oleh peternak. Biasanya
pemberian obat untuk ayam yang sakit pada pagi dan sore hari dengan dosis yang sudah
dianjurkan oleh dokter hewan yang mengawasi.

12
13
BAB III
KESIMPULAN

Pada kunjungan ke peternakan Bapak Keber tindakan vaksinasi seperti memberi


vaksinasi pada anak ayam (DOC) yang baru masuk sudah diberi vaksinasi agar ayam yang
masuk dan diberikan vaksinasi yang lengkap dan berkala secara terprogram, dan tindakan
medikasi seperti memberi obat dan perawatan pada ayam yang sakit dan sehat, dan
pemberian vitamin pada ayam agar ayam di peternakan secara terprogram sudah sesuai dan
efektif.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ardana I.B.K .2009. Manajemen Produksi dan Penyakit Ternak Broiler. Swasta Nulus Press.
Denpasar.

Kencana, Gusti Ayu Yuniati, et all. 2011. Vaksin Gumboro Menyebabkan Imunosupresif
pada Respon Primer Vaksin Penyakit Tetelo Ayam Pedaging. Jurnal Veteriner. Vol
12(4):275-280

Wahyudi, Wirawan Adi, Afriani H.,Nahri Idris. 2010. Evaluasi Adopsi Teknologi Peternakan
Ayam Broiler di Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Jambi. Fakultas Peternakan
Universitas Jambi. Vol 12(2):23-28

Wibowo, Michael Haryadi, Surya Amanu. 2010. Perbandingan Beberapa Program Vaksinasi
Penyakit Newcastle pada Ayam Buras. Jurnal Sain Vet. Vol 28:27-35

15

Anda mungkin juga menyukai