Bab I Pendahuluan: A. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan: A. Latar Belakang
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ventilasi mekanik merupakan terapi defenitif pada klien kritis yang
mengalami hipoksemia dan hiperkapnia. Memberikan asuhan keperawatan
pada klien dengan ventilasi mekanik dilakukan antara lain pada unit perawatan
kritis, medical bedah umum, bahkan dirumah.
Perkembangan teknologi semakin lama semakin pesat dan menyentuh hampir
semua bidang kehidupan manusia. Pada akhirnya setiap individu harus
mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan teknologi, agar
dapat beradaptasi terhadap perkembangan tersebut. Hal ini juga berlaku untuk
profesi keperawatan, khususnya area keperawatan kritis di ruang perawatan
intensif (intensif care unit/ICU).
Di ruang perawatan kritis, pasien yang dirawat disana adalah pasien-pasien
yang memerlukan mesin-mesin yang dapat menyokong kelangsungan hidup
mereka, diantaranya mesin ventilator, monitoring, infus pump, syringe pump,
dll. Dengan adanya keadaan tersebut maka tenaga kesehatan terutama perawat
yang ada di ruang perawatan kritis, seharusnya menguasai dan mampu
menggunakan teknologi yang sesuai dengan mesin-mesin tersebut, karena
perawat yang akan selalu ada di sisi pasien selama 24 jam.
Pemanfaatan teknologi di area perawatan kritis terjadi dengan dua proses
yaitu transfer dan transform teknologi dari teknologi medis menjadi teknologi
keperawatan. Tranfer teknologi adalah pengalihan teknologi yang mengacu
pada tugas, peran atau penggunaan peralatan yang sebelumnya dilakukan oleh
satu kelompok profesional kepada kelompok yang lain. Sedangkan transform
(perubahan) teknologi mengacu pada penggunaan teknologi medis menjadi
bagian dari teknologi keperawatan untuk meningkatkan asuhan keperawatan
yang diberikan dan hasil yang akan dicapai oleh pasien. Ventilasi mekanik yang
lebih dikenal dengat ventilator merupakan teknologi medis yang ditransfer oleh
dokter kepada perawat dan kemudian ditransform oleh keperawatan sehingga
1
menjadi bagian dari keperawatan. Perawat pemula yang pengetahuan dan
pengalaman teknologinya masih kurang akan menganggap ventilator sebagai
beban kerja tambahan, karena mereka hanya bisa melakukan monitoring dan
merekam hasil observasi pasien. Sedangkan pada perawat yang sudah
berpengalaman akan memanfaatkan dan menggunakan ventilator sebagai
bagian dari keperawatan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
kepada pasien di ruang kritis dan akan berdampak positif terhadap profesi
keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ventilator ?
2. Apa saja jenis-jenis ventilator ?
3. Apa saja mode pada ventilator ?
4. Bagaimana pelaksanaan pasien dengan ventilator ?
5. Apa saja indikasi pemasangan ventilator ?
6. Apa saja kriteria pemasangan ventilator ?
7. Bagaimana patofisologi pada pasien dengan ventilator mekanik ?
8. Bagaimana asuhan keperawataan ventilasi mekanik ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menganalisis dan mengetahui tentang ventilasi mekanik.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian ventilator
b. Untuk mengetahui jenis-jenis ventilator
c. Untuk mengetahui mode pada ventilator
d. Untuk mengetahui pelaksanaan pasien dengan ventilator
e. Untuk mengetahui indikasi pemasangan ventilator
f. Untuk mengetahui kriteria pemasangan ventilator
g. Untuk menegtahui patofisiologi pada pasien dengan ventilator mekanik
2
h. Untuk mengetahui asuhan keperawataan ventilasi mekanik.
3
BAB II
KONSEP DASAR VENTILASI
A. Pengertian
Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif
yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu
yang lama.(Brunner dan Suddarth, 1996).
Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator adalah suatu alat
bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara
memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas
buatan. Ventilasi mekanik merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan
intensif atau ICU. (Corwin, Elizabeth J, 2001)
Ventilasi mekanik (Ventilator) adalah suatu system alat bantuan hidup yang
dirancang untuk menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal.
Tujuan utama pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk
mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi
pernapasan kembali ke keadaan normal. (Bambang Setiyohadi, 2006))
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positf atau
negatif yang menghasilkan aloiran udara terkontrol pada jalan napas pasien
sehingga mampu mepertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka
waktu yang lama (Purnawan & Saryono, 2010).
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.Ventilator
mengirimkan gas ke paru-paru dengan menggunakan tekanan positif pada
tingkat tertentu. Jumlah gas yang disampaikan dapat dibatasi oleh waktu,
tekanan atau volume.Lamanya dapat berjalan oleh waktu, tekanan atau aliran.
Tujuan pemasangan ventilator adalah untuk; (1) Memberikan kekuatan mekanis
pada sistem paru untuk mempertahankan ventilasi yang fisiologis, (2)
Memanipulasi “air way pressure” dan corak ventilasi untuk memperbaiki
efisiensi ventilasi dan oksigenasi dan (3) Mengurangi kerja miokard dengan
jalan mengurangi kerja nafas.
4
B. Jenis-jenis Ventilator
1. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada
eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi
memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi
volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik
yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi
muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Penggunaan tidak
sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan
perubahan ventilasi sering.
2. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan
mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong
alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan
intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan pada
klien dengan penyakit paru primer.
Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu tekanan
bersiklus (Pressure Cycled Ventilator), waktu bersiklus (Time Cycled
Ventilator), dan volume bersiklus(Volume Cycled Ventilator).
a. Volume Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang
ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada
komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
b. Pressure Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan
tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai
tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup
dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan
komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah.
5
c. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan
waktu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas
permenit)Normal ratio => I (Inspirasi) : E (Ekspirasi ) = 1 : 2
7
5. CPAP : (Continous Positive Air Pressure)
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan
diberikan pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat. Ventilator
ini berkemampuan untuk meningkatakan FRC. Biasanya digunakan untuk
penyapihan ventilator. Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah
atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari
ventilator.
6. Sistem Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu
untuk mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan
rendah menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari
pasien), sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan
tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dll. Alarm
volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan
tidak dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.
Patway
Etiologi bronkiolitis, status
Penurunan respon pernafasan
asmatikus, pneumonia, kelainan
dan otot pernafasan
neurologis, trauma/obstruksi
jalan nafas
Permeabilitas membran
alveolar kapiler 10
↓ Gangguan endothelium
Gangguan epithelium kapiler
alveolar
↓ Cairan masuk ke
interstitial
Penumpukan cairan
(bronkiolitis
alveoli
Peningakatan tahanan
↓ jalan nafas
Oedem pulmo
Kehilangan fungsi
↓
pernafasan
Penurunan complain
paru Ketidakefektifan
Gangguan pertukaran gas
Oedem pulmo bersihan jalan nafas
↓ ↓
- Cairan surfaktan Gangguan pengembangan paru Hipoventilasi alveoli
menurun (atelaktasis), kolaps alveoli
↓
Gangguan difus & retensi CO2
↓
Hipoksia jaringan
↓
Hipoksemia dan hiperkapnea
↓
O2 dan CO2 menurun,
dyspneu, sianosis
↓
Tindakan primer: bantuan
hidup dasar
↓
Ventilasi mekanik
Resiko infeksi
Resiko cedera
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG
TERPASANG VENTILASI MEKANIK
12
A. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien yang mendapat nafas buatan dengan
ventilator adalah:
1. Biodata
Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama, alamt,
dll.
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang status
sosial ekonomi, adat kebudayaan dan keyakinan spritual pasien, sehingga
mempermudah dalam berkomunikasi dan menentukan tindakan keperawatan
yang sesuai.
2. Riwayat Kehatan
Informasi mengenai latar belakang dan riwayat penyakit yang sekarang
dapat diperoleh melalui oranglain (keluarga, tim medis lain) karena kondisi
pasien yang dapat bentuan ventilator tidak mungkin untuk memberikan data
secara detail. Pengkajian ini ditujukan untuk mengetahui kemungkinan
penyebab atau faktor pencetus terjadinya gagal nafas/dipasangnya ventilator.
3. Keluhan Utama
Untuk mengkaji keluhan pasien dalam keadaan sadar baik, bisa dilakukan
dengan cara pasien diberi alat tulis untuk menyampaikan keluhannya.
Keluhan pasien yang perlu dikaji adalah rasa sesak nafas, nafas terasa berat,
kelelahan dan ketidaknyamanan.
4. Pemeriksaan Fisik
a. B 1 :Breathing (Pernafasan/Respirasi)
1) Pola napas : Dinilai kecepatan, irama, dan kualitas.
2) Bunyi napas: Bunyi napas normal; vesikuler, broncho vesikuler.
Penurunan atau hilangnya bunyi napas dapat menunjukan adanya
atelektasis, pnemotorak atau fibrosis pada pleura.Rales (merupakan
tanda awal adanya CHF. emphysema) merupakan bunyi yang
dihasilkan oleh aliran udara yang melalui sekresi di dalam
trakeobronkial dan alveoli.
13
Ronchi (dapat terjadi akibat penurunan diameter saluran napas dan
peningkatan usaha napas)
3) Bentuk dada : Perubahan diameter anterior - posterior (AP)
menunjukan adanya Chronic Obstructive Pulmonary Diseases
(COPD)
4) Ekspansi dada : Dinilai penuh / tidak penuh, dan
kesimetrisannya.
Ketidaksimetrisan mungkin menunjukan adanya atelektasis, lesi pada
paru, obstruksi pada bronkus, fraktur tulang iga, pnemotoraks, atau
penempatan endotrakeal dan tube trakeostomi yang kurang tepat.
Pada observasi ekspansi dada juga perlu dinilai : Retraksi dari otot-otot
interkostal, substrernal, pernapasan abdomen, dan respirasi paradoks
(retraksi abdomen saat inspirasi). Pola napas ini dapat terjadi jika otot-
otot interkostal tidak mampu menggerakan dinding dada.
5) Sputum : Sputum yang keluar harus dinilai warnanya, jumlah
dan konsistensinya. Mukoid sputum biasa terjadi pada bronkitis
kronik dan astma bronkiale; sputum yang purulen (kuning hijau)
biasa terjadi pada pnemonia, brokhiektasis, brokhitis akut;
sputum yang mengandung darah dapat menunjukan adanya
edema paru, TBC, dan kanker paru.
6) Selang oksigen: Endotrakeal tube, Nasopharingeal tube,
diperhatikan panjangnya tube yang berada di luar.
7) Parameter pada ventilator
Volume Tidal
Normal : 10 - 15 cc/kg BB.
Perubahan pada uduma fidal menunjukan adanya perubahan status
ventilasi penurunan volume tidal secara mendadak menunjukan adanya
penurunan ventilasi alveolar, yang akan meningkat PCO2. Sedangkan
peningkatan volume tidal secara mendadak menunjukan adanya
peningkatan ventilasi alveolar yang akan menurunkan PCO2.
Kapasitas Vital : Normal 50 - 60 cc / kg BB
14
Minute Ventilasi
Forced expiratory volume
Peak inspiratory pressure.
b. B 2 : Bleeding : Kardiovaskuler
1) Irama jantung : Frekuensi .........x/m, reguler atau irregular
2) Distensi Vena Jugularis
3) Tekanan Darah : Hipotensi dapat terjadi akibat dari
penggunaan ventilator
1) Bunyi jantung : Dihasilkan oleh aktivitas katup jantung
a) S1 : Terdengar saat kontraksi jantung / sistol ventrikel. Terjadi akibat
penutupan katup mitral dan trikuspid.
b) S2 : Terdengar saat akhir kotraksi ventrikel. Terjadi akibat
penutupan katup pulmonal dan katup aorta.
c) S3 : Dikenal dengan ventrikuler gallop, manandakan adanya dilatasi
ventrikel.
d) Murmur : terdengar akibat adanya arus turbulansi darah. Biasanya
terdengar pada pasien gangguan katup atau CHF.
4) Pengisian kapiler : normal kurang dari 3 detik
5) Nadi perifer : ada / tidak dan kualitasnya harus diperiksa.
Aritmia dapat terjadi akibat adanya hipoksia miokardial.
6) PMI (Point of Maximal Impuls): Diameter normal 2 cm,
pada interkostal ke lima kiri pada garis midklavikula.
Pergeseran lokasi menunjukan adanya pembesaran ventrikel
pasien hipoksemia kronis.
7) Edema : Dikaji lokasi dan derajatnya.
c. B 3 : Brain : Persyarafan/Neurologik
1) Tingkat kesadaran
Penurunan tingkat kesadaran pada pasien dengan Ventilator
dapat terjadi akibat penurunan PCO2 yang menyebabkan
vasokontriksi cerebral. Akibatnya akan menurunkan sirkulasi
cerebral.
15
2) Orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu
3) Sensorik- motorik pada ekstremitas.
4) Refleks pupil :
Dilatasi pupil dapat disebabkan oleh : stress/takut, cedera
neurologis penggunaan atropta, adrenalin, dan kokain. Dilatasi
pupil pada pasien yang menggunakan Ventilator dapat terjadi
akibat hipoksia cerebral. Kontraksi pupil dapat disebabkan oleh
kerusakan batang otak, penggunaan narkotik, heroin.
d. B 4 : Bladder Perkemihan – Eliminasi Uri/Genitourinaria
1) Kateter urin
2) Urine : warna, jumlah, dan karakteristik urine, termasuk berat jenis
urine.Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat
terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal.
e. B 5 : Bowel : Pencernaan – Eliminasi Alvi/Gastrointestinal
1) Rongga mulut
Penilaian pada mulut adalah ada tidaknya lesi pada mulut atau
perubahan pada lidah dapat menunjukan adanya dehidarsi.
2) Bising usus
Ada atau tidaknya dan kualitas bising usus harus dikaji sebelum
melakukan palpasi abdomen. Bising usus dapat terjadi pada paralitik
ileus dan peritonitis. Lakukan observasi bising usus selama 2 menit.
Penurunan motilitas usus dapat terjadi akibat tertelannya udara yang
berasal dari sekitar selang endotrakeal dan nasotrakeal.
3) Distensi abdomen
Dapat disebabkan oleh penumpukan cairan. Asites dapat diketahui
dengan memeriksa adanya gelombang air pada abdomen. Distensi
abdomen dapat juga terjadi akibat perdarahan yang disebabkan
karena penggunaan IPPV. Penyebab lain perdarahan saluran cerna
pada pasien dengan Ventilator adalah stres, hipersekresi gaster,
penggunaan steroid yang berlebihan, kurangnya terapi antasid, dan
kurangnya pemasukan makanan.
16
4) Nyeri
Dapat menunjukan adanya perdarahan gastriintestinal
Pengeluaran dari NGT : jumlah dan warnanya
Mual dan muntah.
f. B 6 : Bone : Tulang – Otot - Integumen
1) Warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgor kulit.
Adanya perubahan warna kulit; warna kebiruan menunjukan adanya
sianosis (ujung kuku, ekstremitas, telinga, hidung, bibir dan membran
mukosa). Pucat pada wajah dan membran mukosa dapat berhubungan
dengan rendahnya kadar haemoglobin atau shok. Pucat, sianosis pada
pasien yang menggunakan ventilator dapat terjadi akibat adanya
hipoksemia. Jaundice (warna kuning) pada pasien yang
menggunakan Ventilator dapat terjadi akibatpenurunan aliran darah
portal akibat dari penggunaan FRC dalam jangka waktu lama.Pada
pasien dengan kulit gelap, perubahan warna tersebut tidak begitu
jelas terlihat,. Warna kemerahan pada kulit dapat menunjukan adanya
demam, infeksi. Pada pasien yang menggunkan ventilator, infeksi
dapat terjadi akibat gangguan pembersihan jalan napas dan suktion
yang tidak steril.
2) Integritas kulit
Perlu dikaji adanya lesi, dan dekubitus
5. Psikososial
a. Tingkat kecemasan:
Kecemasan pada pasien dengan menggunakan Ventilator dapat terjadi
akibat tindakan intubasi, penggunaan Ventilator dan kebisingan yang
dihasilkan oleh alat-alat disekitar pasien.
17
b. Pola komunikasi (hambatan dalam komunikasi): gangguan komunikasi
pada pasien yang menggunakan Ventilator dapat terjadi akibat tindakan
intubasi.
6. Spiritual
Kebutuhan dalam melakukan ibadah atau dukungan keluarga dalam doa
kepada Tuhan YME sangat dibutuhkan selama sakit / pemasangan ventilator
dengan tujuan mengurangi kecemasan atau rasa takut yang berlebihan.
7. Pemeriksaan Diagnostik.
a. Analisa Gas darah
Analisa gas darah (Blood Gas Analysis / Astrup) adalah salah satu test
diagnostik untuk menentukan status respirasi. Status respirasi yang dapat
digambarkan melalui pemeriksaan Blood Gas Analysis ini adalah status
oksigenisasi dan status asam basa.
Komponen yang terdapat dalam pemeriksaan Blood Gas Analysis adalah
pH, PCO2, PO2, saturasi O2, BB (Buffer Base), BE (Base Excess)
Komposisi yang terdapat dalam pemeriksaan Blood Gas Analysis / Astrup
dan nilai normalnya.
19
- Hilangnya/hiperaktifnya
bising usus
4. DS : - Pemasangan selang ET Potensial
DO : dengan kondisi lemah terjadinya infeksi
- Terpasang selang ET
C.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering terjadi pada pasien yang mendapat bantuan
nafas mekanik/dipasang ventilator diantaranya adalah:
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan perfungsi ventilasi
sekunder terhadap (sesuai proses penyakit dasar)
2. Ansietas b.d faktor takut tidak dapat bicara dan takut terhadap aspek
ventilasi mekanis (uraikan )
3. Kerusakan komunikasi verbal b.d faktor : pemasangan udara buatan
untuk ventilasi mekanik
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu
mengonsumsi makanan peroral,sekunder terhadap terpasangnya jalan
napas buatan dan penurunan tingkat kesadaran.
5. Resiko tinggi infeksi b.d faktor : pengisapan lendir dijalan napas dan
adanya jalan naps buatan
6. Resiko tinggi penurunan curan jantung b.d faktor : penggunaan TEAP
dengan ventilasi mekanis
7. Resiko tinggi terjadinya trauma atau cedera sehubungan dengan ventilasi
mekanis, selang endotracheal, ansietas, stress
D. Perencanaan
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan perfungsi ventilasi
sekunder terhadap (sesuai proses penyakit dasar)
No Intervensi Rasional
1 Bantu terapis pernapasan , Ventilasi mekanis
dipertimbangkan sebagai
20
perawat anastesi atau dokter dalam tindakan yang mendesak.
pemasangan selang endotrakeal Penjelasan yang singkat dan
(endotreakeal ET) dan penempatan pada jelas selama prosedur
ventilator mekanis : menolong mengurangi
Kumpulkan peralatan setiap ansietas. Pasien harus
prosedur sesuai dengan ketentuan. mempunyai jalan napas
Beritahukan terapis pernapasan buatan sperti selang ET atau
tentang kebutuhan pemasangan trakeostomi untuk dihungkan
ventilasi mekanik. dengan ventilator. Perwawat,
Apabila memungkinkan sebelum dokter dan trapis pernapasan
pelaksaan prosedur jelaskan bekerja sebagai tim untuk
kepada pasien dan keluarganya : menjamin pasien mendapat
a. Tujuan intubasi ventilasi yang optimal. Foto
b. Sementara tidak thoraks untuk konfirmasi
dapat bicara selama selang letak selang yang benar.
endotrakeal terpasang.
c. Cara komunikasi
Letakan pasien dalam posisi
terlentang .
Periksa peralatan penghisapan agar
siap befungsi dengan baik
.pengisapan dilakukan selama
selang ET terpasang.
Berikan sedasi sesuai resep dokter
bila pasien berontak .
Segera setelah selang ET terpasang
auskultasi pernapasan bilateral.
Ventilasi pasien dengan kantung
AMBU hingga ventilator siap.
21
Dapatkan foto toraks sesuai dengan
intruksi.
22
Volume tidal bila pasien mulai
bernapas spontan.
2. Ansietas b.d faktor takut tidak dapat bicara dan takut terhadap aspek
ventilasi mekanis (uraikan ).
No Intervensi Rasional
1 Berikan obat analgesik, sedatif atau agen Untuk mencegah pasien dari
paralisis prn jika kesadaran pasien menjadi menolak ventilator .
gelisah dan terus menerus mengaktipkan
alaram tekanan tinggi pada ventilator
23
2 Konsul ke dokter jika obat-obat yang Hal tersebut merupakan tanda
dianjurkan tidak efektif dalam mengontrol perlunya pengkajian lebih
kegelisahan pasien. lanjut seperti GDA untuk
menentukan apakah
keseimbangan asam basa
terganggu.
3 Jelaskan seluruh prosedur dengan tenang Mengetahui apa yang
dan percaya diri. Yakinkan psien bahwa tim diharapkan dapat mengurangi
kesehatan yang kompeten selalu di ansietas. pasien akanmerasa
dekatnya .ingatkan pasien bahwa dengan nyaman dan terjamin dalam
terpasangnya jalan napas buatan untuk pengawasan tim kesehaan
sementara pasien tidak dapat bicara. yang kompeten dan penuh
Berikan kertas dan pensil untuk menulis percaya diri .
atau magic slate disamping pasien.
4 Pasang alat restrein dan jelaskan alasannya Untuk mencegah jalannya
, ikuti ketentuan prosedur dalam napas buatan berubah
menggunakan restrein. posisinya.
5 Jika belum diinformasikan jelaskan kepada Untuk menurunkan ansietas
keluarga dan keluarga terdekat apa yang di dan membangun sistem
harapkan sebelum mengunjungi pasien di pendukung yang kuat
UPI. Anjurkan kepada mereka agar terhadap pasien .
memberikan dorongan spiritual, kepada
pasien selama kunjungan tersebut.
24
7 Berikan lingkungan yang tenang bebas dari Istirahat yang tidak adekuat
gangguan-gangguan selam pengkajian dan dapat merupakan sumber
perawatan. kegelisahan dan peka.
25
Penimbangan berat badan menentukan gejala dehidrasi dan
menimal 2 kali dalam mal nutrisi.
seminggu
Pemeriksaan abdomen tiap 8
jam ( bunyi usus, ukuran, nyeri
tekan )
5. Resiko tinggi infeksi b.d faktor : pengisapan lendir dijalan napas dan adanya
jalan naps buatan.
No Intervensi Rasional
1 Pantau : Untuk mengidentifikasi adanya
Hasil pemeriksaan JDL , kemajuan-kemajuan atau
terutama SDP. penyimpangan hasil pasien.
Suhu tiap jam
26
Sekret trakeal terhadap
perubahan dalam warna ,
konsistensi, bau dan
jumlahnya.
27
1 Monitor ventilator terhadap Peningkatan secara tajam dapat
peningkatan secara tajam. menimbulkan trauma jalan napas
(barutrauma)
28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang
dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang
lama (Brunner and Suddarth, 2001).
Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan
berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum adalah
ventilator tekanan-negatif dan tekanan-positif.Sampai sekarang kategori yang
paling umum digunakan adalah ventilator tekanan-positif.
Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO2), peningkatan
kadar karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persisten (penurunan pH),
maka ventilasi mekanis kemungkinan diperlukan. Kondisi seperti pascaoperatif
bedah toraks atau abdomen, takar lajak obat, penyakit neuromuskular, cedera
inhalasi, PPOM, trauma multipel, syok, kegagalan multisistem, dan koma
semuanya dapat mengarah pada gagal nafas dan perlunya ventilasi mekanis
B. Saran
Perawat yang bekerja di ruang kritis hendaknya adalah perawat yang
berpengalaman atau perawat yang mau belajar untuk meningkatkan
pengetahuannya mengenai teknologi di ruang kritis terkait penggunaan mesin-
mesin penunjang kehidupan yang digunakan oleh pasien-pasiennya.
Perawat diharapkan harus mampu untuk menganalisa manfaat transfer dan
transform teknologi dari teknologi medis menjadi teknologi keperawatan, tidak
hanya di area keperawatan kritis tapi juga di area-area keperawatan lainnya. Hal
ini sebenarnya akan meningkatkan kualitas praktek dan profesi keperawatan.
29
Namun sayangnya masih ada perawat yang beranggapan bahwa teknologi di
suatu area keperawatan merupakan suatu tambahan pekerjaan bagi perawat.
DAFTAR PUSTAKA
30