Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA POST PARTUM

Disusun Oleh :

SHINTA NURAINI

P1337420916028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN AJARAN 2017


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Post partum merupakan suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran. Lamanya “periode” ini tidak pasti, sebagian besar mengganggapnya antara 4
sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak komplek dibandingkan
dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyaknya perubahan fisiologi. Beberapa dari
perubahan tersebut mungkin hanya sedikit mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi
serius juga sering terjadi. (Cunningham, F, et al, 2013)
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa
secara nasional Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 226/100.000 kelahiran hidup.
Angka ini masih jauh dari target tujuan pembangunan milenium (Millenium
Development Goals/MDGs), yakni hanya 102/100.000 kelahiran tahun 2015. Rendahnya
kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi factor penentu angka
kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani
masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul, yakni
28 % pendarahan, 5% aborsi, 24% eklamsi, 5% persalinan lama/macet, 8% komplikasi
masa nifas, 11% infeksi dan 14% lain-lain.
Menurut WHO persalinan secara SC dengan indikasi ketuban pecah dini pada
tahun 2013 sebanyak 50-60%. Sedangkan di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 35%
(Depkes RI, 2013). Kemudian di Indonesia sendiri, secara garis besar jumlah dari
persalinan caesar di rumah sakit pemerintah adalah sekitar 20–25% dari total persalinan,
sedangkan untuk rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi, yaitu sekitar 30–80% dari
total persalinan (Rosyid, 2009).
Post partum dengan sectio caesaria dapat menyebabkan perubahan atau adaptasi
fisiologis yang terdiri dari perubahan involusio, lochea, bentuk tubuh, perubahan pada
periode post partum terdiri dari immiediate post partum, early post partum, dan late post
partum, proses menjadi orang tua dan adaptasi psikologis yang meliputi fase taking in,
taking hold dan letting go. Selain itu juga terdapat luka post op sectio caesarea yang
menimbulkan gangguan ketidaknyamanan : nyeri dan resiko infeksi yang dikarenakan
terputusnya jaringan yang mengakibatkan jaringan terbuka sehingga memudahkan kuman
untuk masuk yang berakibat menjadi infeksi.
Asuhan keperawatan pasca persalinan diperlukan untuk meningkatkan status
kesehatan ibu dan anak. Masa nifas di mulai setelah dua jam lahirnya plasenta atau
setelah proses persalinan kala 1 sampai IV selesai. Berakhirnya proses persalinan bukan
berarti ibu terbebas dari bahaya atau komplikasi. Berbagai komplikasi dapat dialami ibu
pada masa nifas dan bila tidak tertangani dengan baik akan memberi kontribusi yang
cukup besar terhadap tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. Sehingga perlu
diketahui bagaimana asuhan keperawatan yang benar terhadap ibu post partum.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian post partum sectio caesaria?
2. Bagaimana tanda dan gejala masa nifas ?
3. Bagaimana patofisiologi sectio caesaria?
4. Bagaimana penatalaksanaan pada klien postpartum denagn SC ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada post partum SC ?

C. Tujuan
Tujuan Umum :
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pada postpartum
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui pengertian post partum sectio caesaria
2. Mengetahui tanda dan gejala masa nifas
3. Mengetahui patofisiologi sectio caesaria
4. Mengetahui penatalaksanaan pada klien postpartum denagn SC
5. Mengetahui asuhan keperawatan pada post partum SC

D. Manfaat
Tersusunnya makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman secara langsung sekaligus penanganan dalam menerapkan
ilmu yang diperoleh selama di akademik, serta menambah wawasan dalam penerapan
proses manajemen Asuhan keperawatan pada postpartum.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dari uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan atau
tanpa bantuan, Manuaba (2010). Section sesaria adalah pembedahan untuk melahirkan
janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu
histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Sectio caesaria adalah suatu
persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut
dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500
gram (Sarwono, 2009).
Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum
hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Siti Saleha, 2009). Akan tetapi seluruh alat
genital akan kembali dalam waktu 3 bulan (Hanifa, 2002)
Postpartum mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu(Saifuddin, 2006).
Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Siti Saleha,2009) :
1. Periode Immediate Postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu,
perawat dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran
loche, tekanan darah, dan suhu.
2. Periode Early Postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini perawat memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

3. Periose Late Postpartum (1 minggu-5 minggu)


Pada periode ini perawat tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari
serta konseling KB.

B. Indikasi
Operasi SC dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko
pada ibu ataupun janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC, proses
persalinan normal lama/kegagalan proses persalinan normal (dystasia) :
1. Fetal distress
2. His lemah/melemah
3. Janin dalam posisi sungsang atau melintang
4. Bayi besar (BBL ≥ 4,2 kg)
5. Plasenta previa
6. Kelainan letak
7. Disproporsi cevalo-pelvik (ketidakseimbangan anatar ukuran kepala dan panggul)
8. Rupture uteri mengancam
9. Hydrocephalus
10. Primi muda atau tua
11. Partus dengan komplikasi
12. Panggul sempit
13. Problem plasenta
C. Tanda dan Gejala
1. Adaptasi fisiologis post partum
a. Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah bayi
dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Setelah plasenta
lahir, uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi ini menyebabkan rasa
nyeri/mules-mules yang disebut after pain post partum terjadi pada hari ke 2-3
hari.

b. Kontraksi uterus
Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk
mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1 – 2 jam post partum, kontraksi
menurun stabil berurutan, kontraksi uterus menjepit pembuluh darah pada uteri
sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat berhenti.
c. After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -3. After pain
meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri, dan gumpalan darah
(stoll cell) dalam cavum uteri.
d. Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum
spunglosum, bagian atas setelah 2 – 3 hari tampak bahwa lapisan atas dari stratum
sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari lochia. Epitelisasi
endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu endometrium tumbuh
kembali. Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu tidak menimbulkan jaringan
parut, tetapi endometrium baru, tumbuh di bawah permukaan dari pinggir luka.
e. Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifas terjadi pematangan
sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu menyusui mentruasinya
terlambat karena pengaruh hormon prolaktin.
f. Lochia
Cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas, sifat lochia
alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak. Jumlah lebih
banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi, berbau anyir, tetapi
tidak busuk. Lochia dibagi dalam beberapa jenis :
1) Lochia rubra
Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa chorion,
liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.
2) Lochia sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3 – 7 warna merah kecoklatan bercampur lendir, banyak
serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati.
3) Lochia serosa
Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna agak kuning cair
dan tidak berdarah lagi.
4) Lochia alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir, mengandung
leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit yang telah mati.
g. Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari dan
pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya dapat
dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang lambat laun
mencapai ukuran normal dan tonus otot kembali seperti biasa, pada minggu ke-3
post partum, rugae mulai nampak kembali.
h. Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena diregang
begitu lama. Setelah 2 – 3 minggu dinding perut akan kembali kuat, terdapat
striae melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot rectus/perut) akibat janin
yang terlalu besar atau bayi kembar.
i. Perubahan Sistem kardiovaskuler
Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus dan eksresi
cairan extra vasculer. Curah jantung/cardiac output kembali normal setelah partus.
1) Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal. Penurunan ini
akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada sirkulasi seiring lepasnya
placenta. Bertambahnya volume darah menaikkan tekanan darah sebagai
mekanisme kompensasi dari jantung dan akan normal pada akhir minggu
pertama.
2) Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat kehamilan
ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan yang harus
diperhatikan secara serius.

3) Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal kembali dalam
24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui vagina
ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya vagina.
j. Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan
hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang oedema
trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urin.
Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks miksi menurun.
k. Perubahan sistem Gastro Intestinal
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2 – 3 hari post partum.
Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan perineum
karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan takut jahitan lepas.
l. Perubahan pada mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari ketiga
produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang, membengkak,
lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler).
m. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan kehamilan.
Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum yang dapat dikeluarkan
dengan memijat areola mammae. Colustrum yaitu cairan kuning dengan berat
jenis 1.030 – 1,035 reaksi alkalis dan mengandung protein dan garam, juga
euglobin yang mengandung antibodi bayi yang terbaik dan harus dianjurkan kalau
tidak ada kontra indikasi.
n. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam 24 hari,
setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan prolaktin
meningkat untuk proses laktasi.

2. Perubahan psikologis post partum


Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode yaitu
sebagai berikut ;
1) Periode Taking In
a. Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
b. Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi
yang baik.
c. Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala sesuatru
kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
d. Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
e. Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan secara
berulang-ulang
f. Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang
untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala.
g. Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan
kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan
2) Periode Taking Hold
a. Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
b. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam merawat
bayi
c. Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena itu,
ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat
d. Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat
menumbuhkan rasa percaya dirinya.
e. Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,
misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk mengubah
posisi seperti duduk atau jalan, serta belajar tentang perawatan bagi diri dan
bayinya
3) Periode Letting Go
a. Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
b. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
c. Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya
d. Keinginan untuk merawat bayi meningkat
e. Ada kalanya ibumengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya,
keadaan ini disebut baby blues(Herawati Mansur, 2009).
D. Pathway
E. Penatalaksanaan
1. Mobilisasi
Ibu harus cukup beristirahat, dua jam post partum ibu harus tidur terlentang untuk
mencegah terjadinya perdarahan post partum. Mobilisasi dilakukan secara bertahap
meliputi :
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta
untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk
selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3
sampai hari ke5 pasca operasi.
2. Pemberian Cairan
Pemberian cairan dapat dilakukan sedini mungkin untuk mencegah terjadinya
hipertermi, dehidrasi, dan komplikasi pada organ-organ tubuh lainnya, dan minum
sedikitnya ± 2,5 liter air setiap hari. Tetapi untuk perdarahan aktif pada waktu
persalinan, pemberian cairan per infuse harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit yang diperlukan oleh tubuh.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Observasi kontraksi uterus, fundus uteri dan perdarahan.
b. Sarankan agar ibu tidak menggunakan pembebat perut segera pada masa nifas,
karena mempersulit bagi petugas kesehatan untuk menilai tonus dan posisi uterus.
4. Kebersihan Diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
c. Anjurkan ibu untuk mengganti pembalut 2x sehari.
d. Anjurkan ibu mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan alat kelamin.
e. Anjurkan ibu jika mempunyai luka episiotomi/laserasi untuk menghindari
menyentuh daerah luka.
5. Istirahat
a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
b. Anjurkan ibu untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi :
1) Mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi.
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri.
6. Latihan
a. Tidur terlentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik
nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke atas.
b. Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul.
c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot pantat dan panggul.
7. Gizi
a. Mengkonsumsi tambahan : 5000 kalori setiap Hari.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup.
c. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya 40 hari pasca
bersalin.
d. Minum kapsul Vit.A (200-600 unit) agar bisa mendapatkan Vit. A kepada bayinya
melalui ASInya.
8. Miksi harus secepatnya dilakukan sendiri. Bila kandung kemih penuh dan tidak bisa
miksi sendiri dilakukan kateterisasi.
9. Defekasi harus ada dalam 3-4 hari post partum, bila masih sulit buang air besar dan
terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per
rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.
10. Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih terutama puting susu.
b. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
11. Senggama
a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti.
b. Menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu (40 hari, atau 6 minggu
setelah persalinan).
c. Ibu siap secara psikologis untuk melakukan hubungan suami istri.
12. KB
Diberi penjelasan alat kontrasepsi untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya
menggunakan KB untuk menjarangkan anak.

F. Asuhan Keperawatan
Pengkajian Fokus Keperawatan

a. Biodata klien
Biodata klien berisi tentang : nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku, agama,
alamat, no. CM, ama suami, umur, pendidikan, pekerjaan, suku, agama, alamat,
tanggal pengkajian.
b. Keluhan utama
Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta pertolongan.
c. Riwayat haid
Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi,
siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus.
d. Riwayat perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa ? Apakah perkawinan sah atau
tidak, atau tidak direstui orang tua ?
e. Riwayat obstetri
a) Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium : USG, Darah,
Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi,
upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh.
b) Riwayat persalinan
Riwayat persalinan lalu : Jumlah gravida, jumlah partal, dan jumlah abortus,
umur kehamilan saat bersalin, jenis persalinan, penolong persalinan, BB
bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini.
c) Riwayat nifas pada persalinan lalu : Pernah mengalami demam, keadaan
lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktifitas setelah melahirkan,
keadaan perineal, abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi,
keberhasilan pemberian ASI, respon dan support keluarga.
d) Riwayat persalinan saat ini : Kapan mulai timbulnya his, pembukaan,
bloody show, kondisi ketuban, lama persalinan, dengan episiotomi atau
tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar vagina, dilakukan anastesi atau
tidak, panjang tali pusat, lama pengeluaran placenta, kelengkapan placenta,
jumlah perdarahan.
e) Riwayat New Born : apakah bayi lahir spontan atau dengan induksi/tindakan
khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis atau tidak), apakah
membutuhkan resusitasi, nilai APGAR skor, Jenis kelamin Bayi, BB,
panjang badan, kelainan kongnital, apakah dilakukan bonding attatchment
secara dini dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI atau susu
formula.
f. Riwayat KB & perencanaan keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis kontrasepsi
yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau rencana
penambahan anggota keluarga dimasa mendatang.
g. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang
dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah penyakit tersebut diderita sampai
saat ini atau kambuh berulang-ulang ?
h. Riwayat psikososial-kultural
Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan, apakah
ibu pasif atau cerewet, atau sangat kalm. Pola koping, hubungan dengan suami,
hubungan dengan bayi, hubungan dengan anggota keluarga lain, dukungan social
dan pola komunikasi termasuk potensi keluarga untuk memberikan perawatan
kepada klien. Adakah masalah perkawinan, ketidak mampuan merawat bayi baru
lahir, krisis keluarga. Blues : Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, bingung dan
mudah menangis. Depresi : Konsentrasi, minat, perasaan kesepian, ketidakamanan,
berpikir obsesif, rendahnya emosi yang positif, perasaan tidak berguna, kecemasan
yang berlebihan pada dirinya atau bayinya.
Kultur yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan dengan budaya pada
perawatan post partum, makanan atau minuman, menyendiri bila menyusui, pola
seksual, kepercayaan dan keyakinan, harapan dan cita-cita.
i. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic,
menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh
keluarga.
j. Profil keluarga
Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type rumah,
community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social dan keterlibatan dalam
kegiatan masyarakat.
k. Kebiasaan sehari-hari

1) Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan
(Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack (makanan
ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, freguensi,.

2) Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman
yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang
atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur
(penekanan pada perineum).

3) Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah


inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas,
terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa talut luka
episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi,
rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet.

4) Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan


pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan wajah.

5) Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,


kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan
menyusui.
6) Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang
membuat fresh dan relaks.
l. Sexual
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi koitus
atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan, kesulitan
melakukan seks, continuitas hubungan seksual. Pengetahuan pasangan kapan
dimulai hubungan intercourse pasca partum (dapat dilakukan setelah luka
episiotomy membaik dan lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3).
Bagaimana cara memulai hubungan seksual berdasarkan pengalamannya, nilai yang
dianut, fantasi dan emosi, apakah dimulai dengan bercumbu, berciuman, ketawa,
gestures, mannerism, dress, suara. Pada saat hubungan seks apakah menggunakan
lubrikasi untuk kenyamanan. Posisi saat koitus, kedalaman penetrasi penis.
Perasaan ibu saat menyusui apakah memberikan kepuasan seksual. Faktor-faktor
pengganggu ekspresi seksual : bayi menangis, perubahan mood ibu, gangguan tidur,
frustasi yang disebabkan penurunan libido.
m. Konsep Diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi ibu
tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan, perasaan klien
bila mengalami opresi SC karena CPD atau karena bentuk tubuh yang pendek.
n. Peran
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan tugas-tugas
perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi uterus,
perubahan fungsi blass dan bowel. Pengetahan tentang keadaan umum bayi, tanda
vital bayi, perubahan karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional dan
kenyamanan, kebutuhan minum, perubahan kulit.
Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal hyhiene, payu
dara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali pusat, menyusui,
memandikan dan mengganti baju/popok bayi, membina hubungan tali kasih, cara
memfasilitasi hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling dan kakak/nenek).
Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan secret dan perawatan saat
tersedak atau mengalami gangguan ringan. Pencegahan infeksi dan jadwal
imunisasi.

Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
2) BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi cardy, suhu
36,2-38, Respirasi 16-24)
3) Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi pengecapan;
pendengaran, dan leher.
4) Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan puting
susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri,
produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
5) Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal
utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus,
konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi
blas.
6) Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin,
kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka
episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia (warna,
jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr
alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
7) Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi, kekuatan
otot.

Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g%
dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit. Klien dengan Dower
Kateter diperlukan culture urine.

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d luka operasi; peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri;
hemoroid; pembengkakan payudara.
2. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis;
keringat berlebihan
3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih
4. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang tidak
seimbang; trauma persalinan.
5. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan immobilisasi; kelemahan
6. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
7. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara
menyusui yang benar
Intervensi Keperawatan (NIC)

Tujuan dan
No. DP NIC Rasional
Kriteria Hasil
1. Gangguan rasa Pasien 1. Kaji tingkat nyeri 1. Menentukan intervensi
nyaman mendemonstrasikan pasien. keperawatan sesuai skala
2. Kaji kontraksi uterus,
(nyeri) b/d tidak adanya nyeri. nyeri.
proses involusi uteri. 2. Mengidentifikasi
peregangan Kriteria hasil: vital
3. Anjurkan pasien untuk
penyimpangan dan
perineum; luka sign dalam batas
membasahi perineum
kemajuan berdasarkan
operasi; luka normal, pasien
dengan air hangat
involusi uteri.
episiotomi; menunjukkan
sebelum berkemih. 3. Mengurangi ketegangan
involusi uteri; peningkatan 4. Anjurkan dan latih
pada luka perineum.
hemoroid; aktifitas, keluhan pasien cara merawat 4. Melatih ibu mengurangi
pembengkakan nyeri terkontrol, payudara secara bendungan ASI dan
payudara. payudara lembek, teratur. memperlancar
5. Jelaskan pada ibu
tidak ada pengeluaran ASI.
tetang teknik merawat 5. Mencegah infeksi dan
bendungan ASI.
luka perineum dan kontrol nyeri pada luka
mengganti PAD secara perineum.
6. Mengurangi intensitas
teratur setiap 3 kali
nyeri denagn menekan
sehari atau setiap kali
rangsnag nyeri pada
lochea keluar banyak.
6. Kolaborasi dokter nosiseptor.
tentang pemberian
analgesik bial nyeri
skala 7 ke atas.
2. Resiko defisit Pasien dapat 1. Pantau: 1. Mengidentifikasi
volume cairan mendemostrasikan  Tanda-tanda vital penyimpangan indikasi
b/d status cairan setiap 4 jam. kemajuan atau
pengeluaran membaik.  Warna urine. penyimpangan dari hasil
yang Kriteria evaluasi: yang diharapkan.
 Berat badan setiap 2. Mengidentifikasi
berlebihan; tak ada manifestasi hari. keseimbangan cairan
perdarahan; dehidrasi, resolusi pasien secara adekuat dan
 Status umum
diuresis; oedema, haluaran teratur.
setiap 8 jam. 3. Temuan-temuan ini
keringat urine di atas 30
menandakan hipovolemia
berlebihan. ml/jam, kulit 2. Pantau: cairan masuk
dan perlunya peningkatan
kenyal/turgor kulit dan cairan keluar
cairan.
baik. setiap 8 jam.
4. Mencegah pasien jatuh ke
3. Beritahu dokter bila:
dalam kondisi kelebihan
haluaran urine < 30
cairan yang beresiko
ml/jam, haus,
terjadinya oedem paru.
takikardia, gelisah, TD
di bawah rentang
normal, urine gelap
atau encer gelap.
3. Perubahan Pola eleminasi 1. Kaji haluaran urine, 1. Mengidentifikasi
pola eleminasi (BAK) pasien keluhan serta penyimpangan dalam
BAK (disuria) teratur. keteraturan pola pola berkemih pasien.
2. Ambulasi dini
b/d trauma Kriteria hasil: berkemih.
2. Anjurkan pasien memberikan rangsangan
perineum dan eleminasi BAK
melakukan ambulasi untuk pengeluaran urine
saluran kemih. lancar, disuria tidak
dini. dan pengosongan
ada, bladder
3. Anjurkan pasien untuk
bladder.
kosong, keluhan
membasahi perineum 3. Membasahi bladder
kencing tidak ada.
dengan air hangat dengan air hangat dapat
sebelum berkemih. mengurangi ketegangan
4. Anjurkan pasien untuk
akibat adanya luka pada
berkemih secara
bladder.
teratur. 4. Menerapkan pola
5. Anjurkan pasien untuk
berkemih secara teratur
minum 2500-3000
akan melatih
ml/24 jam.
pengosongan bladder
6. Kolaborasi untuk
secara teratur.
melakukan kateterisasi
5. Minum banyak
bila pasien kesulitan mempercepat filtrasi pada
berkemih. glomerolus dan
mempercepat
pengeluaran urine.
6. Kateterisasi membantu
pengeluaran urine untuk
mencegah stasis urine.
4. Perubahan Pola eleminasi 1. Kaji pola BAB, 1. Mengidentifikasi
pola eleminasi (BAB) teratur. kesulitan BAB, warna, penyimpangan serta
BAB Kriteria hasil: pola bau, konsistensi dan kemajuan dalam pola
(konstipasi) eleminasi teratur, jumlah. eleminasi (BAB).
2. Anjurkan ambulasi 2. Ambulasi dini
b/d kurangnya feses lunak dan
dini. merangsang pengosongan
mobilisasi; warna khas feses,
3. Anjurkan pasien untuk
rektum secara lebih cepat.
diet yang tidak bau khas feses,
minum banyak 2500- 3. Cairan dalam jumlah
seimbang; tidak ada kesulitan
3000 ml/24 jam. cukup mencegah
trauma BAB, tidak ada 4. Kaji bising usus setiap
terjadinya penyerapan
persalinan. feses bercampur 8 jam.
cairan dalam rektum yang
5. Pantau berat badan
darah dan lendir,
dapat menyebabkan feses
setiap hari.
konstipasi tidak
6. Anjurkan pasien makan menjadi keras.
ada. 4. Bising usus
banyak serat seperti
mengidentifikasikan
buah-buahan dan
pencernaan dalam kondisi
sayur-sayuran hijau.
baik.
5. Mengidentifiakis adanya
penurunan BB secara dini.
6. Meningkatkan
pengosongan feses dalam
rektum.
5. Gangguan ADL dan 1. Kaji toleransi pasien 1. Komsumsi oksigen
pemenuhan kebutuhan terhadap aktifitas miokardia selama berbagai
ADL b/d beraktifitas pasien menggunakan aktifitas dapat
immobilisasi; terpenuhi secara parameter berikut: nadi meningkatkan jumlah
kelemahan. adekuat. 20/mnt di atas frek oksigen yang ada.
Kriteria hasil: nadi istirahat, catat Kemajuan aktifitas bertahap
- Menunjukkan peningaktan TD, mencegah peningkatan tiba-
peningkatan dalam dispnea, nyeri dada, tiba pada kerja jantung.
beraktifitas. kelelahan berat, 2. Teknik penghematan
- Kelemahan dan kelemahan, energi menurunkan
kelelahan berkeringat, pusing penggunaan energi dan
berkurang. atau pinsan. membantu keseimbangan
2. Tingkatkan istirahat,
- Kebutuhan ADL suplai dan kebutuhan
batasi aktifitas pada
terpenuhi secara oksigen.
dasar nyeri/respon
mandiri atau 3. Aktifitas yang maju
hemodinamik, berikan
dengan bantuan. memberikan kontrol
aktifitas senggang yang
- frekuensi jantung, meningaktkan
tidak berat.
jantung/irama dan regangan dan mencegah
3. Kaji kesiapan untuk
Td dalam batas aktifitas berlebihan.
meningkatkan aktifitas
normal.
contoh: penurunan
- kulit hangat,
kelemahan/kelelahan,
merah muda dan
TD stabil/frek nadi,
kering
peningaktan perhatian
pada aktifitas dan
perawatan diri.
4. Dorong memajukan
aktifitas/toleransi
perawatan diri.
5. Anjurkan keluarga
untuk membantu
pemenuhan kebutuhan
ADL pasien.
6. Jelaskan pola
peningkatan bertahap
dari aktifitas, contoh:
posisi duduk ditempat
tidur bila tidak pusing
dan tidak ada nyeri,
bangun dari tempat
tidur, belajar berdiri
dst.

6. Resiko infeksi Infeksi tidak 1. Pantau: vital sign, 1. Mengidentifikasi


b/d luka terjadi. tanda infeksi. penyimpangan dan
2. Kaji pengeluaran
operasi Kriteria hasil: tanda kemajuan sesuai
lochea, warna, bau dan
infeksi tidak ada, intervensi yang
jumlah.
luka episiotomi dilakukan.
3. Kaji luka perineum,
2. Mengidentifikasi kelainan
kering dan bersih,
keadaan jahitan.
pengeluaran lochea
takut berkemih dan 4. Anjurkan pasien
secara dini.
BAB tidak ada. membasuh vulva setiap
3. Keadaan luka perineum
habis berkemih dengan
berdekatan dengan daerah
cara yang benar dan
basah mengakibatkan
mengganti PAD setiap
kecenderunagn luka
3 kali perhari atau
untuk selalu kotor dan
setiap kali pengeluaran
mudah terkena infeksi.
lochea banyak. 4. Mencegah infeksi secara
5. Pertahankan teknik
dini.
septik aseptik dalam 5. Mencegah kontaminasi
merawat pasien silang terhadap infeksi.
(merawat luka
perineum, merawat
payudara, merawat
bayi).
7. Menyusui Gangguan proses 1. Beri kesempatan ibu 1. Meningkatkan
tidak efektif parenting tidak ada. untuk melakukan kemandirian ibu dalam
berhubungan Kriteria hasil: ibu perawatan bayi secara perawatan bayi.
2. Keterlibatan bapak/suami
dengan dapat merawat bayi mandiri.
2. Libatkan suami dalam dalam perawatan bayi
kurangnya secara mandiri
perawatan bayi. akan membantu
pengetahuan (memandikan,
3. Latih ibu untuk
ibu tentang menyusui, merawat perawatan payudara meningkatkan keterikatan
cara menyusui tali pusat). secara mandiri dan batih ibu dengan bayi.
3. Perawatan payudara
yang benar teratur.
4. Motivasi ibu untuk secara teratur akan
meningkatkan intake mempertahankan
cairan dan diet TKTP. produksi ASI secara
5. Lakukan rawat gabung
kontinyu sehingga
sesegera mungkin bila
kebutuhan bayi akan ASI
tidak terdapat
tercukupi.
komplikasi pada ibu 4. Meningkatkan produksi
atau bayi. ASI.
5. Meningkatkan hubungan
ibu dan bayi sedini
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Mansur, Herawati.2009.Psikologi Ibu dan Anak untuk Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Manuaba,Ida Bagus.2007.Ilmu Keperawatan,Penyakit kandungan, dan keluarga Berencana

untuk Pendidikan Perawat.Jakarta:EGC

Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta: TIM.

Saifuddin,Abdul Bari.2006.Buku Panduan Praktis Kesehatan Maternal dan

Neonatal.Jakarta:Tridasa Printer

Saleha,Siti.2009.Asuhan Keperawatan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Sarwono, P.2008.Ilmu Keperawatan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai