Saat ini
konsep mutu untuk pelayanan kesehatan berpusat pada tiga hal pokok, yaitu
1. Client centered care
2. Access
3. Quality and Safety
Client centered care artinya pelayanan kesehatan harus berorientasi pada kebutuhan dan
harapan pengguna. Instrumen-instrumen dalam akreditasi, terutama di Bab 1, 4, 7 akan
memastikan bahwa PUSKESMAS telah mengidentifikasi apa kebutuhan, harapan dan value
dari customer. Value adalah membandingkan antara manfaat yang kita dapat dan
pengorbanan kita. Contoh kita butuh makan saat lapar adalah contoh kebutuhan kita, makan
dimana contoh keinginan, makan di restaurant dengan harga tertentu adalah value kita.
Apabila ketiganya tidak teridentifikasi dengan baik bisa menghasilkan ketidakpuasan di
customer.
Access meliputi secara fisik, informasi dan jangkauan. Ada beberapa standar yang
mengatur bagaimana customer bisa mengakses layanan kesehatan secara mudah dan
nyaman yaitu di Standar 1, dan 4.2 tentang informasi yang harus tersedia dan standar 7
tentang kompain/ feedback.
Quality (mutu)
Ada beberapa aspek yang berpengaruh pada konsep peningkatan mutu, yang dikenal sebagai
TRILOGI JURAN, yaitu :
a. Perencanaan Mutu (Quality Planning).
Bahwa untuk pemahaman dan implementasi mutu tidak datang secara kebetulan demikian
saja, namun diperlukan penyelenggaraan pelatihan khusus. Suatu mutu harus dirancang
atau direncanakan yang terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut :
01. Menetapkan (identifikasi) siapa pelanggan
02. Menetapkan (identifikasi) kebutuhan pelanggan
03. Mengembangkan keistimewaan produk
04. Mengarahkan perencanaan kegiatan-kegiatan operasional
b. Pengendalian Mutu (Quality Control):
Kontrol mutu adalah proses deteksi atau koreksi adanya penyimpangan atau perubahan
segera setelah terjadi, sehingga mutu dapat dipertahankan. Langkah-langkah kegiatan
yang dikerjakan adalah :
01. Evaluasi Kinerja dan Kontrol Produk
02. Membandingkan kerja aktual terhadap tujuan produk
03. Bertindak terhadap perbedaan atau penyimpangan mutu yang ada
c. Peningkatan Mutu (Quality Improvement).
01. Mencakup 2 hal yang berhubungan dengan pelanggan internal dan eksternal
fitness for use
mengurangi tingkat kecacatan dan kesalahan.
02. Kegiatan Peningkatan Mutu
Mengadakan infrastruktur yang diperlukan bagi peningkatan mutu
Identifikasi apa yang perlu ditingkatkan
Menetapkan tim kerja
Menyediakan sumber daya, pelatihan, motivasi untuk mendiagnosa penyebab,
merangsang perbaikan, mengadakan pengendalian agar tetap tercapai perolehan
Standar Mutu
INPUT:
• Mutu tenaga kesehatan
• Mutu fasilitas dan sarana
• Mutu kebijakan dasar dan operasional
• Mutu standart sistem pelayanan
• Mutu lingkungan
PROSES:
• Mutu pelayanan
• Mutu program kerja
• Mutu pelaksanaan kegiatan administratif
• Mutu pengendalian
OUTPUT:
• Terpenuhinya kebutuhan
• Kegunaan
• Keuntungan
• Jaminan
Kementrian kesehatan telah menetapkan definisi khusus tentang mutu yaitu kinerja
yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanaan kesehatan, yang disatu pihak dapat
menimbulkan kepuasan pada setiap pasien, sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
penduduk, serta dipihak lain tata cara penyelenggaraanya sesuai dengan standar dan kode
etik profesi yang telah ditetapkan.
Dimensi Mutu
Menurut WHO, terdapat 8 dimensi mutu pelayanan kesehatan, yaitu:
1. KOMPETENSI TEKNIS (TECHNICAL COMPETENCES)
Kompetensi teknis ini terkait dengan keterampilan, kemampuan dan penampilan petugas,
manajer, dan staf pendukung. Kompetensi teknis berhubungan dengan bagaimana cara
petugas mengikuti standar pelayanan yang telah ditetapkan dalam hal kepatuhan, ketepatan
(accuracy), kebenaran (reliability), dan konsistensi.
2. AKSES PADA PELAYANAN (ACCESS TO SERVICES)
Pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, budaya,
organisasi atau hambatan bahasa.
3. EFEKTIVITAS (EFFECTIVENESS)
Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektivitas yang menyangkut norma pelayanan
kesehatan dan petunjuk klinis sesuai standar yang ada.
4. HUBUNGAN ANTAR MANUSIA (INTER PERSONAL RELATIONSHIP)
Interaksi antar petugas kesehatan dan pasien, manajer dan petugas, dan antara tim
kesehatan dengan masyarakat. Hubungan antar manusia yang baik menanamkan
kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai, menjaga rahasia, menghormati,
responsive, dan memberikan perhatian.
5. EFISIENSI (EFFICIENCY)
Dimensi yang penting dari kualitas pelayanan kesehatan efisiensi kerja. Efisiensi ini yang akan
mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan, apalagi sumber daya pelayanan kesehatan pada
umumnya terbatas. Pelayanan yang efisien pada umumnya akan memberikan perhatian yang
optimal pada pasien dan masyarakat. Petugas kesehatan akan memberikan pelayanan yang
terbaik dengan sumber daya yang dimiliki.
6. KESINAMBUNGAN/KEBERLANGSUNGAN (CONTINUITY)
Dengan adanya kesinambungan maka pasien akan menerima pelayanan kesehatan secara
lengkap namun sesuai kebutuhan (termasuk rujukan) tanpa mengulangi prosedur diagnose
dan terapi yang tidak perlu.
7. KESELAMATAN (SAFETY)
Dalam memberikan pelayanan kesehatan keselamatan menjadi hal yang penting, baik untuk
pasien maupun petugas kesehatan. Mengurangi risiko cedera, infeksi, atau bahaya lain terkait
pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan melibatkan petugas kesehatan dan pasien.
8. KENYAMANAN (AMENITIES)
Kenyamanan memang tidak memiliki hubungan langsung dengan efektivitas klinis tetapi
dapat mempengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan serta akan menjadi
pendorong pasien unutk kembali ke sarana pelayanan kesehatan untuk mendapat pelayanan
kesehatan berikutnya. Kenyamanan juga berkaitan dengan penampilan fisik dari sarana
pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan non kesehatan, peralatan medis maupun non
medis.