Anda di halaman 1dari 10

KONSEP PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI

1 Latar Belakang
Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan
multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan
cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau
reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling
berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien dari rumah sakit pada saat
pasien menjalani proses asuhan keperawatan. Infeksi nosokomial pada umumnya
terjadi pada pasien yang dirawat di ruang seperti ruang perawatan anak, perawatan
penyakit dalam, perawatan intensif, dan perawatan isolasi (Darmadi, 2008). Infeksi
nosokomial menurut Brooker (2008) adalah infeksi yang didapat dari rumah sakit yang
terjadi pada pasien yang dirawat selama 72 jam dan pasien tersebut tidak menunjukkan
tanda dan gejala infeksi pada saat masuk rumah sakit.
2. Definisi Pengendalian Infeksi
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit .
Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan
multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan
cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau
reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling
berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi.
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama
seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama
seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara
umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang
dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien
masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien
berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar
tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah
ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection
atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh
mikroorganisme yang berasal
dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
3. Rantai Infeksi
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor
yang mempengaruhi, Proses tersebut melibatkan beberapa unsur diantaranya:

1. Reservoir
Merupakan habitat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme dapat
berupa manusia, binatang, tumbuhan, maupun tanah.
2. Jalan Masuk
Merupakan jalan masuknya mikroorganisme ketempat penampungan dari
berbagai kuman, seperti saluran pencernaan, pernapasan, pencernaan, kulit dan lain-
lain.
3. Inang (host)
Merupakan tempat berkembangnya suatu mikroorganisme yang dapat didukung
oleh ketahanan kuman.
4. Jalan Keluar
Merupakan tempat keluarnya mikroorganisme dari reservoir, seperti sistem
pernapasan, sistem pencernaan, alat kelamin dan lain-lain.
5. Jalur Penyebaran
Merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman mikroorganisme ke
berbagai tempat, seperti air, makanan, udara dan lain-lain.

4. Cara Penularan Mikroorganisme


Proses penyebaran mikroorganisme kedalam tubuh, baik pada manusia maupun
hewan dapat melalui berbagai cara di antaranya :
1. Kontak Tubuh
Kuman masuk ke dalam tubuh melalui proses penyebaran secara langsung
maupun tidak langsung. Penyebaran secara langsung melalui sentuhan dengan kulit,
sedangkan secara tidak langsung dapat melalui benda yang terkontaminasi kuman.
2. Makanan dan Minuman
Terjadinya penyebaran dapat melalui makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi, seperti pada penyakit tifus abdominalis penyakit infeksi cacing, dan lain-
lain.
3. Serangga
Contoh proses penyebaran kuman melalui serangga adalah penyebaran
penyakit malaria oleh plasmodium pada nyamuk aedes dan beberapa penyakit saluran
pencernaan yang dapat ditularkan melalui lalat.
4. Udara
Proses penyebaran kuman melalui udara dapat dijumpai pada penyebaran
penyakit sistem pernapasan (penyebaran kuman tuberkolosis) atau sejenisnya.

5. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Infeksi


Faktor-faktor yang mempengaruhi proses infeksi adalah:
1. Sumber Penyakit
Sumber penyakit dapat mempengaruhi apakah infeksi berjalan dengan cepat atau
lambat.
2. Kuman Penyebab
Kuman penyebab dapat menentukan jumah mikroorganisme, kemampuan
mikroorganisme masuk kedalam tubuh dan virulensinya.
3. Cara Membebaskan Sumber Dari Kuman
Cara membebaskan kuman dapat menentukan apakah proses infeksi cepat teratasi
atau diperlambat, seperti tingkat keasaman (pH), suhu, penyinaran (cahaya) dan lain-
lain.
4. Cara Penularan
Cara penularan seperti kontak langsung melalui makanan atau udara dapat
menyebabkan penyebaran kuman kedalam tubuh.
5. Cara Masuknya Kuman
Proses penyebaran kuman berbeda tergantung dari sifatnya. Kuman dapat masuk
melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan, kulit dan lain-lain.
6. Daya Tahan Tubuh
Daya tahan tubh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau
mempercepat proses penyembuhan. Demikian pula sebaliknya, daya tahan tubuh yang
buruk dapat memperburuk proses infeksi.
Selain faktor- faktor diatas, terdapat faktor lain seperti status gizi atau nutrisi,
tingkat stress pada tubuh, faktor usia, dan kebiasaan yang tidak sehat.

6. Infeksi Nosokomial
Kata nosokomial berasal dari kata dalam bahasa yunani Nosokomien yang
artinya rumah sakit atau tempat perawatan. Kata itu sendiri berasal dari Norus artinya
penyakit, komeion berarti merawat. Nosokomial diartikan segala sesuatu yang berasal
atau berhubungan dengan rumah sakit atau tempat perawatan.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi dirumah sakit atau dalam sistem
pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran di sumber pelayanan
kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber
lainnya.
Penyebab Infeksi Nosokomial akan menjadi kuman yang berada di lingkungan
Rumah Sakit atau oleh kuman yang sudah dibawa oleh pasien sendiri, yaitu kuman
Endogen. Dari batasan ini dapat disimpulkaan bahwa kejadian Infeksi Nosokomial
adalah Infeksi yang secara potensial dapat dicegah atau sebaliknya dapat juga
merupakan infeksi yang tidak dapat dicegah.
Infeksi yang terjadi dirumah sakit atau dalam sistem pelayanan kesehatan yang
berasal dari proses penyebaran disumber pelayanan kesehatan, baik melalui :
1. Pasien
Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan infeksi kepada
pasien lainnya, petugas kesehatan, pengunjung, atau benda dan alat kesehatan yang
lainnya.
2. Petugas kesehatan
Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsung yang
dapat menularkan berbagai kuman ke tempat lain.
3. Pengunjung
Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam
lingkungan rumah sakit, atau sebaliknya yang dapat dari dalam rumah sakit keluar
rumah sakit.
4. Sumber Lainnya
Yang dimaksud disini adalah lingkungan rumah sakit yang meliputi lingkungan
umum atau kondisi kebersihan rumah sakit atau alat yang ada dirumah sakit yang
dibawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien dan sebaliknya. Dan
pada umumnya infeksi Nosokomial yang mendapat perhatian hanyalah infeksi yang
terjadi pada penderita yang sedang dirawat dirumah sakit. Infeksi yang tidak diketahui
masa inkubasinya yang timbul pada penderita yang dirawat inap, harus dianggap
sebagai infeksi nosokomial sampai dapat dibuktikan secara klinis ataupun
epidemiologis bahwa infeksi dapat dibuktikan secara klinis ataupun epidiomiologis
bahwa infeksi tersebut berasal dari masyarakat.
Infeksi nosokomial dapat secara eksogen atau endogen. Infeksi eksogen
didapat dari mikroorganisme eksternal terhadap individu, yang bukan merupakan flora
normal, contohnya adalah organisme salmonella dan clostridium tetani. Infeksi
endogen dapat terjadi bila sebagian flora normal klien berubah dan terjadi
pertumbuhan yang berlebihan.
Contohnya adalah infeksi yang disebabkan enterokokus, ragi, dan steptokokus.
Bila organisme dalam jumlah cukup yang normalnya ditemukan dalam salah satu
rongga atau lapisan tubuh dipindahkan kebagian tubuh lain, terjadi infeksi endogen.
Misalnya penularan dari enterokokus, normalnya ditemukan dalam feses, dari
tangan kekulit sering mengakibatkan infeksi luka. Jumlah mikroorganisme yang
diperlukan untuk menyebabkan infeksi nosokomial bergantung pada virulensi
organisme, kerentanan hospes dan daerah yang diinfeksi.
Jumlah tenaga pelayanan kesehatan yang kontak langsung dengan pasien, jenis
dan jumlah prosedur invasif terapi resiko yang diterima dan lama perawatan
mempengaruhi resiko terinfeksi. Tempat utama untuk infeksi nosokomial piratorius, dan
pembuluh darah.
Infeksi nosokomial meningkatkan biaya perawatan kesehatan secara signifikan,
lamanya masa rawat diinstitusi layanan kesehatan, meningkatnya ketidakmampuan,
peningkatan biaya antibodi dan masa penyembuhan yang memanjang yang menambah
pengeluaran klien, juga institusi layanan kesehatan dan badan pemberian dana
(misalnya medicare). Seringkali biaya untuk infeksi nosokomial tidak diganti, oleh sebab
itu pencegahan memiliki pengaruh finansial yang menguntungkan dan merupakan
bagian penting dalam penatalaksanaan perawatan.
Terjadinya infeksi nosokomial adalah karena beberapa factor-faktor :
1. Agen penyakit
Macam-macam agen penyakit dapat berupa kuman, virus, jamur, parasit atau
rickettsia. Dan macam-macam agen penyakit ini ditentukan pula oleh patogenitasnya,
virulensinya, daya invasifnya dan dosis infeksinya.
2. Reservoir/sumber
Semua kuman ada reseviornya/sumbernya seperti virus, reseviornya adalah
manusia, kuman positif gram manusia, tetapi kuman negatif dapat manusia dapat juga
alam seperti Pseudomonas. Apabila reseviornya manusia, maka dapat berasal dari
traktus respiratorius, traktus digestivus, traktus urogenitalis, kulit (variola) atau darah
(hepatitis B).Kuman itu akan ada diudara pada debu seperti Salmonella, pada droplet
seperti Mycrobacterium atau pada kulit yang lepas.
3. Lingkungan
Keadaan udara sangat mempengaruhi seperti kelembapan udara, suhu dan
pergerakan udara atau tekanan udara.
4. Penularan
Penularan adalah perjalanan kuman patogen dari sumber ke hospes. Ada 4 jalan
yang dapat ditempuh:
a. Kontak langsung (perawat)
b. Alat (endoskop)
c. Udara
d. Vektor (lalat)
5. Hospes
Tergantung port d'entree (tempat masuknya penyakit)
a. Melalui kulit seperti Leptospira atau Staphylococcus.
b. Melalui traktus digestivus seperti Eschericha coli, Shigella, Salmonela.
c. Melalui traktus respiratoris bagian atas partikel =5µ. Apakah melalui traktus
respiratorius bagian bawah partikel =5µ.
d. Melalui traktus urinarius seperti Klebsiel la pneumoniae.

8. Pencegahan Infeksi
Prinsip Pencegahan infeksi
1. Beberapa definisi dalam pencegahan infeksi, antara lain adalah:
a) Antiseptik
Antiseptik adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.
b) Aseptik
Aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan menyebabkan infeksi. Tujuannya
adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada permukaan
benda hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat digunakan dengan
aman.
c) Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan medis,
sarung tangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Cara
memastikannya adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap benda - benda
tersebut setelah terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh
d) Desinfeksi
Tindakan yang tindakan menghilangkan sebagian besar mikroorganisme
penyebab penyakit dari benda mati.
e) Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Suatu proses yang menghilangkan mikroorganisme kecuali beberapa endospora
bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus, atau penggunaan desinfektan
kimia.
f) Mencuci dan membilas
Suatu proses yang secara fisik menghilangkan semua debu, kotoran, darah, dan
bagian tubuh lain yang tampak pada objek mati dan membuang sejumlah besar mikro
organisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau menangani
benda tersebut (proses ini terdiri dari pencucian dengan sabun atau deterjen dan air,
pembilasan dengan air bersih dan pengeringan secara seksama).
g) Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri pada
benda-benda mati atau instrument.
2. Prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang efektif berdasarkan:
a. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat
menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa gejala).
b. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
c. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan
telah bersentuhan dengan kulit tak utuh, selaput mukosa, atau darah harus dianggap
terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan proses pencegahan
infeksi secara benar.
d. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah
diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
e. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi hingga
sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi yang benar
dan konsisten.
3. Tindakan-tindakan pencegahan infeksi meliputi :
a. Pencucian tangan.
b. Penggunaan sarung tangan.
c. Penggunaan cairan antiseptic untuk membersihkan luka pada kulit.
d. Pemrosesan alat bekas pakai (dekontaminasi, cuci dan bilas, desinfeksi tingkat
tinggi atau sterilisasi).
e. Pembuangan sampah.
Daya tahan Hospes (manusia)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius.
Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen.
Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah
yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan
jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan
tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi,
terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.
Faktor yang berpengaruh pada kejadian infeksi klien:
1. Jumlah tenaga kesehatan yang kontak langsung dengan pasien
2. Jenis dan jumlah prosedur invasive
3. Terapi yang diterima
4. Lamanya perawatan Penyebab infeksi nosokomial meliputi:
Traktus urinarius:
1. Pemasangan kateter urine
2. Sistem drainase terbuka
3. Kateter dan selang tdk tersambung
4. Obstruksi pada drainase urine
5. Tehnik mencuci tangan tidak tepat
Traktus respiratorius:
1. Peralatan terapi pernafasan yang terkontaminasi
2. Tidak tepat penggunaan tehnik aseptif saat suction
3. Pembuangan sekresi mukosa yg kurang tepat
4. Tehnik mencuci tangan tidak tepat
Luka bedah/traumatik:
1. Persiapan kulit yg tdk tepat sblm pembedahan
2. Tehnik mencuci tangan tidak tepat
3. Tidak memperhatikan tehnik aseptif selama perawatan luka
4. Menggunakan larutan antiseptik yg terkontaminasi
Aliran darah:
1. Kontaminasi cairan intravena saat penggantian
2. Memasukkan obat tambahan dalam cairan intravena
3. Perawatan area insersi yg kurang tepat
4. Jarum kateter yg terkontaminasi
5. Tehnik mencuci tangan tidak tepat

Asepsis berarti tidak adanya patogen penyebab penyakit. Teknik aseptik adalah
usaha yang dilakukan untuk mempertahankan klien sedapat mungkin bebas dari
mikroorganisme. Asepsis terdiri dari asepsis medis dan asepsis bedah.Asepsis medis
dimaksudkan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. Contoh tindakan: mencuci
tangan, mengganti linen, menggunakan cangkir untuk obat. Obyek dinyatakan
terkontaminasi jika mengandung/diduga mengandung patogen.Asepsis bedah, disebut
juga tehnik steril, merupakan prosedur untuk membunuh mikroorganisme.Sterilisasi
membunuh semua mikroorganisme dan spora, tehnik ini digunakan untuk tindakan
invasif. Obyek terkontaminasi jika tersentuh oleh benda tidak steril. Prinsip-prinsip
asepsis bedah adalah sebagai berikut:
1. Segala alat yang digunakan harus steril
2. Alat yang steril akan tidak steril jika tersentuh
3. Alat yang steril harus ada pada area steril
4. Alat yang steril akan tidak steril jika terpapar udara dalam waktu lama
5. Alat yang steril dapat terkontaminasi oleh alat yang tidak steril
6. Kulit tidak dapat disterilkan

Anda mungkin juga menyukai