Virologi Kel 1
Virologi Kel 1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Virologi tentang Virologi dan Penyakit Viral.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
sususnan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Virologi tentang Virologi dan
Penyakit Viral ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Virus ........................................................................................ 5
2.2 Pengertian Bakteriofag .............................................................................. 5
2.3 Klasifikasi Virus ....................................................................................... 6
2.4 Pola Penyakit Viral ................................................................................... 8
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
Mayer menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri yang lebih
kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop.
Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah
daun tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat
menimbulkan penyakit mosaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan,
yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit tersebut berbentuk sangat kecil sehingga
masih dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang
dapat menembus saringan. Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch
melaporkan bahwa penyebab penyakit mulut dan kaki sapi dapat melewati filter
yang tidak dapat dilewati bakteri. Namun demikian, mereka menyimpulkan bahwa
patogennya adalah bakteri yang sangat kecil.
Pendapat Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah Wendell
Meredith Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab
penyakit mosaik yang kini dikenal sebagai virus mosaik tembakau. Virus ini juga
merupakan virus yang pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop elektron
pada tahun 1939 oleh ilmuwan Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska.
1.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui pengertian virus
B. Untuk mengetahui bakteriofag
C. Untuk mengetahui klasifikasi virus
D. Untuk mengetahui pola penyakit viral
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Virus bakteriofage awalnya ditemukan oleh ilmuwan Prancis, D’Herelle.
Bentuk luar terdiri dari kepala yang berbentuk heksagonal, leher, dan ekor. Bagian
dalam kepala mengandung 2 (dua) pilinan DNA. Bagian leher berfungsi
menghubungkan bagian kepala dan ekor. Pada bagian ekor memiliki fungsi untuk
memasukkan DNA virus ke dalam sel inangnya. Kesimpulan : karena dia
menyerang bakteri. Dan di dalam tubuh manusia ini banyak bakteri baik, sehingga
Bakteriofage ini merusak sistem bakteri baik tersebut (contohnya E. Coli
merupakan bakteri yang hidup pada saluran pencernaan manusia)
Klasifikasi dan penamaan virus telah dirintis sejak 1966 oleh International
Commitee on Taxonomy of Viruses (ICTV) dan terpisah dari klasifikasi makhluk
hidup. Taksonomi virus terdiri atas empat tingkat, yaitu ordo, famili, genus, dan
spesies. Taksonomi adalah ilmu klasifikasi makhluk hidup, mengelompokkannya
secara berurut sesuai dengan derajat persamaan dan perbedaan antara mereka, lalu
memberinya nama ilmiah. Berikut contoh klasifikasi virus ebola berdasarkan
ICTV.
• Ordo : Mononegavirales
• Famili : Filoviridae
• Genus : Filovirus
6
• Spesies : Ebola virus zaire
7
Contoh virus jenis deoksiribovirus adalah
a. Virus herpes (penyebab herpes);
b. Virus pox (penyebab kanker seperti leukemia dan limfoma, ada pula yang
menyebabkan AIDS);
c. Virus mozaik (penyebab bercak-bercak pada daun tembakau);
d. Virus papova (penyebab kutil pada manusia/papiloma).
8
Bagian ekor berfungsi untuk memasukkan DNA virus ke dalam sel
inangnya.
b) Virus Tumbuhan
Virus yang parasit pada sel tumbuhan. Contoh virus yang parasit
pada tumbuhan: Tobacco Mozaic Virus (TMV) dan Beet Yellow Virus
(BYV).\
c) Virus Hewan
Virus yang parasit pada sel hewan. Contoh virus hewan: virus
Poliomylitis, virus Vaccina, dan virus Influenza.
B. Infeksi Akut
Pola ini akrab bagi banyak infeksi virus yang umum (misalnya, 'pilek').
Dalam infeksi yang relatif singkat, virus biasanya dihilangkan oleh kekebalan
system. Pada infeksi akut, banyak virus replikasi terjadi yang hasilnya merupakan
tidak hanya dari replikasi virus tetapi juga dari aktivasi sistem kekebalan tubuh.
Oleh karena itu, infeksi akut menyajikan masalah serius bagi epidemiologi dan
pola yang paling sering dikaitkan dengan epidemi (misalnya, influenza, campak).
C. Infeksi Kronis
Ini adalah kebalikan dari infeksi akut. Untuk penyebab jenis infeksi, virus
harus bertahan dalam host untuk beberapa waktu.
D. Infeksi Persisten
9
Infeksi ini hasil dari keseimbangan antara virus dan host organisme, di
mana sedang berlangsung replikasi virus terjadi tetapi virus menyesuaikan
replikasi dan patogenisitas untuk menghindari membunuh tuan rumah. Pada
infeksi kronis, virus biasanya akhirnya dimatikan oleh tuan rumah, tapi di infeksi
persisten virus dapat terus hadir dan bereplikasi dalam tuan rumah. Contohnya:
Choriomeningitis limfositik virus (LCMV) infeksi pada tikus (Gambar 6.13).
Tikus dapat eksperimen terinfeksi virus ini baik di situs perifer atau dengan
inokulasi langsung ke otak. Tikus dewasa yang terinfeksi dengan cara kedua
dibunuh oleh virus, tetapi di antara mereka yang terinfeksi oleh perifer rute ada
dua kemungkinan hasil infeksi: Beberapa tikus mati tetapi yang lain bertahan
hidup, memiliki memberantas virus dari tubuh sepenuhnya. Tidak jelas apa faktor
yang menentukan kelangsungan hidup atau kematian tikus LCMV terinfeksi,
tetapi bukti lain menunjukkan bahwa Hasil ini terkait dengan respon kekebalan
terhadap virus dalam imunosupresi tikus dewasa yang terinfeksi melalui sistem
saraf pusat (SSP).
10
mengembangkan gejala patogen penuh infeksi LCMV dan mati. Ketika tikus yang
baru lahir, yang sistem kekebalan tubuh yang belum dewasa, terinfeksi melalui
CNS rute, mereka juga mengembangkan persisten infeksi, namun, dalam kasus
ini, jika mereka kemudian disuntik dengan syngeneic LCMVspecific T-limfosit,
mereka membersihkan virus dan bertahan infeksi. Mekanisme yang mengontrol
peristiwa ini tidak sepenuhnya dipahami, tetapi jelas ada adalah keseimbangan
antara virus dan hewan inang dan kekebalan tubuh Menanggapi virus adalah
sebagian bertanggung jawab atas patologi penyakit dan kematian hewan. Tak
jarang, infeksi persisten mungkin hasil dari produksi partikel (D.I.) cacat-campur
(lihat Bab 3). partikel tersebut mengandung penghapusan sebagian dari genom
virus dan replikasi cacat, tetapi mereka dipelihara dan bahkan mungkin cenderung
menumpuk selama infeksi karena mereka dapat mereplikasi di keberadaan virus
pembantu replikasi-kompeten. Produksi D.I. partikel merupakan konsekuensi
umum dari infeksi virus dari hewan, terutama oleh RNA virus, tetapi juga terjadi
dengan virus DNA dan virus tanaman dan dapat menirukan in vitro dengan terus
menerus tinggi titer berlalunya virus. Meski tidak bisa meniru sendiri secara
mandiri, D.I. partikel tidak selalu genetik inert dan mungkin mengubah jalannya
infeksi oleh rekombinasi dengan genom dari kehadiran virus.The replikasi-
kompeten D.I. partikel sangat dapat mempengaruhi kursus dan hasil dari infeksi
virus. Dalam beberapa kasus, mereka muncul patogenesis sampai sedang,
sedangkan di lain mereka mempotensiasi itu, membuat gejala penyakit jauh lebih
parah. Selain itu, sebagai D.I. partikel secara efektif menyebabkan dibatasi
ekspresi gen (karena mereka secara genetik dihapus), mereka juga dapat
mengakibatkan infeksi persisten oleh virus yang biasanya menyebabkan infeksi
akut dan cepat dibersihkan dari tubuh.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Virus adalah parasit yang berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel
organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena
virus hanya bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan
selular untuk bereproduksi sendiri. Bakteriofage merupakan virus yang
menyerang bakteri. Bakteriofage sendiri merupakan virus yang menggandakan
dirinya sendiri dengan cara menyerbu bakteri.
Sebagian ahli mengelompokkan virus berdasarkan jenis asam nukleat yang
dimilikinya yakni ribovirus, yaitu virus yang asam nukleatnya berupa RNA dan
deoksiribovirus, yaitu virus yang asam nukleatnya berupa DNA. Sebagian yan
lain mengelompokkan virus berdasarkan tempat hidupnya yaitu virus bakteri
(bakteriofag), virus tumbuhan, dan virus hewan.
12
Daftar Pustaka
13