Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Tujuan
1. Memperoleh ketrampilan pewarnaan sel bakteri secara Gram.
2. Untuk menentukan sifat Gram dari bakteri yang diperiksa

B. Dasar Teori
Bakteri merupakan organisme yang berjumlah sangat banyak dan tersebar luas
di alam. Bakteri merupakan organisme prokariot uniseluler yang tergolong dalam
kelas Schyzomycetes. Bakteri dapat menjadi bakteri yang menguntungkan, tetapi ada
juga bakteri yang bersifat merugikan, bahkan dapat menjadi patogen pada makhluk
hidp lainnya.
Hidup bakteri dapat berupa parasit, saprofitik, dan patogen pada manusia.
Tetapi, ada juga bakteri yang bermanfaat bagi makhluk hidup lain. Menurut Padoli
(2016), terdapat tiga macam benuk dasar bakteri, yaitu:
a. Coccus
Bakteri coccus umumnya memiliki bentuk bulat atau oval. Bakteri dengan
bentuk bulat dapat membelah diri dengan sel yang tetap melekat satu sama
lain. Bakteri coccus dapat diedakan menjadi 3, yaitu micrococcus yang
bulat satu-satu, bakteri diplococcus yaitu bakteri yang bentuknya bulat
berpasangan, bakteri streptococcus yang memiliki benttuk bulat yang
membentuk rantai, bakteri tetracoccus dimana bakteri tersebut berbentuk
bulat dan membelah menjadi empat sel dengan formasi bujur sangkar,
serta bakteri staphylococcus yang membentuk struktur seperti buah angur.

b. Bacillus
Bakteri bacillus (bakteri batang) dapat membelah diri melalui sumbu
pendeknya dan sebagian besar bakteri baillus biasanya tampak sebagai
batang tunggal bakteri bacillus juga dipedakan menjadi Diplobacilli yang
membentuk pasangan serta stereptobacilli yang embentuk seperti rantai.
Pada beberpa kasus, ditemukan beberapa bakteri batang yang menyerupai
bakteri bulat dan disebut sebagai coccobacilli.

c. Spiral
Seperti namanya, bakteri spiral memiliki struktur tubuh yang berlekuk-
lekuk. Bakteri spiral, dibedakan menjadi bakteri melengkung membentuk
koma (vibrio), bakteri dengan pilinan tubuh yang kaku (spirillia), serta
bakteri dengan pilinan yang fleksibel (spirochaeta).
Bentuk bakteri dapat berubah (ivolusi) yang disebabkan oleh suhu, makanan,
dan lingkungan yang enguntungkan bagi bakteri. Bakteri juga dapat mengalami pleomorfi,
yakni bentuk yang berubah-ubah dan teratur walaupun ditumbuhkan dalam media yang
sesuai (Sumarsih, 2003).
Bakteri dapat diklasifikasikan melalui pewarnaan Gram. Pewarnaan Gram
ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884 (Padoli, 201). Berdasarkan
percobaan Christian Gram, Kusnadi (2009) menemukan dua tipe bakteri, yaitu:

a. Bakteri Gram Positif


Bakteri Gram Positif akan mengahsilkan warna ungu dalam proses
pewarnaannya karena zat warna yang diberikan sebelumnya tidak luntur
oleh alkohol. Bakteri Gram positif memiliki selpais dinding sel yang
tebalnya 15-80 nm dengan kandungan lipid rendah dan peptidoglikannya
berupa lapisan tunggal. Pada dinding selnya juga terdapat asam teitokat.
Bakteri Gram Positif cenderung lebih tahan terhadap gangguan fisik,
namun lebih rentan terhadap obat penisilin.

b. Bakteri Gram Negatif


Bakteri Gram Negatif merupakan bakteri yang memiliki tiga lapis dinding
sel yang tipis (10-15nm). Kandungan lipid pada dinding selnya cukup
tinggi namun peptidoglikannya sedikit dan tidak mengandung asam
teikoat. Bakteri Gram negatif biasanya lebih tahan terhadap penisilin,
namun lebih rentan terhadap gangguan fisik. Bakteri Gram negatif akan
mengasilkan warna merah saat diwarnai.
Karena ukurannya yang mikroskopis, bakeri hanya dapat diamati melalui mikroskop.
Namun penggunaan mikroskop masih harus dibantu oleh micrometer, agar bakteri dapat
terlihat lebih jelas dan ukuran tubuhnya dapat terlihat. Micrometer dibagi menjadi
micrometer okuler dan micrometer objektif. Sebelum mengamati obyek, micrometer okulr
harus dikalibrasi terlebih dulu (1 skala= 0,01 mm). Menurut Kapitza (2017), cara kalibrasi
micrometer okuler adalah sebagai berikut:

1. Tempatkan micrometer objek di atas kaca objek


2. Lepaskan lensa okuler dang anti dengan micrometer okuler
3. Atur posisi sehingga micrometer okuler berhimpitan dengan micrometer objektif
4. Himpitkan kedua micrometer dan hitung jumlah garis skala pada kedua micrometer
5. Lakukan dalam berbagai perbesaran lensa.

C. Alat dan Bahan


 Alat

- Mikroskop

- Kaca Benda

– Mangkok Pewarna

- Kawat Penyangga
- Pipet

- Pinset

- Lampu Sepritus

- Botol Penyemprot

 Bahan

- Akuades Steril

- Biakan Murni Bakteri Umur 1x24 Jam

- Larutan Amonoium Oksalat Kristal Violet

- Kertas Penghisap

- Korek Api

- Alkohol 95%

- Lisol

- Alkohol 95%

- Sabun Cuci

- Larutan Safranin

- Larutan Iodium

D. Langkah Kerja
E.
disediakan kaca benda bersih, dipanaskan di atas nyala api spiritus
Ditteskan setetes aquades steril diatas kaca benda tersebut

Diambil Secara aseptik bakteri dari biakan murni, kemudian diletakkan pada Kaca benda dan
diratakan secara perlahan menggunakan ujung kawat inokulasi .Dan kemudian ditunggu sampai
kering

Dialakukan fiksasi dengan cara dilewatkan sediaan tersebut diatas nyala api lampu spiritus dengan
cepat

Diletakkan sediaan diatas kawat penyangga yang berada diatas mangkuk penyangga .Kemudian
diteteskan larutan ammonium oksalat Kristal violet diatas sediaan tersebut.ditunggu selama 1 mnt

Dibuang kelebihan zat warna tersebut kedalam mangkuk dan dibilas sediaan dengan air kran

Diteteskan larutan iodium diatas sediaan ,kemudian ditunggu selama 2 mnt

Dibuang kelebihan larutan iodium kedalam mamngkuk kemudian dibilas dengan air kran
Diteteskan alcohol 95% diatas sediaan ,lalu dibiarkan selama 1 mnt

Dibuang sisa alcohol kedalam mangkuk dan dibilas dengan air kran

Diteteskan larutan safranin diatas sediaan lalu dibiarkan selama 30 detik

Dibuang kelebihan larutan safranin kedalam mangkuk dan dibilas dengan air kran

Dikeringkan sediaan dengan hati-hati dengan kertas penghisap ,lalu diperiksa dibawah mikroskop
BAB II
HASIL PENGAMATAN
Hasil Pengamatan
No Koloni Bentuk Sel Warna Sel Sifat Gram Diameter
Bakteri sel/panjang
1 Coccus Merah Negatif Diameter: 2 µm
2 Basil Merah Negatif Diameter: 1 µm
Panjang: 5 µm

Analisis Data
Pada praktikum pengamatan pewarnaan dan pengukuran sel pada bakteri, kami menggunakan
2 macam sampel koloni, koloni ini kami ambil di gedung O6 (Fisika UM). Dari pengamatan
kami, dapat disimpulkan bahwa pada koloni satu bentuk selnya coccus (kokus), warna sel
pada bakteri merah yang menandakan bakteri tersebut memiliki sifat gram negatif. Pada
ukuran sel bakteri koloni 1 yaitu berdiameter 2 µm. Sedangkan pada bakteri koloni 2 bakteri
tersebut berbentuk basil atau bacillus dengan warna tubuhnya merah dan memilki sifat gram
negatif. Pada ukuran tubuhnya memilki panjang 5 µm dan diameter 1 µm.
Dari pengamatan kami dapat dilihat bahwa diamter papda koloni bakteri 1 lebih besar
daripada bakteri koloni 2. Pada bakteri koloni 1 tidak dapat diukur panjangnya karena bakteri
berbentuk coccus. Sedangkan pada koloni bakteri 2 memilki diameter yang lebih kecil dari
koloni 1 dan dia memilki panjang yang dapat diukur karena berbentuk basil.
BAB III
PEMBAHASAN

Pembahasan
1. Peneraan Mikrometer Okuler
Peneraan mikrometer okuler pada dasarnya bertujuan untuk menetapkan nilai skala
berdasarkan skala standar yang sudah ada pada mikrometer meja/ mikrometer objektif. Hal
ini dikarenakan mikrometer objektif sudah memiliki nilai skala yang pasti. Nilai satu skala
mikrometer objektif adalah 0.01 mm. Dimensi sel umumnya dinyatakan dala satuan
mikrometer (µm), yaitu 1/1000 mm.
Peneraan mikrometer okuler harus dilakukan untuk setiap perbesaran yang ada pada
mikrosop karena akan mempengaruhi perbesaran sel yang didapatkan. Hal ini juga berlaku
untuk mikroskop dan mikrometer okuler berbeda yang digunakan karena setiap mikroskop
memiliki resolusi yang berbeda-beda walaupun hanya sedikit. Hal ini didukung oleh
Hadioetomo (1985) bahwa sebelum digunakan untuk mengukur sel, mikrometer okuler ini
terlebih dahulu harus ditera terhadap mikrometer pentas yang sudah memiliki skala yang
pasti.

2. Pewarnaan Bakteri Secara Gram


Dalam praktikum pewarnaan bakteri secara gram, bakteri yang digunakan diambil
dari sampel sampah organik yang ada disebelah gedung O6 dan di area bawah gedung O1
FMIPA Universitas Negeri Malang. Dalam praktikum ini, sampel yang digunakan telah
diberi perlakuan yang berbeda, yaitu sampel I di ambil di sebelah gedung O6, sedangkan
sampel II di ambil diarea bawah dari gedung O1.
Sebagian besar mikroorganisme tidak berwarna, maka untuk dapat melakukan
pengamatan di bawah mikroskop cahaya diperlukan pewarnaan mikroorgansime dengan
menggunakan pewarna. Pewarnaan mikroorganisme pada dasarnya adalah prosedur
mewarnai mikroorganisme menggunakan zat warn yang dapat menonjolkan struktur tertentu
dari mikroorganisme. Sebelum mikroorganisme dapat diwarnai, mikroorganisme harus
terlebih dahulu difiksasi agar terikat pada kaca objek. Tanpa adanya fiksasi, maka
pemberian zat warna pada mikroorganisme yang dilanjutkan dengan prosedur pencucian zat
warna dengan air mengalir dapat menyebabkan mikroorganisme ikut tercuci (Brown, dalam
Suwandi 2012).
Praktikum ini diawali dengan meneteskan aquades steril yang kemudian diberi
inokulum bakteri, lalu diratakan pada kaca preparat. Lalu dilakukan fiksasi yang bertujuan
untuk melekatkan mikroorganisme di kaca preparat. Selanjutnya diberi Ammonium Oksalat
Kristal Violet yang berfungsi untuk memberikan kompleks warna pada dinding bakteri.
Pemberian iodium pada praktikum ini bertujuan untuk mengintensifkan warna utama.
Sedangkan pemberian Alcohol bertujuan untuk melunturkan zat warna utama. Setelah
pemberian alcohol 95% pada kaca preparat, dilakukan pemberian larutan Safranin yang
merupakan pewarna basa merah (Suwandi, 2012).
Pewarna merupakan garam-garam yang tersusun atas ion positif dan ion negatif, yang
salah satunya berwarna dan disebut kromofor. Bila kromofor berada pada ion positif, disebut
sebagai pewarna basa dan bila kromofor berada pada ion negatif disebut sebagai pewarna
asam (Suwandi, 2012). Pewarna asam seperti eosin dan fuchsin acid, tidak terikat sel bakteri
karena muatan keduanya saling bertolak belakang, sehingga pewarna asam hanya mewarnai
bagian latar belakang spesimen. Prosedur pewarnaan dimana sel bakteri yang tidak berwarna
diamati dengan latar belakang pewarna negatif disebut pewarnaan negatif. Pewarnaan negatif
umumnya digunakan untuk mengamati kapsul bakteri. Kapsul bakteri tidak menyerap zat
warna sehingga dalam pewarnaan negatif akan terlihat sebagai daerah jernih disekeliling sel
bakteri dengan latar belakang gelap (Gillespie dalam Suwandi, 2012).
Pada praktikum ini menggunakan pewarnaan diferensial yang menggunakan lebih
dari satu pewarna dan memiliki reaksi yang berbeda untuk setiap bakteri, sehingga
digunakan untuk membedakan bakteri. Pewarna diferensial yang sering digunakan adalah
pewarna gram. Pewarna gram ini mampu membedakan dua kelompok besar bakteri, yaitu
Gram positif dan Gram negatif. Pada pewarnaan gram ini, bakteri yang telah difiksasi dengan
panas sehingga membentuk noda pada kaca objek diwarnai dengan pewarna basa yaitu kristal
ungu. Karena warna ungu memenuhi semua sel, maka pewarnaan ini disebut pewarnaan
primer. Selanjutnya pewarna dicuci dan pada noda spesimen ditetesi iodine yang merupakan
mordant (penajam). Setelah iodin dicuci, baik bakteri Gram positif maupun Gram negatif
tampak berwarna ungu. Selanjutnya noda spesimen dicuci dengan alkohol yang merupakan
senyawa peluntur warna yang pada spesies bakteri tertentu dapat menghilangkan warna ungu
dari sel. Setelah alkohol dicuci, noda spesimen diwarnai kembali dengan safranin yang
merupakan pewarna basa berwarna merah. Bakteri yang tetap berwarna ungu digolongkan ke
dalam Gram positif, sedangkan bakteri yang berwarna merah digolongkan ke dalam Gram
negative (Pratiwi, 2008).
Dari hasil pengamatan, preparat bakteri yang diambil dari sebelah gedung O6 dan
area bawah gedung O1, menunjukkan bahwa sel bakteri berwarna merah. Hal ini
membuktikan bahwa bakteri yang ada di preparat pertama merupakan bakteri negatif. Hal ini
sesuai dengan teori, bakteri gram negative terjadi karena tidak dapat mempertahankan
kompleks warna Kristal violet dengan pembilasan alcohol, lalu terwarnai oleh pewarna
tandingan berupa safranin yang akan terserap pada dinding selnya (Sardiani, dkk. 2015).
Sedangkan preparat bakteri yang diambil dari sebelah gedung O6 dan area bawah
gedung O1 menunjukkan bahwa sel bakteri berwarna merah. Hal ini membuktikan bahwa
bakteri yang ada di preparat kedua merupakan bakteri gram negatif. Berdasakan teori, bakteri
gram negative terjadi karena tidak dapat mempertahankan kompleks warna Kristal violet
dengan pembilasan alcohol, lalu terwarnai oleh pewarna tandingan berupa safranin yang akan
terserap pada dinding selnya (Sardiani, dkk. 2015).
Penampakan warna merah pada bakteri Gram negatif disebabkan oleh adanya struktur
kompleks yanga ada pada dinding selnya. Dinding Gram negatif banyak mengandung
lipoposakarida. Kompleks kristal ungu-iodin yang masuk ke dalam sel bakteri Gram negatif
alkohol akan merusak lapisan lipopolisakarida. Kompleks kristal ungu-iodin pada bakteri
Gram negatif dapat tercuci dan menyebabkan sel bakteri tampak transparan yang akan
berwarna merah setelah diberi safranin (Pratiwi, 2008).
Menurut Kusnadi, dkk. (2003), di bawah mikroskop elektron, irisan melintang sel
bakteri Gram-negatif memperlihatkan tiga lapis pembungkus sel, yaitu : membran luar
(OM=outer membran), lapisan tengah yang merupakan dinding sel atau lapisan murein
yang terdapat ruang periplasma, dan membran plasma dalam.
Pada umumnya ada tiga bentuk bakteri yang berbeda yaitu, bentuk kokus atau bulat,
basil atau silinder (batang), dan spiral atau melengkung melingkar. Bakteri bentuk kokus
bentuknya seperti buah beri kecil. Bakteri bentuk basil bentuknya menyerupai batang atau
silinder, sedangkan bentuk spiral menyerupai koma (vibrio), lilitan (spiral), dan spirochaeta
(Volk & Wheeler, 1988). Dalam pengamatan bentuk bakteri yang dilakukan menggunakan
mikroskop dengan perbesaran 100x10, bakteri pada preparat I dan II bentuknya bulat,
sehingga tergolong dalam bakteri bentuk bulat atau kokus dan basil.
Bakteri yang berbentuk basil ini ada yang berbentuk batang kecil dan langsing yang
tidak membentuk spora, merupakan bakteri Gram negatif yang akan berwarna merah apabila
dicat dengan cat Gram.
3. Pengukuran sel bakteri
Sel bakteri sangat beragam panjangnya; sel beberapa spesies dapat berukuran 100 kali
lebih panjang daripada sel spesies yang lain. Satuan ukuran bakteri adalah mikrometer (µm),
yang setara dengan 1/1000 mm atau 10-3 mm. Ukuran besar bacteria bervariasi, tergantung
dari spesiesnya. Rata-rata ukuran diameter dan panjang bakteri pathogen yang berbentuk
batang kira-kira 0,5 µm dan 2 µm, sedangkan bakteri non pathogen yang berbentuk batang
dapat mencapai diameter 4 µm dan panjangnya 20 µm (Tarigan, 1988). Sedangkan menurut
Kusnadi (2003), bentuk dan ukuran sel bakteri bervariasi, ukurannya berkisar 0,4 – 2,0 mm.
Bentuk batang yang berukuran rata-rata seperti bakteri tifoid dan disentri mempunyai
lebar 0,5 sampai 1 µm dan panjang 2 sampai 3 µm. Sel beberapa spesies bakteri amat
panjang; panjangnya dapat melebihi 100 µm dan diameternya berkisar dari 0,1 sampai 0,2
µm. Sekelompok bakteri yang dikenal sebagai mikroplasma, ukurannya khas amat kecil-
demikian kecilnya sehingga hampir-hampir tak tampak di bawah mikroskon cahaya. Mereka
juga pleomorfik; yaitu morfologinya amat beragam. Ukurannya berkisar dari 0,1 sampai 0,3
µm (Pelczar dan Chan.1986).
Berdasarkan hasil praktikum serta analisis data yang dilakukan, didapatkan dua koloni
bakteri yang memiliki bentuk yang tidak sama, dengan ukuran berbeda. Kedua koloni
merupakan koloni yang berbentuk Kokus dan basil. Berdasarkan hasil pengamatan pada
perbesaran 100x10 dan analisis data yang dilakukan pada sel-sel koloni I, didapatkan
diameter sel bakteri 2 µm, sedangkan sel-sel koloni II, didapatkan diameter sel bakteri 1 µm
dan panjang 5 µm.

Kesimpulan
1. Pewarnaan gram merupakan pewarnaan difrensial karena dapat digunakan untuk
membedakan antara bakteri gram negatif dan gram positif. Pewarnaan ini sering
digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi bakteri. Komposisi dinding sel bakteri
gram positif berbeda dengan bakteri gram negatif sehingga hasil pewarnaan gram akan
berbeda.
2. Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan warna methylene blue
sewaktu prose pewarnaan gram. Bakteri ini mempunyai lapisan peptidoglikan yang
tipis.
3. Berdasarkan hasil pengamatan pada perbesaran 100x10 dan analisis data yang
dilakukan pada sel-sel koloni I, didapatkan diameter sel bakteri 2 µm, sedangkan sel-sel
koloni II, didapatkan diameter sel bakteri 1 µm dan panjang 5 µm.
DAFTAR RUJUKAN
Hadioetomo, Ratna Siri. 1985. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek: Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Jakarta: PT Gramedia

Kapitza, G. 1997. Microscope fro the very beginning. Germany : Zeiss


.
Kusnadi, Peristiwati, Syulasmi, A., Purwianingsih,W., Rochintaniawati, D. 2003.
Mikrobiologi. Bandung : FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Padoli. 2016. Mikrobiologi dan Parasitologi Keperawatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia (Kemenkes RI).

Pelczar, Michael J. dan E.C.S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Pratiwi S.T. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga : Jakarta, 2008:176-85
Sunarmi. 2003. Diktat Kuliah: Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: UPN Veteran Yogyakarta
Sardiani, N., Litaay, M. Budji, R., Priosambodo, D., Syahribulan, Dwyana, Z. 2015. Potensi
Tunikata Rhopalaea Sp Sebagai Sumber Inokulum Bakteri Endosimbion Penghasil
Antibakteri; 1. Karakterisasi Isolat. Jurnal Alam dan Lingkungan. Vol.6 No.11
Suwandi, Dinar A. 2012. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Resisten terhadap Antibiotik dari
Sampel Tanah di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto. Purwokerto : Universitas
Muhammadiyah Purwokerto
Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Pendidikan Tinggi.
Volk dan Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Edisi Kelima. Jilid I. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
LAMPIRAN

Gambar 1: sterilisasi medium

Gambar 2: Inokulum bakteri diletakkan pada kaca benda

Gambar 3: Koloni 1, bakteri coccus, merah (-) Gambar 4: Koloni 2, bakteri bacil, warna merah (-)
PENGAMATAN PEWARNAAN GRAM BAKTERI
LAPORAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH MIKROBIOLOGI
yang dibina oleh Bapak Agung Widjoro, S.Pd, M.Kes

Oleh Kelompok 3:
Aisyah Siti Faizah (160341606039)
Dini Febrianti Safitri (160341606100)
Elsa Novia Fitri Dewi (160341606011)
Elvira Harum Permatasari (160341606012)
Livia Apriliani (160341606038)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
FEBRUARI 2018

Anda mungkin juga menyukai