Anda di halaman 1dari 20

BATUBARA (COAL)

Disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Kimia 1

Disusun oleh :

Pebri Ika Ndani


5214220007
Putra Perdana Bandi
521422000

REKAYASA INDUSTRI SEMEN


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
TAHUN AJARAN 2015-2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul
“Batubara (Coal)” sesuai dengan ketentuan dan waktu yang telah ditentukan.
Penulisan makalah ini dilakukan sebagai syarat pemenuhan nilai pada mata kuliah
Kimia1 EVE Batch 10 Narogong.
Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan dan dorongan
baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Djedjen Ahmad selaku dosen mata kuliah Pengetahuan Bahan Teknik
yang telah sabar membimbing kami dan memberikan pengarahan selama ini.
2. Kepada kedua orang tua kami, yang tiada henti-hentinya memberikan
dukungan dan doronganya baik secara moril maupun materil, sehingga kami
dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
3. Kepada teman – teman EVE Batch 10 yang telah mendukung dan membantu
dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan tulisan kami mendatang. Akhir kata, kami berharap agar penulisan
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya.
Bogor,13 November 2015

Penulis

Batubara (Coal) Page i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Tujuan:...................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
ISI ............................................................................................................................ 2
2.1. Pengertian Batubara ..................................................................................... 2
2.2. Proses Pembentukan Batubara ................................................................. 2
2.3. Komponen-komponen dalam Batubara .................................................... 5
2.4. Sifat-sifat Batubara ................................................................................... 6
2.4.1. Sifat Fisik Batubara ........................................................................... 6
2.4.2. Sifat kimia batubara .......................................................................... 8
2.5. Analisa Batubara ...................................................................................... 9
2.5.1. Analisa Proksimat ............................................................................. 9
2.5.2. Analisa Ultimate.............................................................................. 13
BAB III ................................................................................................................. 16
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 16
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 16
3.2. Saran ....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

Batubara (Coal) Page ii


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Batubara merupakan salah satu bahan bakar yang sering digunakan sebagian
bahan bakar dalam industri, salah satunya dalam industri semen. Pemilihan
batubara sebagai bahan bakar tentunya dipertimbangkan oleh beberapa
faktor termasuk sifat dari batubara itu sendiri. Hal itu bisa dipelajari dari
proses pembentukan hingga analisa pada batubara.
Saebagai mahasiswa yang memiliki lingkungan belajar dalam
lingkup industri semen penting untuk mengetahui ilmu tentang batubara
tersebut. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, kami menyusun makalah
tentang batubara. Nantinya dalam makalah ini akan dibahas dari pengertian
batubara hingga analisa batubara.

1.2.Tujuan:
a. Sebagai syarat pemenuhan nilai pada mata kuliah Kimia1
b. Mahasiswa dapat memiliki pengetahuan lebih tentang batubara
c. Mahasiswa dapat mengatahui analisa batubara

Batubara (Coal) Page 1


BAB II

ISI

2.1. Pengertian Batubara


Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-
unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.Batu bara juga adalah
batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat
ditemui dalam berbagai bentuk.

Batubara merupakan sumber energi yang selama ini banyak dimanfaatkan


dalam berbagai bidang kehidupan. Pada dasarnya batubara merupakan bahan bakar
fosil dan termasuk dalam kategori batuan sedimen.

2.2.Proses Pembentukan Batubara


Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi
pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta
tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif
dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan
bumi bagian utara terbentuk.

Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu
bara yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan
berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi
lain.

Proses pembentukan batu bara sendiri sangatlah kompleks dan membutuhkan


waktu hingga berjuta-juta tahun lamanya. Batubara terbentuk dari sisa-sisa
tumbuhan purba yang kemudian mengendap selama berjuta-juta tahun dan
mengalami proses pembatubaraan (coalification) dibawah pengaruh fisika, kimia,
maupun geologi. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar
fosil. Secara ringkas ada 2 tahap proses pembatubaraan yang terjadi, yakni:

1. Tahap Diagenetik atau Biokimia (Penggambutan), dimulai pada saat dimana


tumbuhan yang telah mati mengalami pembusukan (terdeposisi) dan menjadi

Batubara (Coal) Page 2


humus. Humus ini kemudian diubah menjadi gambut oleh bakteri anaerobic dan
fungi hingga lignit (gambut) terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses
perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang
dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material
organik serta membentuk gambut.
2. Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi
bituminus dan akhirnya antrasit.

Secara lebih rinci, proses pembentukan batu bara dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pembusukan, bagian-bagian tumbuhan yang lunak akan diuraikan oleh bakteri


anaerob.
2. Pengendapan, tumbuhan yang telah mengalami proses pembusukan
selanjutnya akan mengalami pengendapan, biasanya di lingkungan yang berair.
Akumulasi dari endapan ini dengan endapan-endapan sebelumnya akhirnya
akan membentuk lapisan gambut.
3. Dekomposisi, lapisan gambut akan mengalami perubahan melalui proses
biokimia dan mengakibatkan keluarnya air dan sebagian hilangnya sebagian
unsur karbon dalam bentuk karbondioksida, karbonmonoksida, dan metana.
Secara relatif, unsur karbon akan bertambah dengan adanya pelepasan unsur
atau senyawa tersebut.
4. Geotektonik, lapisan gambut akan mengalami kompaksi akibat adanya gaya
tektonik dan kemudian akan mengalami perlipatan dan patahan. Batubara low
grade dapat berubah menjadi batubara high grade apabila gaya tektonik yang
terjadi adalah gaya tektonik aktif, karena gaya tektonik aktif dapat
menyebabkan terjadinya intrusi atau keluarnya magma. Selain itu, lingkungan
pembentukan batubara yang berair juga dapat berubah menjadi area darat
dengan adanya gaya tektonik setting tertentu.
5. Erosi, merupakan proses pengikisan pada permukaan batubara yang telah
mengalami proses geotektonik. Permukaan yang telah terkelupas akibat erosi
inilah yang hingga saat ini dieksploitasi manusia.

Faktor-Faktor Dalam Pembentukan Batubara

Faktor-Faktor dalam pembentukan batubara sangat berpengaruh terhadap bentuk


maupun kualitas dari lapisan batubara. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam
pembentukan batubara adalah :

1. Material dasar, yakni flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta
tahun yang lalu, yang kemudian terakumulasi pada suatu lingkungan dan

Batubara (Coal) Page 3


zona fisiografi dengan iklim clan topografi tertentu. Jenis dari flora sendiri
amat sangat berpengaruh terhadap tipe dari batubara yang terbentuk.
2. Proses dekomposisi, yakni proses transformasi biokimia dari material
dasar pembentuk batubara menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa
tumbuhan yang terendapkan akan mengalami perubahan baik secara fisika
maupun kimia.
3. Umur geologi, yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang menyatakan
berapa lama material dasar yang diendapkan mengalami transformasi.
Untuk material yang diendapkan dalam skala waktu geologi yang panjang,
maka proses dekomposisi yang terjadi adalah fase lanjut clan
menghasilkan batubara dengan kandungan karbon yang tinggi.
4. Posisi geotektonik, yang dapat mempengaruhi proses pembentukan suatu
lapisan batubara dari :
a. Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan
lapisan batubara yang terbentuk.
b. Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan
stabil, lipatan, atau patahan.
c. Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau merubah grade
dari lapisan batubara yang dihasilkan.
5. Lingkungan pengendapan, yakni lingkungan pada saat proses sedimentasi
dari material dasar menjadi material sedimen. Lingkungan pengendapan
ini sendiri dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut:
a. Struktur cekungan batubara, yakni posisi di mana material dasar
diendapkan. Strukturnya cekungan batubara ini sangat
berpengaruh pada kondisi dan posisi geotektonik.
b. Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan dari
tempat cekungan pengendapan material dasar. Topografi dan
morfologi cekungan pada saat pengendapan sangat penting karena
menentukan penyebaran rawa-rawa di mana batubara terbentuk.
Topografi dan morfologi dapat dipengaruhi oleh proses
geotektonik.
c. Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
pembentukan batubara karena dapat mengontrol pertumbuhan flora
atau tumbuhan sebelum proses pengendapan. Iklim biasanya
dipengaruhi oleh kondisi topografi setempat

Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis


tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981)
adalah sebagai berikut:

Batubara (Coal) Page 4


1. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal.
Sangat sedikit endapan batubara dari perioda ini.
2. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari
alga. Sedikit endapan batubara dari perioda ini.
3. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama
pembentuk batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara.
Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan
tumbuh di iklim hangat.
4. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur
Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal
pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti
gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian
seperti di Australia, India dan Afrika.
5. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan
modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga,
kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang
dapat terawetkan.

2.3. Komponen-komponen dalam Batubara


Batubara merupakan senyawa hidrokarbon padat yang terdapat di alam dengan
komposisi yang cukup kompleks. Pada dasarnya terdapat dua jenis material yang
membentuk batubara, yaitu :

1. Combustible Material, yaitu bahan atau material yang dapat dibakar/dioksidasi


oleh oksigen. Material tersebut umumnya terdiri dari :
 karbon padat (fixed carbon)
 senyawa hidrokarbon
 senyawa sulfur
 senyawa nitrogen, dan beberapa senyawa lainnya dalam jumlah kecil.
2. Non Combustible Material, yaitu bahan atau material yang tidak dapat
dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umumnya terediri dari
senvawa anorganik (SiO2, A12O3, Fe2O3, TiO2, Mn3O4, CaO, MgO, Na2 O,
K2O, dan senyawa logam lainnya dalam jumlah yang kecil) yang akan
membentuk abu/ash dalam batubara. Kandungan non combustible material ini
umumnya diingini karena akan mengurangi nilai bakarnya.

Pada proses pembentukan batubara/coalification, dengan bantuan faktor


fisika dan kimia alam, selulosa yang berasal dari tanaman akan mengalami
pcrubahan menjadi lignit, subbituminus, bituminus, atau antrasit. Proses
transformasi ini dapat digambarkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut.

Batubara (Coal) Page 5


5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO

Selulosa lignit + gas metan

6(C6H10O5) C22H20O3 + 5CH4 + 1OH2O + 8CO2 + CO

Cellulose bituminous + gas metan

Untuk proses coalification fase lanjut dengan waktu yang cukup lama atau dengan
bantuan pemanasan, maka unsur fdsenyawa karbon padat yang terbentuk akan
bertambah sehingga grade batubara akan menjadi lebih tinggi. Pada fase ini
hidrogen yang terikat pada air yang terbentuk akan menjadi semakin sedikit.

2.4. Sifat-sifat Batubara

2.4.1. Sifat Fisik Batubara


Sifat fisik batubara tergantung kepada unsur kimia yang membentuk batubara
tersebut, semua fisik yang dikemukakan dibawah ini mempunyai hubungan erat
satu sama lain.
a. Berat Jenis (Specific Gravity)
Specific gravity batubara berkisar dari 1.25 g/cm3 hingga 1.70 g/cm3,
pertambahannya sesuai dengan peningkatan derajat batubara. Specific gravity
batubara turun sedikit pada lignit yaitu 1.5 g/cm3 hingga bituminous yaitu 1.25
g/cm3. Kemudian akan naik lagi menjadi 1.5 g/cm3 untuk antrasit hingga 2.2
g/cm3 untuk grafit.Berat jenis batubara sangat bergantung pada jumlah dan
jenis mineral yang dikandung abu dan juga kekompakan porositasnya.
Kandungan karbon juga akan mempengaruhi kualitas batubara dalam
penggunaan. Batubara jenis yang rendah menyebabkan sifat pembakaran yang
tidak baik.
b. Kekerasan
Kekerasan batubara berkaitan dengan struktur batubara yang ada. Keras
atau lemahnya batubara juga terkandung pada komposisi dan jenis batubaranya.

Batubara (Coal) Page 6


Uji kekerasan batubara dapat dilakukan dengan mesin Hardgrove Grindibility
Index (HGI). Nilai HGI menunjukan nilai kekersan batubara. Nilai HGI
berbanding terbalik dengan kekerasan batubara. Semakin tinggi nilai HGI ,
maka batubara tersebut semakin lunak. Sebaliknya, jika nilai HGI batubara
tersebut semakin rendah maka batubara tersebut semakin keras.
c. Warna
Warna batubara bervariasi mulai dari berwarna coklat pada lignit hingga
warna hitam legam pada antrasit. Warna variasi litotipe (batubara yang kaya
akan vitrain) umumnya berwarna cerah.

d. Goresan
Goresan batubara warnanya berkisar antara terang sampai coklat tua. Lignit
mempunyai goresan hitam keabu-abuan, batubara berbitumin mempunyai
warna goresan hitam, batubara cannel mempunyai warna goresan dari coklat
hingga hitam legam.

e. Pecahan
Pecahan dari batubara memperlihatkan bentuk dari potongan batubara dalam
sifat memecahnya. Ini dapat pula memeperlihatkan sifat dan mutu dari suatu
batubara. Antrasit dan batubara cannel mempunyai pecahan konkoidal.
Batubara dengan zat terbang tinggi, cenderung memecah dalam bentuk persegi,
balok atau kubus.

Batubara (Coal) Page 7


2.4.2. Sifat kimia batubara
Sifat kimia dari batubara sangat berhubungan langsung dengan senyawa
penyusun dari batubara tersebut. Baik senyawa organik ataupun senyawa
anorganik. Sifat kimia dari batubara dapat digambarkan dari unsur yang terkandung
di dalam batubara,antara lain sebagai berikut:

a. Karbon
Jumlah karbon yang terdapat dalam batubara bertambah sesuai dengan
peningkatan derajat batubaranya. Kenaikan derajatnya dari 60% hingga 100%.
Persentase akan lebih kecil daripada lignit dan menjadi besar pada antrasit dan
hamper 100% dalam grafit. Unsur karbon dalam batubara sangat penting
peranannya sebagai sumber panas. Karbon dalam batubara tidak berada dalam
unsurnya tetapi dalam bentuk senyawa. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah
karbon yang besar yang dipisahkan dalam bentuk zat terbang.
b. Hidrogen
Hidrogen yang terdapat dalam batubara berangsur-angsur habis akibat evolusi
metan. Kandungan hidrogen dalam liginit berkisar antara 5%, 6% dan 4.5%
dalam batubara berbitumin sekitar 3% hingga 3,5% dalam antrasit.

c. Oksigen
Oksigen yang terdapat dalam batubara merupakan oksigen yang tidak reaktif.
Sebagaimana dengan hidrogen kandungan oksigen akan berkurang selam
evolusi atau pembentukan air dan karbondioksida. Kandungan oksigen dalam
lignit sekitar 20% atau lebih. Sedangkan dalam batubara berbitumin sekitar 4%
hingga 10% dan sekitar 1,5% hingga 2% dalam batubara antrasit.
d. Nitrogen
Nitrogen yang terdapat dalam batubara berupa senyawa organik yang terbentuk
sepenuhnya dari protein bahan tanaman asalnya dan jumlahnya sekitar 0,55%
hingga 3%. Batubara berbitumin biasanya mengandung lebih banyak nitrogen
daripada lignit dan antrasit.

Batubara (Coal) Page 8


e. Sulfur
Sulfur dalam batubara biasanya dalam jumlah yang sangat kecil dan
kemungkinan berasal dari pembentuk dan diperkaya oleh bakteri sulfur. Sulfur
dalam batubara biasanya kurang dari 4%, tetapi dalam beberapa hal sulfurnya
bisa mempunyai konsentrasi yang tinggi. Sulfur terdapat dalam tiga bentuk,
yaitu :
 Sulfur Piritik (Piritic Sulfur),Sulfur Piritik biasanya berjumlah sekitar 20%
hingga 80% dari total sulfur yang terdapat dalam makrodeposit (lensa, urat,
kekar, dan bola) dan mikrodeposit (partikel halus yang menyebar).
 Sulfur Organik, Sulfur Organik biasanya berjumlah sekitar 20% hingga
80% dari total sulfur, biasanya berasosiasi dengan konsentrasi sulfat selama
pertumbuhan endapan.
 Sulfat Sulfur, Sulfat terutama berupa kalsium dan besi, jumlahnya relatif
kecil dari seluruh jumlah sulfurnya

2.5. Analisa Batubara

2.5.1. Analisa Proksimat


Analisa Proksimat Batubara digunakan untuk mengetahui karakteristik dan
kualitas batubara dalam kaitannya dengan penggunaan batubara tersebut, yaitu
untuk mengetahui jumlah relatif air lembab (moisture content), zat terbang (VM),
abu (ash), dan karbon tertambat (FC) yang terkandung didalam batubara.Analisa
proksimat ini merupakan pengujian yang paling mendasar dalam penentuan kualitas
batubara.
a. Kandungan Air (Moisture content)
Dalam batubara, moisture content paling sedikitnya terdiri atas satu senyawa
kimia tunggal. Wujudnya dapat berbentuk air yang dapat mengalir dengan cepat
dari dalam sampel batubara, senyawa teradsorpsi, atau sebagai senyawa yang
terikat secara kimia. Sebagian moisture merupakan komponen zat mineral yang
tidak terikat pada batubara.
Dalam ilmu perbatuan, dikenal istilah moisture dan air. Moisture
didefinisikan sebagai air yang dapat dihilangkan bila batubara dipanaskan sampai

Batubara (Coal) Page 9


suhu 105°C. Sementara itu, air dalam batubara ialah air yang terikat secara kimia
pada lempung.
Semua batubara mempunyai pori-pori berupa pipa-pipa kapiler, dalam keadaan
alami pori-pori ini dipenuhi oleh air. Didalam standar ASTM, air ini
disebut moisture bawaan (inherent moisture). Ketika batubara ditambang dan
diproses, air dapat teradsorpsi pada permukaan kepingan batubara, menurut standar
ASTM air ini disebut moisture permukaan (surface moisture). Air yang terbentuk
dari penguraian fraksi organik batubara atau zat mineral secara termis bukan
merupakan bagian dari moisture dalam batubara.
Moisture yang datang dari luar saat batubara itu ditambang dan diangkut atau
terkena hujan selama penyimpanan disebut free moisture (standar ISO) atau air-dry
loss (standar ASTM).Moisture jenis ini dapat dihilangkan dari batubara dengan
cara dianginkan atau dikering-udarakan. Moisture in air-dried
sample(ISO) atau residual moisture (ASTM) ialah moisture yang hanya dapat
dihilangkan bila sampel batubara kering-udara yang berukuran lebih kecil dari 3
mm (-3 mm) dipanaskan hingga 105°C. Penjumlahan antara
free moisture dan residual moisture disebut total moisture. Data moisture dalam
batubara kering-udara ini digunakan untuk menghitung besaran lainnya dari basis
kering-udara (adb), bebas- ash (daf) dan basis kering, bebas-
mineralmatter (dmmf).
Kandungan air total merupakan dasar penilaian yang sangat penting. Secara
umum, tinggi rendahnya kandungan air berpengaruh pada beberapa aspek teknologi
penggunaan batubara terutama dalam penggunaan untuk tenaga uap. Dalam
penggerusan, kelebihan kandungan air akan berakibat pada komponen mesin
penggerus karena abrasi. Parameter lain yang terpengaruh oleh kandungan air
adalah nilai kalor. Semakin besar kadar air yang terkandung oleh batubara maka
akan semakin besar pula nilai kalor dalam pembakaran.
Penentuan kandungan air didalam batubara bisa dilakukan melalui proses satu
tahap atau proses dua tahap. Proses dilakukan dengan cara pemanasan sampel
sampai terjadi kesetimbangan kandungan air didalam batubara dan udara.

Batubara (Coal) Page 10


Penentuan kandungan air dengan cara tersebut dilakukan pada temperatur
diatas titik didih air (ASTM 104-110o C).

b. Kandungan Abu (Ash content)


Coal ash didefinisikan sebagai zat organik yang tertinggal setelah sampel
batubara dibakar (incineration) dalam kondisi standar sampai diperoleh berat yang
tetap. Selama pembakaran batubara, zat mineral mengalami perubahan, karena itu
banyakash umumnya lebih kecil dibandingkan dengan banyaknya zat mineral yang
semula ada didalam batubara. Hal ini disebabkan antara lain karena menguapnya
air konstitusi (hidratasi) dan lempung, karbon dioksida serta karbonat,
teroksidasinya pirit menjadi besi oksida, dan juga terjadinya fiksasi belerang
oksida.
Ash batubara, disamping ditentukan kandungannya (ash content), ditentukan
pula susunan (komposisi) kimianya dalam analisa ash dan suhu leleh dalam
penentuan suhu leleh ash.
Abu merupakan komponen non-combustible organic yangtersisa pada saat
batubara dibakar. Abu mengandung oksida-oksida logam seperti SiO2, Al2O3,
Fe2O3, dan CaO, yang terdapat didalam batubara. Kandungan abu diukur dengan
cara membakar dalam tungku pembakaran (furnace) pada suhu 815°C. Residu yang
terbentuk merupakan abu dari batubara.
Dalam pembakaran, semakin tinggi kandungan ash batubara, semakin rendah
panas yang diperoleh dari batubara tersebut. Sebagai tambahan, masalah bertambah
pula misalnya untuk penanganan dan pembuangan ash hasil pembakaran.
c. Kandungan Fixed carbon
Fixed Carbon (FC) menyatakan banyaknya karbon yang terdapat dalam
material sisa setelah volatile matter dihilangkan.FC ini mewakili sisa penguraian
dari komponen organik batubara ditambah sedikit senyawa nitrogen, belerang,
hidrogen dan mungkin oksigen yang terserap atau bersatu secara kimiawi.
Kandungn FC digunakan sebagai indeks hasil kokas dari batubara pada waktu
dikarbonisasikan, atau sebagai suatu ukuran material padat yang dapat dibakar di
dalam peralatan pembakaran batubara setelah fraksi zat mudah menguap

Batubara (Coal) Page 11


dihilangkan. Apabilaash atau zat mineral telah dikoreksi, maka kandungan FC
dapat dipakai sebagai indeks rank batubara dan parameter untuk
mengklasifikasikan batubara.
Fixed Carbon ditentukan dengan perhitungan : 100% dikurangi persentase
moisture, VM, dan ash (dalam basis kering udara (adb)).
Data Fixed Carbon digunakan dalam mengklasifikasikan batubara,
pembakaran, dan karbonisasi batubara. Fixed Carbonkemungkinan membawa pula
sedikit presentase nitrogen, belerang, hidrogen, dan mungkin pula oksigen sebagai
zat terabsorbsi atau bergabung secara kimia.
Fixed Carbon merupakan ukuran dan padatan yang dapat terbakar yang masih
berada dalam peralatan pembakaran setelah zat-zat mudah menguap yang ada
dalam batubara keluar. Ini adalah salah satu nilai yang digunakan didalam
perhitungan efesiensi peralatan pembakaran.

d. Volatile Matter
Definisi volatile matter (VM) ialah banyaknya zat yang hilang bila sampel
batubara dipanaskan pada suhu dan waktu yang telah ditentukan (setelah dikoreksi
oleh kadar moisture). Suhunya adalah 900oC, dengan waktu pemanasan tujuh menit
tepat.
Volatile yang menguap terdiri atas sebagian besar gas-gas yang mudah
terbakar, seperti hidrogen, karbon monoksida, dan metan, serta sebagian kecil uap
yang dapat mengembun seperti tar, hasil pemecahan termis seperti karbon dioksida
dari karbonat, sulfur dari pirit, dan air dari lempung.

Moisture berpengaruh pada hasil penentuan VM sehingga sampel yang


dikeringkan dengan oven akan memberikan hasil yang berbeda dengan sampel yang
dikering-udarakan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil penentuan VM ini
adalah suhu, waktu, kecepatan pemanasan, penyebaran butir, dan ukuran partikel.

Batubara (Coal) Page 12


VM yang ditentukan dapat digunakan untuk menentukan ranksuatu batubara,
klasifikasi, dan proporsinya dalam blending. Volatile matter juga penting dalam
pemilihan peralatan pembakaran dan kondisi efisiensi pembakaran.

2.5.2. Analisa Ultimate


Analisa Ultimat (analisa elementer) adalah analisa dalam penentuan jumlah
unsur Karbon (Carbon atau C), Hidrogen (Hydrogen atau H), Oksigen
(Oxygen atau O), Nitrogen (Nytrogenatau N) dan Sulfur (Sulphur atau S).
Komponen organik batubara terdiri atas senyawa kimia yang terbentuk dari hasil
ikatan antara karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen dan sulfur. Analisa ultimat
merupakan analisa kimia untuk mengetahui presentase dari masing-masing
senyawa.

a. Karbon dan Hidrogen

Karbon dan hidrogen dalam batubara merupakan senyawa kompleks


hidrokarbon yang dalam proses pembakaran akan membentuk CO2dan H2O. Selain
dari karbon, mineral karbonat juga akan membebaskan CO2 selama proses
pembakaran batubara berlangsung, sedangkan H2O diperoleh dari air yang terikat
pada tanah liat. Analisa ini sangat penting untuk menentukan proses pembakaran,
terutama untuk penyediaan jumlah udara yang dibutuhkan.

Batubara (Coal) Page 13


Untuk penentuan karbon dan hidrogen dalam batubara yang
mempunyai rank rendah digunakan cara Liebig, karena batubara yang banyak
mengandung volatile matter tinggi dapat meledak bila dipanaskan sampai suhu
tinggi. Namun, penetapan kadar karbon dan hidrogen sesuai metode ASTM D
5373-02 adalah dengan menggunakan Teknik Infra Red (IR).
Pada metode ASTM D 5373-02, contoh batubara dibakar pada temperatur
tinggi dalam aliran oksigen sehingga seluruh hidrogen diubah menjadi uap air dan
karbon menjadi karbondioksida. Uap air dan karbondioksida ditangkap oleh
detektor infra red. Melalui detektor inilah kandungan karbon dan hidrogen dapat
dibaca.
b. Nitrogen
Nitrogen dalam batubara hanya terdapat sebagai senyawa organik. Tidak
dikenal adanya mineral pembawa nitrogen dalam batubara, hanya ada beberapa
senyawa nitrogen dalam air kapiler, terutama dalam batubara muda. Pada
pembakaran batubara, nitrogen akan berubah menjadi nitrogen oksida yang
bersama gas buangan akan bercampur dengan udara. Senyawa ini merupakan
pencemar udara sehingga batubara dengan kadar nitrogen rendah lebih disukai.
Prinsip penentuan nitrogen dalam batubara semuanya dengan cara mengubah
nitrogen menjadi amonium sulfat melalui destruksi terhadap zat organik pembawa
nitrogen dalam batubara. Dalam metode ini, digunakan asam sulfat dan katalisator.
Banyaknya amonium sulfat yang terbentuk ditentukan dengan cara titrimetri.
Selain itu, seperti juga pada penentuan kadar karbon dan hidrogen,
dalam metode ASTM D 5373-02 kadar nitrogen dapat diketahui dengan
menggunakan Thermal Conductivity (TC) pada alat yang sama dengan penentuan
kadar karbon dan hidrogen di atas. TC inilah yang akan menangkap kadar nitrogen
dalam nitrogen oksida.
Data nitrogen digunakan untuk membandingkan batubara dalam penelitian.
Jika oksigen diperoleh dari perhitungan, maka nitrogen diperoleh dari sampel yang
ditentukan. Dalam pembakaran pada suhu tinggi, nitrogen akan diubah menjadi
NOx yang merupakan salah satu senyawa pencemar udara.
c. Sulfur

Batubara (Coal) Page 14


Dalam proses pembakaran, sulfur dalam batubara akan membentuk oksida
yang kemudian terlepas ke atmosfir sebagai emisi. Ada tiga jenis sulfur yang terikat
dalam batubara, yaitu :
1. Sulfur organik, dimana satu sama lain terikat ke dalam senyawa hidrogen sebagai
substansi dari batubara.
2. Mineral sulfida, seperti pirit dalam fraksi organic (pyritic sulfur).
3. Mineral sulfat, seperti kalsium sulfat atau hidrous iron.
Sulfur kemungkinan merupakan pengotor utama nomor dua
(setelah ash) dalam batubara, karena :
1. Dalam batubara bahan bakar, hasil pembakarannya mempunyai daya korosif dan
sumber polusi udara.
2. Moisture dan sulfur (terutama sebagai pirit) dapat menunjang terjadinya
pembakaran spontan.
3. Semua bentuk sulfur tidak dapat dihilangkan dalam proses pencucian.
Batubara dengan kadar sulfur yang tinggi menimbulkan banyak masalah dalam
pemanfaatannya. Bila batubara itu dibakar, sulfur akan menyebabkan korosi dalam
ketel dan membentuk endapan isolasi pada tabung ketel uap (yang
disebutslagging). Disamping itu juga menimbulkan pencemaran udara. Sebagian
sulfur akan terbawa dalam hasil pencairan batubara, gasifikasi, dan pembuatan
kokas. Jadi harus dihilangkan dulu sebelum dilakukan proses-proses tersebut.
d. Oksigen
Oksigen merupakan komponen pada beberapa senyawa organik dalam
batubara. Oksigen ini didapatkan pula dalammoisture, lempung, karbonat, dan
sebagainya. Oksigen juga memiliki peranan penting sebagai penunjuk sifat-sifat
kimia dengan derajat pembentukan batubara.
Unsur oksigen dapat ditemukan hampir pada semua senyawaorganik dalam
batubara. Dalam batubara kering unsur oksigen akan ditemukan pada besi oksida,
hidroksida dan beberapa mineral sulfat. Oksigen juga sebagai indikator dalam
menentukan peringkat batubara.

Batubara (Coal) Page 15


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
 Batubara merupakan salah satu komponen utama sebagai bahan bakar
 Batubara terdiri dari komponen combustable dan noncombustable
 Analisa batubara secara garis besar terdiri dari dua jenis yaitu analisa
proksimat dan ultimate

3.2. Saran

Demikian makalah ini kami susun, kami mengucapkan terima kasih atas
pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini, sehingga
kami dapat menyelesaikannya. Dalam makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan.Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun perbaikan makalah ini.

Batubara (Coal) Page 16


DAFTAR PUSTAKA

 http://feriyuliansyah.blogspot.co.id/2012/10/analisa-proksimat-batubara.html
 http://feriyuliansyah.blogspot.co.id/2012/10/analisa-ultimat-batubara.html
 http://tambangunp.blogspot.co.id/2014/10/karakteristik-batubara.html
 http://artikel-teknologi.com/pengertian-heating-value-bahan-bakar/
 http://timorhauniarain.blogspot.co.id/2013/02/kualitas-batu-bara.html
 http://www.softilmu.com/2015/11/Pengertian-Kajian-Perubahan-Entalpi-Reaksi-
Hukum-Termokimia-Adalah.html

Batubara (Coal) Page 17

Anda mungkin juga menyukai