Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan sedang berusaha untuk
meningkatkan perekonomian nasional guna meningkatkan dan memajukan kesejahteraan
masyarakatnya. Tetapi tingginya pertumbuhan penduduk dan jumlah penduduk Indonesia akan
menghambat pembangunan apabila tidak diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja serta
peningkatan mutu angkatan kerja. Pemerintah atau swasta mempunyai kemampuan yang terbatas
dalam menyediakan lapangan kerja baru. Kondisi ini membuat pemerintah berusaha memperluas
dan menciptakan kesempatan kerja baru dalam rangka menampung pertambahan tenaga kerja
guna mengurangi pengangguran, yaitu melalui pembangunan

Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah serangkaian usaha kebijaksanaan yang


bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan
mengarahkan pembagian pendapatan secara merata. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia,
kesempatan kerja masih menjadi masalah utama. Hal ini timbul karena adanya kesenjangan atau
ketimpangan untuk mendapatkannya. Pokok dari permasalahan ini bermula dari kesenjangan
antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan kemajuan berbagai sektor
perekonomian dalam menyerap tenaga kerja di pihak lain.

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) berperan sangat penting dalam
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang
tetapi juga dinegara-negara maju. UMKM sangat penting tidak hanya karena kelompok usaha
tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan usaha besar seperti halnya di
negara-negara sedang berkembang, tetapi juga dibanyak negara kontribusinya terhadap
pembentukan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) paling besar dibandingkan kontribusi
dari usaha besar (Tambunan, 2009: 1)

Pengembangan industri merupakan salah satu cara untuk memperluas kesempatan kerja
Terutama pada industri yang bersifat padat karya. Perkembangan dapat terwujud melalui
investasi swasta maupun pemerintah. Pengembangan industri tersebut akan menyebabkan
kapasitas produksi meningkat sehingga dapat menciptakan kesempatan kerja. Selain investasi
swasta terdapat investasi pemerintah yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Tenaga kerja menjadi faktor yang sangat penting dalam proses produksi. Tanpa adanya
tenaga kerja, proses produksi tidak bisa berjalan dengan lancar. Namun di sisi lain, tenaga kerja
bisa menimbulkan berbagai masalah, antara lain jumlah pengangguran tinggi, jumlah angkatan
kerja yang semakin meningkat, mutu tenaga kerja yang rendah, dan lain sebagainya. Masalah
tersebut menjadi salah satu penghambat pembangunan nasional. Oleh karena itu perlu adanya
peran pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Untuk mengetahui lebih mendalam
mengenai kondisi tenaga kerja beserta masalah dan upaya mengatasinya, Menurut UU No. 13
Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
Tenaga kerja dapat juga diartikan sebagai penduduk yang berada dalam batas usia kerja.

Industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi,


spesialisasi dalam produksi dan perdagangan antar negara yang pada akhirnya sejalan dengan
peningkatan pendapatan perkapita yang mendorong perubahan struktur ekonomi. Oleh karena
itu, proses industrialisasi didalam perekonomian sering juga diartikan sebagai proses perubahan
struktur ekonomi (Tambunan, 2001).

Proses pembangunan sering kali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses


industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan salah satu jalur untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup
yang lebih bermutu. Dengan kata lain pembangunan industri merupakan satu fungsi dari tujuan
pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar
mencapai pembangunan saja (Sukirno, 2000).

Untuk mencapai tujuan dan aspirasi yang diamanatkan dalam UUD 1945, strategi dan
kebijakan pembangunan sektor industri harus tetap dilakukan bersama dengan sektor-sektor dan
bidang-bidang lain dalam ruang lingkup strategi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia (Dumairy, 1997).
Sejalan dengan hal tersebut maka peran sektor industri semakin penting, sehingga sektor
industri mempunyai peranan sebagai sektor pemimpin atau Leading Sektor, peranan sektor
industri dalam perekonomian suatu wilayah terlihat dalam kontribusi atau sumbangan sektor
industri dalam perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) wilayah tersebut
(Dumairy, 1997).

Industrialisasi mulai digalakkan dari waktu kewaktu dengan salah satu tujuannya adalah
untuk dapat menyerap tenaga kerja yang semakin meningkat dengan semakin tingginya laju
pertumbuhan penduduk. Pengertian industri sebenarnya sangatlah luas cakupannya yakni mulai
dari pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi.

Tujuan lain diharapkan dapat tercapai melalui pembangunan industri adalah Semakin
luasnya kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, penghematan devisa khususnya melalui
pembangunan industri substitusi impor, peningkatan ekspor serta semakin meningkatnya
pembudidayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia. pemerataan pendapatan antar
daerah dan struktur perekonomian seimbang.

Begitu halnya dengan Kota Pasuruan salah satu industri kecil yang unggulan di Pasuruan
adalah industri kerajianan yaitu mebel. Keberadaan industri mebel ini bagi masyarakat sekitar
memiliki peran besar dalam penyerapan tenaga kerja. Industri mebel sebagai industri yang dapat
memberikan kontribusi dalam memberikan lapangan pekerjaan pada masyarakat. Dalam
produksinya mabel ukir mengalami peningkatan per tahunnya hal ini dapat dilihat dari data
expor pertahunya

Tabel 1.1 Industri mebel di Kabupaten Pasuruan

Jumlah
Tenaga Jumlah
No Skala Lokasi Produk Komoditi Kerja Usaha
Kab. Mebel mentah , meja ,
1 Kecil Pasuruan kursi 1080 120
2 Menengah Kab. Mebel 270 30
Pasuruan
Kab.
3 Mikro Pasuruan Mebel, kursi, almari, 5384 673
mebel mentah, mebel ½
jadi
Total 6734 873
Sumber UMKM Kab Pasuruan 2009

Dari tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa potensi jumlah tenaga kerja yang mampu
diserap, hal ini harus terus dikembangkan agar nantinya mampu mengatasi keterbatasan lapangan
kerja serta memberikan peluang usaha bagi masyarakat Pasuruan khususnya.

Jumlah usaha mebel ukir yang ada di Pasuruan ini terbilang cukup banyak dengan
berbagai macam produk komoditi dan berbagai skala. Potensi pasar yang dapat dijangkau oleh
industri mebel Pasuruan terbilang cukup luas hal ini dapat dilihat dari pesanan yang datang,
Kerajinan mebel ukir di Pasuruan ini tidak hanya dikenal di tingkat propinsi, tapi sudah keluar
sampai mancanegara, Negara-negara seperti Jepang, Korea, Perancis dan Italy merupakan negara
terbesar untuk pemasaran hasil industri mebel ukir ini. Hasil dari kerajinan mebel ukir dapat
dilihat dalam bentuk perlengkapan rumah, kantor, dan lain-lain.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Pasuruan seperti
harga dan upah. Jika harga jual di industry mebel tersebut terjangkau maka permintaan akan
jumlah produksi juga akan meningkat sehingga banyak tenaga kerja yang terserap untuk
memenuhi kapasitas produksi. Sedangkan upah merupakan salah satu biaya produksi yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan. Permintaan tenaga kerja akan dipengaruhi proporsi upah untuk
tenaga kerja terhadap keseluruhan biaya produksi. Sehingga apabila proporsi biaya produksi
untuk upah kecil, maka responsi terhadap permintaan tenaga kerja akan besar

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah variabel Upah dan Harga berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja terhadap
industri mebel di Pasuruan?
2. Variabel manakah yang paling dominan pengaruhnya dalam penyerapan tenaga kerja
terhadap industri mebel di Pasuruan ?

1.3 Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh variable harga dan upah pada penyerapan tenaga kerja
terhadap industri mebel di Pasuruan.
2. Untuk mengetahui seberapa besar dominan pengaruh dalam penyerapan tenaga kerja
industry mebel di Pasuruan.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi semua pihak, diantaranya:

1. Masyarakat (pekerja)
Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan, wawasan, dan informasi kepada
masyarakat pada umumnya dan pekerja sektor industri kecil, mengenai gambaran tentang
industri kecil.
2. Pengusaha (pemilik modal)
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan atau informasi kepada para
pengusaha/pemilik industri dalam mengambil langkah-langkah strategis untuk
meningkatkan pertumbuhan industri kecil dan akhirnya meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di Kota Pasuruan
3. Peneliti berikutnya
Penelitian ini juga diharapkan menjadi referensi bagi para peneliti lain yang ingin
meneliti masalah ini dengan memperkenalkan variabel lain yang turut mempengaruhi
kajian tentang industri kecil menengah di Kabupaten Pinrang.
4. Memberikan gambaran seberapa besar kontribusi harga dan upah terhadap penyerapan
tenaga kerja di Kota Pasuruan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Dalam menganalisis Pengaruh Harga dan Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di
Pasuruan, penelitian ini mendasarkan pada teori-teori yang relevan sehingga mendukung bagi
tercapainya hasil penelitian yang ilmiah.

2.1.1 Tenaga Kerja

2.1.1.1 Pengertian Tenaga Kerja

Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna
menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan UU No. 25
tahun 2007 tentang ketenagakerjaan, ketetapan batas usia kerja penduduk Indonesia adalah 15
tahun. Tenaga kerja atau yang disebut Penduduk Usia Kerja (PUK) terdiri dari angkatan kerja
dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja mencakup penduduk yang bekerja dan yang sedang
mencari pekerjaan.Penduduk yang bekerja dibagi menjadi dua, yaitu penduduk yang bekerja
penuh dan setengah menganggur. Menurut BPS (2000), bekerja adalah kegiatan melakukan
pekerjaan dengan tujuan memperoleh nafkah atau membantu memperoleh nafkah paling sedikit
satu jam secara terus- menerus selama seminggu yang lalu. Sementara yang dimaksud dengan
mencari pekerjaan adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh pekerjaan.Penduduk yang
mencari pekerjaan dibagi menjadi penduduk yang pernah bekerja dan penduduk yang belum
penuh bekerja.

Penduduk yang tidak aktif secara ekonomi digolongkan dalam kelompok bukan angkatan
kerja yang terdiri dari kelompok mereka yang bersekolah, kelompok yang mengurus rumah
tangga yaitu mereka yang mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah dan golongan lainnya
(DEPNAKERTRANS, 2007).Golongan yang masih bersekolah dan yang mengurus rumah
tangga sewaktu-waktu dapat masuk ke pasar kerja sehingga kelompok ini dapat juga disebut
sebagai angkatan kerja potensial. Sektor formal didefinisikan sebagai usaha yang dimiliki badan
usaha dengan memiliki tenaga kerja, sedangkan sektor informal adalah usaha yang dilakukan
sendiri atau dibantu orang lain dan atau pekerja bebas serta pekerja yang tak dibayar.
Penggolongan semua penduduk tersebut dapat dilihat pada diagram ketenagakerjaan.

Gambar 2.1 Diagram Keternagakerjaan

Menurut Swastha (2000) dalam Subekti (2007) tenaga kerja dapat dibedakan sesuai dengan
fungsinya, yaitu :

a) Tenaga Kerja Eksekutif. Tenaga kerja ini mempunyai tugas dalam pengambilan
keputusan dan melaksanakan fungsi organik manajemen, merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, mengordinir dan mengawasi.
b) Tenaga Kerja Operatif. Jenis tenaga kerja ini adalah pelaksana yang melaksanakan tugas-
tugas tertentu yang dibebankan kepadanya. Tenaga kerja operatif dibagi menjadi tiga
yaitu:
 Tenaga kerja terampil (skilled labour)
 Tenaga kerja setengah terampil (semi skilled labour)
 Tenaga kerja tidak terampil (unskilled labour)

2.1.1.2 Penyerapan Tenaga Kerja


Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk bekerja pada
suatu unit usaha atau lapangan pekerjaan (BPS, 2003). Kesempatan kerja ini akan menampung
semua tenaga kerja apabila unit usaha atau lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau
seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang ada. Adapun lapangan pekerjaan adalah bidang
kegiatan usaha atau instansi di mana seseorang bekerja atau pernah bekerja.

2.1.1.3 Teori Permintaan Tenaga Kerja

Teori permintaan tenaga kerja adalah teori yang menjelaskan seberapa banyak suatu
lapangan usaha akan mempekerjakan tenaga kerja dengan berbagai tingkat upah pada suatu
periode tertentu. Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah yang
diminta dengan harga.Sehubungan dengan tenaga kerja, permintaan tenaga kerja berarti
hubungan antara tingkat upah dengan kuantitas tenaga kerja yang dikehendaki untuk
dipekerjakan.

Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan masyarakat


terhadap barang dan jasa. Masyarakat membeli barang karena barang tersebut memberikan
kegunaan kepada konsumen.Akan tetapi bagi pengusaha mempekerjakan seseorang bertujuan
untuk membantu memproduksi barang dan jasa untuk dijual kepada masyarakat. Dengan kata
lain, pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung dari pertambahan
permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Oleh karena itu, permintaan akan
tenaga kerja merupakan permintaan turunan.

Pengusaha memperkerjakan seseorang karena membantu memproduksi barang dan jasa


untuk dijual kepada masyarakat. Oleh karena itu, kenaikan permintaan pengusaha terhadap
tenaga kerja, tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksi. Di
dalam menganalisis mengenai permintaan perlulah disadari perbedaan di antara istilah
“permintaan” dan “jumlah barang yang diminta”.

Menurut Sudarsono (1988) dalam Subekti (2007), permintaan tenaga kerja berkaitan
dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh suatu unit usaha. Permintaan tenaga kerja
dipengaruhi perubahan tingkat upah dan faktor- faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil
produksi, yaitu permintaan pasar akan hasil produksi dari suatu unit usaha, yang tercermin dari
besarnya volume produksi dan harga barang-barang modal seperti mesin atau alat proses
produksi.

Mengacu pada uraian di atas, maka diperoleh kesimpulan adanya perbedaan antara
permintaan tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang diminta atau dalam hal ini tenaga kerja
yang diserap oleh sektor usaha tertentu di suatu wilayah. Permintaan tenaga kerja adalah
keseluruhan hubungan antara berbagai tingkat upah dan jumlah tenaga kerja yang diminta untuk
dipekerjakan. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang diminta lebih ditujukan pada kuantitas dan
banyaknya permintaan tenaga kerja pada tingkat upah tertentu.Jadi yang dimaksud dengan
penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini adalah jumlah atau banyaknya orang yang bekerja
di Pulau Jawa.

Fungsi permintaan tenaga kerja biasanya didasarkan pada teori ekonomi neoklasik,
dimana dalam ekonomi pasar diasumsikan bahwa pengusaha tidak dapat mempengaruhi harga
pasar (price taker). Dalam hal memaksimalkan laba, pengusaha hanya dapat mengatur berapa
jumlah tenaga kerja yang dapat dipekerjakan. Fungsi permintaan tenaga kerja didasarkan pada :
(1) tambahan hasil marjinal, yaitu tambahan hasil (output) yang diperoleh dengan penambahan
seorang pekerja atau istilah lainnya disebut Marginal Physical Product dari tenaga kerja (MPPL),
(2) penerimaan marjinal, yaitu jumlah uang yang akan diperoleh pengusaha dengan tambahan
hasil marjinal tersebut atau istilah lainnya disebut Marginal Revenue (MR). Penerimaan marjinal
disini merupakan besarnya tambahan hasil marjinal dikalikan dengan harga per unit, sehingga
MR= VMPPL = MPPL . P, dan (3) biaya marjinal, yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan
pengusaha dengan mempekerjakan tambahan seorang pekerja, dengan kata lain upah karyawan
tersebut. Apabila tambahan penerimaan marjinal lebih besar dari biaya marjinal, maka
mempekerjakan orang tersebut akan menambah keuntungan pemberi kerja, sehingga ia akan
terus menambah jumlah pekerja selama Marginal Revenue (MR) lebih besar dari tingkat upah

Pengertian menganggur disini adalah aktif mencari kerja. Pengangguran terbuka Adalah
bagian arti angka kerja yang sekarang ini tidak dan sedang aktif mencari kerja. Setengah
menganggur Adalah perbedaan jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan seseorang dalam
pekerjaannya dengan jumlah pekerjaan yang secara normal mampu dan ingin dikerjakan.
Pengangguran struktural Adalah pengangguran yang disebabkan karena tidak cocokan antara
para pencari kerja sehubungan dengan keterampilan, bidang keahlian maupun daerah lokasinya.
Pengangguran friksional Adalah pengangguran yang terjadi akibat pindahnya seseorang dari
suatu pekerjaan yang lain. Pengangguran tidak ketara Dalam angkatan kerja mereka dimasukkan
dalam kegiatan bekerja, tetapi sebetulnya pengangguran jika dilihat dari segi produktifitasnya.

2..1.2 Upah

Upah merupakan balas jasa tenaga kerja yang diberikan oleh produsen atau perusahaan
sebagai imbalan atas hasil jasa tenaga kerja dalam memproduksi barang ataupun jasa. Upah juga
merupakan salah satu indikator penting untuk melihat tingkat hidup pekerja. Upah riil pekerja
merupakan suatu upah yang telah disesuaikan dengan memperhitungkan tingkat kebutuhan
penduduk secara umum. Dalam Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial dan
tenaga kerja menjelaskan bahwa upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha
kepada tenaga kerja untuk sesuatu pekerjaan yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau
dinilai dalam bentuk uang ditetapkan menurut suatu perjanjian, atau peraturan perundang-
undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan tenaga kerja,
termasuk tunjangan, baik untuk tenaga kerja sendiri maupun keluarganya. Upah tenaga kerja
yang diberikan tergantung pada:

a) Biaya keperluan hidup minimum pekerja dan keluarganya.


b) Peraturan undang-undang yang mengikat tentang upah minimum pekerja (UMR).
c) Produktivitas marginal tenaga kerja.
d) Tekanan yang dapat diberikan oleh serikat buruh dan serikat pengusaha.
e) Perbedaan jenis pekerjaan.

2.1.2.1 Teori Upah Tenaga Kerja

Upah dan pembentukan harga upah tenaga kerja akan dikemukakan beberapa teori yang
menerangkan tentang latar belakang terbentuknya harga upah tenaga kerja.

1. Teori Upah Wajar (alami) dari David Ricardo

Tingkat upah sebagai balas jasa bagi tenaga kerja merupakan harga yang diperlukan
untuk mempertahankan dan melanjutkan kehidupan tenaga kerja.Ricardo juga menyatakan
bahwa perbaikan upah hanya ditentukan oleh perbuatan dan perilaku tenaga kerja sendiri dan
pembentukan upah sebaiknya diserahkan kepada persaingan bebas di pasar. Teori ini
menerangkan:

1. Upah menurut kodrat upah adalah yang cukup untuk pemeliharaan hidup pekerja dengan
keluarganya.

2. Di pasar akan terdapat upah menurut harga pasar adalah upah yang terjadi di pasar dan
ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Upah harga pasar akan berubah disekitar upah
menurut kodrat. Oleh para ahli ekonomi modern, upah kodrat dijadikan batas minimum dari
upah kerja.

2. Teori Upah Besi

Teori upah ini dikemukakan oleh Ferdinand Lassalle. Penerapan system upah kodrat
menimbulkan tekanan terhadap kaum buruh, karena kita ketahui posisi kaum buruh dalam posisi
yang sulit untuk menembus kebijakan upah yang telah ditetapkan oleh para produsen.
Berhubungan dengan kondisi tersebut maka teori ini dikenal dengan istilah “Teori Upah
Besi”.Untuk itulah Lassalle menganjurkan untuk menghadapi kebijakan para produsen terhadap
upah agar dibentuk serikat pekerja.

3. Malthus

Malthus merupakan salah satu seorang tokoh klasik yang meninjau upah dalam kaitannya
dengan perubahan penduduk. Menurut Malthus, jumlah penduduk merupakan faktor strategis
yang dipakai untuk menjelaskan berbagai hal. Malthus menyatakan bila penduduk bertambah,
penawaran tenaga kerja juga bertambah sehingga dapat menekan tingkat upah. Demikian juga
sebaliknya, tingkat upah akan meningkat jika penawaran tenaga kerja berkurang akibat jumlah
penduduk yang menurun.

Karena pemenuhan kebutuhan yang layak di setiap propinsi berbeda-beda, maka disebut
Upah Minimum Propinsi (UMP). Menurut Permen no.1 Th. 1999 Pasal 1 ayat 1, upah minimum
adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Upah ini
berlaku bagi mereka yang lajang dan memiliki pengalaman kerja 0-1 tahun, berfungsi sebagai
jaring pengaman, ditetapkan melalui Keputusan Gubernur berdasarkan rekomendasi dari Dewan
Pengupahan dan berlaku selama 1 tahun berjalan.
Undang-undang upah minimum menetapkan upah minimal yang harus dibayar perusahaan
kepada para karyawannya. Kebijakan upah minimum ditengarai akan lebih banyak berdampak
pada penganggur dengan usia muda (Mankiw, 2007). Alasannya yaitu pekerja dengan usia lebih
muda termasuk anggota angkatan kerja yang kurang terdidik dan kurang pengalaman, maka
mereka cenderung memiliki produktivitas marginal yang rendah.

Upah nominal yaitu sejumlah upah yang dinyatakan dalam bentuk uang yang diterima secara
rutin oleh para pekerja. Upah riil adalah standar upah minimum dengan mempertimbangkan
harga-harga yang berlaku. Perubahan upah riil akan memengaruhi permintaan terhadap tenaga
kerja. Jika upah riil naik, biaya produksi yang diperlukan untuk memproduksi suatu produk
menjadi lebih tinggi, akibatnya output yang dihasilkan berkurang dan berdampak pada
berkurangnya permintaan terhadap tenaga kerja.

2.1.2.2 Perubahan tingkat upah

Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan.
Apabila digunakan asumsi bahwa tingkat upah naik maka akan terjadi : Naiknya tingkat upah
akan meningkatkan biaya produksi perusahaan, yang selanjutnya akan meningkat pula harga per
unit barang yang diproduksi. Biasanya konsumen akan memberikan respon yang cepat apabila
terjadi kenaikan harga barang, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak lagi mau membeli
barang yang bersangkutan. Akibatnya banyak produksi barang yang tidak terjual, terpaksa
produsen menurunkan jumlah produksinya, mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang
dibutuhkan Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena pengaruh turunnya skala
produksi disebut efek skala produksi atau “ scale – effect “ Apabila upah naik maka pengusaha
ada yang lebih suka menggunakan teknologi padat modal untuk proses produksinya dan
menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan barang modal seperti mesin
dan lain – lain. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena adanya pergantian atau
penambahan penggunaan mesin-mesin disebut efek subtitusi tenaga kerja atau “ subtitution
effect “ Baik efek skala produksi maupun efek subtitusi akan menghasilkan suatu bentuk kurva
permintaan tenaga kerja yang mempunyai slope negatif seperti tampak pada kurva dibawah ini.
Gambar 1 Kurva Permintaan Tenaga Kerja Sumber : (Afrida BR , 2003 :206) Menurut
Sumarsono (2003: 112), upah dibagi menjadi tiga macam yaitu : Upah Pokok Upah yang
diberikan pada karyawan, yang dibedakan atas upah per jam, per hari, per minggu, per bulan.
Upah Lembur Upah yang diberikan pada karyawan yang bekerja melebihi jam kerja yang telah
ditetapkan perusahaan. Tunjangan Sejumlah uang yang diterima karayawan secara menyeluruh
karena adanya keuntungan dari perusahaan pada akhir tahun neraca.

2.1.3 Pengertian Harga

Harga Jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli
atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan (R. A. Supriyono, (1991:332).
Definisi lain adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh produsen kepada konsumen atas
barang dan atau jasa yang diperolehnya senilai biaya produksi ditambah dengan keuntungan
yang diharapkan oleh produsen.

2.1.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan harga jual dari suatu
barang atau jasa yang di produksi, yaitu :

1) Faktor biaya, merupakan dasar dalam menentukan harga jual produk atau jasa. Biaya
dapat langsung diidentifikasikan kepada produk atau jasa yang dihasilkan karena
merupakan faktor yang berasal dari dalam perusahaan. Biaya dapat memberikan
informasi batas bawah suatu harga yang harus ditentukan oleh perusahaan atas suatu
produk atau jasa. Batas bawah harga tersebut haruslah harga yang dapat menutupi seluruh
biaya produksi walaupun dengan perolehan laba yang minimal.
2) Faktor bukan biaya, merupakan faktor yang berasal dari luar perusahaan yang dapat
mempengaruhi keputusan manajemen dalam menentukan harga jual produk atau jasa.
Faktor ini tidak sepenuhnya dapat dikendalikan oleh perusahaan karena faktor tersebut
merupakan kegiatan yang bersifat timbal balik antara perusahaan dengan pasar. Berikut
ini faktor-faktor tersebut antara lain:

Keadaan perekonomian, perubahan kondisi perekonomian suatu negara seperti perubahan


inflasi dan deflasi dapat mempengaruhi harga suatu barang atau jasa yang diperjual-belikan di
masyarakat.

Permintaan dan penawaran pasar, permintaan merupakan jumlah barang atau jasa yang
diinginkan oleh konsumen di pasar pada tingkat harga beli tertentu, sedangkan penawaran adalah
total barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen di pasar pada tingkat harga jual tertentu.
Oleh karena itu, permintaan konsumen terhadap suatu barang atau jasa harus dipertemukan
dengan penawaran pasar sehingga terbentuk suatu harga keseimbangan di mana harga tersebut
merupakan harga jual yang diinginkan perusahaan dan juga merupakan harga yang sesuai dengan
permintaan konsumen.

Elastisitas permintaan, elastisitas permintaan adalah kepekaan perubahan permintaan akan


barang atau jasa terhadap perubahan harga. Elastisitas ini membantu manajer untuk memahami
apakah suatu bentuk permintaan itu elastis atau inelastis. Elastis berarti perubahan sekian persen
pada harga menyebabkan perubahan persentase permintaan yang lebih besar, sedangkan inelastis
berarti perubahan sekian persen pada harga secara relatif sedikit mengubah persentase
permintaan.

Tipe pasar, ada empat jenis struktur pasar yaitu pasar persaingan sempurna, persaingan
monopolistik, oligopoli, dan monopoli. Pasar-pasar ini memiliki perbedaan dalam jumlah
pembeli dan penjual, tingkat keunikan produk atau jasa yang dihasilkan, seberapa besar
rintangan untuk memasuki pasar, dan biaya khusus yang harus dikeluarkan.

Pengawasan pemerintah pengawasan pemerintah biasanya dilakukan untuk mengontrol


besaran harga barang atau jasa yang beredar dimasyarakat agar tetap sesuai dengan keinginan
perusahaan dan kemampuan masyarakat.

Citra atau kesan masyarakat, semakin tinggi citra suatu produk di masyarakat akan
menyebabkan produsen menetapkan harga jual yang tinggi.
Tanggung jawab sosial perusahaan, penentuan harga jual barang atau jasa suatu perusahaan
juga dapat dipengaruhi oleh rasa tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat. Hal ini
dikarenakan tujuan didirikannya perusahaan bukan hanya untuk mencari laba tetapi juga untuk
melayani atau memenuhi kebutuhan masyarakat.

Tujuan non laba (nirlaba), pada organisasi non laba (nirlaba), laba bukan merupakan tujuan
utama berdirinya organisasi tersebut tetapi bertujuan untuk melayani masyarakat agar tingkat
kehidupannya lebih sejahtera. Pada umumnya produk yang dihasilkan oleh perusahaan non laba
berupa jasa yang harga jual produknya ditentukan sama dengan total biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk menghasilkan produk tersebut.

2.1.3.2 Metode penetapan harga jual

Menurut Herman (2006:175) ada beberapa metode penetapan harga (methods of price
determination) yang dapat dilakukan budgeter dalam perusahaan, yaitu:

1) Metode taksiran (judgemental method)


metode ini biasa digunakan oleh perusahaan yang baru saja berdiri karena dilakukan
dengan menggunakan prediksi tanpa menggunakan data statistik. Oleh karena itu
kekurangan dari metode ini adalah tingkat keakuratan prediksi sangat rendah.
2) Metode berbasis pasar (market-based pricing)
 Harga pasar saat ini (current market price) metode ini dipakai apabila perusahaan
mengeluarkan produk baru, yaitu hasil modifikasi dari produk yang lama.
Perusahaan akan menetapkan produk baru tersebut seharga dengan produk yang
lama. Penggunaan metode ini murah dan cepat. Akan tetapi pangsa pasar yang
didapat pada tahun pertama relatif kecil karena konsumen belum mengetahui
profil produk baru perusahaan tersebut.
 Harga pesaing (competitor price), metode ini menetapkan harga produknya
dengan mereplikasi langsung harga produk perusahaan saingannya untuk produk
yang sama atau berkaitan. Dengan metode perusahaan berpotensi mengalami
kehilangan pangsa pasar karena dianggap sebagai pemalsu. Ini dapat terjadi
apabila produk perusahaan tidak mampu menyaingi produk pesaing.
 Harga pasar yang disesuaikan (adjusted current marker price), penyesuaian dapat
dilakukan berdasarkan pada faktor eksternal dan internal. Dengan metode ini,
perusahaan mengidentifikasi harga pasar yang berlaku pada saat penyiapan
anggaran dengan melakukan survey pasar atau memperoleh data sekunder. Harga
yang berlaku tersebut dikalikan dengan penyesuaian (price adjustment) setelah
mempertimbangkan faktor internal dan eksternal yang ditetapkan dalam angka
indeks (persentase). Indeks 87 berarti 87/100.

3. Metode berbasis biaya (cost-based pricing)

Biaya penuh plus tambahan tertentu (full cost plus mark-up), dalam metode ini budgeter
harus mengetahui berapa proyeksi full cost untuk produk tertentu. Full cost adalah
seluruh biaya yang dikeluarkan dan atau dibebankan sejak bahan baku mulai diproses
sampai produk jadi siap untuk dijual. Hasil penjumlahan antara full cost dengan tingkat
keuntungan yang diharapkan (required profit margin) yang ditentukan oleh direktur
pemasaran atau personalia yang diberikan wewenang dalam penetapan harga, akan
membentuk proyeksi harga untuk produk itu pada tahun anggaran mendatang. Required
profit margin dapat juga ditetapkan dalam persentase. Untuk menetapkan profit, budgeter
harus mengalikan full cost dengan persentase required profit margin. Penjumlahan antara
profit dengan full cost akan menghasilkan proyeksi harga.

Biaya variabel plus tambahan tertentu (variable cos plus mark-up) Dengan metode ini
budgeter menggunakan basis variblel cost. Proyeksi harga diperoleh dengan
menambahkan mark-up laba yang diinginkan. Mark-up yang diinginkan pada metode ini
lebih tinggi dari mark-up dengan basis full cost. Hal ini disebabkan biaya variabel selalu
lebih rendah daripada full cost

2.2 Penelitian Terdahulu

Sugiyarto ( 2002 ) meneliti mengenai pengaruh industri mebel Jepara terhadap


penyerapan tenaga kerja menggunakan data time series 1983-1997 . Penelitian ini menggunakan
analisis regresi berganda dengan metode ordinary least square, variabel –variabel bebas yang
diteliti terdiri atas nilai produksi, upah dan pengeluaran untuk tenaga kerja . Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa peningkatan nilai produksi dan peningkatan pengeluaran untuk tenaga
kerja akan meningkatkan permintaan tenaga kerja sedangkan peningkatan upah tenaga kerja akan
menurunkan permintaan terhadap tenaga kerja .

Adip Fachrizal H (2004) melakukan penelitian tentang Tingkat Upah Terhadap


Permintaan Tenaga Kerja Industri Kecil di Kabupaten Temanggung. Analisis yang digunakan
adalah analisis regresi linear berganda. Dan hasil dari penelitian ini adalah variabel tingkat upah
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan tenaga kerja industri kecil di kabupaten
Temanggung, sehingga penelitian sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi tingkat upah maka
akan mengakibatkan penurunan permintaan tenaga kerja.

2.3 Kerangka Pemikir

Berdasarkan suatu asumsi bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi dalam


penyerapan tenaga kerja di Kota Pasuruan dipengaruhi oleh faktor internal yaitu Harga Jual dan
Tingkat Upah sedangkan faktor eksternal dianggap tetap, maka dapat disusun suatu kerangka
pemikiran sebagaimana pada gambar di bawah ini :

Penyerapan Tenaga Kerja


(Y1)

Harga Jual Upah


(X1) (X2)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Penyerapan tenaga kerja di sektor industri kecil dipengaruhi oleh harga jual (X1) tingkat
upah (X2). Meningkatkan penyerapan tenaga kerja dilakuan dengan menentukan harga jual yang
terjangkau. Jika harga jual di industry mebel tersebut terjangkau maka permintaan akan jumlah
produksi juga akan meningkat sehingga banyak tenaga kerja yang terserap untuk memenuhi
kapasitas produksi. Selain itu perubahan tingkat upah/gaji akan mempengaruhi penyerapan
tenaga kerja, dengan semakin tinggi tingkat upah/gaji maka pihak perusahaan akan mengurangi
jumlah permintaan tenaga kerja. Sebab, hubungan negatif yang terjadi antara tingkat upah/gaji
dengan jumlah tenaga kerja adalah merupakan salah satu bentuk upaya pengalokasian faktor
produksi secara efisien yang memberikan keuntungan bagi perusahaan tersebut, sehingga apabila
terjadi penurunan tingkat upah maka dana yang ada akan dialokasikan untuk faktor produksi lain
yang dapat menghasilkan nilai margin yang sama besarnya.

2.4 Hipotesis

Adapun hipotesis yang dikemukakan, dirumuskan adalah sebagai berikut :

 Diduga harga jual berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja
industry mebel di pasuruan
 Diduga upah minimum berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja industry mebel di pasuruan
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Dalam penelitian ini berlokasi pada daerah Jl. Bukir Sentra Industri di Pasuruan, Provinsi
Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan sensus sebagai metode pengumpulan data dimana
terdapat 20 - 30 unit usaha mebel di Sentra Industri Mebel Jl. Bukir Kota Pasuruan

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif


yaitu metode yang didasarkan pada analisis dengan pendeskripsian faktorfaktor yang
berhubungan dengan masalah yang dimaksudkan sebagai pendukung untuk analisis metode
kuantitatif. Sedangkan metode kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk mencari
berbagai variabel yang menjadi objek penelitian. Sedangkan metode analisis statistik yang
digunakan adalah regresi berganda. Variabel - variabel penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari variabel dependen (terikat) yaitu variabel jumlah tenaga kerja dan
variabel independen (bebas) terdiri dari varibel harga dan upah.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi unit usaha yang dimiliki di bukir pasuruan sebanyak ……

Menurut Arikunto (2006), apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sehingga penelitian ini tidak menggunakan sampel

3.4 Instrumen Penelitian

Data primer digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data diambil melalui
wawancara terstruktur dan observasi. Metode pengambilan sampel dihitung dengan rumus slovin
dengan sampel sebanyak …….. sampel.
Sedangkan untuk mengetahui pengaruh modal dan tingkat upah terhadap nilai produksi
serta penyerapan tenaga kerja pada indusrti kerajinan perak menggunakan kuesioner atau angket
yang disebarkan kepada kepada usaha kerajinan mebel yang ada di Jl bukir kota Pasuruan

3.5 Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan peneliti menggunakan metode


dokumentasi/kajian pustaka. Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data berdasarkan
dokumen-dokumen, studi pustaka, jurnal-jurnal ilmiah, dan laporan tertulis lainnya yang ada
hubungannya industri kecil dan menengah dan ketenagakerjaan , demikian pula referensi
kepustakaan yang berkaitan dengan tema yang diteliti.

Untuk mendepatkan data yang dibutuhkan peneliti menggunakan metode ssebagai berikut :

a) Wawancara yaitu menanyakan kepada pemilik usaha dan tenaga kerjanya tentang hal-hal
yang terkait dengan penelitian ini.
b) Angket (kuesioner), yaitu suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang terkait
dengan penelitian ini yang harus dijawab secara tertulis oleh responden.
c) dokumentasi/kajian pustaka. Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data
berdasarkan dokumen-dokumen, studi pustaka, jurnal-jurnal ilmiah, dan laporan tertulis
lainnya yang ada hubungannya industri kecil dan menengah dan ketenagakerjaan ,
demikian pula referensi kepustakaan yang berkaitan dengan tema yang diteliti

3.6 Metode Analisis Data

Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh hubungan antara variabel independen terhadap
variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penyerapan tenaga kerja dan
variabel independen dalam penelitian ini adalah harga dan upah.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.
Analisis regresi ini kita gunakan untuk menguji model penyerapan tenaga kerja. Bermula dari
spesifikasi model yang dibentuk berdasar teori yang ada atas suatu permasalahan sebagai mana
dalam landasan teori, berupa penjabaran model. Analisis regresi berganda untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh yang terjadi antara variabel independen dengan variabel dependen,
dengan pendekatan OLS (Ordinary Least Square). Pada penelitian ini menggunakan aplikasi
komputer berupa aplikasi Eviews 6.0 Maka model dasar yang dipakai adalah model persamaan
regresi linier berganda :

Y = β0 + X1β1+ X2β2 + X3β3 + e Yang kemudian ditransformasikan kedalam


persamaan logaritma natural, yaitu :

LnY = ßo + ß1LnX1 + ß2LnX2 + ß3LnX3 + e

dimana: Y = Jumlah tenaga kerja yang bekerja (orang) X1 = Harga (harga jual per unit
barang yang di produksi dalam sebulan ) X2 = Upah pekerja (Rp dalam sebulan)

βo = intersep β1, β2, β3, = koefisien regresi parsial µ = distubance error/ error term

3.7 Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
Definisi operasional variabel merupakan penjelasan dari masing - masing variabel dependen
(terikat) dan variabel independen (bebas), yaitu : 1. Variabel dependen Penyerapan tenaga kerja
(Y) UMKM diukur oleh jumlah tenaga kerja yang bekerja pada UMKM tersebut. 2. Variabel
Independen (bebas), merupakan variabel yang terjadi pertama dari segi waktu atau sebab yang
diperkirakan. Variabel-varibel bebas yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

a) Harga Jual (XI) adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada
pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan.
b) Tingkat upah (X1) adalah semua pengeluaran uang atau barang yang dibayarkan kepada
buruh atau pekerja sebagai imbalan atas pekerjaan atau jasa yang telah atau akan
dilakukan terhadap perusahaan dibagi dengan jumlah tenaga kerja pada usaha tersebut.
Dalam penelitian ini tingkat upah tenaga kerja diukur dalam satuan rupiah dalam setiap
bulannya per tenaga kerja. .
3.8 Uji asumsi klasik

Sebelum dilakukan uji regresi berganda, untuk menunjukan serangkaian asumsi dasar
yang harus dipenuhi menghasilkan estimasi yang baik atau dikenal dengan BLUE, diperlukan
uji asumsi klasik yang terdiri dari

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji variabel terikat dan variabel bebas, apakah
memiliki distribusi normal atau tidak. Cara untuk dengan melihat nilai probabilitas > α (0,05),
maka data berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinieritas

Apabila hubungan dari variabel jumlah tenaga kerja dan variabel modal 0,8 maka tidak ada
multikolinieritas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Untuk menguji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji white (White
Heteroskedasticity Test). Jika nilai probabilitas dari Obs*R-squard < α (0,05), maka data
bersifat heteroskedastis dan jika nilai probabilitas dari Obs*R-squard > α (0,05), maka data
tidak bersifat heteroskedastis.

4. Uji Autokorelasi

Salah satu cara untuk menguji ada tidaknya autokorelasi adalah dengan Uji Durbin-Watson.
Koefesien DW dapat dilihat dari nilai d dengan kriteria sebagai berikut :
DW Kesimpulan
0,00- Ada autokorelasi
1,10 positif
1,111- Tidak dapat
1,53 diputuskan
1,54- Tidak ada
2,46 autokorelasi
2,47- Tidak dapat
2,90 diputuskan
2,91- Ada autokorelasi
4,00 negatif

Jadi, jika d berada diantara 1,54 dan 2,46, maka dapat disimpulkan tidak ada gejala
autokorelasi.

5. Uji linearitas

Uji linearitas dapat menggunakan uji Durbin-Watson, Ramsey Test atau uji Lagrange
Multiplier. Penulis menggunakan uji linearitas dengan uji Ramsey Test, maka syaratnya agar
lolos uji linearitas yaitu Probability dari F-Statistik > α 0,05 maka spesifikasi model yang
digunakan sudah benar.

Anda mungkin juga menyukai