Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
1. Pendekatan Biologis
Pendekatan biologis terhadap gangguan psikologis mengatribusikan
gangguan kepada penyebab organis, internal. Para ilmuan yang mengguanakan
pendekatan biologis memusatkan perhtian terutama pada otak, faktor-faktor
genetika, dan fungsi neurotransmitter sebagai sumber abnormalitas.
Sudut pandang biologis terhadap gangguan psikologis dapat dibagi
menjadi tiga kategori utama (Nolen-Hoeksema,2007) :
a. Pandangan struktual : abnormalitas di otak menyebabkan gangguan-gangguan
psikologis
b. Pandanga biokimia : ketidakseimbangan dalam neurotransmitter atau
hormonmenyebabkan gangguan psikologis
c. Pandangan genetika : gen-gen yang terganggu menyebabkan gangguan
psikologis .
2. Pendekatan Psikologis
Sudut pandang menjadi dasar untuk memhami faktor-faktor psikologis
yang terlibat dalam gangguan-gangguan psikologis :
2.3 Etiologi
Penyebab dari gangguan perkembangan psikologis bergantung pada jenis
gangguannya itu sendiri. Untuk penyebab spesifik gangguan bahasa ekspresif masih
belum diketahui secara pasti. Diduga penyebabnya adalah adanya kerusakan otak
yang samar serta keterlambatan pematangan perkembangan otak didalilkan sebagai
penyebab yang mendasari. Beberapa penelitian menyebutkanadanya factor genetic
juga memainkan peran dalam gangguan perkembangan berbahasa seseorang.
Dalam gangguan belajar etiologi masih belum dapat diidentifikasi Akan tetapi dari
beberapa hasil penelitian adanya factor genetik,lingkungan dan factor perkembangan
dapat berperan dalam perkembangan gangguan belajar.
2.4 Kriteria Diagnostik dan Gejala Klinis
Masing-masing gangguan perkembangan mempunyai gejala klinis serta
kriteria diagnostic tersendiri, yang meliputi (Maslim, 2013; Saddock, 2010):
Gangguan yang termasuk dalam kategori F80-f89 mempunyai gambaran:
1. Onset bervariasi selama masa bayi atau anak
2. Hendaya/kelambatan perkembangan fungsi yang berhub erat dengan kematangan
biologis SSP
3. Berlangsung terus menerus tanpa remisi & kekambuhan yang khas bagi banyak
gangguan jiwa
Fungsi yang dipengaruhi termasuk :
– Bahasa.
– Keterampilan visuo-spesial.
– Koordinasi motorik.
– Yang khas ialah hendaya berkurang secara progresif dengan bertambahnya
usia anak (defisit lebih ringan sering menetap sampai dewasa).
– Riwayat penyakitnya ialah suatu kelambatan atau hendaya yang sedini
mungkin dapat dideteksi, tanpa didahului masa perkembangan yang normal.
– Anak laki-laki lebih sering daripada anak perempuan.
Kemampuan berhitung anak harus secara bermakna lebih rendah dari tingkat
yang seharusnya dicapaisesuai dengan usianya, intelegensia umum, tingkat
sekolahnya, dan terbaik dinilai dengan cara pemeriksaan untuk kemampuan
berhitung yang baku.kesulitan dalam berhitung bukan karena pengajaran
yang tidak adekuat, gangguan penglihatan, pendengaran, atau fungsi
neurologis, dan tidak disebabkan gangguan neurologis,psikiatrik atau
lainnya.
• Mempunyai daya persepsi pendengaran dan kemampuan verbal yang normal,
tetapi hendaya kemampuan pengenalan ruang dan persepsi visual, beberapa
bermasalah perilaku sosio-emosiaonal, kesulitan interaksi sosial cukup
banyak ditemukan.
• Beragam kesulitan berhitung : sulit mengerti konsep perhitungan yang
mendasari, tidak mengerti istilah dan lambang matematika, tidak mengenal
angka, kesulitan mengaksarakan upaya penghitungan dasar, kesulitan
mengenal angka yang terkait dengan soal berhitung, kesulitan dalam
menjajarkan angka yang sesuai atau meletakkan titik decimal atau lambang
dalam berhitung, tidak pandai mengatur ruang dalam perhitungan
matematika dan tidak mampu untuk menghafal perkalian secara memuaskan.
* Termasuk : akalkulia perkembangan, gangguan perkembangan berhitung,
sindariom gerstmann.
2.4.11 Gangguan belajar campuran(F81.3)
• Ini merupakan kategori sisa gangguan yang batasannya tdk jelas; konsep
yang tidak adekuat (tetapi perlu) dengan hendaya pada kemampuan
berhitung, membaca atau mengejasecara bermakna, tetapi tidak dapat
dijelaskan sebagai akibat dari retardasi mental atau pengajaran yang tidak
adekuat. Ini harus dipergunakan untuk gangguan yang memenuhi kriteria
pada F81,2, F81.0, atau F81.1.
2.4.12 Gangguan perkembangan belajar lainnya (F81.8)
• Termasuk : gangguan perkembangan menulis expresif
2.4.13 Gangguan perkembangan belajat YTT (F81.9)
• Kategori ini harus dihindarkan sebisa mungkin dan dipergunakan hanya
untuk gangguan yang tdk khas dengan disabilitas yang bermakna tentang
belajar yang tidak disebabkan oleh retardasi mental, masalah ketajaman
penglihatan atau pengajaran yang tdk adekuat
* Termasuk : disabilitas memperoleh pengetahuan YTT, disabilitas belajar
YTT, gangguan belajar YTT.
2.4.14 Gangguan perkembangan motorik khas (F82)
• Gambaran utama dari gangguan ini adalah hendaya berat dalam
perkembangan koordinasi motorik yang tdk semata disebabkan oleh retardasi
intelektual umum atau kelainan kongenital atau gangguan neurologik yang
didapat (kecuali satu yang implicit dalam kelainan koordinasi). Kelambanan
motorik sering dihubungkan dengan hendaya dalam kemampuan
melaksanakan tugas kognitif visuo-spasial.
Pedoman Diagnostik
• Koordinasi motorik anak, dalam gerak halus atau kasar, harus secara
bermakna dibawah rata-rata kemampuan anak dalam usia mentalnya berupa
intelegensia umumnya.
• Kesulitan koordinasi harus tampak dalam fase perkembangan awal, bukan
akibat langsung dari gangguan penglihatan atau pendengaran atau dari
neurologis lainnya.
• Meliputi koordinasi motorik halus dan kasar sangat luas, pola hendaya
motorik bervariasi sesuai usia.
• Tahap perkembangan motorik dapat terlambat dan dapat terjadi kesulitan
berbicara (khususnya gangguan artikulasi).
• Anak tampak aneh berjalannya, lambat belajar berlari, meloncat dan naik
turun tangga.
• Kesulitan belajar mengikat tali sepatu, memasang dan melepaskan kancing,
melempar dan menangkap bola.
• Lamban dalam gerak halus dan gerak kasar, benda yang dipegang mudah
jatuh, terjatuh, tersandung, menabrak tulisan tangan buruk.
• Tak pandai menggambar, biasanya sulit mengerjakan permaianan
“jigzaw”menggunakan peralatan konstruksional, menyusun bentuk
bangunan, membangun model, main bola serta menggambar dan mengerti
peta.
• Pada pemeriksaan klinis yang teliti kebanyakan kasus menunjukkan
kelambatan perkembangan neurologis seperti gerakan koreoform, koordinasi
motorik halus dan kasar (biasanya disebut sebagai soft neurological signs,
lokasi lesi`tidak jelas, refleks tendon ↑ atau ↓secara bilateral.
• Beberapa anak mengalami kesulitan bersekolah kadang tarafnya sangat
berat, dalam beberapa kasus terdapat masalah prilaku sosio-emosional.
• Tidak dijumpai kelainan neurologis yang nyata, pada beberapa kasus dapat
ditemui riwayat komplikasi perinatal, sepertiberat lahir rendah atau lahir
prematur.
* Termasuk : Clumsy Child Syndariome, gangguan perkembangan Koordinasi,
dispraksia perkembangan.
2.4.15 Gangguan Perkembangan Khas Campuran(F83)
• Merupakan sisa kategori gangguan yang batasannya tak jelas, konsepnya
inadekuat dengan perkembangan khas campuran dari berbicara dan
berbahasa, keterampilan akademik, dan/atau fungsi motorik, tetapi tidak ada
satu gejala cukup dominan untuk dibuat sebagai diagnosis utama. Sering
dihubungkan dengan hendaya dalam fungsi kognitif, dan kategoricampuran
ini hanya digunakan jika terjadi tumpang tindih yang jelas. Jadi kategori II
harus digunakan jika dipenuhi kriteria dari dua atau lebih pada F80.-, F81.-,
dan F82.
2.4.16 Gangguan Perkembangan Pervasif (F84)
• Kelompok gangguan ini ditandai oleh abnormalitas kualitatif dalam interaksi
sosial dan pola komunikasi, kecenderungan minat dan meskipun gambaran
gerakan terbatas,stereotiptik, berulang, abnormalitas kualitatif ini merupakan
gambaran yang meluas (pervasif) dari fungsi individu dalam segala situasi,
meskipun dapat berbeda dalam derajat keparahannya (Malhotra, 2010; Eigsti
et al, 2010). Sering terdapat riwayat perkembangan yang abnormal sejak
masa bayi, kebanyakan kondisinya nyata dalam tahun pertama. Dapat terjadi
hendaya kognitif umum tapi gangguannya batasan umum sebagai prilaku
yang menyimpang dalam hal hubungan dengan usia mental (tak peduli
individu retardasi atau tidak).
2.4.17 Gangguan Autisme pada anak (F84.0)
Pedoman Diagnostik
• Perkembangan abnormal tampak sebelum usia 3 tahun.
• Hendaya kualitatif dalam interaksi sosial, tiadanya apresiasi adekuat
terhadap isyarat sosio-emosional.
• Terdapat hendaya kualitatif dalam komunikasi. Kurangnya kemampuan
berbahasa; hendaya dalam permainan imaginatif dan imitasi sosial;
buruknya keserasian dan kurangnya interaksi timbal-balik dalam
percakapan; buruknya fleksibilitas dalam bahasa expresif dan relatif kurang
dalam kreativitas dan fantasi dalam proses fikir; kurangnya respon
emosional terhadap ungkapan verbal dan non verbal orang lain; hendaya
dalam menggunakan variasi atau tekanan modulasi komunikatif; dan
kurangnya isyarat tubuh untuk menekankan atau mengartikan komunikasi
lisan
• Semua tingkatan IQ dapat ditemukan dalam hubunganya dengan autisme,
tetapi ditemui retardasi mental yang bermakna pada . kasus
• Sebagai tambahan dari gambaran diagnosis yang khas ini, anak autistik
sering menunjukkan beberapa masalah tak khas, seperti ketakutan/fobia,
gangguan tidur dan makan, mengadat (temper tantrum) dan agresivitas.
• Atau dalam tata ruang kondisi ini juga ditandai oleh prilakuminat dan
kegiatan yang terbatas, pengulangan dan stereotiptik. Cenderung berikap
kaku dan rutin dalam kehidupan sehari-hari, biasnya berlaku untuk kegiatan
baru atau kebiasaan kebiasan sehari-hari yang rutin dan pola bermain,
penolakan terhadap perubahan dari rutinitas dari lingkungan pribadi (sulit
menerima perubahan).
* Termasuk : Gangguan autistik, Autisme infantil, Psikosis infantil,
Sindariom kanner .
2.4.18 Gangguan Autisme tak khas (F84.1)
Gangguan perkembangan pervasif yang dibedakan dari autisme dalam usia
awalnya atau dari tidak terpenuhinya ketiga kriteria diagnostik. Abnormalitas
dan/atau hendaya perkembangan baru timbul pertama kali setelah berusia
diatas 3 tahun, tidak cukup menunjukkan abnormalitas dalam satu atau dua
dari tiga psikopatologiyang dibutuhkan untuk diagnostik untuk diagnosis
autisme (interaksi sosial timbal balik, komunikasi, dan prilaku terbatas,
stereotiptik, dan berulang) meskipun terdapat abnormalitas yang khas dalam
bidang lain. Sering muncul dengan retardasi mental yang berat, juga tampak
pada individu dengan gangguan perkembangan yang khas berbahasa reseptif
yang berat. Maka secara bermakna merupakan kondisi yang terpisah dari
autisme.
* Termasuk : Psikosis masa kanak yang tak khas, Retardasi mental dengan
gambaran autistic.
2.4.19 Gangguan Sindrom Rett (F84.2)
• Suatu kondisi yang belum diketahui sebabnya, hanya dilaporkan terjadi pada
anak perempuan
Pedoman Diagnostik
• Onset biasanya terjadi pada usia 7-24 bulan.
• Gejala khas paling menonjol adalah hilangnya kemampuan gerakan tangan
yang bertujuan dan keterampilan motorik manipulatif yang telah terlatih.
• Kehilangan atau hambatan seluruh atau sebagian kemampuan berbahasa,
gerakan seperti mencuci tangan yang stereotiptik, dengan fleksi lengan
didepan atau dagu, membasahi tangan secara stereotiptik dengan saliva,
hambatan dalam fungsi mengunyah makanan, sering terjadi episode
hiperventilasi, selalu gagal dalam pengaturan BAB dan BAK,
sering terdapat penonjolan lidah dan air liur menetes, kehilangan
hubungansosial
• Cara berdiri dan berjalan cenderung melebar, otot hipotonik, koordinasi
gerak tubuh memburuk, skoliosis atau kifoskoliosis yang berkembang
kemudian.
• Atrofi spinal dengan hendaya motorik berat muncul pada saat remaja atau
dewasa + 50% kasus.
• Kemudian muncul spastisitas dan rigiditas, ekstrimitas bawah > ekstrimitas
atas.
• Serangan epileptik mendadak biasanya dalam bentuk kecil, onset serangan <
usia 8 tahun.
2.4.20 Gangguan disintegratif masa kanak lainnya (F84.3)
Pedoman Diagnostik
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan suatu perkembangan normal sampai usia
minimal 2 tahun, diikuti kehilangan yang nyata dari keterampilan yang
terlatih disertai dengan abnormalitas yang kualitatif dari fungsi sosial.
• Terjadi regresi yang jelas atau kehilangan kemampuan berbicara, bermain,
keterampilan sosial dan prilaku sosial penyesuaian diri, sering dengan
hilangnya pengendalian fungsi BAB dan BAK, terkadang dengan
deteriorasi pengendalian fungsi motorik.
• Yang khas adalah hilangnya secara menyeluruh perhatian terhadap
lingkungan, adanya manerisme dan stereotiptik. Serta hendaya dalam
interaksi sosial dan komunikasi yang mirip autisme.
* Termasuk : demensia infantil, psikosis disintegratif, sindariom heller,
psikosis simbiotik.
2.4.21 Gangguan aktivitas berlebih yang berhubungan dengan retardasi mental
dan gerakan stereotiptik (F84.4)
• Ini adalah suatu gangguan yang tak jelas batasannya dengan validitas
nosologis yang belum pasti.
Pedoman Diagnostik
• Diagnostik tergantung pada kombinasi antara perkembangan yang tdk serasi
dari :
– Overaktivitas yang berat.
– Stereotiptik motorik dan
– Retardasi mental berat
• Ketiganya harus ada untuk menegakkan diagnosis. Bila kriteria diagnostik
untuk F84.0, F84.1 atau F84.2 dipenuhi, maka kondisi itu harus didiagnosis.
2.4.22 Gangguan Sindrom Asperger (F84.5)
• Suatu gangguan dengan validitas nosologis yang belum pasti, ditandai oleh
abnormalitas yang kualitatif sama seperti autisme, yaitu hendaya dalam
interaksi sosial yang timbale balik, disertai dengan keterbatasan perhatian
dan aktivitas yang sifatnya stereotiptik dengan pengulangan yang sama.
Tidak ada keterlambatan atau retardasi umum kemampuan berbahasa atau
perkembangan kognitif. Sebagian besar mempunyai intelegensia rata-rata
normal, tapi sering bersikap canggung/kikuk; laki dan perempuan dengan
rasio 8 : 1. Terdapat kecenderungan kuat bahwa abnormalitas berlangsung
sampai masa remaja dan dewasa.
Pedoman Diagnostik
• Diagnosis berdasarkan kombinasi antara :
– Keterlambatan berbahasa atau perkembangan kognitif,
– Defisiensi kualitatif fungsi interaksi sosial yang timbal-balik dengan pola
prilaku dan perhatianyang terbatas, berulang dan stereotiptik
Termasuk : • Psikopati Autistik
• Gangguan Skizoid masa anak
2.4.23 Gangguan Perkembangan Pervasif lainnya (F84.8)
2.4.24 Gangguan Perkembangan Pervasif YTT(F84.9)
• Ini merupakan kategori diagnosis sisa yang harus dipergunkan untuk
gangguan yang tdk dapat memenuhi deskripsi umum gangguan
perkembangan pervasif, tetapi terdapat informasi yang tdk memadai, atau
adanya hal yang kontradiktif yang tdk memenuhi kriteria untuk kode F84
lainnya.
2.4.25 Gangguan Psikologis Lainnya (F88)
2.4.26 Gangguan Perkembangan Psikologis YTT (F89)
2.5 Penatalaksanaan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Eigsti IM, Marchena AB, Schuh JM, et al. 2010. Language acquisitiom in autisme spectrum
disorders: A developmental review. [online]. Available from: www.researchgate.net.
Accessed on: 23 April 2015. Malhotra S dan Vikas A. Pervasive Developmental Disorders.
Journal of Indian Association for Child and Adolecent. [online]. Available from:
www.jiacam.org/0103/Jiacam05_3_5.pdf. Accessed on: 23 April 2015.
Maslim R. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa – Rujukan Ringkas dari PPDGJ – III
dan DSM 5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.
Neel L, Johnson A, Shahidullah JD. 2011. Reading and writing disorders: Research-based
assessment and intervention. American Psychological Association. [online]. Available
from: www.apadivisions.org/division-16/publications/newsletters/science/2011/10/reading-
writing-disoders.aspx. Accessed on: 23 April 2015.
Sadock, BJ. Sinopsis Psikiatri Kaplan & Sadock Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.
24 Sadock BJ and Sadock VA. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Hlm. 597-601.
Jakarta:EGC. Sayegh P, Arentoft A, Thaler NS, et al. 2014. Quality of Education Predicts
Performance on theWide Range Achievement Test – 4th Edition Word Reading Subtest.
Archives of Clicincal Neuropsychology. [online]. Available from:
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25404004. Accessed on: 23 April 2015.
Vuijk PJ, Hartman E, Mombarg R, et al. 2011. Associations between academic and motor
performance in a heterogeneous sample of children with learning disabilities. Journal
of Learning Disabilities. [online]. Available from:
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21521869. Accessed on: 23 April 2015.