PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam
kehidupan manusia dan digunakan masyarakat untuk berbagai kegiatan
sehari-hari termasuk kegiatan pertanian, perikanan, peternakan, industri,
pertambangan, rekreasi, olahraga dan sebagainya. Dewasa ini masalah utama
sumbaer daya air meliputi kualitas air yang sudah tidak mampu memenuhi
kebutuhan manusia yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan
domestic terus menurun khususnya untuk air minum masyarakat, air harus
memenuhi aspek yang meliputi kuantitas, kualitas dan kontinuitas.
Dari segi kualitas, air bersih yang digunakan harus memenuhi syarat
secara fisik, kimia dan mikrobiologi. Persyaratan secara fisik meliputi air
harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, temperature normal
dan tidak mengandung zat padatan (dinyatakan dengan TSS dan TDS).
Persyaratan secara kimia meliputi derajat keasaman, kandungan oksigen,
bahan organic (dinyatakan dengan BOD, COD dan TOC), mineral atau
logam, nutrient atau hara, kesadahan logam dan sebagainya.adapun penilaian
kualitas perairan secara biologi dapat menggunakan organism sebagai
indikator.
Salah satu pengukuran yang dapat dilakukan untuk mengetahui baku
mutu air adalah melalui pengukuran kandungan zat padatan TSS dan Clorine.
B. TUJUAN
Tujuan dari diadakannya kegiatan praktikum ini adalah :
1. Mengetahui kadar Total Suspended Solid (TSS) pada sampel Air Baku
Intake Cendana
2. Mengetahui kadar Clorine pada sampel Air Baku Intake Cendana
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
pertanaman, dan atau peruntukan lain dipersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas empat ; air yang peruntukannya dapat diguakan untuk mengairi
pertanaman dan peruntukan lain yang memepersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
3
Nitrit sbg N Mg/l 0,06 0,06 0,06 (-)
Sulfat Mg/l 400 (-) (-) (-)
Khlorida bebas Mg/l 0,03 0,03 0,03 (-)
Belerang sbg
Mg/l 0,002 0,002 0,002 (-)
H2S
Mikrobiologi
Fecal coliform Jml/100ml 100 1000 2000 2000
Total coliform Jml/100ml 1000 5000 10000 10000
Radioaktivitas
Gross-A Bq/l 0,1 0,1 0,1 0,1
Gross-B Bq/l 1 1 1 1
Kimia organic
Minyak dan
µg/l 1000 1000 1000 (-)
lemak
Detergen sbg
µg/l 200 200 200 (-)
MBAS
Senyawa fenol
µg/l 1 1 1 (-)
sbg fenol
BHC µg/l 210 210 210 (-)
Aldrin/dieldrin µg/l 17 (-) (-) (-)
Chlordane µg/l 3 (-) (-) (-)
DDT µg/l 2 2 2 2
Heptachlor dan
heptachlor µg/l 18 (-) (-) (-)
exposite
Lindane µg/l 56 (-) (-) (-)
Methoxichlor µg/l 35 (-) (-) (-)
Endrin µg/l 1 4 4 (-)
Toxaphan µg/l 5 (-) (-) (-)
4
b. Air yang didistribusikan melalui tangki air
c. Air kemasan
d. Air yang digunakan untuk produksi rumah bahan makanan dan minuman
yang disajikan kepada masyarakat, yang kesemuanya harus memenuhi
syarat air minum. (Sarudji, 2010)
Berdasarkan Kepmenkes tersebut, kualitas air minum ditentukan
berdasarkan persyaratan bakteriologis, kimia, radioaktif, dan fisik.
a. Parameter bakteriologis
Bakteri pathogen yang mempengaruhi kualitas air sesuai Kepmenkes yaitu
bakteri coliform, seperti Escherichia coli, Clostridium perfringens, dan
Salmonella. Bekteri pathogen tersebut dapat membentuk toksin (racun) setelah
periode laten selama beberapa jam. Keberadaan bakteri coliform dalam sumber
air menunjukan kualitas sanitasi yang rendah dalam proses pengadaan air.
Semakin tinggi kualitas bakteri coliform, makin tinggi pula resiko kehadiran
pathogen, seperti bakteri Shigella dan S. thypi.
b. Parameter kimia
Parameter kimia meliputi kandungan bahan-bahan organik dan bahan-bahan
anorganik. Air minum secara kimiawi tidak boleh mengandung partikel terlarut
dalam jumlah tinggi serta logam berat ataupun zat beracun, seperti senyawa
pestisida, desinfektan, dan detergen. Ion logam berat dapat mendenaturasi
protein. Selain itu, logam berat dapat bereaksi dengan gugus fungsi lainnya
dalam biomolekul. Di dalam tubuh, logam-logam berat tersebut akan tertimbun
di berbagai organ terutama saluran cerna, hati, dan ginjal. Oleh karena itu,
organ-organ tersebut sering mengalami kerusakan jika mengkonsumsi air yang
tercemar oleh bahan kimia.
c. Parameter fisik
Parameter fisik yang harus dipenuhi pada air minum yaitu harus jernih, tidak
berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. Sementara itu, suhu air minum
sebaiknya sejuk dan tidak panas. Selain itu, air minum tidak menimbulkan
endapan.
5
d. Parameter radioaktif
Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan radioaktif maupun aktivitas
radioaktif.
Salah satu faktor yang tidak kalah penting dalam menentukan kualitas air
yang layak konsumsi adalah kandungan TDS (total dissolved solids) atau
kandungan unsure mineral dalam air. Contoh unsur mineral dalam air yaitu zat
kapur, besi, timah, magnesium, te,baga, sodium, klorit, dan klorin. Air yang
mengandung mineral tinggi sangat tidak baik untuk kesehatan. Mineral dalam air
tidak akan hilang dengan cara direbus. Mineral yang baik bagi manusia adalah
mineral yang berasal dari sayur, buah, dagung, telur, atau susu. Mineral dalam air
minum merupakan mineral non organic atau mineral dari benda mati yang tidak
bisa diuraikan oleh tubuh. Menurut standar WHO, air minum yang layak
dikonsumsi memiliki kadar TDS <100.
Apabila terlalu bnayak mineral non organic di dalam tubuh dan tidak dikeluarkan,
seiring berkjalannya waktu akan mengendap di dalam tubuh ynag mengakibatkan
terseumbatnya bagian tubuh.
Selain menggunakan parameter-parameter diatas, air yang sudah tercemar
dapat dikenali melalui pengamatan fisik
a. Warna kekuningan akan muncul jika air tercemar kromium dan meteri organic.
Jika air berwarna merah kekuningan, menandakan air tersebut tercemar oleh
besi.
b. Kekeruhan jugga merupakan tanda bahwa air telah tercemar oleh koloid.
Lumpur, tanah liat, dan berbagai mikroorganisme seperti plankton maupun
partikel lainnya yang bisa mengakibatkan air berubah menjadi keruh.
c. Polutan berupa mineral akan membuat air memiliki rasa tertentu. jika terasa
pahit, pemicunya bisa berupa besi, aluminium, sulfat atau kapur dalam jumlah
besar.
d. Air yang rasanya seperti air sabun menunjukan air telah tercemar alkali.
Sumbermnya bisa berupa natrium bikarbonat atau bahan pemicu yang lain
misalnya detergen.
6
e. Rasa payau menunjukan kandungan garam yang tinggi, sering terjadi di daerah
sekitar muara sungai.
f. Bau yang tercium dalam air juga menunjukan adanya pencemaran. Adapun
baunya sudah menunjukan bahwa iar tidak layak dikonsumsi.
7
D. Standard Kualitas Air Bersih
Menurut Sutrisno dan Suciastuti (2002), persyaratan secara fisik meliputi air
harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa/tawar, tidak berbau, temperatur normal
dan tidak mengandung zat padatan (dinyatakan dengan TSS dan TDS).
Persyaratan secara kimia meliputi derajat keasaman, kandungan oksigen, bahan
organik (dinyatakan dengan BOD, COD, dan TOC), mineral atau logam,
nutrien/hara, kesadahan dan sebagainya (Kusnaedi, 2002). Adapun Penilaian
kualitas perairan secara biologi dapat menggunakan organisme sebagai indikator
(Sutjianto, 2003).
Adapun syarat-syarat kesehatan air bersih adalah:
1. Persyaratan Biologis
Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung
mikroorganisme yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia.
Mikroorganisme itu dapat dibagi dalam empat group, yakni parasit, bakteri,
virus, dan kuman. Dari keempat jenis mikroorganisme tersebut umumnya
yang menjadi parameter kualitas air adalah bakteri seperti Eschericia coli.
2. Persyaratan Fisik
Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya,
yakni derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, bau. Aspek fisik ini
sesungguhnya selain penting untuk aspek kesehatan langsung yang terkait
dengan kualitas fisik seperti suhu dan keasaman tetapi juga penting untuk
menjadi indikator tidak langsung pada persyaratan biologis dan kimiawi,
seperti warna air dan bau.
3. Persyaratan Kimia
Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandungan kimiawi
air yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai dengan
proses biokimiawi tubuh. Bahan kimiawi seperti nitrat, arsenic, dan
berbagai macam logam berat khususnya air raksa, timah hitam, dan
cadmium dapat menjadi gangguan pada faal tubuh dan berubah menjadi
racun.
8
4. Persyaratan Radioaktif
Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan
fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda,
dan pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor
nuklir.
Salah satu pengukuran yang dapat dilakukan untuk mengetahui baku
mutu air adalah melalui pengukuran kandungan zat padatan TSS (Total
Suspended Solid) dan TDS (Total Dissolve Solid).
a. Total Suspended Solid (TSS)
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS)
adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan
ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel
koloid. TSS menyebabkan kekeruhan pada air akibat padatan tidak
terlarut dan tidak dapat langsung mengendap. TSS terdiri dari partikel-
partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen,
misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel
mikroorganisme, dan sebagainya (Nasution, 2008) .
TSS merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia
yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan
yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat
organik di suatu perairan (Tarigan dan Edward, 2003). TSS umumnya
dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan
kontribusi untuk kekeruhan dengan membatasi penetrasi cahaya untuk
fotosintesis dan visibilitas di perairan. Oleh karena itu nilai kekeruhan
tidak dapat dikonversi ke nilai TSS.
Kekeruhan sendiri merupakan kecenderungan ukuran sampel
untuk menyebarkan cahaya. Sementara hamburan diproduksi oleh
adanya partikel tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah murni
sebuah sifat optik. Pola dan intensitas sebaran akan berbeda akibat
perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi. Sebuah
sampel yang mengandung 1.000 mg/L dari fine talcum powder akan
9
memberikan pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel yang
mengandung 1.000 mg/L coarsely ground talc . Kedua sampel juga
akan memiliki pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel
mengandung 1.000 mg/L ground pepper, meskipun tiga sampel
tersebut mengandung nilai TSS yang sama.
TSS berhubungan erat dengan erosi tanah dan erosi dari saluran
sungai. TSS sangat bervariasi, mulai kurang dari 5 mgL-1 yang yang
paling ekstrem 30.000 mgL-1 di beberapa sungai. TSS ini menjadi
ukuran penting erosi di alur sungai. Baku mutu air berdasarkan
peraturan pemerintah No.82 tahun 2001, batas ambang dari TSS di
sungai 50 mg/L. Estimasi nilai TSS diperoleh dengan cara menghitung
perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total menggunakan
rumus:
10
Total padatan terlarut dapat pula merupakan konsentrasi jumlah
ion kation (bermuatan positif) dan anion (bermuatan negatif) di dalam
air. Analisa total padatan terlarut merupakan pengukuran kualitatif
dari jumlah ion terlarut, tetapi tidak menjelaskan pada sifat atau
hubungan ion. Selain itu, pengujian tidak memberikan wawasan dalam
masalah kualitas air yang spesifik. Oleh karena itu, analisa total
padatan terlarut digunakan sebagai uji indikator untuk menentukan
kualitas umum dari air. Sumber padatan terlarut total dapat mencakup
semua kation dan anion terlarut (Oram, B.,2010).
Sumber utama untuk TDS dalam perairan adalah limpahan dari
pertanian, limbah rumah tangga, dan industri. Unsur kimia yang
paling umum adalah kalsium, fosfat, nitrat, natrium, kalium dan
klorida. Bahan kimia dapat berupa kation, anion, molekul atau
aglomerasi dari ribuan molekul. Kandungan TDS yang berbahaya
adalah pestisida yang timbul dari aliran permukaan. Beberapa padatan
total terlarut alami berasal dari pelapukan dan pelarutan batu dan
tanah (Anonymous, 2010). Batas ambang dari TDS yang
diperbolehkan di sungai adalah 1000mg/L. Peningkatan padatan
terlarut dapat membunuh ikan secara langsung, meningkatkan
penyakit dan menurunkan tingkat pertumbuhan ikan serta perubahan
tingkah laku dan penurunan reproduksi ikan. Selain itu, kuantitas
makanan alami ikan akan semakin berkurang.
Ada dua metode yang sering digunakan dalam pengukuran TDS,
yaitu:
1) Gravimetri
Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara
penimbangan hasil reaksi pengendapan. Gravimetri merupakan
pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana
dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Hal ini
dikarenakan metode gravimetri ditentukan melalui penimbangan
langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain.
11
Bagian terbesar dari gravimetri meliputi transformasi unsur atau
radikal kesenyawaan murni stabil yang dapat segera diubah
menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Metode
gravimetri memakan waktu yang cukup lama. Adanya pengotor
pada konstituen dapat diuji dan bila perlu digunakan faktor-
faktor koreksi. Faktor paling penting dalam metode ini yaitu
proses pemisahan harus cukup sempurna sehingga kualitas analit
yang ditimbang mendekati murni.
2) Electrical Conductivity
Konduktivitas listrik air secara langsung berhubungan dengan
konsentrasi padatan terlarut yang terionisasi dalam air. Ion dari
konsentrasi padatan terlarut dalam air menciptakan kemampuan
pada air untuk menghasilkan arus listrik yang dapat diukur
menggunakan conductivity meter. Electrical conductivity
berfungsi mengukur konduktivitas listrik bahan-bahan yang
terkandung dalam air.
Semakin banyak bahan (mineral logam maupun nonlogam)
dalam air maka hasil pengukuran akan semakin besar.
Sebaliknya, bila sangat sedikit bahan yang terkandung dalam air
maka hasilnya mendekati nol, atau disebut air murni (Insan,
2008). Prinsip kerjanya dengan menghubungkan 2 buah probe
ke larutan yang diukur, kemudian dengan rangkaian
pemprosesan sinyal akan mengeluarkan output yang
menujukkan besar konduktivitas/daya hantar listrik sampel air
tersebut.
Indicator air lainnya yang dapat diukur adalah jumlah konsentrasi klor yang
terdapat dalam air baku. Klor (Cl2) merupakan salah satu unsure yang ada di bumi
dan jarang dijumpai dalam bentuk bebas. Pada umumnya klor diproduksi untuk
digunakan dalam pembuatan senyawa klorin untuk sanitasi, pemutihan kertas,
12
desinfektan, dan proses tekstil. Lebih jauh lagi, klor digunakan untuk pembuatan
klorat, kloroform, karbon tetraklorida,dan ekstraksi brom.
Klorin (bleaching agent) mengandung larutan hipoklorit (NaOCl) ionClO-
merupakan suatu oksidator, daya oksidasinya sama dengan klorin namun ion ClO-
berbeda dengan Cl- sebab asam hipoklorit, HClO adalah asam lemah dan ion ClO-
adalah basa yang cukup kuat, sedangkan Cl- mempunyai sifat netral dan
merupakan basa konjugat dari HCl kuat. Ion klorida membentuk endapan dengan
ion-ion Ag+, Pb+ , dan Hg+, berperan sebagai ligan dalam pembentukan
kompleks yang diamati melalui perubahan warna dan melarutnya endapan atau
padatan.
Keberadaa ion Cl- dalam air akan berpengaruh terhadap tingkat keasinan
air. Semakin tinggi konsentrasi Cl-, berarti semakin asin air dan semakin rendah
kualitasnya. (Kadar klorida maksimal yang diperbolehkan pada air minum yaitu
250 mg/l). Klorin sangat mudah menguap dan sangat mudah bereaksi dengan air.
Kandungan air di udara khususnya di atmosfer mengakibatkan zat klorin mudah
menguap yang berupa penguapan air laut yang membawa zat klorin ( Cl )
sehingga lapisan ozon pun mudah juga berlubang
13
Air minum atau air konsumsi penduduk dapat menyebabkan penyakit
seperti :
a. Water Borne Disease
Mekanisme penyebaran penyakit dimana pathogen penyebab penyakit
berada dalam air yang telah tercemar dan dapat menyebabkan penyakit
infeksi bila terminum oleh manusia atau hewan. Hal ini karena air
tersebut mengandung kuman pathogen. Diantara penyakit- penyakit yang
disebarkan dengan mekanisme ini adalah penyakit kolera, tifoid, hepatitis
A, disentri, poliomyelitis, dan diare.
Diare, Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah
penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia,
diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut). Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan
lebih dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua
hari atau lebih. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan
tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh
tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa,
khususnya pada anak dan orang tua.
b. Water Washed Disease
Mekanisme penyebaran penyakit bila suatu penyakit infeksi dapat
dicegah dengan memperbanyak volume pemakaian air serta memperbaiki
hygiene perorangan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air
yang cukup, maka penyakit- penyakit tertentu dapat dikurangi
penularannya pada manusia, dan penyakit ini banyak terjadi di daerah
tropis. Contoh penyakit yang disebabkan adalah penyakit infeksi saluran
pencernaan, penyakit infeksi kulit dan selaput lendir, penyakit yang
ditimbulkan oleh insekta pada kulit dan selaput lendir.
c. Water Based Disease
Cara penyebaran penyakit ini terjadi bila sebagian siklus hidup penyebab
penyakit memerlukan hospes perantara seperti siput air. Infeksi pada
manusia dapat dicegah dengan menurunkan keinginan dengan kontak
14
dengan air, mengontrol populasi siput air, dan memperbaiki kualitas air.
Contoh penyakit yang disebabkan adalah Schistomiasis. Dimana larva
schistosoma hidup dalam keong - keong air. Setelah waktunya larva ini
mengubah bentuk menjadi cercaria dan menembus kulit (kaki) manusia
yang berada dalam air tersebut.
d. Insect Vector Disease
Cara penyebaran berkaitan dengan serangga sebagai vektor penyebaran
pathogen penyebab penyakit yang hidup di air. Strategi pencegahan
penyebaran penyakit dapat melalui perbaikan pengelolaan air permukaan,
menghilangkan tempat- tempat perkembangbiakan serangga yang
menjadi vektor penyebaran penyakit infeksi. Contoh- contoh penyakit
yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya bergantung pada air
misalnya malaria, demam berdarah, filariasis, Yellow fever, dan lain
sebagainya.
15
BAB III
METODE KERJA
C. CARA KERJA
Pengambilan sampel
1. Disiapkan Botol Wadah Air Sampel
2. Diambil Air pada Intake PDAM Cendana, dimasukkan dalam Botol
Sampel
3. Dimasukkan Air sampel dalam termos yang telah diisi es batu
4. Diberi label Botol Air Sampel menggunakan spidol
5. DiAnalisis Air Sampel di Laboratorium
16
2. Disaring Air Aquades 50 ml menggunakan kertas saring
3. Dimasukkan kertas saring kedalam Oven 110 o C selama 30 menit
4. Dimasukkan Kertas saring Kedalam Desikator Selama 10 menit, lalu
Ditimbang
5. Ditimbang kertas saring dengan satuan mg
6. Diulang Prosedur menggunakan Air sampel
Clorine
1. Diambil Sampel dari hasil saringan untuk TSS
2. Diambil sampel sebanyak 10 ml masukkan ke tabung reaksi
3. Diteteskan Reagent Clorine 3 tetes kedalam tabung Reaksi
4. Dimasukkan sampel ke dalam Karet Secukupnya lalu ukur dengan
spectrophotometer
5. Dicatat hasilnya lalu hitung Konsentrasinya dengan menggunakan
regresi linier yang dihitung dengan standar yang telah dibuat.
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Hasil pengukuran Total Suspended Solid (TSS) pada Aquades dan air
sampel Intake Cendana disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 1 Hasil pengukuran Total Suspended Solid (TSS) BAW aquades
pada kertas Saring
Kertas Sebelum Setelah disaring 1 II desikator
Disaring desikator aquades Aquades
14 304,5 mg 306,5 mg
Perhitungan TSS :
1000
TSS mg/l = BAK – BAW * 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙/𝑎𝑞
1000
= 304,8 – 302,1 * 50
= 2,7 * 2
= 5,4
Perhitungan Clorine:
Untuk mengetahui nilai konsentrasi Clorine digunakan rumus regresi
linier yaitu :
Y = 0,091 X
Dimana nilai Y = Absorbance Clorine
X = Nilai Konsentrasi Clorine
18
Sehingga,
Nilai Konsentrasi Clorine (mg/L)= Y/0,091
= 0,101/0,091
= 1,10989 mg/L
B. PEMBAHASAN
Pada tabel 1 diatas menunjukkan hasil pengukuran TSS terhadap Aquades,
diperoleh berat kertas saring 302,1 mg setelah disaring 1 desikator dan 303,7 mg
setelah II Desikator Aquades. Untuk menentukan BAW, caranya adalah dengan
membandingkan hasil kertas saring, dan diambil yang beratnya paling kecil, yaitu
302,1 mg untuk BAW. Pada tabel 2 diatas menunjukkan hasil pengukuran TSS
terhadap Air Sampel, diperoleh berat kertas saring 304,5 mg setelah disaring 1
desikator dan 306,5 mg setelah II Desikator Sampel. Untuk menentukan BAK,
caranya adalah dengan membandingkan berat kertas saring, dan diambil yang
beratnya paling kecil, yaitu 304,8 mg untuk BAK.
Dari Hasil perhitungan terhadap Total suspended Solid pada Air Sampel
Intake Cendana diperoleh hasil TSS sebesar 54. Hal tersebut menunjukkan bahwa
air tersebut tidak memenuhi kriteria Berdasarkan PP No. 82 mengenai klasifikasi
dan criteria mutu air. Berdasarkan klasifikasi tersebut Air baku Intake cendana
termasuk dalam kelas 1 yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air
baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan. Dalam PP No. 82 tersebut parameter TSS untuk kriteria
air kelas 1 adalah 50 mg/l . sehingga air baku Intake Cendana melebihi dari
Kriteria.
19
Pada Tabel 3 menunjukkan hasil pengukuran nilai konsentrasi Clorine air
baku intake Cendana yaitu 1,109 mg/L. pengukuran ini di sebut pengukuran
residu klorin. Tingkat residu klorin yang dalam batas yang di terima sebagai air
minum ialah 1-4 mg/L. Sehingga kadar residu klorin dalam Air Baku Intake
Cendana masuh dapat dikategorikan dalam batas aman, namun masih penting
untuk dilakukan pengawasan berkesinambungan agar kadar klor tersebut tidak
melampaui batas yang telah ditetapkan.
Namun apabila klorin melebihi ambang batas yang telah di tentukan yaitu
1-4 mg/L maka akan menimbulkan bau yang tidak sedap pada air dan juga
berakibat buruk apabila di komsumsi oleh konsumen. Dari berbagai studi, di
ketahui bahwa orang yang meminum air yang mengandung klorin memiliki
kemungkinan lebih besar untuk terkenakanker kandung kemih, dubu ataupun usus
besar. Sedangkan bagi wanita hamil dapat menyebabkan kelahiran bayi
cacatdengan kelainan otak. Kelahiran premature atau bahkan dapat mengalammi
kegugran kandungan. Kemudian pada hasil studi efek klorin pada binatang di
temukan pula kemungkinan kerusakan ginjal dan hati. Selain itu klorin juga
memilki daya rektifitas dan korosifitas yang tinggi. Apabila residu klorin melebihi
ambang batas dapat menyebabkan korosif pada pipa industry yang di gunakan
untuk mengalirkan air (http://aimyaya.com/id).
20
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan kegiatan praktikun dan perhitungan yang telah dilakukan, maka
dapat diperolah bahwa Total suspended Solid pada Air Sampel Intake
Cendana diperoleh hasil TSS sebesar 54 dan masih dalam batas yang aman
sedangkan hasil pengukuran nilai konsentrasi Clorine air baku intake
Cendana yaitu 1,109 mg/L. Sehingga kadar residu klorin dalam Air Baku
Intake Cendana masuh dapat dikategorikan dalam batas aman, namun masih
penting untuk dilakukan pengawasan berkesinambungan agar kadar klor
tersebut tidak melampaui batas yang telah ditetapkan.
B. Saran
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, dapat disarankan bagi :
Mahasiswa untuk memperhatikan dan lebih menyoroti hasil analisa ini
untuk menjadi salah satu bentuk advokasi kepada pihak – pihak yang
diharapkan dapat lebih memperhatikan prosedur pengguanaan bahan-
bahan kimia tersebut dengan lebih bijaksana dan sesuai ketentuan stndar
yang telah ditetapkan untuk menjaga hal – hal yang tidak diinginkan
bersama.
Instansi pengolahan air terkait agar lebih memperhatikan penggunaan
bahan – bahan kimia tersebut sesuai dengan ketetapan yang telah
ditentukan demi kepentingan masa hidup peralatan yang ada pada instalasi
maupun demi kepentingan konsumen air tersebut yang merupakan
masyarakat awam.
Masyarakat untuk lebih meningkatkan system kewaspadaan dan
meningkatkan pengetahuan mengenai penggunaan bahan kimia dalam air,
dampak yang ditimbulkan serta pencegahan dari dampak yang dapat
dilakukan secara mandiri agar membentengi diri, keluarga dan lingkungan
21
masyarakat sekitar dari penyakit jangka panjang akibat dari penggunaan
bahan kimia secara berlebihan.
22