Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ventilasi mekanik merupakan terapi defenitif pada klien kritis yang
mengalami hipoksemia dan hiperkapnia. Memberikan asuhan keperawatan
pada klien dengan ventilasi mekanik dilakukan antara lain pada unit perawatan
kritis, medical bedah umum, bahkan dirumah.
Perkembangan teknologi semakin lama semakin pesat dan menyentuh hampir
semua bidang kehidupan manusia. Pada akhirnya setiap individu harus
mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan teknologi, agar
dapat beradaptasi terhadap perkembangan tersebut. Hal ini juga berlaku untuk
profesi keperawatan, khususnya area keperawatan kritis di ruang perawatan
intensif (intensif care unit/ICU).
Di ruang perawatan kritis, pasien yang dirawat disana adalah pasien-pasien
yang memerlukan mesin-mesin yang dapat menyokong kelangsungan hidup
mereka, diantaranya mesin ventilator, monitoring, infus pump, syringe pump,
dll. Dengan adanya keadaan tersebut maka tenaga kesehatan terutama perawat
yang ada di ruang perawatan kritis, seharusnya menguasai dan mampu
menggunakan teknologi yang sesuai dengan mesin-mesin tersebut, karena
perawat yang akan selalu ada di sisi pasien selama 24 jam.
Pemanfaatan teknologi di area perawatan kritis terjadi dengan dua proses
yaitu transfer dan transform teknologi dari teknologi medis menjadi teknologi
keperawatan. Tranfer teknologi adalah pengalihan teknologi yang mengacu
pada tugas, peran atau penggunaan peralatan yang sebelumnya dilakukan oleh
satu kelompok profesional kepada kelompok yang lain. Sedangkan transform
(perubahan) teknologi mengacu pada penggunaan teknologi medis menjadi
bagian dari teknologi keperawatan untuk meningkatkan asuhan keperawatan
yang diberikan dan hasil yang akan dicapai oleh pasien. Ventilasi mekanik yang
lebih dikenal dengat ventilator merupakan teknologi medis yang ditransfer oleh
dokter kepada perawat dan kemudian ditransform oleh keperawatan sehingga
1
menjadi bagian dari keperawatan. Perawat pemula yang pengetahuan dan
pengalaman teknologinya masih kurang akan menganggap ventilator sebagai
beban kerja tambahan, karena mereka hanya bisa melakukan monitoring dan
merekam hasil observasi pasien. Sedangkan pada perawat yang sudah
berpengalaman akan memanfaatkan dan menggunakan ventilator sebagai
bagian dari keperawatan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
kepada pasien di ruang kritis dan akan berdampak positif terhadap profesi
keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ventilator ?
2. Apa saja jenis-jenis ventilator ?
3. Apa saja mode pada ventilator ?
4. Bagaimana pelaksanaan pasien dengan ventilator ?
5. Apa saja indikasi pemasangan ventilator ?
6. Apa saja kriteria pemasangan ventilator ?
7. Bagaimana patofisologi pada pasien dengan ventilator mekanik ?
8. Bagaimana asuhan keperawataan ventilasi mekanik ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menganalisis dan mengetahui tentang ventilasi mekanik.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian ventilator
b. Untuk mengetahui jenis-jenis ventilator
c. Untuk mengetahui mode pada ventilator
d. Untuk mengetahui pelaksanaan pasien dengan ventilator
e. Untuk mengetahui indikasi pemasangan ventilator
f. Untuk mengetahui kriteria pemasangan ventilator
g. Untuk menegtahui patofisiologi pada pasien dengan ventilator mekanik
2
h. Untuk mengetahui asuhan keperawataan ventilasi mekanik.

3
BAB II
KONSEP DASAR VENTILASI

A. Pengertian
Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif
yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu
yang lama.(Brunner dan Suddarth, 1996).
Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator adalah suatu alat
bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara
memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas
buatan. Ventilasi mekanik merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan
intensif atau ICU. (Corwin, Elizabeth J, 2001)
Ventilasi mekanik (Ventilator) adalah suatu system alat bantuan hidup yang
dirancang untuk menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal.
Tujuan utama pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk
mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi
pernapasan kembali ke keadaan normal. (Bambang Setiyohadi, 2006))
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positf atau
negatif yang menghasilkan aloiran udara terkontrol pada jalan napas pasien
sehingga mampu mepertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka
waktu yang lama (Purnawan & Saryono, 2010).
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.Ventilator
mengirimkan gas ke paru-paru dengan menggunakan tekanan positif pada
tingkat tertentu. Jumlah gas yang disampaikan dapat dibatasi oleh waktu,
tekanan atau volume.Lamanya dapat berjalan oleh waktu, tekanan atau aliran.
Tujuan pemasangan ventilator adalah untuk; (1) Memberikan kekuatan mekanis
pada sistem paru untuk mempertahankan ventilasi yang fisiologis, (2)
Memanipulasi “air way pressure” dan corak ventilasi untuk memperbaiki
efisiensi ventilasi dan oksigenasi dan (3) Mengurangi kerja miokard dengan
jalan mengurangi kerja nafas.
4
B. Jenis-jenis Ventilator
1. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada
eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi
memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi
volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik
yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi
muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Penggunaan tidak
sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan
perubahan ventilasi sering.
2. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan
mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong
alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan
intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan pada
klien dengan penyakit paru primer.
Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu tekanan
bersiklus (Pressure Cycled Ventilator), waktu bersiklus (Time Cycled
Ventilator), dan volume bersiklus(Volume Cycled Ventilator).
a. Volume Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang
ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada
komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
b. Pressure Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan
tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai
tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup
dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan
komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah.
5
c. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan
waktu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas
permenit)Normal ratio => I (Inspirasi) : E (Ekspirasi ) = 1 : 2

C. Mode pada ventilaator


1. Mode Control
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan
pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek,
lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol
pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang
telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk
mengawali inspirasi.
Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan
ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri, bisa terjadi
fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam paru
meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi pneumothorax.
Contoh mode control adalah:
a. CR (Controlled Respiration / Controlled Ventilation),
b. CMV (Controlled Mandatory Ventilation),
c. IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation).

2. PEEP (Positive End-Expiratory pressure)


Mode yang digunakan dengan menahan tekanan akhir ekspirasi
positif dengan tujuan untuk mencegah Atelektasis. Sewaktu akhir
expiratory, airway pressure tidak kembali ke titik nol. Dengan terbukanya
jalan nafas oleh karena tekanan yang tinggi, atelektasis akan dapat dihindari.
PEEP biasanya digunakan bersamaan dengan mode lain seperti SIMV,
ACV atau PS. Indikasi pada klien yang menederita ARDS dan gagal jantung
6
kongestif yang massif dan pneumonia difus. Efek samping dapat
menyebabkan venous return menurun, barotrauma dan penurunan curah
jantung.

3. Mode IMV (Intermitten Mandatory Ventilation) dan SIMV (Sincronized


Intermitten Mandatory Ventilation).
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling
dengan nafas pasien itu sendiri. Model ini digunakan pada pernafasan
asinkron dalam penggunaan model kontrol, klien dengan hiperventilasi.
Klien yang bernafas spontan dilengkapi dengan mesin dan sewaktu-waktu
diambil alih oleh ventilador. Pada mode IMV pernafasan mandatory
diberikan pada frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien
pada saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan
segala akibatnya.
Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya
disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron
dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah
bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga masih memerlukan
bantuan. SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara
rendah, otot tidak begitu lelah dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas
melalui nafas spontan biasanya tergantung pada aktivasi klien. Indikasi pada
pernafasan spontan tapi tidal volume dan/atau frekuensi nafas kurang
adekuat.

4. Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport)


Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau
pasien yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena
nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk
bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka udara
pernafasan tidak diberikan.

7
5. CPAP : (Continous Positive Air Pressure)
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan
diberikan pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat. Ventilator
ini berkemampuan untuk meningkatakan FRC. Biasanya digunakan untuk
penyapihan ventilator. Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah
atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari
ventilator.
6. Sistem Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu
untuk mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan
rendah menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari
pasien), sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan
tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dll. Alarm
volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan
tidak dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.

D. Penatalaksanaan Pasien Dengan Ventilator


Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada
ventilator untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar.
Sedangkan pengesetan awal adalah sebagai berikut:
1. Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%
2. Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB
3. Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit
4. Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik
5. PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir
ekspirasi: 0-5 Cm, inidiberikan pada pasien yang mengalami oedema
paru dan untuk mencegah atelektasis.
Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan
perubahan pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditujunkan
oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas).
8
E. Indikasi Pemasangan Ventilator
1. Pasien dengan gagal nafas
Pasien dengan distres pernafasan gagal nafas, henti nafas (apnu)
maupun hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen
merupakan indikasi ventilasi mekanik. Idealnya pasien telah mendapat
intubasi dan pemasangan ventilasi mekanik sebelum terjadi gagal nafas
yang sebenarnya. Distres pernafasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi
dan atau oksigenasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan paru (seperti pada
pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernafasan dada (kegagalan
memompa udara karena distrofi otot).
2. Insufisiensi jantung
Tidak semua pasien dengan ventilasi mekanik memiliki kelainan
pernafasan primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF,
peningkatan kebutuhan aliran darah pada sistem pernafasan (sebagai akibat
peningkatan kerja nafas dan konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan
jantung kolaps. Pemberian ventilasi mekanik untuk mengurangi beban kerja
sistem pernafasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang.
3. Disfungsi neurologist
Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko mengalami apnu
berulang juga mendapatkan ventilasi mekanik. Selain itu ventilasi mekanik
juga berfungsi untuk menjaga jalan nafas pasien serta memungkinkan
pemberian hiperventilasi pada klien dengan peningkatan tekanan intra
cranial.
4. Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan
sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal
napas selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani
dengan keberadaan ventilasi mekanik.

F. Kriteria Pemasangan Ventilasi Mekanik


9
Menurut Pontopidan (2003), seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi
mekanik (ventilator) bila :
1. Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit
2. Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
3. PaCO2 lebih dari 60 mmHg
4. AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
5. Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.

Patway
Etiologi bronkiolitis, status
Penurunan respon pernafasan
asmatikus, pneumonia, kelainan
dan otot pernafasan
neurologis, trauma/obstruksi
jalan nafas
Permeabilitas membran
alveolar kapiler 10
↓ Gangguan endothelium
Gangguan epithelium kapiler
alveolar

↓ Cairan masuk ke
interstitial
Penumpukan cairan
(bronkiolitis
alveoli
Peningakatan tahanan
↓ jalan nafas
Oedem pulmo
Kehilangan fungsi

pernafasan
Penurunan complain
paru Ketidakefektifan
Gangguan pertukaran gas
Oedem pulmo bersihan jalan nafas
↓ ↓
- Cairan surfaktan Gangguan pengembangan paru Hipoventilasi alveoli
menurun (atelaktasis), kolaps alveoli


Gangguan difus & retensi CO2


Hipoksia jaringan

Hipoksemia dan hiperkapnea


O2 dan CO2 menurun,
dyspneu, sianosis


Tindakan primer: bantuan
hidup dasar


Ventilasi mekanik

Resiko infeksi
Resiko cedera
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG
TERPASANG VENTILASI MEKANIK

12
A. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien yang mendapat nafas buatan dengan
ventilator adalah:
1. Biodata
Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama, alamt,
dll.
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang status
sosial ekonomi, adat kebudayaan dan keyakinan spritual pasien, sehingga
mempermudah dalam berkomunikasi dan menentukan tindakan keperawatan
yang sesuai.
2. Riwayat Kehatan
Informasi mengenai latar belakang dan riwayat penyakit yang sekarang
dapat diperoleh melalui oranglain (keluarga, tim medis lain) karena kondisi
pasien yang dapat bentuan ventilator tidak mungkin untuk memberikan data
secara detail. Pengkajian ini ditujukan untuk mengetahui kemungkinan
penyebab atau faktor pencetus terjadinya gagal nafas/dipasangnya ventilator.
3. Keluhan Utama
Untuk mengkaji keluhan pasien dalam keadaan sadar baik, bisa dilakukan
dengan cara pasien diberi alat tulis untuk menyampaikan keluhannya.
Keluhan pasien yang perlu dikaji adalah rasa sesak nafas, nafas terasa berat,
kelelahan dan ketidaknyamanan.
4. Pemeriksaan Fisik
a. B 1 :Breathing (Pernafasan/Respirasi)
1) Pola napas : Dinilai kecepatan, irama, dan kualitas.
2) Bunyi napas: Bunyi napas normal; vesikuler, broncho vesikuler.
Penurunan atau hilangnya bunyi napas dapat menunjukan adanya
atelektasis, pnemotorak atau fibrosis pada pleura.Rales (merupakan
tanda awal adanya CHF. emphysema) merupakan bunyi yang
dihasilkan oleh aliran udara yang melalui sekresi di dalam
trakeobronkial dan alveoli.

13
Ronchi (dapat terjadi akibat penurunan diameter saluran napas dan
peningkatan usaha napas)
3) Bentuk dada : Perubahan diameter anterior - posterior (AP)
menunjukan adanya Chronic Obstructive Pulmonary Diseases
(COPD)
4) Ekspansi dada : Dinilai penuh / tidak penuh, dan
kesimetrisannya.
Ketidaksimetrisan mungkin menunjukan adanya atelektasis, lesi pada
paru, obstruksi pada bronkus, fraktur tulang iga, pnemotoraks, atau
penempatan endotrakeal dan tube trakeostomi yang kurang tepat.
Pada observasi ekspansi dada juga perlu dinilai : Retraksi dari otot-otot
interkostal, substrernal, pernapasan abdomen, dan respirasi paradoks
(retraksi abdomen saat inspirasi). Pola napas ini dapat terjadi jika otot-
otot interkostal tidak mampu menggerakan dinding dada.
5) Sputum : Sputum yang keluar harus dinilai warnanya, jumlah
dan konsistensinya. Mukoid sputum biasa terjadi pada bronkitis
kronik dan astma bronkiale; sputum yang purulen (kuning hijau)
biasa terjadi pada pnemonia, brokhiektasis, brokhitis akut;
sputum yang mengandung darah dapat menunjukan adanya
edema paru, TBC, dan kanker paru.
6) Selang oksigen: Endotrakeal tube, Nasopharingeal tube,
diperhatikan panjangnya tube yang berada di luar.
7) Parameter pada ventilator
Volume Tidal
Normal : 10 - 15 cc/kg BB.
Perubahan pada uduma fidal menunjukan adanya perubahan status
ventilasi penurunan volume tidal secara mendadak menunjukan adanya
penurunan ventilasi alveolar, yang akan meningkat PCO2. Sedangkan
peningkatan volume tidal secara mendadak menunjukan adanya
peningkatan ventilasi alveolar yang akan menurunkan PCO2.
Kapasitas Vital : Normal 50 - 60 cc / kg BB
14
Minute Ventilasi
Forced expiratory volume
Peak inspiratory pressure.
b. B 2 : Bleeding : Kardiovaskuler
1) Irama jantung : Frekuensi .........x/m, reguler atau irregular
2) Distensi Vena Jugularis
3) Tekanan Darah : Hipotensi dapat terjadi akibat dari
penggunaan ventilator
1) Bunyi jantung : Dihasilkan oleh aktivitas katup jantung
a) S1 : Terdengar saat kontraksi jantung / sistol ventrikel. Terjadi akibat
penutupan katup mitral dan trikuspid.
b) S2 : Terdengar saat akhir kotraksi ventrikel. Terjadi akibat
penutupan katup pulmonal dan katup aorta.
c) S3 : Dikenal dengan ventrikuler gallop, manandakan adanya dilatasi
ventrikel.
d) Murmur : terdengar akibat adanya arus turbulansi darah. Biasanya
terdengar pada pasien gangguan katup atau CHF.
4) Pengisian kapiler : normal kurang dari 3 detik
5) Nadi perifer : ada / tidak dan kualitasnya harus diperiksa.
Aritmia dapat terjadi akibat adanya hipoksia miokardial.
6) PMI (Point of Maximal Impuls): Diameter normal 2 cm,
pada interkostal ke lima kiri pada garis midklavikula.
Pergeseran lokasi menunjukan adanya pembesaran ventrikel
pasien hipoksemia kronis.
7) Edema : Dikaji lokasi dan derajatnya.
c. B 3 : Brain : Persyarafan/Neurologik
1) Tingkat kesadaran
Penurunan tingkat kesadaran pada pasien dengan Ventilator
dapat terjadi akibat penurunan PCO2 yang menyebabkan
vasokontriksi cerebral. Akibatnya akan menurunkan sirkulasi
cerebral.
15
2) Orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu
3) Sensorik- motorik pada ekstremitas.
4) Refleks pupil :
Dilatasi pupil dapat disebabkan oleh : stress/takut, cedera
neurologis penggunaan atropta, adrenalin, dan kokain. Dilatasi
pupil pada pasien yang menggunakan Ventilator dapat terjadi
akibat hipoksia cerebral. Kontraksi pupil dapat disebabkan oleh
kerusakan batang otak, penggunaan narkotik, heroin.
d. B 4 : Bladder Perkemihan – Eliminasi Uri/Genitourinaria
1) Kateter urin
2) Urine : warna, jumlah, dan karakteristik urine, termasuk berat jenis
urine.Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat
terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal.
e. B 5 : Bowel : Pencernaan – Eliminasi Alvi/Gastrointestinal
1) Rongga mulut
Penilaian pada mulut adalah ada tidaknya lesi pada mulut atau
perubahan pada lidah dapat menunjukan adanya dehidarsi.
2) Bising usus
Ada atau tidaknya dan kualitas bising usus harus dikaji sebelum
melakukan palpasi abdomen. Bising usus dapat terjadi pada paralitik
ileus dan peritonitis. Lakukan observasi bising usus selama  2 menit.
Penurunan motilitas usus dapat terjadi akibat tertelannya udara yang
berasal dari sekitar selang endotrakeal dan nasotrakeal.
3) Distensi abdomen
Dapat disebabkan oleh penumpukan cairan. Asites dapat diketahui
dengan memeriksa adanya gelombang air pada abdomen. Distensi
abdomen dapat juga terjadi akibat perdarahan yang disebabkan
karena penggunaan IPPV. Penyebab lain perdarahan saluran cerna
pada pasien dengan Ventilator adalah stres, hipersekresi gaster,
penggunaan steroid yang berlebihan, kurangnya terapi antasid, dan
kurangnya pemasukan makanan.
16
4) Nyeri
Dapat menunjukan adanya perdarahan gastriintestinal
Pengeluaran dari NGT : jumlah dan warnanya
Mual dan muntah.
f. B 6 : Bone : Tulang – Otot - Integumen
1) Warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgor kulit.
Adanya perubahan warna kulit; warna kebiruan menunjukan adanya
sianosis (ujung kuku, ekstremitas, telinga, hidung, bibir dan membran
mukosa). Pucat pada wajah dan membran mukosa dapat berhubungan
dengan rendahnya kadar haemoglobin atau shok. Pucat, sianosis pada
pasien yang menggunakan ventilator dapat terjadi akibat adanya
hipoksemia. Jaundice (warna kuning) pada pasien yang
menggunakan Ventilator dapat terjadi akibatpenurunan aliran darah
portal akibat dari penggunaan FRC dalam jangka waktu lama.Pada
pasien dengan kulit gelap, perubahan warna tersebut tidak begitu
jelas terlihat,. Warna kemerahan pada kulit dapat menunjukan adanya
demam, infeksi. Pada pasien yang menggunkan ventilator, infeksi
dapat terjadi akibat gangguan pembersihan jalan napas dan suktion
yang tidak steril.
2) Integritas kulit
Perlu dikaji adanya lesi, dan dekubitus

5. Psikososial
a. Tingkat kecemasan:
Kecemasan pada pasien dengan menggunakan Ventilator dapat terjadi
akibat tindakan intubasi, penggunaan Ventilator dan kebisingan yang
dihasilkan oleh alat-alat disekitar pasien.

17
b. Pola komunikasi (hambatan dalam komunikasi): gangguan komunikasi
pada pasien yang menggunakan Ventilator dapat terjadi akibat tindakan
intubasi.
6. Spiritual
Kebutuhan dalam melakukan ibadah atau dukungan keluarga dalam doa
kepada Tuhan YME sangat dibutuhkan selama sakit / pemasangan ventilator
dengan tujuan mengurangi kecemasan atau rasa takut yang berlebihan.
7. Pemeriksaan Diagnostik.
a. Analisa Gas darah
Analisa gas darah (Blood Gas Analysis / Astrup) adalah salah satu test
diagnostik untuk menentukan status respirasi. Status respirasi yang dapat
digambarkan melalui pemeriksaan Blood Gas Analysis ini adalah status
oksigenisasi dan status asam basa.
Komponen yang terdapat dalam pemeriksaan Blood Gas Analysis adalah
pH, PCO2, PO2, saturasi O2, BB (Buffer Base), BE (Base Excess)
Komposisi yang terdapat dalam pemeriksaan Blood Gas Analysis / Astrup
dan nilai normalnya.

KOMPOSISI NILAI NORMAL


pH 7,40 (7,35 - 7,45)
P O2 80 - 100
Saturasi O2 95 %
P CO2 35 - 45
HCO3 22 - 26 m Eq / L
Base Excess (BE) -2 + 2

Tekanan pada atrium kanan biasanya berkisar antara 0 -4 cm H2O; sedangkan


tekanan pada vena cava berkisar antara 4 - 11 cm H2O.
CVP yang rendah dapat menunjukan adanya :
b. Penurunan volume darah
c. Gagal jantung
18
Pada pasien yang memiliki fungsi paru dan jantung yang normal, perubahan
CVP dapat menjadi petunjuk tentang volume darah. Pembacaan kurang dari
4 biasanya menunjukan adanya hipovolemik, sedangkan pembacaan lebih
dari 11 menunjukan adanya overhidrasi (kelebihan cairan) atau gagal jantung.
Kesalahan pembacaan CVP dapat terjadi jika ada trombosis vena, perubahan
tekanan intra thorak dan peningkatan tekanan abdomen. “ Positif Pressure
Breathing” dapat meningkatkan CVP sebesar 2 cm H2O.
B. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : - Sumbatan jalan nafas dan Ketidakefektifan
DO: kurangnya ventilasi bersihan jalan
- Perubahan kecepatan atau sekunder terhadap retensi nafas
kedalaman pernapasan lendir
- Sianosis
- Bunyi napas abnormal
- Cemas / “restlessness”
2. DS : - Pemasangan selang ET Gangguan
DO : komunikasi verbal
- Tidak mampu berbicara

3. DS : - Ketidakmampuan Gangguan nutrisi


DO : menelan kurang dari
- Kehilangan berat nadan kebutuhan
- Keengganan untuk makan
- Mengeluh mengalami
perubahan rasa
- Penurunan tonus otot
mulut
- Peradangan pada rongga
mulut

19
- Hilangnya/hiperaktifnya
bising usus
4. DS : - Pemasangan selang ET Potensial
DO : dengan kondisi lemah terjadinya infeksi
- Terpasang selang ET

C.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering terjadi pada pasien yang mendapat bantuan
nafas mekanik/dipasang ventilator diantaranya adalah:
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan perfungsi ventilasi
sekunder terhadap (sesuai proses penyakit dasar)
2. Ansietas b.d faktor takut tidak dapat bicara dan takut terhadap aspek
ventilasi mekanis (uraikan )
3. Kerusakan komunikasi verbal b.d faktor : pemasangan udara buatan
untuk ventilasi mekanik
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu
mengonsumsi makanan peroral,sekunder terhadap terpasangnya jalan
napas buatan dan penurunan tingkat kesadaran.
5. Resiko tinggi infeksi b.d faktor : pengisapan lendir dijalan napas dan
adanya jalan naps buatan
6. Resiko tinggi penurunan curan jantung b.d faktor : penggunaan TEAP
dengan ventilasi mekanis
7. Resiko tinggi terjadinya trauma atau cedera sehubungan dengan ventilasi
mekanis, selang endotracheal, ansietas, stress
D. Perencanaan
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan perfungsi ventilasi
sekunder terhadap (sesuai proses penyakit dasar)
No Intervensi Rasional
1 Bantu terapis pernapasan , Ventilasi mekanis
dipertimbangkan sebagai

20
perawat anastesi atau dokter dalam tindakan yang mendesak.
pemasangan selang endotrakeal Penjelasan yang singkat dan
(endotreakeal ET) dan penempatan pada jelas selama prosedur
ventilator mekanis : menolong mengurangi
 Kumpulkan peralatan setiap ansietas. Pasien harus
prosedur sesuai dengan ketentuan. mempunyai jalan napas
 Beritahukan terapis pernapasan buatan sperti selang ET atau
tentang kebutuhan pemasangan trakeostomi untuk dihungkan
ventilasi mekanik. dengan ventilator. Perwawat,
 Apabila memungkinkan sebelum dokter dan trapis pernapasan
pelaksaan prosedur jelaskan bekerja sebagai tim untuk
kepada pasien dan keluarganya : menjamin pasien mendapat
a. Tujuan intubasi ventilasi yang optimal. Foto
b. Sementara tidak thoraks untuk konfirmasi
dapat bicara selama selang letak selang yang benar.
endotrakeal terpasang.
c. Cara komunikasi
 Letakan pasien dalam posisi
terlentang .
 Periksa peralatan penghisapan agar
siap befungsi dengan baik
.pengisapan dilakukan selama
selang ET terpasang.
 Berikan sedasi sesuai resep dokter
bila pasien berontak .
 Segera setelah selang ET terpasang
auskultasi pernapasan bilateral.
Ventilasi pasien dengan kantung
AMBU hingga ventilator siap.

21
 Dapatkan foto toraks sesuai dengan
intruksi.

2 Setelah ventilator terpasang monitor: Untuk mengidentifikasi


 Pungsi pernapasan setiap 1-2 jam ( indikasi perkembangan pasien
Apendiks A). sesuai dengan hasil pasien
Saat mengkaji prekuensi atau penyimpangan.
pernapasan, hitung pernapasan
pasien, catat ferkuensi napas yang
di set ventilator dan frekuensi
pernapasan mandiri. Pernapasan
spontan pasien akan menjadi
dangkal , sebaliknya bila dibantu
dengan ventilator menjadi lebih
dalam .
 Hasil GDA
 Oksimetri nadi ( bila digunakan
untuk memantau saturasi oksigen
cara berkesianmbungan).
 Tekanan tiap 1 jam bila alat
monitor hemodinamik digunakan
seperti kateter arteri pulmonal,
jalur intraarterial.
 Hasil foto thoraks .
 Semua selang ventilator tiap 2jam
untuk meyakinkan tidak ada yang
melipat dan tidak ada proses
pengem bunan.
 Set ventilator setiap 2 jam sampai 4
jam untuk meyakinkan pengesetan
sesuai pesanan dokter.

22
 Volume tidal bila pasien mulai
bernapas spontan.

3 Hisap lendir prn. Lakukan tindakan bila Untuk mempertahankan


alarm ventilator berbunyi ( lihat tabel 1-3) patensi jalan napas. Ventilator
mempunyai alaram yang akan
memberi tanda bila pasien
tidak menerima tekanan yang
telah ditentukan. Tindakan
segera penting untuk
meyakinkan pasien mendapat
ventilasi yang cukup.
4 Beritahu dokter segera bila bunyi napas Gejala ini merupakan tanda
menjadi hilang , bersaman dengan tension pnumothoraks,
ekspansi dada yang tidak simetris dan komplikasi utama pada TEAP
pasien menjadi gelisah. Dapatkan foto dan TPJK .terjadi bila tekanan
thoraks portebel dan analisa GDA sesuai terlalu tinggi. Foto thoraks
dengan pesanan. untuk konfirmasi kelainan ini
.tension pnemutoraks
dianggap sebagai kedaruratan
yang mengancam kehidupan.
5 Siapkan selalu kantung ambu disamping Untuk digunakan bila
tempat tidur. ventilator gagal berpungsi

2. Ansietas b.d faktor takut tidak dapat bicara dan takut terhadap aspek
ventilasi mekanis (uraikan ).
No Intervensi Rasional
1 Berikan obat analgesik, sedatif atau agen Untuk mencegah pasien dari
paralisis prn jika kesadaran pasien menjadi menolak ventilator .
gelisah dan terus menerus mengaktipkan
alaram tekanan tinggi pada ventilator

23
2 Konsul ke dokter jika obat-obat yang Hal tersebut merupakan tanda
dianjurkan tidak efektif dalam mengontrol perlunya pengkajian lebih
kegelisahan pasien. lanjut seperti GDA untuk
menentukan apakah
keseimbangan asam basa
terganggu.
3 Jelaskan seluruh prosedur dengan tenang Mengetahui apa yang
dan percaya diri. Yakinkan psien bahwa tim diharapkan dapat mengurangi
kesehatan yang kompeten selalu di ansietas. pasien akanmerasa
dekatnya .ingatkan pasien bahwa dengan nyaman dan terjamin dalam
terpasangnya jalan napas buatan untuk pengawasan tim kesehaan
sementara pasien tidak dapat bicara. yang kompeten dan penuh
Berikan kertas dan pensil untuk menulis percaya diri .
atau magic slate disamping pasien.
4 Pasang alat restrein dan jelaskan alasannya Untuk mencegah jalannya
, ikuti ketentuan prosedur dalam napas buatan berubah
menggunakan restrein. posisinya.
5 Jika belum diinformasikan jelaskan kepada Untuk menurunkan ansietas
keluarga dan keluarga terdekat apa yang di dan membangun sistem
harapkan sebelum mengunjungi pasien di pendukung yang kuat
UPI. Anjurkan kepada mereka agar terhadap pasien .
memberikan dorongan spiritual, kepada
pasien selama kunjungan tersebut.

6 Informasikan kepada pasien dan Suara yang bising dan terjadi


keluarganya tentang alaram ventilator tiba-tiba sanagt tidak
berbunyi. dihapkan serta dapat
mencetuskan ansietas.

24
7 Berikan lingkungan yang tenang bebas dari Istirahat yang tidak adekuat
gangguan-gangguan selam pengkajian dan dapat merupakan sumber
perawatan. kegelisahan dan peka.

3. Kerusakan komunikasi verbal b.d faktor : pemasangan udara buatan untuk


ventilasi mekanik.
No Intervensi Rasional
1 berikan kertas dan pensil atau magic slate. Untuk memungkinkan pasien
mengkomunikasikan
kebutuhannya.
2 Pertahankan agar bel dalam posisi yang Untuk memberikan alat bantu
mudah dijangkau pasien jika pasien sadar kepada pasien yang dapat
dan orientasinya baik. Jika pasien dirawat memberikan tanda jika pasien
di unit bedah tempel di kardex dan membutuhkan bantuan.
sistemcom tanda-tanda “ pasien dengan
ventilator “ atau “ tidak dapat bicara “ untuk
menjadi perhatian perawat, perlu melihat
keruang pasien jika lampu alarm menyala.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu


mengonsumsi makanan peroral,sekunder terhadap terpasangnya jalan napas
buatan dan penurunan tingkat kesadaran.
No Intervensi Rasional
1 Pantau : Untuk mengidentifikasi
 Hasil pemeriksaan serum kimia kemajuan-kemajuan dan
darah, khususnya nitrogen urea penyimpangan dari hasil pasien.
darah (BUN) dan natrium Jika BUN meningkat dan haularan
serum. urine adekuat, atrium serum
meningkat hal-hal tersebut

25
 Penimbangan berat badan menentukan gejala dehidrasi dan
menimal 2 kali dalam mal nutrisi.
seminggu
 Pemeriksaan abdomen tiap 8
jam ( bunyi usus, ukuran, nyeri
tekan )

2 Pemasangan selang NG sesuai dengan Dukungan nutrisi sangat penting


anjuran sesuai dengan anjuran ,seperti untuk perbaikan jaringan dan
nutrisi paranteral, ( ENPT) nutrisi memperkuat sisitem imun. Hasien
perenteral parifer (NPP) ( lihat nutrsi akhir metabolisme karbohidrat
parenteral nutrisi halaman 218). Jika adalah karbondioksida. Ahli gizi
paCO2 pasien tetap tinggi berikan diet ialah seorang spesialis yang dapat
rendah karbohidrat. Konsultasi dengan mengevaluasi status nutrisi pasien
ahli gizi tentang diet yang tepat dan merencanakan diet yang ketat
berkenaan dengan pemeriksaan kimia berhungan dengan faktor keadaan
dara. pasien saat ini.
3 Konsul dengan dokter dengan suara Hal-hal tersebut merupakan tanda
bising usus tidak jels atau tidak ada –tanda ileus paralitis dan
disertai dengan adanya distensi memerlukan pengosongan gaster.
abdomen. Hentikan makanan
perselang.

5. Resiko tinggi infeksi b.d faktor : pengisapan lendir dijalan napas dan adanya
jalan naps buatan.
No Intervensi Rasional
1 Pantau : Untuk mengidentifikasi adanya
 Hasil pemeriksaan JDL , kemajuan-kemajuan atau
terutama SDP. penyimpangan hasil pasien.
 Suhu tiap jam

26
 Sekret trakeal terhadap
perubahan dalam warna ,
konsistensi, bau dan
jumlahnya.

2 Ambil spesimen trakea untuk Pemerksaan kultur membantu


pemeriksaan kultur, jika sekretnya mengidentifikasi organisme
berubah dalam hal warna disertai bau penyebab sehingga dapat diberikan
busuk, peningkatan jumlah sekrt. antibiotik yang tepat sesuai
Berikan antibiotik sesuai dengan anjuran. Antibiotik diperlukan
anjuran dokter. untuk mengatasi masalah infeksi.
3 Ikuti kewaspadaan umum dengan Untuk mencegah infeksi
menggunakan teknik aseptik ketika nosokomial bagi diri sendiri dan
melakukan pengisapan. pasien.
4 Jika trakeostomi terpasang, lakukan Untuk mengurangi kemungkinan
perawatan sesuai dengan fasilitas dan infeksi.
standar prosedur.

6. Resiko tinggi penurunan curan jantung b.d faktor : penggunaan TEAP


dengan ventilasi mekanis.
No Intervensi Rasional
1 Lihat gagal Penurunan curah jantung dapat terjadi dengan tiba-tiba
jantung , karena ventilasi mekanis khususnya TEAP dan
kongestif ( perubahan dalam volume tidal. Akibat dari perubahan
halaman 455) tersebut, aliran balik vena ke jantung menurun dan
mengakibatkan penurunan curah jantung.

7. Resiko tinggi terjadinya trauma atau cedera sehubungan dengan ventilasi


mekanis, selang endotracheal, ansietas, stress
No Intervensi Rasional

27
1 Monitor ventilator terhadap Peningkatan secara tajam dapat
peningkatan secara tajam. menimbulkan trauma jalan napas
(barutrauma)

2 Yakinkan napas pasien sesuai dengan Napas yang berlawanan dengan


irama ventilator mesin dapat menimbulkan
trauma.

3 Mencegah terjadinya fighting kalau Napas yang berlawanan dengan


perlu kolaborasi dengan dokter untuk mesin dapat menimbulkan
memberi sedasi. trauma.
4 Observasi tanda dan gejala barotrauma. Diteksi dini.

5 Lakukan pengisapan lendir dengan Mencegah iritasi mukosa jalan


hati-hati dan gunakan kateter succion napas.
yang lunak dan ujungnya tidak tajam.
Lakukan restrain / fiksasi bila pasien Mencegah terekstubasinya ETT
6
gelisah (ekstubasi sendiri)
Atur posisi selang / tubing ventilator Mencegah trauma akibat
7 dengan cepat. penekanan selang ETT

28
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang
dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang
lama (Brunner and Suddarth, 2001).
Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan
berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum adalah
ventilator tekanan-negatif dan tekanan-positif.Sampai sekarang kategori yang
paling umum digunakan adalah ventilator tekanan-positif.
Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO2), peningkatan
kadar karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persisten (penurunan pH),
maka ventilasi mekanis kemungkinan diperlukan. Kondisi seperti pascaoperatif
bedah toraks atau abdomen, takar lajak obat, penyakit neuromuskular, cedera
inhalasi, PPOM, trauma multipel, syok, kegagalan multisistem, dan koma
semuanya dapat mengarah pada gagal nafas dan perlunya ventilasi mekanis

B. Saran
Perawat yang bekerja di ruang kritis hendaknya adalah perawat yang
berpengalaman atau perawat yang mau belajar untuk meningkatkan
pengetahuannya mengenai teknologi di ruang kritis terkait penggunaan mesin-
mesin penunjang kehidupan yang digunakan oleh pasien-pasiennya.
Perawat diharapkan harus mampu untuk menganalisa manfaat transfer dan
transform teknologi dari teknologi medis menjadi teknologi keperawatan, tidak
hanya di area keperawatan kritis tapi juga di area-area keperawatan lainnya. Hal
ini sebenarnya akan meningkatkan kualitas praktek dan profesi keperawatan.

29
Namun sayangnya masih ada perawat yang beranggapan bahwa teknologi di
suatu area keperawatan merupakan suatu tambahan pekerjaan bagi perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:EGC

Engram,Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 1.


Jakarta:EGC
Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika

30

Anda mungkin juga menyukai