Anda di halaman 1dari 6

DIARE

Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia,

hal ini dikarenakan masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan kematian

terutama pada balita. Faktor lingkungan yang buruk dapat menyebabkan seorang balita

terkena diare. Diare hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama

kesakitan dan kematian hampir diseluruh daerah geografis di dunia dan semua

kelompok usia bisa diserang oleh diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang

tinggi terutama pada bayi dan anak balita. Di negara berkembang, anak-anak balita

mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun tetapi di beberapa tempat terjadi

lebih dari 9 kali kejadian diare per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup anak

dihabiskan untuk diare (Soebagyo, 2008).

Menurut Data Dinkes Kabupaten Sumenep, data penyakit diare pada tahun 2010

yaitu 14.586 dengan penderita sebanyak di daerah Ganding mencapai 1.028 dan 150

penderita terjadi pada Balita, pada tahun 2011 penyakit diare di Kabupaten Sumenep

mencapai 21.162. Sedangkan pada tahun 2012 jumlah penderita di Kabupaten Sumenep

mengalami penurunan yaitu 7.920 dan angka tertinggi yang terjadi pada balita tahun

2012 terjadi di daerah Ganding. Berdasarkan studi pendahuluan dengan melakukan

wawancara secara langsung pada keluarga, ternyata dari 3 orang ibu, dia tidak

menggunakan air mineral melainkan menggunakan air sumur yang tidak diketahui

tingkat keamanan air tersebut.

Banyak faktor yang secara langsung maupung tidak langsung dapat menjadi

faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agent, penjamu, lingkungan dan
perilaku. Faktor penjamu yang menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap diare,

diantaranya tidak memberikan ASI selama 2 tahun, kurang gizi, penyakit campak, dan

imunodefisiensi. Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air

bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan

perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tidak tercemar kuman

diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka

penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Jurnal, Depkes, 2005).

Penyebab utama adalah beberapa kuman usus penting yaitu Retrovirus, E. Coli,

Shigella, Cryptosporidium, Vibro Cholearae, dan Salmonella. (DepKes RI, 1998).

Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare,

yaitu: Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari kehidupan.

Menggunakan botol susu, Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, Air minum

tercemar dengan bakteri tinja, Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah

membuang tinja atau sebelum menjamah makanan (Nursalam 2005 : 169-170).

Selain beberapa penyebab diare, lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap

terjadinya penyakit diare. Misalnya pada musim tertentu kebutuhan gizi dapat dengan

mudah terpenuhi. Namun, pada saat musim kemarau penyediaan air bersih dan sumber

makanan sulit untuk didapatkan. Lingkungan yang kurang bersih juga dapat

menyebabkan terjadinya penyakit diare, kurangnya penggunaan jamban dapat memicu

penyebaran penyakit diare.


Dari data tersebut peneliti ingin meneliti tentang hubungan kualitas fisik Sumber

Air Minum dan Sarana Pembangunan Tinja (Jamban) dengan kejadian penyakit di

daerah Ganding.

Upaya pencegahan penyakit daire bisa dilakukan oleh diri kita sendiri, keluarga

atau oleh tenaga kesehatan. Setelah vaksin rotavirus memiliki potensi untuk mengurangi

jumlah penderita diare. Saat ini ada dua vaksin berlisensi untuk menghadapi notavirus.

Vaksin notavirus yang lainnya seperti, Shigella, ETEC, dan Cholera sedang

dikembangkan, vaksin ini juga berfungsi untuk penularan diare.

Karena tangan merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering melakukan

kontak langsung dengan benda lain, maka sebelum makan disarankan untuk mencuci

tangan dengan sabun. Selain hasil studi Cochrane menemukan bahwa dalam gerakan-

gerakan sosial yang dilakukan lembaga dan masyarakat untuk membiasakan mencuci

tangan menyebabkan penurunan tingkat kejadian yang signifikan pada diare.


METODOLOGI PENELITIAN

Disusun Oleh :

Ningsih Atmila Sari

715.6.2.0618

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
SUMENEP
2017
METODOLOGI PENELITIAN

Disusun Oleh :

Nita Dwi Jayanti

715.6.2.0602

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
SUMENEP
2017
METODOLOGI PENELITIAN

Disusun Oleh :

Miftahul Arifin

715.6.2.0606

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
SUMENEP
2017

Anda mungkin juga menyukai