Ditemukan tahun 1992 di muara sungai Taura, Ekuador Menyebar ke Indonesia tahun 2002 di Jawa Timur (Situbondo- Banyuwangi) Virus paling berbahaya pada Panaeus vannamei, juga kematian pada P. monodon dan P. stylirostris. Umur rentan pada 14-40 hari dengan angka kematian 40-90 % Bagian yang sering diserang adalah insang dan sangat mematikan Stadia infeksi : a. akut : ekor merah, kematian 80-85 % b. recovery : waktu pendek c. kronis : bercak hitam, tahan serangan kedua. Penangulangannya dengan selective breeding (SPR)
White spot disease
Penyebabnya adalah penyakit white spot syndrome virus (WSSV) Biasanya menyerang organ vital sehingga sangat mematikan Inang sangat luas dan carrier sangat banyak sehingga sulit diberantas Fase awal/ sub klinis berada pada jumlah 1 dalam 1000 sel. Dapat dideteksi dengan sensitivitas tinggi Tingkat serangan tergantung jumlah virus Peningkatan serangan dipicu oleh stres Biasanya menyerang P. monodon, P. japonicus, P. vannamei,L. stylirostris, P. merguensis, dll Yang berfungsi sebagai carrier : udang liar, kepiting, copepods dan insekta air. Pola penyebaran : a. induk import dari negara-negara Amerika (induk dan benur) b. impor benur dari Cina ke Jepang tahun 1993 c. impor benur dari Thailand ke India dan Malaysia d. impor udang beku dari Asia ke Amerika e. impor udang beku dari Philipina bebas WSS karena larangan impor udang f. impor udang beku tahun 1999 WSS karena impor ilegal g. lingkungan (air) : penyebaran lokal, virus tahan 3-4 hari di air
Infectious Hypodermal dan Hematopoeitic Necrosis Virus (IHHNV)
pada L. stylirostris kematian terjadi secara massal (90%) pada benur umur 35 hari pada P. vannamei : kuntet, deformitas (rostrum bengkok, otot mengecil, hepatopankreas bengkak pada P. monodon : resisten, monodon slow growth syndrome
Infectious Myonecrosis (IMV)
penyebab : virus RNA dan berbentuk spheroid bernama infectious myonecrosis virus (IMNV) ditemukan di Brasil tahun 2003 inang rentan : P. vannamei gejala klinis : putih opaque, kemerahan seperti udang rebus kematian akut mencapai 40-60 % dengan angka kerugian mencapai $20 juta diagnosa : level 1 : gejala klinis: putih opaque, kemerahan seperti udang rebus level 2 : histopatologi : necrosis jaringan otot, infiltrasi hemosit, fibrosis level 3 : PCR
Mourilyan Virus (MoV)
Etiologi : virus RNA, bulat-lonjong diameter 85 x 100µm Ditemukan di Mourilyan, Queensland, Australia tahun 2001 SR turun menjadi 20 % Spesies rentan : P. monodon, P. javanicus selama 3 bulan Penyebaran di Australia Diagnosa : level 2 : spheroid sel dan vakuolisasi di organ limfoid Level 3 : ISH dan RT-PCR
White Tail Disease
Etiologi : Virus RNA, extra small virus (XSV), penyebabnya : Macrobrachium rosenbergii Nodavirus (MrNV) Spesies rentan : udang galah Penyebaran : Amerika, Asia (Cina, Taiwan, India, Thailand) Penularan : vertikal dan horisontal Diagnosa : level 1 : gejalab klinis : ekor putih keruh (WTD), otot putih keruh (WMD) Level 2 : histopatologi : nekrosis multifokal, badan inklusi basofilik IS di jaringan ikat Level 3 : berbasis molekuler : ISH, RT-PCR
Necrotizing Hepatopancreatitis (NHP)
Merupakan bakteri gram negatif obligat intraseluler berbentuk betang yang biasa disebut Proteobacterium Spesies rentan : L. stylirostris, P. setiferus, P. aztecus, P. californiensis, P. monodon Penyebaran : Texas tahun 1985, Peru, Asia tahun 2005 ( kematian 95 % pada udang windu, 14-30 hari) Penularan : horizontal lingkungan (salinitas dan suhu) Diagnosa : level 1 : gejala klinis : usus kosong, badan lembek, HP 50 % lembek berair Level 2 : histopatologi : koloni bakteri, radang inter tubuler HP, sel epitel tubulus HP lepas Level 3 : mikroskop elektron, dot blot, ISH, PCR