DIARE
DIARE
hal ini dikarenakan masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan kematian
terutama pada balita. Faktor lingkungan yang buruk dapat menyebabkan seorang balita
terkena diare. Diare hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama
kesakitan dan kematian hampir diseluruh daerah geografis di dunia dan semua
kelompok usia bisa diserang oleh diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang
tinggi terutama pada bayi dan anak balita. Di negara berkembang, anak-anak balita
mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun tetapi di beberapa tempat terjadi
lebih dari 9 kali kejadian diare per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup anak
Menurut Data Dinkes Kabupaten Sumenep, data penyakit diare pada tahun 2010
yaitu 14.586 dengan penderita sebanyak di daerah Ganding mencapai 1.028 dan 150
penderita terjadi pada Balita, pada tahun 2011 penyakit diare di Kabupaten Sumenep
mencapai 21.162. Sedangkan pada tahun 2012 jumlah penderita di Kabupaten Sumenep
mengalami penurunan yaitu 7.920 dan angka tertinggi yang terjadi pada balita tahun
wawancara secara langsung pada keluarga, ternyata dari 3 orang ibu, dia tidak
menggunakan air mineral melainkan menggunakan air sumur yang tidak diketahui
Banyak faktor yang secara langsung maupung tidak langsung dapat menjadi
faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agent, penjamu, lingkungan dan
perilaku. Faktor penjamu yang menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap diare,
diantaranya tidak memberikan ASI selama 2 tahun, kurang gizi, penyakit campak, dan
imunodefisiensi. Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air
bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan
perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tidak tercemar kuman
diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka
Penyebab utama adalah beberapa kuman usus penting yaitu Retrovirus, E. Coli,
Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare,
yaitu: Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari kehidupan.
Menggunakan botol susu, Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, Air minum
tercemar dengan bakteri tinja, Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah
terjadinya penyakit diare. Misalnya pada musim tertentu kebutuhan gizi dapat dengan
mudah terpenuhi. Namun, pada saat musim kemarau penyediaan air bersih dan sumber
makanan sulit untuk didapatkan. Lingkungan yang kurang bersih juga dapat
Air Minum dan Sarana Pembangunan Tinja (Jamban) dengan kejadian penyakit di
daerah Ganding.
Upaya pencegahan penyakit daire bisa dilakukan oleh diri kita sendiri, keluarga
atau oleh tenaga kesehatan. Setelah vaksin rotavirus memiliki potensi untuk mengurangi
jumlah penderita diare. Saat ini ada dua vaksin berlisensi untuk menghadapi notavirus.
Vaksin notavirus yang lainnya seperti, Shigella, ETEC, dan Cholera sedang
Karena tangan merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering melakukan
kontak langsung dengan benda lain, maka sebelum makan disarankan untuk mencuci
tangan dengan sabun. Selain hasil studi Cochrane menemukan bahwa dalam gerakan-
gerakan sosial yang dilakukan lembaga dan masyarakat untuk membiasakan mencuci
Disusun Oleh :
715.6.2.0618
Disusun Oleh :
715.6.2.0602
Disusun Oleh :
Miftahul Arifin
715.6.2.0606