Latar Belakang
Obat adalaha semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh semua
mahluk hidup untuk mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit. Selain itu obat
juga dipergunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit serta luka atau kelainan pada manusia ataupun
hewan. Obat dapat digolongkan berdasarkan beberapa kriteria, diantaranya adalah penggunaan
obat, cara penggunaan obat, cara kerja obat, undang-undang, sumber obat, bentuk sediaan obat,
serta proses fisiologis dan biokima dalam tubuh. Penggolongan obat berdasarkan gunanya
dalam tubuh adalah untuk menyembuhkan, mencegah, dan sebagai diagnosis. Menurut cara
penggunaannya obat digolongkan atas pemakaian dalam dan pemakaian luar. Pemakaian
dalam dilakukan melalui oral dan diberi etiket putih, sedangkan pemakaian luar diberikan
melalui implantasi injeksi, membran mukosa, rektal, vaginal, dan nasal, serta diberi etiket biru.
Berdasarkan cara kerjanya obat dibagi menjadi 2 yaitu lokal dan sistemik. Lokal adalah obat
yang bekerja pada jaringan setempat seperti pemakaian topikal. Sistemik adalah obat yang
didistribusikan seluruh tubuh seperti analgetik. Menurut undang-undang obat digolongkan
menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah narkotik, psikotropika, obat keras, obat bebas
terbatas, dan obat bebas. Penggolongan obat berdasarkan sumbernya dibagi menjadi 5,
diantaranya adalah bersumber dari tumbuhan, hewan, mineral, sintesis, serta mikroba dan
fungi. Menurut bentuk sediaanya obat dapat dikelompokan menjadi bentuk padat, bentuk
setengah padat, bentuk cari atau larutan, dan bentuk gas. Selain itu, obat juga dapat
dikelompokan menjadi beberapa jenis berdasarkan proses fisioloogis dan biokimia di dalam
tubuh, diantaranya yaitu obat farmako dinamik, obat kemoterapeutik, dan obat diagnositk. Obat
memiliki sifat khusus yang membuatnya dapat bekerja dengan baik. Sifat khusus tersebut salah
satunya adalah sifat fisik obat. Sifat fisik obat dapat beruapa bentuk padat pada temperatur
kamar ataupun bentuk gas, namun dapat berbeda dalam penangananannya yang berkaitan
dengan ph kompartemen tubuh dan derajat ionisasi obat tersebut (Katzung 2007).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan sediaan serbuk tabur tak
terbagi beserta khasiatnya.
TINJAUAN PUSTAKA
SERBUK
Serbuk merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk
pemakaian dalam secara oral ataupun untuk pemakaian luar. Serbuk juga memiliki beberapa
keuntungan dan kerugian. Keuntungan yang dimiliki oleh sediaan serbuk, yaitu lebih mudah
dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan pasien. Kerugian yang dimiliki oleh bentuk
serbuk diantarana adalah memiliki rasa dan bau yang tidak enak, serta dapat menjadi lembab
diantaranya adalah kering, halus, homogen, dan memenuhi ijin keragaman bobot atau uji
keseragaman kandungan. Selain itu, serbuk juga terbagi menjadi dua, diantaranya adalah
pulvis dan pulveres. Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi, sedangkan pulveres adalah
serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang lebih sama dan dibungkus dengan kertas
perkamen atau bahan pengemas lain yang cocok. Pulvis (serbuk tak terbagi) hanya terbatas
pada obat yang relatif tidak poten, seperti laksan, antasid, makanan diet, dan beberapa analgetik
tertentu. Penggunaan serbuk tersebut memungkinkan pasien dapat menakarnya secara aman
dengan menggunakan sendok teh atau penakar lainnya. Serbuk gigi dan serbuk tabur juga
merupakan contoh lainnya dari pulvis (serbuk tak terbagi). Pulvis (serbuk tak terbagi) dapat
digolongkan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah pulvis adspersorius, pulvis
dentrificius, pulvis sternutatorius, dan pulvis efervesen. Pulvis adspersorius atau serbuk tabur
merupakan serbuk ringan untuk penggunaan topikal, serta dapat dikemas dalam wadah yang
agian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaannya pada kulit. Umumnya,
pulvis adspersorius atau serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh
agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka. Selain itu, pulvis adspersorius juga
harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya adalah halus, tidak terdapat butiran-butiran
kasar, dan tidak boleh digunakan untuk luka terbuka. Pulvis dentrificius atau serbuk gigi
biasanya mengandung karmin sebagai pewarna yang dilarutkan terlebih dahulu dalam
kloroform atau etanol 90%. Pulvis sternutatorius atau serbuk bersin digunakan untuk dihisap
melalui hidung, sehingga sifatnya sangat halus. Pulvis efervesen merupakan serbuk biasa yang
dilarutkan ke dalam air dingin atau air hangat sebelum diminum dan akan mengeluarkan gas
CO2 yang kemudian akan membentuk larutan jernih. Gas CO2 yang dihasilkan berfungsi untuk
pengobatan, mempercepat absorbsi, dan menyegarkan rasa larutannya. Serbuk tersebut juga
merupakan campuran antara senyawa asam, seperti asam sitrat dan asam tartat dengan basa,
seperti Na-karbonat dan Na-bikarbonat (Syamsuni 2006).
Camphora merupakan sinonim aranya adalah tidak berwarna atau berwarna putih, mempunyai
bau khas yang tajam, dan aromatik. Selain itu, camphora juga dapat larut dalam 700 bagian air,
satu bagian etanol, 0,25 bagian kloroform, serta sangat mudah larut dalam eter dan minyak
lemah. Camphora berasal dari sintesa asam amino fenilalanin dan dalam dunia medis
digunakan sebagai pereda rasa nyeri dan demam. Camphora bekerja sebagai antifungal,
keratolitik dan komedolitik dengan mempercepat pengelupasan sel-sel pada epidermis kulit,
membuka pori yang tersumbat dan mencegahnya tersumbat kembali dengan memperbesar
diameter pori, serta menyediakan tempat bagi sel baru untuk tumbuh.
Zinc oxyda memiliki nama resmi, yaitu Zinci oxydum. Zinc oxyda merupakan serbuk amorf
yang memiliki beberapa ciri, diantaranya adalah sangat halus, berwarna putih atau putih
kekuningan, tidak berbau, tidak berasa, dan dalam waktu yang lama dapat menyerap
karbondioksida dari udara. Selain itu, zinc oxyda juga memiliki sifat kelarutan yang tidak larut
dalam air dan etanol, serta larut dalam asam mineral encer dan larutan akolihidroksida. Zinc
oxyda memiliki khasiat sebagai antiseptikum dan berguna untuk membunuh atau mencegah
mikroorganisme (Dirjen POM 1995). Selain itu, zinc oxyda juga biasa digunakan untuk
treatment penyakit kulit. Hal tersebut disebabkan karena sediaan zinc oxyda tidak diserap oleh
kulit, sehingga tidak menimbulkan iritasi dan alergi pada kulit pengguna. Cara penyimpanan
zinc oxyda yang baik adalah di dalam wadah yang tertutup.
Talkum venetum merupakan suatu magnesium polisilikat murni yang sangat ringan
(Yanhendri et al. 2012).
Talkum venetum memiliki rumus molekul H2O12Mg3S14 dan biasa digunakan pada produk-
produk pupur bayi sebagai serbuk astringen untuk mencegah timbulnya kemerahan pada kulit
akibat penggunaan popok. Selain itu, talkum venetum juga digunakan sebagai tambahan pada
usatu bahan lain untuk menambah volume nilai jual (Kayne et al. 2004). Talkum venetum
memiliki beberapa ciri, diantaranya adalah sangat halus, licin, mudah melekat pada kulit, bebas
dn vbghcj ari butiran, dan berwarna putih atau kelabu. Selain itu, talkum venetum juga
memiliki sifat kelarutan yang tidak mudah larut. Cara penyimpanan talkum venetum yang baik
yaitu di dalam wadah yang tertutup (Dirjen POM 1979).
METODE KERJA
METODE
Pembuatan serbuk tak terbagi dilakukan dengan cara menera timbangan yang akan digunakan
dan mengalasinya dengan kertas perkamen terlebih dahulu. Setelah itu, bahan-bahan yang akan
digunakan, seperti camphora, zinc oxyde, dan talkum venetum ditimbang dengan berat yang
disesuaikan dengan perhitungan. Berdasarkan hasil perhitungan, camphora yang digunakan
adalah sebanyak 0.11 g, zinc oxyde sebanyak 0.55 gram, dan talkum venetum sebanyak 2.34
g. Selanjutnya, mortar yang bersih dan kering disiapkan dan camphora dimasukkan ke dalam
mortar, serta ditetesi dengan spirt fort sebanyak 2 - 3 tetes. Selanjutnya, camphora yang telah
ditetesi dengan sprit fort digerus, lalu ditambahkan setengah talkum venetum, yaitu sebanyak
1.17 g, dan diaduk hingga homogen. Setelah homogen, zinc oxyde dimasukkan ke dalam
mortar yang berisi camphora sebanyak 0.55 g dan diaduk hingga homogen. Selanjutnya, talkum
venetum yang tersisa, yaitu sebanyak 1.17 g dimasukkan ke dalam mortar yang berisi camphora
dan zinc oxyde, lalu diaduk hingga homogen. Setelah itu, campuran antara camphora, zinx
oxyde, dan talkum venetum yang telah homogen diayak dengan ayakan B30 dan ditimbang
hingga beratnya mencapai 2.34 g. Kemudian, serbuk yang beratnya telah mencapai 2.34 g
dimasukkan ke dalam pot kertas dan diberi etiket warna biru.
HASIL
PEMBAHASAN
Praktikum Sediaan Farmasi dan Terapi Umum mengenai serbuk tak terbagi dilakukan dengan
menggunakan beberapa alat dan bahan. Alat yang digunakan diantaranya adalah timbangan,
kertas perkamen, sendok tanduk, mortar, stamper, spatula, pipet kaca, ayakan B30, sudip, dan
pot plastik, sedangkan bahan yang digunakan, yaitu camphora, zinc oxyde, talkum venetum,
dan spirt fort. Berdasarkan bahan-bahan yang digunakan, dapat diketahui bahwa praktikum
mengenai serbuk tak terbagi ini merupakan resep serbuk tabur untuk gatal disertai jamur. Hal
tersebut terlihat dari khasiat bahan-bahan yang digunakan, seperti camphora sebagai
antifungal, zinc oxyde sebagai anti septikum lokal, dan talk venetum sebagai bahan penambah
atau pengisi. Camphora juga dapat berfungsi untuk mengurangi bengkak dan mengatasi
terjadinya iritasi berat. Zinc oxyde yang berfungsi sebagai anti septikum lokal akan menutupi
kulit untuk mencegah terjadinya iritasi. Selain berfungsi sebagai bahan pengisi, talk venetum
juga merupakan zat polyen yang akan mengikat ergosterol dalam membran sel jamur dan
membentuk pori-pori yang menyebabkan bahan-bahan esensial dari sel jamur merembes
keluar.
Sediaan serbuk tak terbagi atau pulvis adalah suatu sediaan serbuk yang tidak terbagi dalam
peresepannya. Perintah membuat sediaan serbuk yang tertera pada resep dalam praktikum ini
adalah m.f.pulv.adsp yang merupakan singkatan dari misce fac pulvis adspersorius. Arti dari
perintah m.f.pulv.adsp adalah dokter memerintahkan apoteker untuk mencampur bahan-bahan
yang tertulis dalam resep dan membuatnya serbuk tabur. Selain itu, dalam resep tersebut juga
tertera signa s.u.e yang merupakan singkatan dari signa ad usus externus. Signa tersebut
memiliki arti, yaitu obat yang dimaksud dalam resep digunakan untuk pemakaian luar. Resep
merupakan suatu permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotik
untuk menyiapkan dan meracik obat (Syamsuni 2006). Kelengkapan resep terdiri atas
beberapa hal, diantaranya adalah nama dokter, alamat dan nomor telepon dokter, surat izin
praktik dokter, nomor dan tanggal resep, tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep, nama
obat, jumlah obat, bentuk sediaan, aturan pakai, paraf dokter, nama pasien, umur atau berat
badan pasien, serta alamat pasien.
Serbuk yang dihasilkan pada praktikum ini memiliki beberapa ciri, diantaranya adalah
berwarna putih, homogen, dan memiliki tekstur yang halus, serta beraroma menyengat seperti
menthol. Sediaan serbuk yang telah dihasilkan selanjutnya dimasukkan ke dalam pot kertas
dan diberi etiket berwarna putih yang berarti untuk obat luar. Tulisan yang tertera pada etiket
tersebut berisi nomor dan tanggal pembuatan obat, serta nama pasien. Selain itu juga terdapat
etiket tambahan yang bertuliskan obat luar. Praktikum ini tidak menggunakan label yang
bertuliskan "tidak boleh diulang tanpa resep dari dokter hewan”. Hal tersebut disebabkan
karena serbuk yang dibuat tidak mengandung obat keras. Selain itu, praktikum ini juga tidak
menggunakan label yang bertuliskan “kocok dahulu”. Hal tersebut disebabkan karena serbuk
yang dibuat adalah obat luar.
Menurut Dirjen POM (1979), terdapat beberapa informasi yang harus diketahui oleh pasien
untuk penggunaan serbuk tabur. Informasi tersebut diantaranya adalah mengenai cara
penyimpanan, cara pemakaian, dan jangka waktu penggunaan. Sediaan serbuk harus disimpan
dalam wadah tertutup, kedap udara, dan pada suhu kamar 15-30 o celcius. Cara pemakaian
serbuk tabur digunakan sebagai obat luar dan dilakukan dengan cara ditaburkan pada bagian
kulit yang terkena infeksi, baik itu infeksi jamur, bakteri, maupun mikroorganisme lainnya.
Jangka waktu pemakaiaan serbuk tabur dilakukan hingga penyakit yang diderita sembuh.
KESIMPULAN
Sediaan serbuk tak terbagi merupakan sediaan obat berbentuk serbuk yang
penggunaannya tidak terbagi dalam berat tertentu dan tidak dibentuk menjadi sediaan lain.
Serbuk tabur merupakan sediaan yang digunakan pada hewan untuk mengatasi beberapa
masalah kulit. Pembuatan sediaan menghasilkan serbuk tabur dengan khasiat antiinflamasi dan
antiseptikum untuk mengatasi infeksi jamur topikal pada anjing.
Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia
Edisi III. Jakarta (ID) : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
McDougall KW, Lewis IJ. 1984. Behaviour of amitraz in cattle dipping baths. Australian
veterinary journal. 61 (5) : 137-140.
Rowe, Raymond C, Sheskey PJ, Weller PJ. 2006. Handbook of pharmaceutical excipients
Vol. 1. London (UK) : Pharmaceutical press.
Syamsuni. 2006. Farmasetika dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta (ID) : EGC.
Walker AIT. 1972. Toxicological studies with the insecticide tetrachlorvinphos. Pesticide
Science. 3 (5) : 517-525.
Yanhendri, Yenny SW. 2012. Berbagai bentuk sediaan topikal dalam dermatologi. CDK-
194. 39 (6) : 423 – 430.
PERHITUNGAN BAHAN
Diketahui :
Camphora 0.100
Talkum venetum 3
Penyelesaian :
Camphora 0.11 g