Anda di halaman 1dari 33

Bab II

Ketersediaan Informasi Laporan Keuangan (Foster)

A. Pendahuluan
Pelaporan keuangan merupakan bagian yang lebih luas dari seperangkat pengungkapan
yang mempunyai lingkup dari respon kualitatif atas pertanyaan pemegang saham pada rapat
tahunan sampai komunikasi yang tertulis.

B. Tekanan Regulasi dan Penyampaian Informasi Pelaporan Keuangan


Informasi dalam laporan keuangan adalah fitur bersama yang dibutuhkan di berbagai
Negara dimana keberadaan sektor publik sangat berpengaruh dalam menentukan berbagai
peraturan yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bagi pihak yang
berkepentingan.
Ilustrasi bagaimana operasi tekanan regulasi dibandingkan dengan detail khusus saat ini
sedanga dijalankan pda peraturan-peraturan khusus.
a. Rerangka kerja lembaga di Amerika Serikat
Yang etrdiri dari empat level dan keempal level tersebut mempengaruhi keputusan
pelaporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan. Rerangka yang terdapat di Amerika
Serikat adalah gambaran terbaik sebuah usaha bersama lembaga-lembaga sektor publik
pada level satu dan dua dan sector swasta pada level tiga dan empat.
b. Pengaruh tekanan regulasi
Pengaruh tekanan regulasi adalah sulitnya untuk memisahkan diri dari berbagai faktor
lain yeng juga berpengaruh terhadap pengambilan keputusan manajer atas
pengungkapan laporan keuangan.
FASB atau SEC mengungkapkan:
1. Perintah SEC untuk mengungkapkan biaya penggantian.
2. Perintah FASB untuk pengungkapan Constant Dollar and Current Cost.
3. Perintah SEC untuk reserve recognition accounting, untuk penyelidikan
perusahaan minyak dan gas.

Keputusan dari badan regulasi juga dapat member efek dalam informasi aktivitas
produksi dari informasi nonperusahaan.
Prinsip dari GAAP dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Biaya penulisan kebijakan baru yang dibebankan pada tahun pertama dari pada
diamortisasi pada saat akhir kebijakan.
2. Asumsi tingkat bunga.
A. Bukti Pendukung atau Perintah Pengungkapan NonRegulasi
Beberapa bukti yang mendukung atas beberapa faktor perintah regulasi yang
memperngaruhi kelengkapan laporan keuangan:
1. Laporan keuangan yang dibuat untuk publik harus baik sebelum informasi dari
tekanan regulasi utama mempengaruhi pelaporan keuangan.
2. Laporan keuangan merupakan bukti dari entitas bukan berada dibawah pengadilan
atau hukum SEC.
3. Beberapa perusahaan mengeluarkan laporan keuangan dalam frekuensi interval waktu
yang melebihi mandate dari badan regulasi.
4. Beberapa perusahaan mengeluarkan laporan keuangan dengan informasi yang lebih
banyak dari perintah badan regulasi.

B. Tekanan Pasar dan Kelengkapan atau Penambahan Informasi Laporan Keuangan


Ada tiga tekanan pasar yang mempengaruhi kepuasan dan waktu pengungkapan laporan
keuangan.
1. Tekanan Pasar Modal
Perusahaan berkompetensi atau bersaing dengan beberapa pasar modal dalam beberapa
dimensi, yaitu: instrument penawaran, bukti dan instrument penawaran, distribusi atas
pengembalian dari masing-masing instrument.
Dua sifat penting pasar modal:
 Ketidakpastian tentang kualitas suatu produk
 Biaya dianggap tidak memuaskan
Mekanisme untuk mencegah kesalahan penyajian laporan keuangan:
 Reputasi dalam suatu perusahaan
 Reputasi manajemen
 Keterangan pihak ketiga
 Hukuman yang sah
2. Kekuatan Pasar Tanaga Kerja
Terdapat tiga mekanisme untuk memonitor manajemen, memesukkan laporan keuangan
dan keterangan pihak ketiga itu untuk dilihat oleh pasar tenaga kerja eksternal menaik
dan dapat dipercaya untuk menarik kesimpulan dari laporan keuangan tentang kualitas
manajemen. Kualitas manajemen yang tinggi mempunyai dorongan untuk menambah
ekstra monitor badan.
3. Badan Hukum yang Mengawasi Kekuatan Pasar
Kemampuan untuk mengawasi keuangan, investasi, dan mengoperasikan keputusan
perusahaan, bagian eksternal yaitu: pengambilan ahli dan wakil pertandingan.

C. Kumpulan Biaya dengan Pengungkapannya


1. Mengumpulkan dan memproses biaya
2. Biaya penuntutan
3. Political cost
4. Biaya persaingan yang tidak menguntungkan
5. Keterbatasan perilaku manajer

BAB III
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
(FOSTER)

A. Pendahuluan

Analisis laporan keuangan meliputi studi hubungan dalam satu set laporan keuangan
pada suatu titik waktu dan dengan tren dalam hubungan dari waktu ke waktu. G. Haileman
Brewin dan tiga perusahaan AS lainnya menyeduh perusahaan akan digunakan untuk
menggambarkan teknik ini. Banyak pernyataan komparatif latihan keuangan dari jenis
yang disajikan dalam bab ini accses basis data daripada laporan tahunan perusahaan
diperiksa.

TEKNIK CROSS-SECTIONAL
Teknik yang digunakan dalam satu periode, di mana terdapat banyak perusahaan. Ada 2 macam
teknik cross-sectional pada laporan keuangan, antara lain:
1. Common Size Statement
Pengembangan common size statement timbul dari masalah-masalah dalam
membandingkan laporan keuangan dari perusahaan yang berbeda skala ekonominya.
Salah satu cara untuk mengendalikan perbedaan skala ekonomi perusahaan adalah
dengan mengungkapkan :
 komponen-komponen neraca dalam persentase terhadap total aktiva (hutang +
modal)
 komponen-komponen laba rugi dalam persentase terhadap total pendapatan
Common Size sangat bagus digunakan untuk membantu menganalisis laporan keuangan,
karena disajikan dalam bentuk persentase (%) bukan angka.
2. Analisis Laporan Keuangan
Terdapat tujuh kategori dan rasio, di mana setiap ketegori dapat menggambarkan secara
lengkap kondisi keuangan suatu perusahaan. Tujuh kategori dan rasio tersebut, meliputi:
a. Posisi Kas
Kas dan surat berharga sangat penting bagi perusahaan, serta dapat digunakan
untuk mebiayai pengeluaran operasional dan membiayai kewajiban jangka
pendek yang telah jatuh tempo. Rasio-rasio tersebut antara lain :

 Digunakan untuk utang

Kas + Surat Berharga

Cash rasio Cash Ratio


adalah =
kemampuan melunasi utang yang segera harus
dipenuhi dengan kas yangUtang Lancar
tersedia. Misalnya : “Setiap utang lancar Rp
1,00 dijamin atas kas dan surat berharga sebesar Rp …..,00”
 Yang dihasilkan dari penjualan

Kas + Surat Berharga


Cash Ratio =
 Yang bisa dibeli
Penjualan
Kas + Surat Berharga
Cash
Semakin tinggi Ratio
rasio = semakin banyak pula sumber daya kas yang
berarti
Total Aktiva
tersedia dalam suatu perusahaan.
b. Likuiditas
Kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi utang dan jatuh temponya dalam
jangka pendek.
 Quick Ratio

Kas + Surat Berharga Jangka Pendek + Piutang Usaha


Quick Ratio
Quick = juga sering disebut “Quick Assets”.
ratio
Piutang usaha yang ada dalam
Utangquick ratio antara lain :
Lancar
 Piutang dagang
 Piutang wesel
 Current Ratio

Aktiva Lancar
Current Ratio =
Utang Lancar
Semakin tinggi kedua rasio tersebut, maka semakin tinggi pula posisi
likuidasi suatu perusahaan. Hal tersebut berarti ketika jatuh tempo,
perusahaan semakin mampu untuk melunasi kewajiban jangka
pendeknya.
Dalam current ratio termasuk pula :
 Persediaan
 Biaya dibayar di muka
c. Modal Kerja (Working Capital) atau Arus Kas (Cash Flow)
Sebagian besar perusahaan tidak secara langsung melaporkan informasi
mengenai arus kas dalam setiap laporannya. Informasi arus kas dapat diperoleh
melalui penyesuaian laporan pendapatan bersih untuk pos-pos non-kas dalam
perhitungannya. Apabila semakin naik ratio, maka semakin naik arus kas suatu
perusahaan. Rasio dalam modal kerja atau arus kas, antara lain:
 Modal kerja untuk ratio penjualan (Working capital to sales ratio)

Modal Kerja dari Operasi*


Working Capital
*Modal toAktiva
kerja = Sales Ratio
lancar =– Utang lancar
 Modal kerja untuk ratio total aset Penjualan
(Working capital to total assets ratio)

Modal Kerja dari Operasi


Working
 UntukCapital to Total
mengetahui Assetsbesar
seberapa Ratio =
penjualan yang dihasilkan
Total Aktiva Rata-rata
Arus Kas dari Operasi
Working Capital
 Untuk mengetahui = dihasilkan
aktiva yang
Penjualan
Arus Kas dari Operasi
Working Capital =
Total Aktiva Rata-rata

d. Struktur Modal
Rasio dalam struktur modal menyediakan suatu pandangan bagi perusahaan
dalam memperluas modal non-ekuitas yang digunakan untuk membiayai atau
membeli aktiva dalam perusahaan. Beberapa rasio yang terdapat dalam struktur
modal, yaitu :
 Long-term liability to equity ratio

Utang Jangka Panjang


Long-term liability to equity ratio =
Total Modal Sendiri
 Debt to equity ratio

Total Utang
Debt to equity
Semakin ratio =ini, semakin tinggi pula proporsi aktiva dalam
tinggi rasio
Totalatau
perusahaan yang dibiayai Modal Sendiri
didanai dari modal non-shareholder (non-
pemegangsaham).
e. Debt Service Coverage (Kemampuan Perusahaan untuk Membayar
Bunga Pinjaman)
Kemampuan perusahaan untuk membayar bungan pinjaman, dilihat dari semakin
naik pendapatan operasi maka semakin mampu untuk membayar utangnya.
 Time interest earned ratio

Laba Operasi
Time interest earned ratio =
 Kas yang dihasilkan
Pendapatan Bunga + Beban Bunga
Arus Kas dari Operasi
Kas yang dihasilkan =
f. Profitabilitas (Kemampuan Memperoleh Laba)
Profitabilitas biasanya digunakan untuk
Pendapatan mengukur
Bunga kemampuan
+ Beban Bunga perusahaan
dalam memperoleh laba, yang dirumuskan sebagai berikut :

 Gross Profit Margin

Penjualan Neto – Harga Pokok


Gross Profit Margin =
atau
Penjualan Neto
Laba Operasi
Gross Profit
Gross profit margin Margin =seberapa banyak laba bersih yang
menunjukkan
Penjualan Neto
diperoleh dari pendapatan yang diterima.
 Net Profit Margin

Laba Bersih
NetEquity
 Return On Profit (ROE)
Margin =
Penjualan Neto
Laba Setelah Pajak
ROE =
Modal Sendiri
Return On Equity (ROE) dapat digunakan sebagai ukuran efisiensi dari
modal sendiri terhadap segala operasional perusahaan.
 Return On Investment (ROI)

Laba Setelah Pajak


ROI =
Return On Investment (ROI) dapat digunakan sebagai ukuran efisiensi
Total Aktiva
dari total aktiva dari segala operasional perusahaan.
g. Perputaran (Turnover)
Perputaran (turnover) dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan
aset. Dalam menentukan efisiensi dari aktiva yang digunakan, terdapat berbagai
macam aspek yang harus diperhatikan. Penentuan efisiensi ini biasanya
menggunakan ratio perputaran dari beberapa data yang diteliti, antara lain :

 Rasio Perputaran Total Aktiva

Penjualan Neto
Rasio
Rasio Perputaran
perputaran aktivaTotal Aktivauntuk
digunakan = mengidentifikasi berapa banyak

waktu penjualan (tahunan) yang dapatTotaldigunakan


Aktiva untuk menutup total

aset yang telah digunakan.


 Rasio Perputaran Piutang Usaha

Penjualan Kredit
Rasiorasio
Dalam Perputaran Piutang
perputaran Usaha
piutang = penjualan yang dihitung yakni
usaha,
Piutang
hanya penjualan kredit. Namun, dalam Usahakasus
banyak Rata-rata
total piutang yang
digunakan dari penjualan melalui kas atau kredit tidak menghasilkan
laporan tahunan yang bisa digunakan. Untuk memperoleh estimasi dari
rata-rata periode penjualan kredit, harus dilakukan dengan membagi 365
hari dari rasio perputaran piutang usaha.
 Rasio Perputaran Persediaan

Harga Pokok Penjualan


Rasio Perputaran Persediaan =
Pada rasio perputaran persediaan, besarnya
Rata-rata rasio tergantung oleh
Persediaan
penilaian persediaan.

TEKNIK TIME-SERIES
Teknik ini biasanya hanya digunakan untuk satu perusahaan dengan banyak periode. Ada 2 cara
dalam teknik time-series, yaitu :
1. Trend Laporan Keuangan
Penyusunan trend laporan keuangan melibatkan pemilihan satu tahun sebagai suatu
tahun dasar, di mana menunjukkan adanya perubahan trend dari tahun ke tahun
dibandingkan dengan nilai di tahun dasar.

2. Analisis Ratio Keuangan


Para analis dapat menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan teknik time-
series pada rasio keuangan yang dapat meramalkan kemungkinan suatu tren yang umum
berdasarkan pada rasio lancar empat tahun yang lalu. Mengukur Keragaman
Pendekatan yang digunakan untuk melihat sejauh mana variasi-variasi ukuran,
menghitung keragaman rasio keuangan dan variabel-variabel lain dari waktu ke waktu.

Nilai Maksimum – Nilai Minimum


Rumus : =
Nilai Tengah Rasio Keuangan

MENGKOMBINASIKAN LAPORAN KEUANGAN DAN INFORMASI LAPORAN


NON-KEUANGAN
1. Informasi Pasar Produk
Informasi tentang keadaan produk di pasar dapat memberikan pandangan mengenai
pergeseran pangsa di pasar, informasi ini berguna bagi para analisis. Selain itu,
informasi pasar produk juga penting dalam analisis keuangan perusahaan.
Contoh : “Industri Penginapan”
 Hunian Kamar merupakan kunci bagi industri penginapan
2. Informasi Pasar Modal
Informasi pasar modal dapat digunakan untuk mengakses seluruh informasi, hal itu
dilakukan dengan mengamati perubahan-perubahan di dalam hubungan antara laba
sekarang dan masa depan. Rasio Price-to-Earning (PE) yang sering digunakan dalam
analisis ini.

Kapitalisasi Pasar atas Pembagian Ekuitas


Rasio Price to Earning (PE) =
Laba Bersih yang Tersedia Bagi Umum
Variabel pasar modal yang sering digunakan yaitu Rasio Pembayaran Deviden
(Devidend Payout Rasio).

Pembagian Deviden
Devidend Payout Rasio =
Pendapatan Bersih

BAB 3 SUBRAMAYAM
ANALISIS AKTIVITAS PENDANAAN
A. KEWAJIBAN

1) Kewajiban Lancar

Kewajiban Lancar (jangka pendek) merupakan kewajiban yang pelunasannya


menggunakan aktiva lancar atau munculnya kewajiban lancar lainnya. Periode yang
diharapkan untuk menyelesaikan kewajiban adalah mana yang lebih panjang satu tahun
dan satu siklus operasi perusahaan.

Terdapat dua jenis kewajiban lancar, yaitu timbul dari:

a. Aktivitas Operasi, meliputi : utang pajak, pendapatan diterima di muka, uang muka
, piutang usaha, dan beban operasi akrual lainnya.

b. Aktivitas Pendanaan, meliputi : pinjaman jangka pendek, utang bunga, dan bagian
utang jangka panjang jatuh tempo dalam jangka waktu satu tahun.

2) Kewajiban Tak Lancar

Kewajiban Tak Lancar (jangka panjang) merupakan kewajiban yang tidak jatuh tempo
dalam jangka waktu satu tahun atau satu siklus operasi, mana yang lebih panjang.
Kewajiban ini meliputi pinjaman, obligasi, utang, dan wesel bayar. Kewajiban tak lancar
beragam bentuknya , dan penilaian serta pengukurannya memerlukan pengungkapan atas
seluruh batasan dan ketentuan. Pengungkapan meliputi tingkat bunga, tanggal jatuh
tempo, hak konversi, fitur penarikan, persyarata penyisihan dana pelunasan, provisi kredit
berulang, dan provisi subordinasi.

Analisis Kewajiban, memiliki beberapa fitur penting, yaitu :


 Ketentuan utang (tanggal jatuh tempo, tingkat bunga, ola pembayaran, dan jumlah)
 Pembatasan pemakaian sumber daya dan pelaksanaan aktiitas bisnis
 Kemampuan dan fleksibilitas untuk memperoleh pendanaan selanjutnya
 Kewajiban untuk modal kerja, perbandingan utang terhadap ekuitas (Debt to Equity),
dan ukuran keuangan lain
 Fitur konversi kewajiban yang bersifat difusi
 Larangan atas pembayaran-pembayaran seperti dividen

B. SEWA/SEWA GUNA USAHA (LEASE/LEASING)

Sewa (lease) merupakan perjanjian kontraktual antara pemilik (lessor) dan penyewa
(lessee). Ciri Kegiatan Sewa Guna Usaha:
1. Perjanjian antara lessor dengan lessee
2. Berdasarkan perjanjian sewa guna usaha, lessor mengalihkan hak penggunaan barang
kepada pihak lesse.
3. Lesse membayar kepada lessor uang sewa atas penggunaan barang (asset)
4. Lesse mengembalikan barang tersebut kepada lessor pada akhir periode yang ditetapkan
lebih dahulu dan jangka waktunya kurang dari umur ekonomis barang tersebut.

1) Akuntansi dan Pelaporan Sewa

Sewa (Leasing) dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

1. Capital Lease/Finance Lease


 Lessor mencatat sewa sebagai penjualan dan transaksi pendanaan dan lesse
mencatatnya (baik aset maupun kewajiban) sejumlah nilai sekarang MLP
(Minimum Lease Payment) selama masa sewa, tidak termasuk biaya administrasi
seperti asuransi, perawatan dan pajak yang dibayar oleh lessor yang termasuk
dalam MLP.

 Jika pada saat terjadinya, transaksi tersebut memenuhi capital lease minimal satu
dari empat kriteria sebagai berikut:
a. Terdapat transfer kepemilikan aktiva kepada lesse pada akhir masa sewa
b. Terdapat opsi untuk membeli aktiva pada harga murah
c. Masa sewa guna guna usaha 75% / lebih dari estimasi umur ekonomis aktiva.
d. Nilai sekarang sewa pembayaran sewa dan pembayaran sewa guna usaham
inimum lainnya sebesar 90% / lebih dari nilai wajar aktiva dikurangi
dengankredit pajak investasi yang ditahan oleh lessor.

 Kriteria SGU dengan Hak Opsi :


a. Lessor tidak melakukan perawatan terhadap aset yang dileasingkan.
b. Kontrak tidak dapat dibatalkan
c. Fully Amortized ( Biaya sewa sama dengan harga perolehan ditambah return
on invested capital)
d. Adanya opsi diakhir masa leasing
e. Pajak dan asuransi dibayar lessee

2. Operating Lease
 Lesse mencatat sewa sebagai beban saat terjadinya dan tidak ada aset atau
kewajiban yang diakui di neraca.

 Kriteria SGU tanpa Hak Opsi :


a. Jumlah pembayaran selama masa SGU I tidak dapat menutup cost barang +
profit lessor
b. Perjanjian tidak memuat hak opsi bagi lessee
c. Perawatan, pajak, dan asuransi dibayar lessor
d. Kontrak bisa dibatalkan lesse sebelum masa kontrak berakhir

2). Pengungkapan Sewa


a. MLP dimasa depan secara terpisah untuk capital lease dan operating lease untuk masing-
masing tahun selama 5 tahun mendatang dan total setelahnya.
b. Beban sewa untuk masin-masing periode yang dilaporkan di laporan Laba Rugi.
3). Analisis Sewa

Dampak operating lease

Insentif bagi lesse untuk menstrukturkan sewa guna usaha sebagai operating lease
terkait dengan dampak operating lease terhadap neraca dan laporan laba rugi. Dampak pada
laporan keuangan ini adalah :
1. Operating lease menyajikan kewajiban lebih rendah dari seharusnya dengan tidak
menyajikan pendanaan sewa dalam neraca.
2. Operating lease menyediakan aset lebih rendah dari seharusnya.
3. Operating lease menunda pengakuan beban dibanding dengan capital lease.
4. Operating lease menyajikan kewajiban lancar lebih rendah dari seharusnya.
5. Operating lease memasukkan bunga dalam beban sewa.

4). Kelebihan Sewa sebagai Sumber Pembiayaan

 Pembiayaan Penuh
 Lebih Fleksibel
 Sumber Pembiayaan Alternatif
 Off Balance Sheet
 Arus Dana
 Proteksi Inflasi
 Perlindungan akibat Kemajuan Teknologi
 Sumber Pelunasan Kewajiban
 Kapitalisasi Biaya
 Risiko Keusangan
 Kemudahan Pnyusunan Anggaran
 Pembiayaan Proyek Skala Besar
 Meningkatkan Debt Capacity
5). Konversi Operating Lease Menjadi Capital Lease
Langkah-langkah mengkonversi operating lease menjadi captal lease sebagai berikut.
a. Menilai apakah klasifikasi operating lease masuk akal
b. Menentukan estimasi nilai sekarang kewajiban operating lease
c. Menentukan nilai aktiva dan kewajiban sewa guna usaha
d. Mengestimasi dampak reklasifikasi sewa guna usaha pada laba yang diharapkan.
C. IMBALAN PASCAPENSIUN

1). Manfaat Pasca Pensiun (Postretirement Benefit)

a. Manfaat Pensiun (Pension Benefit) : pemberi kerja menjanjikan manfaat moneter


kepada pekerja pascapensiun.

b. Manfaat Lain Pascapensiun Pekerja (Other Postretirement Employee Benefit-OPEB) :


pemberi kerja memyediakan manfaat lain (nonmoneter) pascapensiun terutama
pemeliharaan kesehatan dan asuransi jiwa.

2). Sifat Kewajiban Pensiun

a. Program Pensiun (Pension Plan) yang merupakan janji pemberi kerja untuk
menyediakan imbalan pensiun bagi pekerja yang melibatkan tiga pihak, yaitu:

 Pemberi kerja yang memberikan kontribusi pada program pension


 Pekerja yang menerima imbalan
 Pekerja yang menerima Dana pensiun.

Program pensiun dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu :


1. Program Pensiun Imbalan Pasti (Defined Pension), menentukan jumlah pensiun yang
dijanjikan pemberi kerja untuk disediakan bagi pensiunan.
2. Program Pensiun Iuran Pasti (Defined Contribution), menentukan jumlah kontribusi
pemberi kerja pada program pensiun.
b. Dana Pensiun (Pension Fund) terpisah dari pemberi kerja dan diadministrasikan oleh
pihak yang ditunjuk (trustee).Dana pensiun memberikan kontribusi, menginvestasikan
kontribusi dengan cara tepat, dan membagikan imbalan pensiun pada pekerja.

Tantangan akuntansi pada program pensiun adalah perkiraan kewajiban dan beban yang
dibutuhkan untuk menciptakan pembayaran kas di tahun yang akan datang.
Akuntansi dalam Pensiun
1. Kewajiban Pensiun (Pension Obligation)
2. Biaya bunga : kenaikan kewajiban pensiun
3. Kontribusi
4. Status Pendanaan (Aset Bersih Program Pensiun = Aset Program – Kewajiban Pensiun)
 Jika kewajiban melebihi nilai aset, maka program dikatakan program pensiun kurang
didanai (underfunded)
 Jika nilai aset melebihi kewajiban, maka program dikatakan program pensiun didanai
lebih (overrfunded)

3). Imbalan Karyawan Pascapensiun Lainnya

Imbalan pascapensiun selain pensiun atau imbalan karyawan pascapensiun lainnya (other
postretirement employee benefit-OPEB) merupakan imbalan yang diberikan oleh pemberi
kerja kepada pensiunan dan anggota keluarganya. Contohnya adalah asuransi jiwa,
perawatan kesehatan, bantuan perumahan, serta jasa hokum dan pajak.
4). Analisis Manfaat Pascapensiun
Analisis pengungkapan manfaat pascapensiun penting dilakukan, karena besarnya kewajiban
maupun karena kompleksitas aturan akuntansi.
Terdapat prosedur lima langkah untuk menganalisis manfaat pascpensiun :
1. Menentukan dan merekonsiliasi biaya dan kewajiban (atau aset) manfaat ekonomis dan
yang dilaporkan
2. Membuat penyesuaian yang diperlukan atas laporan keuangan
3. Mengevaluasi asumsi aktuaria dan dampaknya pada laporan keuangan
4. Memeriksa paparan risiko pension
5. Mempertimbangkan implikasi arus kas program manfaat pascapensiun

5). Tujuan Dana Pensiun


a. Bagi Pemberi Kerja
 Memberikan penghargaan kepada para karyawan uang telah lama mengabdi kepada
perusahaannya
 Agar di masa pensiun tersebut karyawan mendapat jaminan
 Memberikan rasa aman kepada karyawan
 Meningkatkan kinerja dan motivasi karyawan
 Meningkatkan citra perusahaan di mata masyarakat

b. Bagi Karyawan
 Kepastian memperoleh penghasilan masa yang akan datangsesudah masa pensiun
 Memberikan rasa aman dan meningkatkan motivasi untuk bekerja

c. Bagi Pengelola
 Mengelola dana pensiun untuk mendapatkan keuntungan karena iuran dana pensiun
dapat dimasukkan dalam kegiatan investasi
 Turut membantu menyelenggarakan program pemerintah

6). Faktor yang menentukan resiko pensiun, yaitu :


a. intensitas pension, dimana kewajiban pensiun sehubungan dengan ukuran pos aset
dalam perusahaan tersebut.
b. sejauhmana profil resiko dari aset program salah dikaitkan dengan kewajiban
pensiunnya.

D. KONTINJENSI DAN KOMITMEN


I. Kontinjensi (contingencies) merupakan keuntungan dan kerugian potensial yang
penyelesaiannya bergantung pada satu atau lebih peristiwa dimasa depan.
 Kerugian kontinjensi yang disebut kewajiban kontinjensi/ bersyarat (contingent
liability) merupakan klaim potensial atas sumber daya perusahaan.
 Kewajiban kontinjen timbul dari perkara hukum, ancaman pengambilalihan,
penagihan piutang, klain atas garansi produk atau kerusakan produk, garansi
kinerja, perhitungan pajak, resiko yang diasuransikan sendiri, dan kerugian
properti akibat bencana.
 Contoh : garansi , kerugian piutang tak tertagih, kerusakan produk, dll.
II. Komitmen (commitments) merupakan klaim potensial atas sumber daya perusahaan
berdasarkan kinerja dimasa depan sesuai kontrak.
 Komitmen tidak diakui dalam laporan keuangan karena peristiwa seperti
penandatanganan kontrak atau penerbitan pesanan pembelian bukan merupakan
transaksi yang lengkap.
 Contoh : kontrak jangka panjang yang tidak dapat dibatalkan untuk membeli
barang atau jasa pada harga tertentu, dan kontrak pembelian aset tetap yang harus
dibayar selama masa konstruksi.

Pengungkapan kontijensi meliputi:


1. Deskripsi kewajiban kontijen dan tingkat resiko
2. Jumlah kontijensi potensial dan bagaimana partisipasi pihak lain diperlakukan dalam
penentuan risiko.
3. Pembebanan estimasi kerugian kontijensi bila ada

Pengungkapan komitmen meliputi:


1. Jumlah
2. Kondisi
3. Waktu

E. PENDANAAN DILUAR NERACA


Pendanaan diluar neraca (off-balance-sheet financing) adalah tidak tercatatnya kewajiban
pendanaan tertentu. Contohnya : salah satu cara mendanai properti, pabrik dan peralatan
adalah meminta pihak luar untuk mendapatkannya, dan perusahaan sepakat untuk
menggunakan aktiva tersebut serta menyediakan dana yang cukup untuk melunasi utang.
Konsep Entitas Bertujuan Khusus (Special Purpose Entities-SPE):
1. SPE dibentuk oleh perusahaan sponsor dan dikapitalisasi dengan investasi ekuitas,
beberapa di antaranya harus berasal dari pihak ketiga yang independen.
2. SPE meningkatkan investasi ekuitas ini dengan meminjam dari pasar kredit dan
membeli aktiva dari atau untuk perusahaan sponsor.
3. Arus kas dari aktiva digunakan untuk membayar utang dan menyediakan
pengembalian bagi investor ekuitas.

Ada dua alasan kepopuleran SPE , yaitu :


1. SPE dapat menyediakan alternatif pendanaan berbiaya rendah daripada meminjam
langsung dari pasar kredit.
2. Dalam GAAP sekarang selama SPE distrukturkan dengan benar, SPE diperlakukan
sebagai entitas terpisah tidak dikonsolidasikan dengan perusahaan sponsor.

F. EKUITAS PEMEGANG SAHAM


Ekuitas mengacu pada pendanaan oleh pemilik (pemegang saham) perusahaan. Analisis atas
ekuitas harus dipertimbangkan pengukuran dan pelaporan standar ekuitas pemegang saham,
yaitu :
1. Mengklasifikasi dan memisahkan sumber utama pendanaan ekuitas.
2. Mempelajari hak untuk kelompok-kelompok pemegang saham dan prioritas mereka
pada likuidasi.
3. Mengevaluasi pembatasan hukum untuk distribusi ekuitas.
4. Menelaah kontrak, ketentuan hukum dan pembatasan-pembatasan lainnya atas
distribusi laba ditahan.
5. Menilai ketentuan dan provisi efek yang dapat dikonversi (convertible securities),
opsi saham dan kesepakatan lainnya yang berpotensi menerbitkan saham.

1). Modal Saham


I. Pelaporan Modal Saham
Pelaporan Saham Modal, meliputi penjelasan atas perubahan jumlah lembar modal yang
diungkapkan dalam laporan keuangan atau catatan terkait. Terdapat alasan perubahan
saham modal, terpisah menurut kenaikan dan penurunan.
a. Sumber kenaikan saham modal yang beredar:
 Penerbitan saham
 Konvensi utang dan saham preferen
 Penerbitan dividen dan pemecahan saham (stock split)
 Penerbitan saham dalam akuisisi dan merger
 Penerbitan untuk opsi saham dan warant
b. Sumber penurunan saham.
 Pembelian dan penghentian saham
 Pembelian kembali saham
 Pemecahan saham terbalik (reverse stock split)

Modal Disetor (Contributed Or Paid-In Capital)


Modal kontribusi atau modal disetor merupakan total pendanaan yang diterima dari
pemegang saham sebagai pembayaran saham modal.

Saham Diperoleh Kembali (Treasury Stock Atau Buyback)


Salam diperoleh kembali merupakan saham yang dibeli kembali stelah sebelumnya
diterbitkan dan dibayar penuh.

II. Klasifikasi Modal Saham


Modal Saham (Capital Stock) merupakan saham yang diterbitkan kepada pemegang
saham ekuitas sebagai pembayaran aktiva dan jasa.
Terdapat dua jenis Modal Saham, yaitu

a. Saham Preferen (preffered stock), yaitu kelompok khusus saham yang memiliki fitur
yang tidak dimiliki oleh saham biasa. Ciri-ciri umum saham preferen meliputi :

1. Prioritas atas distribusi dividen termasuk hak partisipasi dan dividen kumulatif;
2. Prioritas atas likuidasi, terutama penting karena selisih antara nilai nominal dan
nilai likuidasi dan nilai likuidasi saham preferen bisa besar;
3. Dapat dikonversi menjadi saham biasa;
4. Tidak memiliki hak suara;
5. Harga pembelian kembali biasanya untuk melindungi pemegang saham preferen
dari pembelian kembali yang terlalu awal (harga pembelian kembali premium
sering kali makin menurun).
6. Tidak dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan

b. Saham Biasa (common stock), yaitu kelompok saham yang mencerminkan hak
kepemilikan serta memiliki risiko tinggi dan pengembalian tinggi atas kinerja
perusahaan. Saham biasa mencerminkan bunga sisa (residual interest) dan tidak
diprioritaskan namun mendapatkan laba bersih sisa dan menyerap rugi bersih.
Ciri-ciri umum saham preferen meliputi :
1. Memiliki Keuntungan Tak Terhingga
2. Dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan
3. Memiliki hak suara;

Analisis Modal Saham


Informasi yang lebih relevan bagi analisis adalah komposisi pos modal dan pembatasan-
pembatasan yang berlaku. Komposisi ekuitas penting karena dapat memengaruhi hak sisa
atas saham biasar, serta hak, risiko dan pengembalian bagi investor ekuitas.

2). Laba Ditahan


Laba ditahan (retained earnings) merupakan modal yang dihasilkan sebuah perusahaan.
Akun laba ditahan mencerminkan akumulasi laba atau rugi yang tidak dibagikan sejak
berdirinya perusahaan. Laba ditahan merupakan sumber utama distribusi dividen.
 Dividen tunai (cash dividend) merupakan distribusi kas kepada pemegang saham.
Dividen ini merupakan jenis dividen yang paling umum dan saat didistribusikan
menjadi kewajiban bagi perusahaan.
 Dividen saham (stock dividend) adalah distribusi saham perusahaan itu sendiri
kerpada pemegang saham secara proporsional. Dividen ini mencerminkan kapitalisasi
laba secara permanen.

Penyesuaian Periode Lalu


Penyesuaian periode lalu (prior period adjustment) terutama merupakan koreksi kesalahan
di periode laporan keuangan lalu. Perusahaan tidak melaporkannya dalam laporan laba
rugi, melainkan melaporkannya sebagai penyesuaian (setelah pajak) atau saldo awal laba
ditahan.

Apropriasi Laba Ditahan


Apropriasi laba ditahan (appropriations of retained earnings) merupakan reklasifikasi laba
ditahan untuk tujuan tertentu. Apropriasi laba ditahan (kadang kala disebut cadangan)
merupakan pengakuan bahwa perusahaan tidak berniat untuk mendistribusikannya sebagai
dividen, melainkan mencadangkannya untuk tuntutan hukum, perluasan pabrik, asuransi
diri sendiri (self-insurance), dan kontijensi bisnis lainnya. Apropriasi juga tidak
membebaskan laporan keuangan dari beban potensial. Apropriasi direklasifikasi kembalu
sebagai laba ditahan bila tujuannya telah tercapai.

Pembatasan Laba Ditahan


Pembatasan atau persyaratan bala ditahan (restriction or convenant of retained earnings)
merupakan pembatasan atau ketentuan laba ditahan sejumlah tertentu. Pembatasan penting
meliputi pembatasan distribusi dividen. Ketentuan obligasi dan kesepakatan pinjaman
merupakan sumbe rutama pembatasan tersebut. perusahaan sering kali mengungkapkan
pembatasan tersebut dalam catatan penjelas.
Analisis Laba Ditahan
Analisis pembatasan distribusi laba ditahan oleh pinjaman atau kesepakatan lain umumnya
mengungkapkan cakupan perusahaan dalam area seperti distribusi dividen atau pencapaian
modal kerja pada tingkat tertentu. Pembatasan tersebut juga mengungkapkan kekuatan
tawar-menawar perusahaan dan posisinya dalam pasar kredit.

3). Nilai Buku per Lembar Saham

Perhitungan Nilai Buku per Lembar Saham


Nilai buku per lembar saham (book value per share) adalah angka per lembar yang berasal
dari likuidasi perusahaan pada jumlah yang dilaporkan dalam neraca. “Nilai buku” (book
value) merupakan istilah konvensional yang mengacu pada nilai aktiva bersih, yaitu total
aktiva dikurangi dengan klaim terhadapnya.
Relevansi Nilai Buku per Lembar Saham
Nilai buku memiliki peranan penting dalam analisis laporan keuangan. Aplikasi meliputi:
1. Nilai buku, dengan potensi penyesuaian, sering kali digunakan dalam penilaian
kesepakatan merger.
2. Analisis perusahaan dengan komposisi besar aktiva likuid (institusi keuangan,
investasi, asuransi, dan bank) sangat bergantung pada nilai buku.
3. Analisis obligasi kualitas utama dan saham preferen sangat memerlukan penutupan
aktiva (asset coverage).

4). Kewajiban Pada ‘Ujung’ Ekuitas

Saham Preferen yang Dapat Ditarik Kembali


Analisis harus mewaspadai efek ekuitas (umumnya saham preferen) yang memiliki provisi
penarikan kembali wajib, yang membuatnya lebih mirip hutang daripada ekuitas. Efek
tersebut tersebut mengharuskan perusahaan untuk membayar dana pada tanggal tertentu.

Hak Minoritas
Hak minoritas (minority interest) dalam perusahaan yang dikonsolidasi umumnya disajikan
dalam laporan posisi keuangan, di antara kewajiban dan ekuitas. Namun demikian, hak
minoritas bukanlah klaim langsung atas sumber daya perusahaan. Hak minoritas adalah
kepemilikan proporsional pemegang saham minoritas atas anak perusahaan yang
dikonsolidasikan tersebut.
BAB 4 SUBRAMAYAM
ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI

A. Aktiva Lancar (Current Assets)


Aktiva lancar merupakan sumber daya atau klaim atas sumber daya yang langsung
dapat diubah menjadi kas, biasanya dalam jangka waktu siklus operasi perusahaan.
1. Kas dan Setara Kas
Kas (cash) merupakan aktiva yang paling likuid, mencakup mata uang, deposito
dana, money orders, dan cek. Setara kas (cash equivalents) juga tergolong sangat lancar,
investasi jangka pendek yang siap dikonversi menjadi kas dan hampir jatuh tempo
sehingga risiko perubahan harga yang disebabkan pergerakan tingkat bunga hanya
minimal.
Konsep likuiditas (liquidity) penting dalam analisis laporan keuangan. Likuiditas
berarti jumlah kas atau setara kas yang dimiliki perusahaan dan jumlah kas yang dapat
diperoleh dalam periode singkat. Likuiditas memberikan fleksibilitas untuk
memanfaatkan kondisi perubahan pasar dan untuk bereaksi terhadap strategis pesaing.
Likuiditas juga terkait dengan kermampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya
saat jatuh tempo. Banyak perusahaan dengan neraca yang kuat mengalami kesulitan
yang serius karena tidak likuid.
Selain memeriksa jumlah aktiva likuid yang tersedia untuk perusahaan, analisis
juga harus mempertimbangkan hal berikut:
• Sejauh mana setara kas diinvestasikan pada efek ekuitas, perusahaan mengalami
penurunan likuiditas jika nilai pasar dari efek investasi tersebut turun.
• Kas dan setara kas sering kali dibutuhkan sebagai saldo kompensasi
(compensating balances) untuk mendukung suatu perjanjian pinjaman atau
sebagai jaminan utang.
2. Piutang
Piutang (receivables) merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan
barang atau jasa, atau dari pemberian pinjaman uang.
a. Penilaian Piutang
Analisis piutang penting karena dampaknya terhadap posisi aktiva dan arus laba
perusahaan. Risiko analisis ini adalah pengalaman masa lalu mungkin bukan alat
prediksi yang layak atas kerugian masa depan, atau mungkin kita gagal
mencerminkan kondisi terkini. Kerugian piutang dapat menjadi sangat berarti dan
memengaruhi baik aktiva lancar serta laba bersih sekarang dan masa depan.
b. Analisis Piutang
• Risiko Kolektibilitas
Informasi penuh untuk menilai risiko kolektibilitas biasanya tidak dicakup dalam
laporan keuangan. Informasi yang berguna harus diperoleh dari sumber lain atau
dari perusahaan. Alat analisis untuk memeriksa kolektibilitas mencakup:
- Membandingkan persentase piutang terhadap penjualan perusahaan
pesaing dengan perusahaan yang sedang dianalisis.
- Memeriksa konsentrasi pelanggan, risiko meningkat jika piutang
terkonsentrasi pada satu atau sedikit pelanggan.
- Menyelidiki pola umur piutang (sudah melewati jatuh tempo dan berapa
lama).
- Menentukan bagian piutang yang merupakan pengalihan atau
perpanjangan (renewal) dari piutang atau wesel tagih masa lalu.
• Keaslian Piutang
Deskripsi piutang pada laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan
biasanya tidak cukup untuk memberikan tingkat keandalan mengenai apakah
piutang asli, jatuh tempo, dan dapat ditagih. Pemahaman mengenai praktik
industri dan sumber informasi tambahan digunakan untuk menambah keyakinan.
Salah satu faktor yang memengaruhi keandalan piutang adalah kebijakan kredit
perusahaan. Kebijakan kredit yang ketat berdampak pada kualitas yang lebih
tinggi, atau risiko piutang yang lebih rendah. Perusahaan biasanya melaporkan
kebijakan kreditnya dalam catatan atas laporan keuangan.
• Sekuritisasi Piutang
Salah satu masalah analisis penting adalah saat perusahaan menjual semua atau
sebagian piutangnya pada pihak ketiga. Praktik ini disebut anjak piutang
(factoring) atau sekuritisasi (securitization). Piutang dapat dijual dengan
recourse atau tanpa recourse pada pembeli (recourse terkait atas jaminan
kolektibilitas) Penjualan piutang dengan recourse tidak memindahkan dengan
efektif risiko kepemilikan piutang dari penjual.
3. Beban Dibayar Dimuka
Beban dibayar di muka (prepaid expenses) merupakan pembayaran di muka atas
jasa atau barang yang belum diterima. Sebagai contoh adalah pembayaran di muka
untuk asuransi, utilitas, dan pajak bangunan. Analisis kita harus mewaspadai bahwa,
karena alasan percepatan atau tidak material, beberapa jasa yang jatuh tempo lebih dari
satu tahun juga dicakup dalam beban dibayar dimuka yang dikelompokkan sebagai
aktiva lancar.
4. Persediaan
Persediaan (inventory) merupakan barang yang dijual dalam aktivitas operasi
normal perusahaan. Dengan pengecualianorganisasi jasa tertentu, persediaan merupakan
aktiva inti dan penting dalam perusahaan. Persediaan harus diperhatikan karena
merupakan komponen utama dari aktiva operasi dan langsung memengaruhi
penghitungan laba. Biaya persediaan awalnya dicatat pada neraca. Saat persediaan
terjual, biaya ini dipindahkan dari neraca dan mengalir pada laporan laba rugi sebagai
harga pokok penjualan (HPP). Biaya tidak dapat berada pada dua tempat yang sama
pada waktu bersamaan, mereka dapat dicatat pada neraca (sebagai beban masa depan),
atau diakui saat ini pada laporan laba rugi dan mengurangi profitabilitas untuk dikaitkan
dengan pendapatan penjualan.
a. Dampak biaya persediaan terhadap profitabilitas
Laba kotor dapat dipengaruhi oleh pilihan metode penghitungan biaya perusahaan.
Pada periode di mana harga meningkat FIFO memberikan laba kotor yang lebih
tinggi dibandingkan LIFO karera persediaan yang lebih rendah dikaitkan dengan
pendapatan penjualan dengan harga pasar terkini. Hal ini sering kali dinyatakan
sebagai keuntungan fiktif FIFO karena laba kotor sebenarnya merupakan
penjumlahan dari dua komponen: laba ekonomi (economic profit) dan laba
kepemilikan (holding gain). Laba ekonomi sesuai dengan jumlah yang terjual
dikalikan dengan selisih antara harga jual dan biaya penggantian persediaan (kira-
kira sebesar biaya pembelian persediaan yang paling kini). Laba kepemilikan
merupakan kenaikan pada biaya penggantian karena persediaan telah diperoleh dan
sama dengan jumlah unit terjual dikali dengan selisih biaya penggantian terkini
dengan biaya perolehan awal.
b. Dampak biaya persediaan terhadap neraca
Pada periode harga meningkat, dan dengan asumsi persediaan belum melikuidasi
layer persediaan lamanya, LIFO melaporkan persediaan akhir pada harga yang jauh
lebih rendah dibandingkan dengan biaya penggantian. Hasilnya neraca perusahaan
yang menggunakan LIFO tidak secara akurat mencerminkan investasi lancar yang
dimiliki perusahaan dalam persediaannya.
c. Dampak biaya persediaan terhadap arus kas
Peningkatan laba kotor dengan metode FIFO juga menyebabkan laba sebelum pajak
lebih tinggi, dan karenanya, utang pajak yang lebih tinggi. Pada periode di mana
harga meningkat, perusahaan dapat terjebak pada pengurangan arus kas karena
mereka membayar pajak yang lebih tinggi dan perlu mengganti persediaan yang
terjual pada biaya penggantian yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya
pembelian awal. Hal ini dapat mengarah pada masalah likuiditas.
5. Efek Investasi
Perusahaan juga menginvestasi aktivanya pada efek investasi (investment sec
urities). Beberapa investasi merupakan penyimpanan sementara kelebihan kas dalam
bentuk efek. Investasi ini juga dapat mencakup dana yang akan digunakan untuk
investasi pada pabrik, peralatan, dan aktiva operasi lain, atau dapat digunakan sebagai
dana pembayaran kewajiban. Tujuan penyimpanan sementara ini adalah untuk
menggunakan kas yang menganggur secara produktif.
a. Efek Utang
Efek utang (debt securities) adalah efek yang mewakili hubungan sebagai kreditor
terhadap pihak lain. Misalnya obligasi perusahaan lain, obligasi pemerintah, surat
utang.
• Efek diperdagangkan (trading securities) merupakan utang (atau ekuitas yang
tidak memiliki pengaruh) yang dibeli dengan tujuan dikelola secara aktif dan
dijual untuk mendapat keuntungan pada jangka waktu dekat.
• Efek yang dimiliki hingga jatuh tempo (held-to-maturity securities)
merupakan efek utang yang ingin dan mampu dimiliki manajemen hingga
jatuh tempo. Efek ini dapat jatuh tempo dalam jangka waktu pendek (di mana
mereka diklasifikasi sebagai aktiva lancar) atau jangka panjang (di mana
mereka klasifikasi sebagai aktiva tak lancar).
• Efek yang tersedia untuk dijual (available-for-sale securities) merupakan efek
utang (atau ekuitas yang tidak memiliki pengaruh) yang tidak tergolong efek
diperdagangkan atau dimiliki hingga jatuh tempo. Efek ini dapat
dikelompokkan sebagai aktiva lancar atau tak lancar, tergantung dari jangka
waktu atau kapan manajemen berniat menjual efek tersebut. Efek ini dinilai
berdasarkan nilai wajar pada neraca.
b. Efek Ekuitas
Efek ekuitas (equity securities) mencerminkan bagian kepemilikan pada entitas.
Contohnya meliputi saham biasa dan preferen serta hak untuk memperoleh atau
menjual bagian kepemilikan seperti waran, stock right, serta opsi beli dan opsi jual.
Motivasi utama perusahaan membeli efek ekuitas adalah untuk memaksakan
pengaruh pada direksi dan manajemen entitas lain (seperti emasok, pelanggan, anak
perusahaan) dan untuk mendapatkan dividen dan penghasilan dari kenaikan harga
saham.
• Tidak memiliki pengaruh(kepemilikan kurang dari 20%). Efek ekuitas
berbentuk saham preferen tanpa hak suara atau kurang dari 20% dari seluruh
saham hak suara investee, maka efek ini dianggap tidak berpengaruh. Pada
kasus ini, investor diasumsikan memiliki pengaruh minimal pada aktivitas
investee. Investasi ini dapat dikelompokkan sebagai efek diperdagangkan atau
tersedia untuk dijual berdasarkan niat dan kemampuan manajemen.
• Pengaruh signifikan (kepemilikan antara 20% hingga 50%). Kepemilikan
saham meskipun kurang dari 50% saham dengan hak suara, dapat memberikan
investor kemampuan untuk memengaruhi secara signifikan aktivitas usaha
investee. Pembuktian atas kemampuan investor untuk memaksakan pengaruh
signifikan terhadap aktivia usaha investee diperlihatkan dalam berbagai cara
seperti, perwakilan dan partisipasi manajemen.
• Pihak yang mengendalikan (kepemilikan lebih dari 50%). Kepemilikan lebih
50% disebut sebagai pihak yang mengendalikan (controlling interests).
Investor disebut sebagai induk perusahaan (holding company) dan investee
sebagai anak perusahaan (subsidiary). Untuk kepemilikan lebih dari 50%,
perusahaan menyiapkan laporan keuangan konsolidasi.
c. Analisis Efek Investasi
Analisis investasi efek memiliki paling tidak tiga tujuan utama: untuk memisahkan
kinerja operasi dengan kinerja investasi dan pendanaan, untuk mengevaluasi kinerja
dan risiko investasi, dan untuk menganalisis distorsi akuntansi yang disebabkan
aturan akuntansi dan/atau manajemen laba yang terkait dengan investasi efek.
6. Sekuritas Derivatif
Derivatif merupakan instrumen keuangan yang nilainya berasal dari nilai aktiva
lain, kelompok aktiva, atau variabel ekonomis seperti harga saham, obligasi, harga
komoditas, tingkat bunga, atau kurs pertukaran valuta.
a. Jenis-jenis derivatif
Kontrak masa depan (futures contract) merupakan perjanjian antara dua atau
lebih untuk membeli atau menjual komoditas tertentu atau aktiva keuangan pada
tanggal tertentu di masa depan (yang disebut tanggal penyerahan) pada harga
tertentu. Kontrak ini dapat dibuat untuk berbagai komoditas dan aktiva keuangan.
Kontrak swap (swap contract) merupakan perjanjian antara dua pihak atau
lebih untuk menukar arus kas masa depan. Kontrak ini umumnya digunakan sebagai
perlindungan atas risiko seperti tingkat bunga dan.risiko kurs valuta asing.
Kontrak opsi (option contract) memberikan hak pada suatu pihak bukan
kewajiban untuk melakukan suatu transaksi. Opsi beli (call option) merupakan hak
untuk membeli sekuritas (atau komoditas) dengan harga tertentu pada atau sebelum
tanggal penyerahan. Opsi jual (put option) merupakan opsi untuk menjual sekuritas
(atau komoditas) dengan harga tertentu pada atau sebelum tanggal penyerahan.
Derivatif penting yang sering kali tidak diatur dalam SFAS 133 adalah
kontrak forward (forward contract). Salah satu contohnya adalah pembelian atau
pejualan persediaan dengan kontrak forward sebagai bagian dari operasi usaha
normal, karena penyelesaian langsung tidak dimungkinkan.

B. Aktiva Tak Lancar (Non Current Assets)


Aktiva tak lancar (Non Current Assets) atau aktiva jangka panjang atau juga disebut
aktiva tetap merupakan sumber daya atau klaim atas sumber daya yang diharapakan dapat
memberikan manfaat pada perusahaan selama periode melebihi periode kini.
1. Aktiva Jangka Panjang
a. Kapitalisasi, Alokasi, dan Penurunan Nilai
Kapitalisasi merupakan keputusan. Aktiva jangka panjang diciptakan
memalui proses kapitalisasi. Aturan akuntansi untuk kapitalisasi dibatasi untuk
memenuhi tujuan relevan dan andal. Tujuan andal berarti aturan kapitalisasi menjadi
konservatif dan, dalam berapa kasus, tidak konsisten. Umumnya, suatu biaya akan
dikapitalisasi jika emenuhi kriteria berikut:
• Aktiva harus berasal dari transaksi atau kejadian masa lalu. Kriteria ini
menghasilkan perlakuan yang tidak konsisten antara aktiva tak berwujud yang
dibeli dengan yang diciptakan internal. Misalnya, goodwill yang dibeli dapat
dikapitalisasi, tetapi goodwill yang diciptakan sendiri (yang nilainya jauh lebih
besar) tidak dapat dikapitalisasi.
• Aktiva harus menghasilkan kemungkinan manfaat masa depan yang dapat
diidentifikasi dan layak. Kriteria ini menghasilkan pembebanan pengeluaran
litbang dengan segera, meskipun litbang merupakan salah satu dari aktiva
yang paling berharga bagi perusahaan teknologi tinggi.
• Aktiva memberikan pemiliknya pengendalian (khusus) atas manfaat masa
depan. Kriteria ini (dan lainnya) tidak memungkinkan kapitalisasi teknologi
atau modal manusia karena kepemilikan tidak dapat dipaksakan secara hukum.
Alokasi merupakan pembebanan biaya aktiva secara periodik sepanjang
periode manfaat yang diharapkan. Alokasi biaya disebut penyusutan (depreciation)
jika terkait dengan aktiva tetap, amortisasi (amortization) jika digunakan untuk
aktiva tak berwujud, dan deplesi (depletion) jika dikaitkan dengan sumber daya
alam.
Jika arus kas yang diharapkan (tidak didiskonto) lebih dibandingkan nilai
tercatat aktiva (biaya dikurangi akumulasi penyusutan), perlu diturunkan nilainya
dan dinyatakan sebesar nilai pasar wajar (jumlah diskonto taksiran arus kas). Dari
perspektif analisis kita, terdapat dua distorsi terkait dengan penurunan nilai aktiva:
• Bias konservatif mendistorsi penilaian aktiva jangka panjang karena nilai
aktiva dapat diturunkan namun tidak dapat dinaikkan.
• Pengakuan penurunan nilai aktiva memiliki dampak temporer besar
mendistorsi laba bersih sementara berpotensi untuk meningkatkan kegunaan
nilai aktiva pada neraca.
2. Aktiva Tetap dan Sumber Daya Alam
a. Menilai properti, bangunan, dan Peralatan
Prinsip biaya historis digunakan saat menilai properti, bangunan, dan peralatan.
Penilaian biaya historis mengharuskan suatu perusahaan pertama kali mencatat
sebesar nilai wajar atau nilai wajar aktiva yang ditukarkan. Alasan digunakannya
biaya historis adalah:
• Konservatisme (conservatism), karena tidak mengantisipasi adanya biaya
penggantian berikutnya.
• Akuntabilitas (accountability), manajer dalam jumlah uang.
• Objektivitas (objectivity), dalam penentuan biaya.
b. Menilai sumber daya alam
Sumber daya alam (natural resource), juga disebut aktiva yang dihabiskan (wasting
asset), merupakan hak untuk mengambil atau mengonsumsi sumber daya alam.
Contohnya meliputi hak untuk menambang, menebang kayu, mengambil gas alam,
dan minyak. Sumber daya alam memiliki dua karakteristik penting yaitu
pemindahan
konsumsi aktiva dan penggantian aktiva hanya melalui proses alamiah.
c. Penyusutan
Penyusutan merupakan alokasi biaya properti, bangunan, dan peralatan sepanjang
masa manfaatnya. Jika suatu operasi tidak menguntungkan, penyusutan akan
menjadi biaya yang tidak dapat dihindari, sehingg menambah kerugian.
d. Menganalisis aktiva tetap dan sumber daya alam
Penilaian aktiva tetap dan sumber daya alam menekankan objektivitas biaya historis,
prinsip konservatisme, dan akuntansi atas uang yang diinvestasikan pada aktiva
tersebut. Aturan akuntansi untuk penurunan nilai aktiva jangka panjang mewajibkan
perusahaan untuk secara berkala menelaah kejadian atau perubahan kondisi yang
memungkinkan penurunan nilai. Berdasarkan aturan terkini, perusahaan
menggunakaan “uji perolehan kembali” (recoverability test) untuk menentukan
apakah terdapat penurunan nilai, yaitu perusahaan harus mengestimasi taksiran arus
kas bersih masa depan aktiva tersebut dan nilai disposisi akhirnya.
3. Aktiva Tak berwujud
Aktiva tak berwujud (intangible asset) merupakan hak, keistimewaan, dan manfaat
kepemilikan atau pengendalian. Dua karakteristik umum aktiva tak berwujud adalah
tingginya ketidakpastian masa manfaat dan tidak adanya wujud. fisik.
a. Aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasi
Aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasi merupakan aktiva yang dapat
diidentifikasi terpisah dan dikaitkan dengan hak tertentu atau keistimewaan selama
periode manfaat terbatas. Contohnya hak paten, merek dagang, hak cipta, dan
franchise.
b. Aktiva tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi
Aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasi merupakan aktiva yang dapat
dikembangkan secara internal atau dibeli namun tidak dapat diidentifikasi dan sering
kali memiliki masa manfaat yang tak terhingga. Contohnya iklan dan goodwill.
c. Menganalisa aktiva tak berwujud
Dalam menganalisis aktiva tak berwujud, kita harus siap untuk membuat estimasi
sendiri mengenai penilaian aktiva. Juga harus diingat bahwa goodwill tidak
membutuhkan amortisasi dan auditor mengalami masa sulit dengan aktiva tak
berwujud, terutama goodwill. Mereka menganggap sulit untuk menilai aktiva tak
berwujud yang belum diamortisasi. Analisis juga harus waspada terhadap komposisi,
penilaian, dan disposisi goodwill. Goodwill dihapus jika kelebihan laba yang
mendasari eksistensinya tidak ada lagi. Disposisi, atau penghapusan goodwill sering
kali dilakukan manajemen pada periode hal tersebut memiliki dampak pasar
terendah.

C. Aktivitas Antar Perusahaan (Intercompany Activities)


1. Investasi Antar Perusahaan
Investasi antarperusahaan (intercorporate investments) merupakan investasi oleh
satu perusahaan dalam efek-efek (sekuritas atau surat berharga) ekuitas perusahaan
lainnya. Induk perusahaan (parent) merupakan pihak yang mengendalikan, umumnya
melalui kepemilikan efek ekuitas. Aktivitas entitas legal terpisah lainnya disebut sebagai
anak perusahaan (subsidiary). Hubungan induk perusahaan-anak perusahaan (parent-
subsidiary) terjadi saat satu perusahaan memiliki seluruh atau sebagian besar efek
ekuitas dengan hak suara perusahaan lain.
a. Laporan Keuangan Konsolidasi
Laporan keuangan konsolidasi (consolidated financial statements)
melaporkan hasil operasi dan kondisi keuangan induk perusahaan berikut anak
perusahaannya dalam satu set laporan keuangan. Akun investasi dalam laporan
keuangan induk perusahaan merupakan bukti kepemilikan saham dalam anak
perusahaan
b. Teknik Dasar Konsolidasi
Konsolidasi terdiri atas dua langkah, agregasi dan eliminasi. Pertama, laporan
keuangan konsolidasi menambahkan aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban anak
perusahaan ke akun-akun terkait dalam laporan keuangan induk perusahaan.
Langkah kedua adalah mengeliminasi "transaksi antarperusahaan." untuk
menghindari pencatatan ganda atau pengakuan laba terlalu cepat. Sebagai contoh,
utang induk perusahaan pada anak perusahaannya dan piutang anak perusahaan
terhadap induk perusahaan dieliminasi saat neraca konsolidasi disiapkan.
c. Prinsip-prinsip Konsolidasi
Terdapat dua kondisi di mana anak perusahaan seharusnya tidak dikonsolidasikan
untuk keperluan pelaporan yaitu:
• Pengendalian tidak lengkap atau sementara. Untuk mengonsolidasikan
perusahaan, induk perusahaan harus mempunyai kepemilikan atas anak
perusahaan atau mengendalikan manajemen anak perusahaan secara efektif.
Kepemilikan saham lebih dari 50% umumnya mensyaratkan konsolidasi
Konsolidasi tidak tepat jika pengendalian bersifat sementara, pengendalian
tidak berada di tangan pemilik mayoritas, atau jika anak perusahaan akan
dihapuskan.
• Laba tidak pasti. Jika terdapat ketidakpastian yang tinggi tentang peningkatan
ekuitas dari anak perusahaan telah dicatat sebagai akrual pada induk
perusahaan, konsolidasi bukanlah hal yang tepat. Ketidakpastian yang tinggi
dapat muncul, sebagian dengan anak perusahaan internasional, ketika terdapat
batasan-batasan konversi atas mata uang asing atau atas penerimaan laba dari
luar negeri.
d. Draf eksposur atas konsolidasi
Draf eksposur mengasumsikan adanya pengendalian jika perusahaan memenuhi satu
atau lebih kondisi sebagai berikut:
• Memiliki hak suara mayoritas dalam kepengurusan perusahaan lain atau
memiliki hak untuk menunjuk mayoritas kepengurusan perusahaan lain.
• Memiliki hak suara minoritas dalam jumlah besar dan tidak terdapat pihak
atau organisasi lain yang memiliki hak suara signifikan.
• Memiliki kemampuan unilateral untuk (1) mendapatkan hak suara mayoritas
dalam kepengurusan perusahaan lain atau (2) mendapatkan hak untuk
menunjuk mayoritas kepengurusan perusahaan lain melalui kepemilikan efek
yang dapat dikonversi atau hak lainnya yang saat ini dapat dipilih untuk
dijalankan oleh pemegang efek dan manfaat yang diharapkan dari konversi
efek tersebut atau pelaksanaan hak tersebut melebihi biaya yang diharapkan.
• Apakah hanya partner umum (general partner) dalam persekutuan terbatas
(limited partnership) dan tidak ada partner atau kelompok partner lain yang
memiliki kemampuan untuk menghentikan persekutuan terbatas atau
sebaliknya memindahkan partner umum.
e. Metode akuntansi ekuitas
Metode akuntansi ekuitas (equity accounting method) melaporkan investasi
perusahaan dalam anak perusahaan dan bagian induk perusahaan atas laba anak
perusahaan sebagai akun dalam laporan keuangan induk perusahaan.
2. Penggabungan Usaha
Penggabungan usaha (business combination) mengacu pada merger, akuisisi,
reorganisasi, atau restrukturisasi atas dua atau lebih perusahaan untuk membentuk
sebuah perusahaan lainnya. Penggabungan usaha mengubah kepemilikan dan
pengendalian atas perusahaan yang diakuisisi atau diinvestasi.
a. Akuntansi Penggabungan Usaha
FASB baru-baru ini mengeluarkan dua standar penting (SFAS 141 "Business
Combination" dan SFAS 142 "Goodwill and Other Intangible Assets"). Standar ini
memuat beberapa perubahan besar dalam pelaporan keuangan:
• Akuntansi dengan purchase method diharuskan untuk semua penggabungan
usaha, sehingga pooling accounting dilarang untuk digunakan di masa depan.
Namun demikian, penggabungan usaha terdahulu yang memenuhi perlakuan
pooling terus dicatat sebagai pooling dalam laporan keuangan konsolidasi.
• Perusahaan harus mencatat nilai pasar wajar aktiva tak berwujud yang dibeli,
yang sebelumnya tidak diakui, sebelum mencatat goodwill.
• Goodwill tidak lagi diamortisasi, melainkan diuji setiap tahun untuk
penurunan nilai (impairment).
• Standar mengharuskan pengungkapan alasan utama penggabungan usaha dan
memperluas informasi alokasi harga beli.
b. Masalah-masalah penggabungan Usaha
• Menilai pertukaran
Masalah utama dalam purchase accounting adalah penentuan total harga
perolehan entitas yang diakuisisi. Penentuan harga perolehan aktiva yang
diperoleh secara individu, dalam kelompok, atau dalam penggabungan usaha,
menggunakan prinsip akuntansi yang sama.
• Nilai pertukaran kontijen
Panduan untuk akuntansi kontinjensi meliputi: (1)mengungkapkan pengeluaran
kontinjen atas aktiva tambahan, tetapi tidak sebagai kewajiban atau sebagai
saham beredar, kecuali hasil kontinjen dapat ditentukan dengan pasti; (2)
mencatat pengeluaran kontinjen atas aktiva tambahan berdasarkan laba di masa
depan sebagai tambahan harga perolehan akuisisi ketika kontinjen terselesaikan;
(3) menyesuaikan jumlah yang semula dicatat untuk saham pada tanggal akuisisi
untuk pengeluaran kontinjen atas nilai pertukaran tambahan berdasarkan harga
saham di masa depan.
• Alokasi total harga perolehan
Setelah total harga/biaya perolehan aktiva yang diakuisisi dapat ditentukan,
harga perolehan tersebut harus dialokasikan ke masing-masing aktiva. Seluruh
aktiva yang dapat diidentifikasi yang diakuisisi dan kewajiban yang ditanggung
dalam penggabungan usaha menerima alokasi harga perolehan, yang umumnya
sama dengan nilai wajar masing-masing pada tanggal akuisisi.
D. Aktivitas Internasional (International Activities)
1. Pelaporan Aktivitas Internasional
Kita menghadapi kendala yang khas dalam perusahaan yang beroperasi dilebih
dari satu negara. Kendala tersebut dapat dikelompokkan dalam setidaknya dua kategori:
• Kendala karena perbedaan praktik akuntansi di negara di mana perusahaan
beroperasi.
• Kendala karena translasi aktiva, kewajiban, dan ekuitas dalam unit pengukuran
negara di mana induk perusahaan berada.
a. Akuntansi Internasional dan Praktik Audit
Praktik akuntansi di berbagai negara sangatlah beragam. Terdapat beberapa alas an
atas keragaman tersebut, termasuk tiadanya kesepakatan atas tujuan laporan
keuangan, perbedaan ketentuan hukum, perbedaan undang-undang perpajakan,
variasi dalam otoritas dan umur badan profesi lokal (seperti pasar saham).
Pembuatan standar akuntansi internasional oleh International Accounting Standards
Board (IASB) merupakan langkah besar menuju keseragaman. Tujuan IASB adalah
merumuskan dan mempublikasikan kepada publik standar dasar yang diobservasi
dalam penyajian akun yang diaudit dan penyajian laporan keuangan, serta
mempromosikan penggunaan standar tersebut di seluruh dunia.
b. Perspektif atas akuntansi internasional
Keragaman lingkungan sosial tersebut menyebabkan perbedaan besar dalam praktik
akuntansi antarnegara. Analisis harus menggunakan sumber yang terbaru untuk
mengidentifikasi perbedaan akuntansi internasional yang signifikan. Dalam
mengkonolidasikan anak perusahaannya yang berada di negara lain, perusahaan
multinasional yang berpusat di Amerika Serikat umumnya meminta anak perusahaan
untuk menerapkan akuntansi yang selaras dengan induk perusahaan.
c. Perspektif atas pemeriksaan dan tata kelola internasional
Aktivitas pemeriksaan dan tata kelola terkait dengan keandalan pelaporan keuangan
dan keyakinan akuntabilitas manajemen. Terdapat keragaman dalam pemeriksaan
dan praktik tata kelola internasional.

d. Translasi mata uang asing


Konsolidasi dan akuntansi ekuitas atas anak perusahaan asing memerlukan translasi
laporan keuangan menjadi setara dolar. Hal ini dilakukan sebelum akun anak
perusahaan asing digabungkan dengan induk perusahaan.
e. Metode translasi mata uang asing
Akuntansi untuk translasi mata uang asing diatur dalam SFAS 52 yang dikeluarkan di
tahun 1981. Standar ini menyarankan dua pendekatan translasi, metode kurs kini
(current rate method) yang banyak digunakan dan metode sementara (temporal
method). Untuk menentukan metode mana yang tepat untuk satu anak perusahaaa
tertentu, standar menerapkan konsep mata uang fungsional (functional currency)
Mata uang fungsional adalah mata uang utama yang digunakan oleh anak
perusahaan. Mata uang tersebut dapat berupa dolar AS atau mata uang lokal.
f. Akuntansi translasi mata uang asing
Persyaratan utama untuk akun translasi mata uang asing yaitu:
• Translasi memerlukan identifikasi mata uang fungsional bagi sebuah entitas.
Mata uang fungsional ini umumnya mata uang negara di mana anak
perusahaan berada. Seluruh elemen laporan keuangan entitas asing diukur
dengan menggunakan mata uang fungsional, sejalan dengan praktik akuntansi
induk perusahaan.
• Translasi dari mata uang fungsional menjadi AS$ harus dilakukan sebelum
konsolidasi. Translasi ini umumnya terjadi pada nilai tukar kini (tanggal
pelaporan), kecuali untuk pendapatan dan beban yang ditranslasikan pada nilai
tukar rata-rata sepanjang periode.
• Penyesuaian translasi tidak disertakan dalam laba bersih, melainkan laporkan
dan diakumulasikan sebagai komponen ekuitas terpisah (dalam pendapatan
komprehensif) sampai induk perusahaan menjual atau melikuidasi
investasinya dalam entitas asing. Pada saat penjualan atau likuidasi terjadi,
penyesuaian translasi kumulatif ini dipindahkan dari ekuitas dan diakui
sebagai laba atau rugi yang menentukan laba.
• Setelah laporan keuangan anak perusahaan ditranslasikan dalam AS$, anak
perusahaan dikonsolidasikan dalam laporan keuangan induk perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai