Anda di halaman 1dari 9

Hukum Pidana Lanjutan

Rabu, 14 Juni 2017

Diskusi Matakuliah Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL)

Pembicara : Wita Pandiangan (2013)

Yunita Siagian (2014)

Pemateri : Putri Sitanggang

Mooidi Pasaribu

Moderator : Iin Sihombing

A. Penganiayaan

1. Pengertian Penganiayaan
Norma hukum memberikan batasan-batasan mengenai suatu perbuatan adalah tindak
pidana atau bukan. Tindak pidana adalah suatu kejahatan yang semuanya itu telah diatur
dalam undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Salah satu bentuk tindak
pidana adalah tindak pidana penganiayaan. Secara umum tindak pidana terhadap tubuh
manusia dalam KUHP disebut “penganiayaan”. Makmum Anshory berpendapat bahwa:
Mengenai arti dan makna kata penganiayaan banyak perbedaan diantara para ahli hukum
dalam memahaminya. Penganiayaan diartikan sebagai perbuatan yang dilakukan dengan
sengaja untuk menimbulkan rasa sakit (pijn) atau luka (letsel) pada tubuh orang lain.1

2. Jenis-jenis kejahatan terhadap tubuh manusia dilihat dari segi perbuatan dan
akibatnya
Kejahatan terhadap tubuh manusia atau penganiayaan adalah tindak pidana yang
menyerang kepentingan hukum berupa tubuh manusia. Di dalam KUHP terdapat ketentuan
yang mengatur berbagai perbuatan yang menyerang kepentingan hukum yang berupa tubuh
manusia. Jenis-jenis kejahatan terhadap tubuh manusia atau penganiayaan berdasarkan
KUHP dimuat dalam BAB XX II, Pasal 351 s/d Pasal 355 yaitu sebagai beriku:

1
Makmum Anshory. 2008. Pidana Penganiayaan. Diakses melalui
http://makmumanshory.blogspot.com/2008/06/pidana-penganiayaan.html. pada tanggal 14 Juni 2017

DROIL NE DONE, PLUIS QUE SOIT DEMAUNDE 1


a. Penganiayaan biasa (Pasal 351 KUHP)
b. Penganiayaan ringan (Pasal 352 KUHP)
c. Panganiayaan berencana (Pasal 353 KUHP)
d. Penganiayaan berat (Pasal 354 KUHP)
e. Penganiayaan berat berencana (Pasal 355 KUHP)
f. Penganiayaan terhadap orang yang berkualitas tertentu (Pasal 356 KUHP)

3. Unsur-Unsur Pasal Penganiayaan

Menurut yurisprudensi, arti penganiyaan adalah perbuatan dengan sengaja yang


menimbulkan rasa tidak enak, rasa sakit atau luka. Selanjutnya dalam Pasal 351 ayat (4)
KUHP masuk dalam pengertian penganiayaan adalah perbuatan sengaja merusak kesehatan
orang.2

Rumusan penganiayaan memuat unsur-unsur sebagai berikut:

a. Unsur kesengajaan.
b. Unsur perbuatan.
c. Unsur akibat perbuatan (yang dituju) yaitu:
1) Rasa sakit, tidak enak pada tubuh;
2) Luka tubuh
3) Akibat mana menjadi satu-satunya tujuan si pelaku.3

B. Pembunuhan Berencana
Pembunuhan dengan rencana atau yang disingkat dengan pembunuhan
berencana, menurut M.H. Tirtaamidjaja mengatakan bahwa direncanakan lebih
dahulu bahwa ada sesuatu jangka waktu, bagaimana pendeknya untuk
mempertimbangkan, dan untuk berfikir dengan tenang. Mengenai unsur dengan
rencana terlebih dahulu, pada dasarnya mengandung 3 syarat atau unsur, yaitu
Memutuskan kehendak dalam suasana tenang; Ada tersedia waktu yang cukup

2
Syifaul Qulub 2008 Kejahatan Terhadap Tubuh. Fakultas Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya. Diakses melalui http://rangerwhite09-artikel.blogspot.com/2010/05/kejahatanterhadap-
tubuh.html pada tanggal 13 Juni 2017
3
Mudhofar. 2011. Tindak Pidana Penganiayaan. Diakses melalui
http://ofanklahut.blogspot.com/2011/04/tindak-pidana-penganiayaan.html pada tanggal 13 Juni
2017

DROIL NE DONE, PLUIS QUE SOIT DEMAUNDE 2


sejak timbulnya kehendak sampai dengan pelaksanaan kehendak; dan Pelaksanaan kehendak
(perbuatan) dalam suasana tenang.4
Menurut Pasal 340 KUHP 5 disimpulkan bahwa Pembunuhan Berencana itu memiliki
dua unsur, yaitu Unsur Subyektif dan Unsur Obyektif. Unsur Subyektif, yaitu : dengan
sengaja, dengan rencana lebih dahulu. Unsur Obyektif, yaitu : Perbuatan (menghilangkan
nyawa), Obyeknya (nyawa orang lain).

C. Kejahatan Terhadap Kehormatan


"Kehormatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang dilindungi oleh hukum,
dalam masyarakat yang plural tidak menutup kemungkinan terjadi adanya konflik atau
masalah yang berujung pada penghinaan antara satu sama lain. Tindak pidana kejahatan
terhadap kehormatan pada umumnya terjadi pada badan hukum, adapun yang dimaksud
dengan badan hukum oleh KUHP adalah Presiden atau Wakil Presiden, kepala negara,
perwakilan negara sahabat, golongan agama, suku dan badan hukum lain yang memiliki
nama. namun hal ini bisa juga terjadi pada seseorang. Ketika seseorang dihina atau
dicemarkan nama baiknya, maka hal ini akan berpengaruh pada pandangan masyarakat
terhadap orang yang telah dihina tersebut, terlebih jika yang dihina adalah seorang publik
figur"

1. Pengertian Kejahatan Terhadap Kehormatan


Dalam istilah lain yang sering digunakan untuk tindak pidana terhadap kehormatan
adalah tindak pidana “penghinaan”. Dipandang dari sisi sasaran atau obyek, yang merupakan
maksud atau tujuan dari pasal tersebut yakni melindungi “kehormatan”, maka tindak pidana
terhadap kehormatan, lebih tepat.
Bagi masyarakat Indonesia “kehormatan dan nama baik” telah tercakup pada
pancasila, baik pada Ketuhanan Yang Maha Esa maupun pada kemanusiaan yang adil dan
beradab, hidup saling menghormati. Berkenaan dengan “kehormatan dan nama baik” menurut
Prof. Satochid Kartanegara, S.H. mengutarakan mengenai seseorang yang tertabiat hina,
apakah masih mempunyai “kehormatan dan nama baik”, antara lain, sebagai berikut:

4
Yerrico Kasworo, 2016, Pembunuhan Dengan Rencana Dan Pasal 340 KUHP, Jurnal Rechts Vinding
Media Pembinaan Hukum Nasional, hal. 4.
5
Pasal 30 KUHP; "Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang
lain, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama
20 tahun."

DROIL NE DONE, PLUIS QUE SOIT DEMAUNDE 3


Walaupun orang demikian itu telah tidak mempunyai perasaan lagi terhadap kehormatan
dirinya, namun setiap orang adalah berhak agar kehormatannya tidak dilanggar.

2. Pembagian Tindak Pidana Terhadap Kehormatan


a. Penistaan (smaad)
Penistaan terbagi menjadi dua yakni;
 Penistaan secara lisan
Penistaan atau penghinaan dalam KBBI juga disebut dengan cela kecaman,
nista. Meskipun kedua kata tersebut hampir bersamaan artinya, tetapi kata “celaan” belum
tentu tindak pidana karena dapat merupakan pernyataan, pendapat atau keritikan. Kata
“menista” pada umumnya orang berpendapat bahwa hal tersebut merupakan tindak pidana.
Penistaan diatur dan diancam pada pasal 310 ayat (1) KUHP.6
Dari rumusan pasal 310 ayat (1) KUHP, maka dapat disimpulkan bahwa unsur-
unsurnya adalah sebagai berikut:
1. Unsur subyektif
o Dengan sengaja
o Dengan maksud yang nyata.
2. Unsur obyektif
o Barang siapa
o Menyerang kehormatan atau nama baik orang lain;
o Dengan menuduh melakukan suatu perbuatan tertentu
o Supaya diketahui umum

 Penistaan secara tertulis


Penistaan secara tertulis dalam bahasa Belanda disebut smaadschirft tercantum
dalam pasal 310 ayat (2) KUHP, adapun unsur-unsurnya sama dengan ayat sebelumnya
hanya ditambah dengan unsur : Dilakukan dengan tulisan atau gambar yang disiarkan atau
dipertontonkan di tempat umum atau digantungkan atau ditempelkan, juga dalam surat kabar,
pamflet.

6
Pasal 310 KUHP ayat (1) “Barang siapa dengan sengaja menyerang kehormatan atau nama baik
orang dengan jalan menuduh dia melakukan sesuatu perbuatan tertentu, dengan maksud yang nyata untuk
menyiarkan tuduhan itu supaya diketahui oleh umum, dihukum karena salahnya menista, dengan hukuman
penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.4.500,-“

DROIL NE DONE, PLUIS QUE SOIT DEMAUNDE 4


b. Memfitnah
Ketentuan hakim untuk meneliti kebenaran tuduhan pelaku terhadap si korban juga
dapat diadakan apabila korban adalah seorang pegawai negeri dan ia dituduh melakukan
sebuah perbuatan tercela dalam menjalankan jabatan. Konsekuensi dari ketentuan hakim
yakni bahwa pemeriksaan perkara beralih pada tindak pidana memfitnah dari pasal 311. 7
Dalam hal ini si pelaku harus membuktikan kebenaran tuduhannya jika ia gagal, maka
tuduhan itu dianggap telah diketahui kebohongannya dengan demikian ia dapat dihukum
karena memfitnah dengan hukuman lebih berat yaitu pidana penjara paling lama 4 tahun.
Dari rumusan Pasal 311 KUHP, maka dapat dijabarkan unsur-unsurnya sebagai
berikut :
1. Unsur subjektif
o Melakukan
o Membuktikan
2. Unsur objektif
o Kejahatan pencemaran
o Atau pencemaran tertulis
o Yang dituduhkan
o Tuduhan yang dilakukan bertentangan dengan apa yang diketahui

c. Penghinaan Ringan
Penghinaan ringan (eenvoudige belediging) diatur dalam Pasal 315 KUHP,8
Dari rumusan Pasal 315 KUHP maka dapat dijabarkan unsur-unsurnya sebagai berikut :
1. Unsur subjektif
o Dengan sengaja
2. Unsur objektif
o Tiap-tiap penghinaan
o Yang tidak bersifat menista
o Atau menista dengan tulisan

7
Pasal 311 KUHP; “Jika yang melakukan kejahatan pencemaran atau pencemaran tertulis untuk
membuktikan apa yang dituduhkan itu benar, tidak membuktikannya, dan tuduhan dilakukan bertentangan
dengan apa yang diketahui, maka dia diancam melakukan fitnah dengan pidana penjara paling lama empat
tahun”.
8
Pasal 315 KUHP; “Tiap-tiap penghinaan dengan sengaja yang tidak bersifat menista atau menista
dengan tulisan, yang dilakukan kepada seseorang baik ditempat umum dengan lisan, atau dengan tulisan,
maupun dihadapan orang itu sendiri dengan lisan atau dengan perbuatan, begitupun dengan tulisan yang
dikirimkan atau diterimakan kepadanya, dihukum karena penghinaan ringan, dengan hukuman penjara
selama-lamanya empat bulan dua minggu atau denda sebanyak-banyaknya Rp.4.500,-“.

DROIL NE DONE, PLUIS QUE SOIT DEMAUNDE 5


o Yang dilakukan kepada seseorang
o Baik ditempat umum dengan lisan atau dengan tulisan
o Maupun dihadapan orang itu sendiri dengan lisan atau dengan perbuatan
o Begitupun dengan tulisan yang dikirimkan atau diterimakan kepadanya.

d. Secara Memfitnah
Secara memfitnah (lasterlijke aanklacht) diatur dalam Pasal 317 ayat (1) KUHP9,
Dari rumusan Pasal 317 ayat (1) KUHP maka dapat dijabarkan unsur-unsurnya sebagai
berikut :
1. unsur subjektif
o Dengan sengaja
2. unsur objektif
o Barangsiapa
o memasukkan atau menyuruh menuliskan surat pengaduan
o atas pemberitahuan yang palsu kepada pembesar negeri tentang seseorang
o kehormatan atau nama baik orang tersinggung

e. Menuduh Secara Memfitnah


Tuduhan secara memfitnah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 318 KUHP10, Jadi
dari pasal tersebut bisa dikatakan, bahwa memfitnah adalah suatu perbuatan kejahatan atas
kehormatan yang dilakukan dengan cara sengaja dengan melakukan sesuatu perbuatan,
menyebabkan orang lain dengan palsu tersangka melakukan suatu perbuatan yang dapat
dihukum. Adapun unsur-unsur dari pasal 318 (1) adalah:
1. Unsur subjektif
o Dengan sengaja
2. Unsur objektif
o Barang siapa

9
Pasal 317 ayat (1) KUHP; “Barangsiapa dengan sengaja memasukkan atau menyuruh menuliskan
surat pengaduan atas pemberitahuan yang palsu kepada pembesar negeri tentang seseorang sehingga
kehormatan atau nama baik orang itu jadi tersinggung, maka dihukum karena mengadu dengan memfitnah,
dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun”.
10
Pasal 318 KUHP; “Barang siapa dengan sesuatu perbuatan sengaja menimbulkan secara palsu
persangkaan terhadap seseorang bahwa dia melakukan suatu perbuatan pidana, diancam karena
menimbulkan persangkaan palsu, dengan pidana penjara paling lama empat tahun.”

DROIL NE DONE, PLUIS QUE SOIT DEMAUNDE 6


o Dengan sesuatu perbuatan
o menimbulkan secara palsu persangkaan
o terhadap seseorang
o bahwa dia melakukan suatu perbuatan pidana

D. Gabungan Tindak Pidana (Samenloop/Concursus)

1. Pengertian Concursus
Perbarengan (samenloop van strafbaar feit atau concursus) merupakan gabungan
tindak pidana dimana dalam waktu tertentu seseorang telah melakukan beberapa tindak
pidana dimana tindak pidana tersebut belum ada putusanya dan didakwakan sekaligus.
Dapat disimpulkan batas-batas concursus adalah :
1. Yang melakuan tindak pidana seseorang. Ini membedakan Concursus dengan penyertaan
2. Seseorang melakukan tindak pidana lebih dari satu tindak pidana
3. Bahwa dua atau lebih tindak pidana tersebut belum ada yang diadili
Menunjukkan bahwa penyertaan beda dengan pengulangan bahwa dua atau lebih
tindak pidana tersebut akan didakwakan.

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia concursus diatur dalam


Pasal 63 sampai dengan pasal 71 KUHP.

Dalam beberapa kasus Concursus dapat memberatkan dan dapat


meringankan. Concursus memperberat ketika dikaitkan dengan pasal 18 ayat (2) “ jika ada
pemberatan pidana yang disebakan karena perbarengan karena ketentuan pasal 52 dan
pasal 52a, kurungan dapat ditambah satu tahun empat bulan.” Concursus memperingan jika
dikaitkan dengan sistem pemidaan absorbsi murni dalam pasal 65 ayat (1) ” Jika suatu
perbuatan masuk dalam lebih dari satu peraturan pidana, maka yang dikenakan hanya salah
satu diantara aturan-aturan itu: jika berbeda-beda yang dikenakan yang memuat ancaman
pidana pokok yang terberat.”

2. Bentuk Concursus
a. Eendaadse Samenloop/Concursus Idealis
Eendaadse Samenloop terjadi apabila seseorang melakukan satu perbuatan, tetapi
dengan satu perbuatan itu ia melanggar beberapa peraturan pidana yang berarti ia telah
melakukan beberapa tindak pidana. Hal ini diatur dalam pasal 63 KUHP yang bunyinya
sebagai berikut:

DROIL NE DONE, PLUIS QUE SOIT DEMAUNDE 7


(1) Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana, maka yang dikenakan
hanya salah satu di antara aturan-aturan itu, jika berbeda-beda yang dikenakan yang
memuat ancaman pidana pokok yang paling berat.
(2) Jika suatu perbuatan, yang masuk dalam suatu aturan pidana yang umum, diatur pula
dalam aturan pidana yang khusus, maka hanya yang khusus itulah yang dikenakan.
b. Gabungan dalam Beberapa Perbuatan (Meerdaadse Samenloop/concursus realis)
Meerdaadse Samenloop terjadi apabila seseorang melakukan beberapa perbuatan, dan tiap-
tiap perbuatan tindak pidana sendiri-sendiri dan terhadap perbuatan-perbuatan tadi diadili
sekaligus. Hal ini diatur dalam pasal 65, 66, 70 dan 70 bis KUHP.
Menurut ketentuan yang termuat dalam KUHP, concursus realis dibedakan antara jenis
tindak pidana yang dilakukan, yaitu :
a. Kejahatan-Kejahatan

Tindak pidana kejahatan termuat dalam pasal 65 dan 66 KUHP

b. Kejahatan-Pelanggaran

Sedangkan tindak pidana pelanggaran termuat dalam pasal 70

c. Pelanggaran-Pelanggaran

Sedangkan tindak pidana pelanggaran termuat dalam pasal 70

3. Pertan berlanjut (Voorgezette Handeling)


Apabila seseorang melakukan beberapa perbuatan dan beberapa perbuatan itu
merupakan tindak pidana sendiri, tetapi di antara perbuatan itu ada yang hubungan
sedemikian eratnya satu sama lain sehingga beberapa perbuatan itu harus dianggap sebagai
satu perbuatan lanjutan. Hal ini diatur dalam pasal 64 KUHP dan pemidanaannya
menggunakan sistem absorpsi.

DROIL NE DONE, PLUIS QUE SOIT DEMAUNDE 8


Didalam memori penjelasan mengenai pembentukan pasal 64 KUHP mengatakan bahwa
syarat-syarat dari perbuatan berlanjut itu adalah bahwa berbagai prilaku itu haruslah
merupakan pelaksanaan keputusan terlarang , dan bahwa suatu kejahatan yang berlanjut itu
hanya dapat terjadi dari kumpulan tindak pidana yang sejenis.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri dari perbuatan berlanjut adalah:

1. Tindakan-tindakan yang terjadi adalah sebagai perwujudan dari satu kehendak jahat;
2. Delik-delik yang terjadi itu sejenis; dan
3. Tenggang waktu antara terjdinya tindakan-tindakan tersebut tidak terlampau lama.

DROIL NE DONE, PLUIS QUE SOIT DEMAUNDE 9

Anda mungkin juga menyukai