Anda di halaman 1dari 25

1

Daftar Isi

ABSTRAK 2

KATA PENGANTAR 3

BAB I: PENDAHULUAN 4

BAB II: PEMBAHASAN 8

BAB III: PROSES PENELITIAN 12

BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN 15

DAFTAR PUSTAKA 24
2

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif.


Subjek penelitiannya adalah remaja yang berumur 15 sampai 23 tahun dan yang
menjawab online survei peneliti. Objek penelitiannya tentang pengetahuan dan
kepatuhan remaja terhadap tatacara tertib berlalu lintas. Teknik pengumpulan data
menggunakan angket dan observasi. Teknik analisis data menggunakan reduksi
data, klasifikasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan kepatuhan


remaja terhadap tata cara tertib berlalulintas tahun 2017 dapat dinyatakan cukup.
3

Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
pertolongan Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada
waktu yang telah direncanakan sebelumnya. Berkat limpahan karunia-Nya, saya
bersyukur karena dapat menulis dan mengerjakan karya tulis ini dengan kondisi
tubuh yang sehat dan prima.

Untuk menyelesaikan karya tulis ini adalah suatu hal yang mustahil
apabila saya tidak mendapatkan bantuan dan kerjasama dari berbagai
pihak. Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih sebesar-
besarnya kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah membimbing saya selama proses
mengerjakan
2. Ayah dan Ibu, yang selalu menemani dan mendampingi saya selama saya

mengerjakan karya tulis ini


3. Guru-guru pendamping saya, yaitu: Bapak Yohanes dan Bapak Hendrikus
yang telah memeriksa, mendampingi, membantu dan memberi masukan-
masukan yang bermanfaat dalam rangka membantu saya agar membuat
karya tulis ini menjadi lebih baik.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ini masih jauh dari
sempurna. Tetapi penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya.
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kecelakaan lalu lintas di Indonesia dalam dua tahun terakhir ini, oleh
Badan Kesehatan Dunia (WHO) dinilai menjadi pembunuh terbesar ketiga, di
bawah penyakit jantung koroner dan tuberculosis/TBC. Data WHO tahun 2011
menyebutkan, terdapat sekitar 400.000 korban di bawah usia 25 tahun yang
meninggal di jalan raya, dengan rata-rata angka kematian 1.000 anak dan remaja
setiap harinya. Bahkan, kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama kematian
anak-anak di dunia, dengan rentang usia 10-24 tahun (BIN, 2013).
Di Indonesia, jumlah kendaraan bermotor yang meningkat setiap tahunnya
dan kelalaian manusia, menjadi faktor utama terjadinya peningkatan kecelakaan
lalu lintas. Data Kepolisian RI menyebutkan, pada 2012 terjadi 109.038 kasus
kecelakaan dengan korban meninggal dunia sebanyak 27.441 orang, sedangkan
pada 2011, terjadi kecelakaan sebanyak 109.776 kasus, dengan korban meninggal
sebanyak 31.185 orang (BIN, 2013).
Data dari Kementerian Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) juga
menyebutkan bahawa kecelakaan pengendara sepeda motor mencapai 120.226
kali atau 72 persen dari seluruh kecelakaan lalu lintas dalam setahun (BIN, 2013).
Peningkatan mobilitas masyarakat yang didukung dengan mudahnya kepemilikan
kendaraan bermotor, serta perkembangan sarana dan prasarana lalu lintas yang
lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas, menjadi faktor-faktor penyebab
tingginya angka kecelakaan lalu lintas (Zayu, 2012).
Data dari Kementerian Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) juga
menyebutkan bahwa kecelakaan pengendara sepeda motor mencapai 120.226 kali
atau 72 persen dari seluruh kecelakaan lalu lintas dalam setahun (BIN, 2013).
Peningkatan mobilitas masyarakat yang didukung dengan mudahnya kepemilikan
kendaraan bermotor, serta perkembangan sarana dan prasarana lalu lintas yang
lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas, menjadi faktor-faktor penyebab
tingginya angka kecelakaan lalu lintas (Zayu, 2012).
5

Berikut ini tersaji data tentang pelaku kecelakaan lalu lintas berdasarkan
kelompok umur.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kecelakaan lalu lintas dari tahun
2010 jumlahnya meningkat terus hingga 2012. Usia remaja (17 hingga 22 tahun)
menempati urutan tertinggi sebagai pelaku kecelakaan lalu lintas menurut
kelompok umur pada tahun 2011 dan 2012.
Hal ini menunjukan adanya indikasi pelanggaran lalu lintas yang
dilakukan remaja sehingga timbul kecelakaan yang melibatkan remaja
(Lelangayaq, 2013). Remaja berpikir bahwa mereka cukup dewasa untuk
mengendarai sepeda motor di jalan, tetapi dengan pengetahuan tentang
mengemudi yang dangkal sering menyebabkan kecelakaan fatal. Pengetahuan
mereka tentang kendaraan masih kurang karena masih merupakan hal baru bagi
mereka. Kurang pengetahuan dan pengalaman tersebut membuat pengemudi
remaja kurang tanggap terhadap situasi yang membahayakan sehingga berpotensi
terjadinya kecelakaan di jalan raya (Rakhmani, 2013).
Ketidakpatuhan terhadap peraturan Lalu lintas, atau tidak memiliki SIM di
kalangan remaja juga merupakan faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan lalu
lintas.
6

BPS Surabaya tahun 2012


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa yang banyak melakukan
pelanggaran adalah pengguna sepeda motor. Angka pelanggaran berlalu lintas di
jalan melibatkan para remaja pengguna sepeda motor. Hal ini berlawanan dengan
UU 77 No.22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan: “ bahwa setiap
orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki Surat Izin
Mengemudi (SIM) sesuai dengan kendaraan motor yang dikemudikan. Pada pasal
81 No. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, di mana setiap orang
harus memenuhi persyaratan untuk memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi) yaitu
Usia, administratif, dan lulus ujian.

B. Rumusan Masalah

Peneliti hendak mengetahui kesadaran remaja, khususnya


1. Apakah remaja sudah mengetahui peraturan lalu lintas dengan benar?

2. Apakah remaja sudah mengetahui tanggung jawab dalam mengemudi?

3. Apakah remaja sudah mematuhi peraturan lalu lintas dan tanggung jawab
dalam mengemudi?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui skala remaja yang sudah mengetahui peraturan lalu


lintas
7

2. Untuk mengetahui skala remaja yang sudah bertanggung jawab dalam


mengemudi

3. Untuk mengetahui berapakah skala remaja yang sudah mematuhi


peraturan lalu lintas dan tanggung jawab dalam mengemudi

D. Manfaat penelitian

i. Bagi Remaja

Untuk dapat memberi pengetahuan dan informasi bagi remaja agar dapat
bertanggung jawab dalam berkendaraan dan menjaga keselamatan remaja dan
agar tidak membahayakan pengguna jalan lainnya.

ii. Bagi Pengguna Jalan

Untuk mengetahui seberapa banyak jumlah para remaja yang mengendarai


kendaaran sendiri untuk melakukan aktivitas. Masyarakat pengguna jalan lebih
berhati-hati dalam berkendara dikarenakan banyak remaja yang sudah
menggunakan kendaraan tapi belum memiliki SIM sehingga biasanya remaja
berkendaraan dengan tidak baik dan sesuai peraturan lalulintas.

ii. Bagi peneliti

Peneliti semakin memahami tingkat kepatuhan berlalu-lintas khususnya di


kalangan remaja di Jakarta
8

BAB II

Pembahasan

A. Definisi

1. Remaja
Remaja, menurut Zakiah Daradjat dalam bukunya Sofyan S. Willis (2005:
22) mengatakan remaja merupakan usia transisi, artinya seorang individu yang
telah meninggalkan usia kanak-kanak dan masih lemah serta penuh
kebergantungan.
Remaja dikatakan belum mampu bertanggung jawab, baik terhadap
dirinya maupun terhadap masyarakat. Lamanya masa transisi remaja tersebut
sangat bergantung pada keadaan dan tingkah sosial masyarakat di mana ia hidup.
Semakin maju masyarakat semakin lama masa transisi remaja, karena ia harus
mempersiapkan diri untuk menyesuaikan diri ke dalam masyarakat.
Masa remaja menurut Mappiare (Hartinah 2008: 57) berlangsung antara
umur 12 sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai 22 tahun bagi pria.
Rentang usia remaja tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13
sampai 17/18 tahun adalah masa remaja awal dan usia 17/18 sampai 21/22 tahun
adalah masa remaja akhir. Siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama termasuk
remaja awal. Pada masa remaja terjadi perkembangan dalam berbagai aspek,
seperti: perekmbangan fisik, perkembangan kognitif dan perkembangan
kepribadian dan sosial.

Ciri-ciri masa remaja adalah (Elizabeth B. Hurlock (1993: 206)):

1) Masa remaja sebagai periode penting (periode akibat langsung terhadap sikap,
perilaku, fisik dan akibat jangka panjang lebih ke psikologis).

2) Masa remaja sebagai periode peralihan, artinya dari satu tahap ke tahap

berikutnya, sehingga statusnya tidak jelas akan peran yang dilakukan.

3) Masa remaja sebagai periode perubahan, meliputi perubahan fisik, perilaku,


sikap maupun perubahan emosional.

4) Masa remaja sebagai usia bermasalah (belum dapat mengatasi masalah, namun
9

ingin mengatasi masalahnya sendiri).

5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas

6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

7) Masa remaja sebagai masa tidak realistik, memandang dirinya maupun orang
lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya.

8) Masa remaja sebagai ambang dari masa dewasa, artinya remaja sudah mulai
memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status kedewasaan.

2. Remaja Menurut Hukum

1) Hukum Perdata, memberikan batas usia 21 tahun (kurang dari itu asalkan
sudah menikah) untuk menyatakan kedewasaan seseorang (pasal 330
KUHPerdata). Dibawah usia tersebut seseorang masih membutuhkan ahli
(orang tua) untuk melakukan tindakan hukum perdata misalnya saat
membuat perjanjian dihadapan pejabat hukum.

2) Hukum pidana, memberi batasan 16 tahun sebagai usia dewasa (pasal 45


dan 47 KUH Pidana). Anak-anak yang usianya kurang dari 16 tahun
menjadi tanggung jawab orang tua jika melanggar hukum pidana, kecuali
kenakalannya tersebut membayakan masyarakat, maka patut dijatuhi
hukuman oleh negara.

3) UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilu, pasal 1 angka 22 menetapkan usia


17 tahun.

B. Lalu Lintas bagi Kalangan Remaja

Banyak anak muda sekarang ini yang tidak mengerti tentang etika berlalu
lintas. Etika adalah ajaran tentang yang baik dan yang buruk dalam pikiran,
perkataan, perbuatan manusia dan masyarakat (Panggabean, 2008:118).

Jadi Etika berlalu lintas itu ajaran tentang yang baik dan buruk berlalu
lintas di jalan. Etika berlalu lintas sangat penting untuk terciptanya kondisi jalan
raya yang kondusif, yang menjamin keselamatan dan kenyamanan pengguna
10

jalan. Tetapi sekarang ini justru yang terjadi banyak anak muda yang tidak
memperhatikan berkendara yang benar, tidak memperhatikan aturan lalu lintas.

Seharusnya remaja yang sudah mempunyai Surat Ijin Mengemudi (SIM)


dan sudah mempunyai mental yang baik yang seharusnya boleh mengendarai
kendaraan di jalan raya. Namun pada nyatanya banyak sekali anak dibawah umur
yang sudah mengendarai kendaraan nya untuk melakukan aktivitas sehari hari.

Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan remaja bersikap disiplin


pada saat berlalu lintas. Pengalaman-pengalaman langsung yang dialami oleh
remaja ketika berkendara melekat secara mendalam pada diri remaja yang pada
akhirnya membentuk sikap remaja.

Azwar (2011) mengungkapkan bahwa pada umumnya individu


bersikap konformis dengan sikap orang-orang yang dianggapnya penting. Sikap
disiplin pada saat berlalu lintas yang dilakukan remaja karena adanya orang
yang ditiru remaja yang mana oran tersebut adalah orang terdekat seperti orang
tua.

Apabila kebiasaan yang dilakukan orang tuanya tertib dan patuh


terhadap peraturan lalu lintas, remaja biasanya akan bersikap serupa dengan
yang dilakukan orang tuanya.

Pengalaman langsung yang dialami remaja ketika berkendara seperti


pernah mengalami kecelakaan menjadikan remaja lebih berhati-hati ketika
berkendara serta lebih mematuhi peraturan lalu lintas.

Remaja taat pada saat berlalu lintas agar merasa aman ketika berkendara
dan tidak ditilang oleh polisi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
Azwar (2011) yang mana pengalaman pribadi akan membentuk sikap. Sikap
akan terbentuk apabila pengalaman pribadi melibatkan faktor emosional.

Lebih lanjut, faktor yang membentuk sikap remaja yakni lingkungan


yang mengajarkan untuk bersikap disiplin terhadap peraturan lalu lintas.
Keluarga yang mengajarkan untuk bersikap taat dan patuh terhadap peraturan
lalu lintas serta lembaga sekolah yang mengajarkan mengenai kedisiplinan dan
11

mengajarkan mengenai simbolsimbol atau rambu-rambu lalu lintas cenderung


membentuk sikap remaja untuk bersikap patuh dan taat terhadap aturan lalu
lintas. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Skinner (dalam Azwar,
2011) pengaruh lingkungan termasuk kebudayaan akan membentuk kepribadian
seseorang. Selain budaya masyarakat, lembaga pendidikan atau agama yang
memberikan pengaruh yang kuat dalam pembentukan sikap.

C. Kegiatan Berlalu lintas menurut undang undang bagi para remaja

Menurut Undang-Undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan beserta Peraturan Terkait, Pasal 281 disebutkan "Setiap orang
yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak memiliki Surat Izin
Mengemudi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)."
12

BAB III

Proses Penelitian

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian:

Tempat pengambilan data dilakukan di rumah karena kuisioner dibagikan secara


online melalui google docs, yaitu pada
https://docs.google.com/forms/d/1qPwOMlficACqxlxpw4Lmyrs5bp2QseOUtYr1
MEkotRw/edit .

Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada tanggal 3 Desember 2017

3.2 Objek Penelitian :

Kuisioner ini ditunjukkan untuk para remaja,berikut adalah nama nama


remaja yang sudah mengisi kuisioner

1.Putri 2.Olan 3.Nikolas 4.Devy laili 5.Maulana


ibrahim
6.ilya 7.Bastian 8.Melky 9.Vincentius 10.Raissa
aji Andreas

11.Christian 11.Bryant 12.Stevan 13.Bima Ananto 14.Hanif


Hutabarat

15.Satria 16.Ari 17Feri. 18.Theo 19 Dean

20.Dave 21.Paulina 22.Tania 23.Lisa 24.Andin

25.Arsyil 26.Oli 27.Calvin 28. Andi 29. Dimas

30. Sefin 31. Jemi 32. Nella 33. Petra 34. Patrick
13

3.3 Instrumen Penelitian:

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner yang dibuat di


Google Docs dari Google Drive. Saya memilih menggunakan kuisioner secara
online karena menurut saya lebih mudah, cepat, dan praktis untuk menafsirkan
data dari jawaban-jawaban responden saya.

3.4 Prosedur Penelitian

Pada Tanggal 8 Desember 2017 kuisioner melalui google form dibagikan


oleh penulis melalui internet kepada partisipan yang mau menjawab kuesioner.
Berikut pertanyaan dari kusioner penulis.
14
15

Bab IV

Hasil Penelitian

Dalam bab IV ini, saya akan membahas data-data yang telah diperoleh dari
hasil kuisioner saya. Berikut hasil-hasilnya:

1. Usia Responden

Usia responden remaja, dalam angket yang saya terima ada 34 remaja
yang menanggapi angket saya. Berikut rincian usia responden

 38,2% remaja yang berumur 16 tahun,

 38,2% yang berumur 17 tahun dan 23,

 5% yang berusia di atas 17 tahun dan

 tidak ada responden berumur 15 tahun.


16

2. Tingkat pemakaian remaja terhadap kendaraan

Dari 34 remaja responden, berikut rincian tingkat pemakaian remaja atas


kendaraan pribadi:

 70.6% responden menjawab menggunakan kendaraan pribadi, dan

 29.4% tidak menggunakan kendaraan pribadi


17

3. Remaja responden yang berkendaraan dan memiliki SIM

Dari 34 responden remaja, berikut rincian status SIM responden

 35.3% telah memiliki SIM dan

 64.7% belum memiliki SIM


18

4. Alasan dan pendapat responden atas kenyataan tidak memiliki SIM


namun tetap berkendaraan

Berikut alasan dan pendapat responden remaja tidak memiliki SIM namun tetap
mengendarai kendaraan

- Selama tidak melanggar peraturan lalu lintas, responden berpendapat tidak


masalah tidak punya SIM

- Biaya mengurus SIM mahal

- Malas mengurus SIM

- Untuk keperluan bergaul/gaya


19
20

Alasan Responden remaja tetap mengendarai kendaraan walau belum memiliki


SIM

- Responden tidak peduli tidak ada SIM

- Responden ingin mengurangi beban orangtua dalam biaya antar jemput

- Responden merasa mengendarai sendiri lebih efektif

- Responden mengendarai karena disuruh orangtua

- Responden senang berkendaraan

- Responden ingin bergaya dengan mengendarai


21

5. Pengetahuan Responden mengenai Undang Undang Lalu Lintas

Berikut pengetahuan responden mengenai UU Lalu Lintas

 20.6% responden tidak mengetahui UU Lalu lintas mengharuskan


pengendara memiliki SIM

 79.4% responden mengetahui bahwa UU Lalu Lintas mengharuskan


pengendara memiliki SIM
22

BAB V

Penutup

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kepatuhan dan


pemahaman remaja terhadap tata cara tertib berlalu lintas (studi angket secara
online di bulan Desember 2017), maka dapat diambil kesimpulan akhir bahwa:

 Pengetahuan remaja khususnya responden remaja memgetahui Undang


Undang Lalu Lintas kepatuhan remaja terhadap tata cara berkendaraan
sesuai Undang Undang Lalu Lintas adalah cukup mengerti.

 Kesimpulan diambil berdasarkan angket online dimana 64.7% dari


responden remaja yang berusia 17 tahun dan di atas usia 17 tahun telah
memiliki Surat Ijin Mengemudi dan 79.4% dari responden remaja
mengetahui Undang Undang Lalu Lintas mengharuskan pengendara
memiliki SIM.

 Responden remaja yang memilih tetap mengendarai walaupun tidak


memiliki SIM apabila sudah cukup usia diharapkan dapat mengurus
SIM. Remaja juga diharapkan mengerti tanggungjawab dalam
berkendaraan sehingga tidak membahayakan dirinya sendiri dan orang
lain.

Saran:

 Pihak sekolah dapat mengundang polisi untuk memberikan penataran


dalam peraturan dan etika berkendaraan bagi siswa dan remaja

 Pihak sekolah dan polisi menjelaskan pentingnya mematuhi peraturan


lalu lintas sehingga tidak membahayakan siswa dan orang lain di jalan
raya.

 Pihak sekolah membuat aturan yang jelas terhadap siswa/remaja yang


membawa kendaraan ke sekolah
23

Demikianlah kesimpulan dan saran yang dapat penulis sampaikan dan


semoga dapat berguna bagi pembaca khususnya kalangan remaja.
24

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, S. (2011). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar..

Daradjat, Zakiah. (1982). Pembinaan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang

Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi Perkembangn Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia

Depdikbud. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ditlantas Polda DIY. (2010). Buku Panduan Polantas.Yogyakarta: Direktorat Lalu


Lintas Polda Daerah Istimewa Yogyakarta.

FKIP UAD. (2011). Pedoman Penyusunan Skripsi. Yogyakarta: Fakultas


Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan.

Hurlock, Elizabeth B. (1993). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentan Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Kitab Undang Undang Hukum Perdata

Mappiare, Andi. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Marbun SF dan Moh. Mahfud MD. (2009). Pokok-Pokok Hukum Administrasi


Negara.

Modul PKn. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran


PPKn (Etika Kewarganegaraan). Departemen Pendidikan Nasional.

Panggabean,Yusri., Niyoko.2008. Kapita Selekta Mata Kuliah Pendidikan Agama


Kristen.Yogyakarta: UNY Press

Rakhmani, Feti. 2013. Kepatuhan Remaja dalam Berlalu Lintas. Pontianak:


Universitas Tanjungpura. Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 2
Nomor 1

Rivai, Melly S.S. (1987). Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Bina Aksara.

Sarwono, SarlitoW. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Soekanto, Soerjono. (1982). Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum.


Jakarta:Rajawali.

Soekanto, Soerjono. (1986). Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.


25

Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif.Bandung : Alfabeta.

Syamsu Yusuf. (2009). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung:PT.


Remaja Rosda Karya,Bandung. 2009

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas


dan Angkutan Jalan

Willis, Sofyan S. (2005). Remaja & Masalahnya. Bandung : Alfabeta.

Zayu, Wiwin Putri. 2012. Studi Kecelakaan Lalu Lintas dengan Metode Revealed
Preference di Kota Padang. (Studi Kasus Mahasiswa SI Fakultas Teknik
Universitas Andalas). Padang: Universitas Andalas. Program Pascasarjana

Anda mungkin juga menyukai