Anda di halaman 1dari 7

Pemanfaatan Limbah Organik Ampas Wortel Menjadi Pupuk

Cair Organik dengan Cara Fermentasi

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pupuk merupakan nutrisi atau unsur hara yang ditambahkan kepada


tanaman,dimana tanaman kekurangan akan unsur hara. Nutrisi pupuk dapat berupa
bahan organik atau non organik (mineral). Pupuk berbeda dengan suplemen. Pupuk
mengandung bahan bakar yang diperlukan pertumbuhan tanaman, sementara
suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme.

Pupuk organik adalah ekstrak dari hasil pembusukan bahan – bahan organik.
Bahan – bahan organik ini berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia
yang mengandung unsur haranya lebih dari satu unsur. Dengan mengekstrak
sampah organik tersebut dapat mengambil seluruh nutriens yang terkandung pada
sampah organik tersebut.

Pupuk organik cair akan dibuat dari campuran kotoran kambing dan dedak
padi. Kotoran kambing mengandung bahan organik yang dapat menyediakan zat
hara bagi tanaman melalui proses penguraian. Proses ini terjadi secara bertahap
dengan melepaskan bahan organik yang sederhana untuk pertumbuhan tanaman.
Pada pembuatan pupuk organik cair ini diberikan aktivator yaitu EMU, karena
EMU mengandung Azotobacter Sp, Lactobasillus Sp, ragi, bakteri fotosintetik, dan
jamur pengurai yang mana keunggulannya adalah mempercepat fermentasi bahan
organik sehingga unsur hara yang terkandung akan cepat terserap dan tersedia bagi
tanaman (Hadisuwiro,2012). Pupuk cair dari kotoran kambing bercampur dengan
air seninya ( mengandung unsur hara ), hal tersebut biasanya tidak terjadi pada
jenis pupuk kandang lain seperti kotoran sapi (Pernata,2010).
Luas tanah sempit, kondisi tanah kritis, hama dan penyakit yang tak
terkendali, keterbatasan jumlah air irigasi, musim yang tidak menentu dan mutu
yang tidak seragam. Semua keterbatasan tersebut bisa ditanggulangi dengan sistem
Hidroponik. Hidroponik merupakan cara bercocok tanam tanpa menggunakan
medium tanah sebagai medium tumbuh. Beberapa keuntungan secara Hidroponik
antara lain; kebersihan tanaman lebih mudah dijaga, tidak perlu melakukan
pengolahan lahan dan pengendalian gulma (medium tanam ateri), penggunaan air
dan pupuk sangat efisien, tanaman dapat diushakan terus tanpa medium organik
adalah medium yang berasal dari benda mati seperti batu, kerikil, pasor, batu apung,
pecahan genteng dan lain – lain.

Penggunaan pupuk organik alam yang dapat dipergunakan untk membantu


meningkatkan produksi tanaman dan membantu mengatasi kendala produksi
pertanian yaitu pupuk organik cair. Pupuk organik cair dapat memperbaiki sifat
fisik,kimia, dan biologi tanah, membantu meningkatkan produksi tanaman,
meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk organik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh lama fermentasi terhadap hasil pupuk cair.
2. Bagaimana pengaruh unsur hara makro terhadap natrium, posfor, kalium, dan
karbon dalam pupuk cair

1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses dan faktor – faktor yang
mempengaruhi pembuatan pupuk cair dari ampas wortel.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini merupakan upaya untuk mengurangi tumpukan
sampah yang terdapat pada pedagang jus yang ada di kota banda aceh.
1.5 Hipotesis
Diduga wortel mengandung unsur hara yang dapat dijadikan pupuk cair
organik untuk tanaman.
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk merupakan bahan yang didalamnya terkandung sejumlah nutrisi yang


diperlukan bagi tanaman. Pemupukan adalah suatu upaya pemberian nutrisi terhadap
tanaman yang bertujuan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Pupuk dapat dibuat dari
bahan organik ataupun anorganik. Pemberian pupuk perlu memperhatikan takaran yang
diperlukan oleh tumbuhan, jangan sampai pupuk yang digunakan kurang atau melebihi
takaran yang pada akhirnya akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pemberian pupuk dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti diberikan melalu tanah
atau disemprotkan langsung ke daun. Dari dulu hingga saat ini pupuk organik banyak
dimanfaatkan sebagai pupuk dalam sistem usaha tani oleh para petani (Sutedjo, 2010).

Pupuk organik merupakan bahan yang digunakan untuk menyuburkan tanah yang
paling baik dan alami dari pada bahan penyubur buatan/sintesis. Pada umumnya pupuk
organik mengandung hara makro N, P, K rendah tetapi mengandung hara mikro dalam
jumlah cukup yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Sebagai bahan
penyubur tanah, pupuk organik dapat mencegah terjadinya erosi, pergerakan permukaan
tanah (Crusting) dan retakan tanah, mempertahankan kelengasan tanah serta memperbaiki
pengatusan dakhil (Internal drainase). Pemberian pupuk organik kedalam tanah dapat
dilakukan seperti pupuk kimia (Sutanto,2002).

Pupuk organik cair adalah larutan yang berasal dari hasil pembusukan bahan-bahan
organik yang merupakan hasil dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik cair adalah
dapat dengan cepat mengatasi defisiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan
mampu menyediakan hara dengan cepat. Dibandingkan dengan pupuk anorganik cair,
pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan
sesering mungkin. Selain itu, pupuk organik cair juga memiliki bahan pengikat sehingga
larutan pupuk yang diberikan kepermukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman
(Hadisuwito, 2007).

Melalui fungsi biologiknya, karbon dalam bahan organik merupakan sumber energi
utama bagi aktivitas mikroorganisme tanah. Penambahan bahan organik dengan C/N ratio
yang tinggi pada tanah akan merangsang perkembangbiakan mikroorganisme yang ada
didalam tanah, yang dapat memfiksai hara tanah dalam tubuhnya sehingga menyebabkan
kandungan nitrogen dalam tanah agak berkurang. Namun setelah mikroorganisme itu mati
dan jasadnya terdekomposisi unsur hara yang dikandung dalam tanah kembali ke tanah.
Penggunaan pupuk organik dalam tanah diperkirakan juga meningkatkan populasi beberapa
mikroorganisme tanah yang menguntungkan seperti rhizobia untuk fiksasi nitrogen dan
mikorisa untuk meningkatkan ketersediaan fosfor (Yulipriyanto, 2010).

Sayur merupakan daun-daunan, tumbuh-tumbuhan, polong atau bijian, dan


sebagainya yang dapat dimasak. Namun secara botani, buah merupakan bagian dari
tanaman yang strukturnya mengelilingi biji dimana struktur tersebut berasal dari indung
telur atau sebagai bagian dari bunga itu sendiri. Sayur adalah bahan makanan yang berasal
dari bagian tumbuhan seperti daun, batang, dan bunga (Sediaoetomo, 2010).

Wortel merupakan tanaman sayuran umbi semusim yang berbentuk semak (perdu)
yang tumbuh tegak dengan ketinggian antara 30 cm – 100 cm atau lebih, tergantung jenis
atau varietasnya. Wortel tergolong sebagai tanaman semusim karena hanya berproduksi satu
kali dan kemudian mati. Tanaman wortel memiliki umur yang pendek yaitu sekitar 70.
Wortel berwarna kemerahan dikarenakan adanya pigmen karoten. Kulitnya tipis dan
rasanya enak, renyah, gurih, dan agak manis (Ali, 1997).

Wortel (Daucus carota L) adalah jenis sayuran yang berwarna kuning


kemerahan atau jingga kekuningan dengan tekstur yang mirip seperti kayu (Malasari,
2005). Bagian yang dapat dimakan dari wortel adalah bagian umbi atau akarnya. Wortel
memiliki batang yang pendek, akar tunggang yang bentuk dan fungsinya berubah menjadi
umbi bulat dan memanjang. Kulit umbi wortel tipis dan jika dimakan mentah terasa
renyah dan agak manis (Makmun, 2007).

Wortel termasuk dalam divisi Embryophyta siphonogama, sub divisi


Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, ordo Umbiliflorae, dan termasuk ke dalam famili
Umbiliflorae, yaitu tanaman yang bunganya mempunyai susunan bentuk mirip dengan
payung dan pertama kali ditemukan di Eropa bagian selatan, Afrika utara di perbatasan
Asia. Wortel juga termasuk dalam genus Daucus dan spesies Daucus carota L, yang telah
lama dibudidayakan disekitar jalur Mediterania (Rukmana, 1995).
Daun tanaman wortel merupakan daun majemuk, menyirip ganda dua atau tiga, dan
bertangkai. Anak-anak daun berbentuk lanset dengan tepi daun bercangap. Setiap tanaman
memiliki 5 – 7 tangkai daun yang berukuran agak panjang, kaku dan tebal dengan permukaan
yang halus, sedangkan helaian daun lemas dan tipis. Fungsinya sebagai tempat
berlangsungnya fotosintesis untuk menghasilkan zat-zat yang diperlukan dalam
pembentukan organ vegetatif dan generatif (Cahyono, 2002).

Fermentasi merupakan suatu cara pengolahan melalui proses memanfaatkan


penguraian senyawa dari bahan-bahan protein kompleks. Protein kompleks tersebut terdapat
dalam tubuh ikan yang diubah menjadi senyawa- senyawa lebih sederhana dengan bantuan
enzim yang berasal dari tubuh ikan atau mikroorganisme serta berlangsung dalam
keadaan yang terkontrol. Fermentasi secara teknik dapat diartikan sebagai suatu
proses oksidasi anaerobik atau partial anaerobik karbohidrat yang akan menghasilkan
alkohol serta beberapa asam, namun banyak proses fermentasi yang menggunakan substrat
protein dan lemak (Muchtadi,2010).

Fermentasi terbagi menjadi dua, yaitu fermentasi spontan dan tidak spontan
(membutuhkan starter). Fermentasi spontan adalah fermentasi yang biasa dilakukan
menggunakan media penyeleksi, seperti garam, asam organik, asam mineral, nasi atau pati.
Media penyeleksi tersebut akan menyeleksi bakteri patogen dan menjadi media yang baik
bagi tumbuh kembang bakteri selektif yang membantu jalannya fermentasi. Fermentasi
tidak spontan adalah fermentasi yang dilakukan dengan penambahan kultur organisme
bersama media penyeleksi sehingga proses fermentasi dapat berlangsung lebih cepat
(Rahayu,1992).

Hasil fermentasi diperoleh sebagai akibat metabolisme mikroba-mikroba pada suatu


bahan pangan dalam keadaan anaerob. Mikroba yang melakukan fermentasi membutuhkan
energi yang umumnya diperoleh dari glukosa. Dalam keadaan aerob, mikroba mengubah
glukosa menjadi air, CO2 dan energi (ATP). Beberapa mikroba hanya dapat melangsungkan
metabolisme dalam keadaan anaerob dan hasilnya adalah substrat yang setengah terurai.
Hasil penguraiannya adalah air, CO2, energi dan sejumlah asam organik lainnya, seperti
asam laktat, asam asetat, etanol serta bahan-bahan organik yang mudah menguap.
Perkembangan mikroba-mikroba dalam keadaan anaerob biasanya dicirikan sebagai proses
fermentasi (Ayustaningwarno, 2010).
Unsur hara merupakan unsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman, baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur hara memiliki fungsi yang berbeda pada
setiap tubuh tanaman yaitu termasuk ionik, peran enzimatik, struktural dan pengaturan.
Unsur hara dibagi menjadi 2 jenis yaitu unsur hara essensial dan non essensial yang
keduanya tergantung pada penyerapan dari tanaman terhadap kebutuhannya (Christin,
2009).

Berdasarkan tingkat kebutuhan unsur hara dibedakan menjadi 2 golongan yaitu


unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang diserap
tanaman dalam jumlah yang relatif banyak bagi tanaman, sebaliknya pada unsur hara mikro
yang hanya diserap tanaman dalam jumlah. Ada 6 unsur hara makro yang dapat diserap
tanaman yaitu nitorgen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan
sulfur (S). Sedangkan mikro elemen terdiri dari Boron (B),Clor (Cl),kalium (Ca), besi (Fe),
mangan (Mn), molibden (Mo), dan zink (Zn). Unsur hara yang diperoleh tanaman dari dalam
tanah atau larutan hara yaitu unsur N, S, K, B, Mg, Ca, Zn, Mo, Be, Mn, Na, Si (Budiana,
2005).

Anda mungkin juga menyukai