Anda di halaman 1dari 30

Laporan Praktikum

Laboratorium Teknik Material 1


Modul A Uji Tarik

oleh :

Nama : Hutomo Tanoto


NIM : 13714044
Kelompok :7
Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008)
2. Catia Julie Aulia (13714035)
3. Hutomo Tanoto (13714044)
4. Fakhri Arsyi Hawari (13714051)

Tanggal Praktikum : Rabu, 13 April 2016


Tanggal Penyerahan Laporan : Selasa, 19 April 2016
Nama Asisten (NIM) : I gede eka suputra (13712055)

Laboratorium Metalurgi dan Teknik Material


Program Studi Teknik Material
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung
2016
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Uji tarik, pengujian yang dilakukan dengan pemberian beban tarik sampai
material tersebut mengalami patah oleh karena itu pengujian tarik digolongkan
sebagai pengujian yang merusak. Di industri, uji tarik sering digunakan untuk
memudahkan dalam menganalisis data. Hal ini digunakan untuk memastikan data
dan memperoleh informasi mengenai sifat mekanik suatu material. Contohnya
adalah jika kita membeli material ST37. Dari nama material tersebut kita dapat
mengetahui jika ultimate tensiile strength adalah 370Mpa. Kita dapat memastikan
barang tersebut dengan uji tarik. Aplikasi lainnya dari uji tarik ini adalah dengan
mengelola informasi yang didapatkan dari pengujiannya sehingga kita dapat
mendesain material yang diinginkan sesuai dengan propertiesnya.

Tujuan Praktikum
a. Menentukan sifat mekanik :

1. Modulus elastis
2. Yield strength
3. Ultimate tensile strength
4. Resillience
5. Ductility
6. Modulus of rupture
b. Menentukan nilai konstanta kekuatan dan strain hardening

Page 2 of 30
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Uji Tarik


Uji tarik adalah pengujian mekanik yang memberikan beban tarik pada
material uji dengan kecepatan pembebanan yang statis. Pada uji tarik, spesimen
diberi beban gaya tarik pada satu sumbu yang bertambah secara kontinyu,
bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan terhadap perpanjangan yang dialami
oleh benda uji. Standar pengujian tarik mengacu pada ASTM E8/E8M.

2.2 Skema Uji Tarik

(Sumber : Callister, William D. “Materials and Science Engineering An Introduction”, 6th edition.
John Wiley & Sons, Inc. 2003.)
Gambar 1. Skema Alat Uji Tarik

Pada uji tarik, spesimen dipasang pada mesin uji tarik dan dihubungkan ke
extensometer melalui strain gauge. Extensometer adalah alat yang mengukur
perubahan panjang yang dialami spesimen dengan strain gauge sebagai sensor.
Crosshead bergerak sehingga membuat load cell bergerak. Load cell akan
memberikan gaya dan menimbulkan tegangan tarik pada spesimen. Spesimen
yang menerima tegangan tarik akan mengalami perubahan panjang. Perubahan

Page 3 of 30
panjang yang terjadi pada spesimen akan terdeteksi oleh strain gauge yang
terpasang pada spesimen dan terukur oleh extensometer yang terhubung pada
strain gauge. Data perubahan panjang dan perubahan gaya yang diterima oleh
spesimen pun diperoleh dan dapat diolah lebih lanjut.

2.3 Spesimen Uji Tarik

(Sumber : ASTM E 8M)


Gambar 2. Bentuk Spesimen Uji Tarik

Berdasarkan standar ASTM E8/E8M, untuk jenis material logam, panjang


gage length spesimen adalah 4 kali diameter spesimen. Spesimen uji berbentuk
silinder dengan dimensi sebagai berikut :

Standard
Small-Size Specimen Proportional to Standard
Specimen
12,5 9 6 4 2,5
G 62,5 ± 0,1 45,0 ± 0,1 30,0 ± 0,1 20,0 ± 0,1 12,5 ± 0,1
D 12,5 ± 0,2 9,0 ± 0,1 6,0 ± 0,1 4,0 ± 0,1 2,5 ± 0,1
R 10 8 6 4 2
A 75 54 36 24 20

Dengan :
G = Gage length
D = Diameter
R = Radius of fillet

Page 4 of 30
A = Length of reduced section

2.4 Baja ST-37


Baja ST-37 merupakan salah satu jenis baja yang paling sering digunakan.
Baja ini mempunyai nilai ultimate tensile strength 370Mpa (tidak diberi
perlakuan)

2.5 Kurva Stress – Strain


Data hasil pengujian tarik dapat diolah menjadi kurva tegangan vs
regangan. Kita mengenal dua tipe stress-strain, yaitu engineering stress –
engineering strain dan true stress – true strain. Dari kurva dibawah dapat dilihat
perbedaan diantara keduanya.

(Sumber : Slide Kuliah Sifat Mekanik Material)


Gambar 3. Kurva Stress-Strain

1. Engineering Stress – Engineering Strain


Sesuai dengan namanya, engineering stress – engineering strain
adalah nilai dari tegangan dan regangan yang telah direkayasa. Rekayasa
yang dimaksud adalah dengan mengasumsikan bahwa luas penampang
untuk setiap pembebanan adalah sama, yaitu luas penampang awal

Page 5 of 30
Nilai engineering stress dapat dihitung melalui persamaan berikut :
𝐹
𝜎= (1)
𝐴0

Dengan :
σ = engineering stress (N/m2)
F = beban yang bekerja pada spesimen (N)
A0 = luas penampang awal spesimen (m2)
Dan untuk engineering strain dapat dihitung melalui persamaan
berikut :
𝑙𝑖 − 𝑙𝑜 ∆𝑙
𝜀= = (2)
𝑙𝑜 𝑙𝑜

Dengan :
ε = engineering strain
lo = panjang awal spesimen (m)
li = panjang akhir spesimen (m)

2. True Stress – True Strain


True stress – true strain adalah nilai tegangan dan regangan yang
sebenarnya, dimana perubahan luas penampang spesimen seiring dengan
penambahan beban juga diperhitungkan.
Nilai true stress – true strain dapat dihitung dengan mengkonversi
nilai dari engineering stress – engineering strain dengan persamaan :
a.) Sesaat sebelum necking
𝐹
𝜎𝑡 = (𝜀 + 1) = 𝜎 (𝜀 + 1) (3)
𝐴0

𝜀𝑡 = ln(𝜀 + 1) (4)
Dengan :
σt = true stress (N/m2)
σ = engineering stress (N/m2)
ε = engineering strain
εt = true strain

Page 6 of 30
b.) Setelah terjadi necking
𝐹
𝜎𝑡 = (5)
𝐴𝑖
𝐴0
𝜀𝑡 = ln (6)
𝐴

Dengan :
σt = true stress (N/m2)
F = beban yang diberikan pada spesimen (N)
Ai = luas penampang spesimen (m2)
εt = true strain
Ao = luas penampang awal spesimen (m2)

2.6 Fenomena Pada Uji Tarik


Dalam pengujian tarik, terdapat fenomena-fenomena yang akan terjadi,
diantaranya :
1. Deformasi Plastis
Deformasi plastis adalah perubahan bentuk suatu material secara
permanen. Meskipun beban yang diberikan dihilangkan, material tersebut
tidak dapat kembali ke bentuk semula.

2. Necking
Necking adalah penyempitan luas penampang setempat yang mulai
ada setelah beban mencapai ultimate tensile strength nya.

Page 7 of 30
(Sumber : Slide Kuliah Sifat Mekanik Material)
Gambar 4. Perubahan yang Akan Terjadi Pada Material Saat Uji Tarik

3. Strain Hardening
Strain hardening adalah fenomena pada material yang
menyebabkan material tersebut menjadi lebih keras dan kuat ketika
mengalami deformasi plastis.

2.7 Sifat Mekanik Pada Uji Tarik

(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Resilience)
Gambar 5. Sifat Mekanik Pada Uji Tarik

Dari pengujian uji tarik dapat diperoleh sifat mekanik sebagai berikut :
1. Modulus Elastisitas

Page 8 of 30
Modulus elastisitas atau kekakuan adalah nilai ketahanan suatu material
untuk mengalami deformasi elastis ketika ada gaya diterapkan pada benda
itu.

2. Yield stress

(Sumber : Slide Kuliah Sifat Mekanik Material)


Gambar 6. Tipe Yielding Pada Material

Yielding adalah nilai tegangan pada saat material akan terdeformasi plastis.
Tipe yielding ada 4, yaitu :
a. True Elastic Limit
Nilai tegangan minimum dimana adanya pergerakan dislokasi.
b. Proportional Limit
Nilai tegangan maksimum dimana nilai tegangannya sebanding dengan
nilai regangannya.
c. Elastic Limit
Nilai tegangan maksimum yang dapat diterima oleh suatu material
tanpa adanya regangan secara permanen.
d. Offset Yield Strength
Nilai tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan regangan sebesar
0,2 persen pada material. Nilai 0,2 persen ini merupakan suatu
kesepakatan dimana pada regangan sebesar 0,2 persen, suatu material
telah mengalami deformasi plastis.

Page 9 of 30
3. Ultimate Tensile Strength
Ultimate tensile strength adalah nilai tegangan maksimum yang dapat
diterima oleh suatu material. Pada kurva engineering stress strain nilai
ultimate tensile strength terjadi pada saat proses terjadi necking

4. Ductility
Keuletan adalah kemampuan suatu material untuk terdeformasi sampai
material tersebut patah.

5. Resilience
Resilience adalah kemampuan suatu material untuk menyerap energi
ketika terdeformasi elastis dan untuk kembali ke bentuk semula.

6. Toughness
Ketangguhan adalah kemampuan suatu material untuk menyerap energi.

Page 10 of 30
BAB III
DATA PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA

Data Percobaan :
1. Jenis material : ST-37
2. Jenis mesin : Univenal testing machine (Tarno-Groski)
3. Gauge length : 32,59 mm ; Gauge length akhir : 43,77 mm
4. Diameter : 6,39 mm; Diameter akhir : 3,8 mm
5. Beban skala : 16000N
6. Kecepatan : 5 mm/min

*Volt tertinggi = 17700N


Beban Diamter
(kN) (mm)
0 6,39
10 6,38
11 6,38
12 6,37
13 6,3
14 6,28
15 6,24
16 6,18
17 6,08
17 5,81
16 5,78
15 4,72
14 4,14

Page 11 of 30
Pengolahan Data
waktu
(s) Milivolt Gaya Regangan σe (MPa) εe
0 0 0 0 0 0
2 127 488,3554 0,166666 15,23577741 0,005114
4 291 1118,988 0,333332 34,91032461 0,010228
6 421 1618,879 0,499998 50,50600227 0,015342
8 511 1964,958 0,666664 61,30300988 0,020456
10 661 2541,755 0,83333 79,29802257 0,02557
12 801 3080,1 0,999996 96,09336774 0,030684
14 938 3606,909 1,166662 112,5288127 0,035798
16 1104 4245,231 1,333328 132,4432934 0,040912
18 1270 4883,554 1,499994 152,3577741 0,046026
20 1490 5729,524 1,66666 178,7504593 0,05114
22 1679 6456,289 1,833326 201,4241753 0,056254
24 1930 7421,464 1,999992 231,5358299 0,061368
26 2101 8079,014 2,166658 252,0501443 0,066482
28 2297 8832,696 2,333324 275,5636276 0,071596
30 2538 9759,418 2,49999 304,4756146 0,07671
32 2746 10559,24 2,666656 329,4286989 0,081824
34 2952 11351,38 2,833322 354,1418496 0,086938
36 3158 12143,52 2,999988 378,8550004 0,092052
38 3372 12966,41 3,166654 404,5278852 0,097166
40 3401 13077,93 3,33332 408,006921 0,10228
42 3135 12055,07 3,499986 376,0957651 0,107394
44 3255 12516,51 3,666652 390,4917753 0,112508
46 3108 11951,25 3,833318 372,8566628 0,117623
48 3196 12289,64 3,999984 383,4137369 0,122737
50 3225 12401,15 4,16665 386,8927727 0,127851
52 3320 12766,46 4,333316 398,2896141 0,132965

Page 12 of 30
54 3398 13066,39 4,499982 407,6470207 0,138079
56 3508 13489,38 4,666648 420,8433633 0,143193
58 3558 13681,64 4,833314 426,8417009 0,148307
60 3653 14046,95 4,99998 438,2385423 0,153421
62 3723 14316,12 5,166646 446,6362148 0,158535
64 3792 14581,45 5,333312 454,9139207 0,163649
66 3841 14769,87 5,499978 460,7922915 0,168763
68 3889 14954,44 5,666644 466,5506956 0,173877
70 3928 15104,41 5,83331 471,2293989 0,178991
72 3968 15258,22 5,999976 476,0280689 0,184105
74 4008 15412,04 6,166642 480,826739 0,189219
76 4045 15554,31 6,333308 485,2655087 0,194333
78 4077 15677,36 6,499974 489,1044448 0,199447
80 4116 15827,33 6,66664 493,7831481 0,204561
82 4143 15931,15 6,833306 497,0222504 0,209675
84 4181 16077,28 6,999972 501,5809869 0,214789
86 4222 16234,93 7,166638 506,4996237 0,219903
88 4249 16338,76 7,333304 509,738726 0,225017
90 4286 16481,03 7,49997 514,1774958 0,230131
92 4321 16615,62 7,666636 518,3763321 0,235245
94 4357 16754,05 7,833302 522,6951351 0,240359
96 4398 16911,71 7,999968 527,6137719 0,245473
98 4425 17015,53 8,166634 530,8528742 0,250587
100 4436 17057,83 8,3333 532,1725085 0,255701
102 4465 17169,35 8,499966 535,6515443 0,260815
104 4487 17253,94 8,666632 538,2908128 0,265929
106 4516 17365,46 8,833298 541,7698486 0,271043
108 4527 17407,76 8,999964 543,0894828 0,276157
110 4537 17446,21 9,16663 544,2891504 0,281271
112 4565 17553,88 9,333296 547,6482194 0,286385

Page 13 of 30
114 4596 17673,08 9,499962 551,3671887 0,291499
116 4603 17700 9,666628 552,2069559 0,296613
118 4595 17669,24 9,833294 551,2472219 0,301727
120 4576 17596,18 9,99996 548,9678537 0,306841
122 4547 17484,66 10,16663 545,4888179 0,311955
124 4515 17361,61 10,33329 541,6498818 0,317069
126 4496 17288,55 10,49996 539,3705136 0,322183
128 4467 17177,04 10,66662 535,8914778 0,327297
130 4418 16988,62 10,83329 530,013107 0,332411
132 4377 16830,96 10,99996 525,0944702 0,337525
134 4320 16611,77 11,16662 518,2563653 0,34264
136 4223 16238,78 11,33329 506,6195905 0,347754
138 4082 15696,59 11,49995 489,7042785 0,352868
140 3836 14750,64 11,66662 460,1924577 0,357982
142 3558 13681,64 11,83329 426,8417009 0,363096

Jadi diketahui bahwa nilai volt tertinggi adalah 4603 sehingga 4603=17700N.
Sehingga untuk mengkonversi nilai lainnya dapat menggunakan kalibrasi yaitu
XN = (17700/4603)* XmV. Sehingga didapatkan kurva F dengan Dl

Page 14 of 30
Kurva Gaya vs. Regangan
25000

20000

15000
F (N)

10000

5000

0
0 2 4 6 8 10 12 14
l (mm)

Dari kurva gaya vs regangan, kita bisa mendapatkan kurva engineering stress-
engineering strain dengan cara membagi gaya dengan luas awal dan l dengan
panjang awal sehingga didapat kurva sebagai berikut.

Kurva Engineering Stress -


Engineering Strain
600

500

400
Stress (MPa)

300

200

100

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4
Strain

Page 15 of 30
Kemudian dari kurva engineering stress – strain yang dibagi menjadi 3 daerah
yaitu elastis – sebelum plastis, plastis – sebelum necking, dan necking – patah
yang kemudian .dikonversi menjadi kurva true stress – strain
Pada daerah elastis – sebelum plastis, murni dipakai data kurva engineering stress-
strain. Hal ini karena diasumsikan tidak ada terjadinya perubahan luas.
Pada daerah plastis - sebelum necking, ada terjadi perubahan diameter (luas).
Namun tidak terjadi perubahan volume sehingga Ao lo = Ai li . Sehingga, dengan
pendekatan, didapatkan rumus

𝐹
𝜎𝑡 = (𝜀 + 1) = 𝜎 (𝜀 + 1) (3)
𝐴0

𝜀𝑡 = ln(𝜀 + 1) (4)

Pada daerah necking sampai patah, terjadi perubahan diameter (luas) dan juga
terjadi proses necking. Hal ini menyebabkan asumsi awal mengenai tidak adanya
perubahan volume tidak berlaku disini. Sehingga kita menggunakan prinsip dasar
dari kurva true stress-strain yaitu

𝐹
𝜎𝑡 = (5)
𝐴𝑖
𝐴0
𝜀𝑡 = ln (6)
𝐴

Dari ketiga hal tersebut dapat diperoleh kurva true stress-strain

Page 16 of 30
416,4863731 0,10201 632,5056883 0,207121
σt (MPa) 𝜀t
434,425419 0,106617 640,3217954 0,211269
0 0
416,713004 0,111204 648,3296502 0,215401
15,23577741 0,005114
430,4726143 0,115769 657,1287548 0,219515
34,91032461 0,010228
436,3572334 0,120314 663,8777632 0,223613
50,50600227 0,015342
451,2480295 0,124838 668,2496231 0,227694
61,30300988 0,020456
463,9343559 0,129341 675,3575864 0,231758
79,29802257 0,02557
481,1050338 0,133825 681,4380476 0,235806
96,09336774 0,030684
490,1451673 0,138288 688,6128839 0,239838
112,5288127 0,035798
505,4733979 0,142732 693,067568 0,243853
132,4432934 0,040912
517,4435549 0,147156 697,3820394 0,247853
152,3577741 0,046026
529,3600045 0,151561 704,4866034 0,251836
178,7504593 0,05114
538,5568655 0,155946 712,0903351 0,255804
201,4241753 0,056254
547,6730245 0,160312 715,9988928 0,259756
231,5358299 0,061368
555,5751234 0,164659 666,1942699 0,189398
252,0501443 0,066482
563,6671296 0,168987 670,3443927 0,199752
275,5636276 0,071596
571,8082168 0,173297 998,8691471 0,604941
304,4756146 0,07671
579,5685443 0,177588 1289,213114 0,867167
329,4286989 0,081824
586,654803 0,181861 Merah : Daerah elastis
354,1418496 0,086938
– sebelum plastis
594,7918773 0,186115
378,8550004 0,092052
Biru : Daerah plastis –
601,2353564 0,190352
404,5278852 0,097166 sebelum necking
609,3150423 0,19457
408,006921 0,10228 Hijau : Necking -
617,8803985 0,198771 patah

624,4386044 0,202955

Page 17 of 30
Kurva True Stress - True Strain
1400
1200
1000
800
True Stress
600
400
200
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
True Strain

Kemudian dari kurva true stress-strain ini kita dapat mencari nilai kekuatan (K)
dan nilai strain hardening (n) dengan cara melakukan log pada persamaan 𝑆 =
𝐾 × 𝑒 𝑛 sehingga didapat rumus dan kurva sebagai berikut
log(𝑆) = log(𝐾) + 𝑛 × 𝑙𝑜𝑔(𝑒)

Log True Stress - True Strain


4
y = 0.9176x + 3.4373 3.5
R² = 0.9638 3
2.5
True Stress 2
1.5
1
0.5
0
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0
True Strain

Page 18 of 30
Elastis
450
400 y = 4210.2x - 22.291
350 R² = 0.9911
300
250
Stress 200
150
100
50
0
-50 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Strain

Dari pengolahan data di atas dapat dicari nilai dari sifat mekanik dari material
yang mengalami uji tarik
1. Modulus Elastisitas : 4210,2 Mpa = 4,2102 GPa
2. Yield strength
Dari kurva engineering stress didapatkan nilai yield strengthnya :
408,006921 MPa
3. Ultimate tensile strength
Dari kurva engineering stress didapatkan nilai ultimate tensile strength :
552,2069559 MPa
4. Resillience
Dari kurva engineering stress didapatkan modulus resillience yaitu luas
kurva dibawah daerah sesaat akan terjadinya deformasi plastis : 0,5 x
stress x strain = 20,86556 J/V
5. Ductility
Dari kurva engineering stress didapatkan kriteria ductility material tersebut
dengan meninjau nilai dari % elongation dan % reduction area
%EL = 34,305% dan %RA =64,63% pada gauge length 6,39 mm
6. Modulus of rupture

Page 19 of 30
Dari kurva engineering stress didapatkan modulus of rupture:
426,8417009 MPa
7. Nilai konstanta kekuatan (K) : logK = 3,4373 ; K = 31,1028
8. Nilai konstanta strain hardening (n): 0,9167

Bentuk Patahan

Page 20 of 30
BAB IV
ANALISIS DATA
Dari percobaan praktikum, terdapat berbagai hal yang menjadi perhatian
diantaranya :

1. Necking tidak terjadi ditengah gauge length. Hal ini bisa disebabkan
karena adanya beberapa pengaruhi seperti ukuran diameter yang tidak
sama pada setiap bagiannya sehingga jika ada diameter yang lebih kecil
dibandingkan lainnya akan menyebabkan stress concentration. Hal lainnya
yang mungkin menyebabkan hal ini terjadi adalah pada proses persiapan
spesimen di mana spesimen dibentuk melakukan proses machining
sehingga memungkinkan adanya crack initition yang mengacu juga kepada
stress concentration
2. Bentuk patahan berupa cup and cone. Dari bentuk patahan ini dapat kita
simpulkan bahwa material ST37 adalah material yang ulet. Hal ini
dibuktikan juga dengan adanya peristiwa luders band. Namun menurut
diagram mohr,material yang ulet seharusnya memiliki sudut patahan yaitu
45o. Hal ini berbeda dengan teori karena pada kenyataannya terdapat
perbedaan orientasi fasa yang menyebabkan terjadi proses necking ( cup
and cone)

Jika kita melihat sekilas melihat kurva engineering stress –strain maka
memang tidak ada keanehan apapun. Tetapi jika kita mengacu kepada litelatur
sifat mekanik ST-37 maka terdapat keanehan yaitu pada nilai ultimate tensile
strength nya.

Berdasarkan nama spesimennya yaitu ST37. Kita dapat memperkirakan bahwa


nilai dari ultimate tensile strength material tersebut adalah 370MPa. Namun pada
percobaan kali ini nilai yang didapat 715,99 MPa. Hasil yang didapat sangat
berbeda jauh dengan litelatur. Hal ini bisa saja disebabkan karena kita tidak tahu
sejarah dari spesimen yang diuji. Tapi kemungkinan kuat bahwa baja ini tergolong
low anneal carbon steel di mana baja telah mengalami proses treatment sehingga

Page 21 of 30
nilai dari sifat mekaniknya juga berubah. Hal ini didukung dengan adanya
kejadian luders band yang dibuktikan dengan terjadinya peritstiwa strain
hardening pada grafik engineering stress- strain.

Dari data percobaan juga diperoleh nilai dari modulus of elasticity sebesar
4,2102 GPa sedangkan pada referensi didapat nilai sebesar 205 GPa. Dari
perbedaan yang cukup signifikan ini dapat disimpulkan bahwa material dari
litelatur memiliki kekakuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang material
hasil percobaan. Hal ini bisa dihubungkan dengan perkiraan awal kita mengenai
spesimen ST37 yang telah diberi perlakuan berupa annealing sehingga keuletan
menjadi naik dan membuat kekauan material yang kita punya menjadi menurun.
Hal lainnya yang mempengaruhi nilai dari modulus elastis adalah nilai dari stress
(gaya/ luas) dengan strain (l / l). Ketika melakukan percobaan, error yang terjadi
berupa kesalahan pada pengukuran luas (diameter) karena sesuai dengan asumsi
saya terdahulu bahwa adanya ragam diameter pada gauge length yang
menyebabkan pengukuran menjadi tidak akurat . Hal lainnya adalah karena kita
tidak memiliki patokan mengenai nilai dari gauge length itu sendiri.

Nilai dari n ( konstanta strain hardening) biasanya berada pada rentang 0 -1.
n = 0 mereprensentasikan material yang sangat mudah untuk dideformasi plastis
sebaliknya dengan n = 1. Nilai dari konstanta strain hardening material yang diuji
sangatlah tinggi yaitu 0,916. Hal ini berarti membutuhkan nilai yield yang
sangatlah besar untuk mendeformasi plastis material uji. Hal ini bisa
dibandingkan dengan fakta bahwa ST37 yang berdasarkan litelatur seharusnya
memiliki nilai Ultimate tensile strength 370MPa agar mengalami necking.
Sedangkan pada material uji dibutuhkan 408 Mpa untuk mendeformasi plastis

Terdapat keanehan pada kurva true stress-strain yang punya yaitu nilai
strain yang menurun sehingga kurva yang kita punya menjadi mundur. Hal ini
disebabkan karena pada saat percobaan sangat susah untuk melihat fenomena
necking sehingga ada keterlambatan ketika mengukur diameter necking yang
menyebabkan kurva tersebut menjadi mundur.

Page 22 of 30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Modulus of elasticity : 4,2102 GPa
2. Yield strength : 408,006921 MPa
3. Ultimate tensile strength : 552,2069559 MPa
4. Resillience : 20,86556 J/V
5. Ductility : %EL = 34,305% dan %RA =64,63%
6. Modulus of rupture : 426,8417009 MPa
7. Nilai konstanta kekuatan (K) : 31,1028
8. Nilai konstanta strain hardening (n): 0,9167

Saran
Sebaiknya pengawasan ketika uji tarik ini dilakukan oleh banyak orang atau
praktikkan diharapkan untuk lebih fokus dalam melihat fenomena necking agar
terjadinya error pada pengukuran setelah terjadinya proses necking tidak
mengalami error yang terlalu besar.

Page 23 of 30
DAFTAR PUSTAKA

Callister, William D. “Materials and Science Engineering An Introduction”, 6th


edition. John Wiley & Sons, Inc. 2003.
Dieter, G. E. “Mechanical Metallurgy” SI Metric Edition. Mc Graw – Hill Book
Co. 1988.
Hibbeler, R.C. “Mechanics of Material”, 7th ed. Prentice-Hall, Inc., Singapore,
2008.

Page 24 of 30
LAMPIRAN

Tugas Setelah Praktikum


1. Dari Kurva yang anda dapatkan antara F vs L, buat berturut-turut
kurva engineering stress vs engineering strain, kurva true stress vs true
strain dan kurva log true stess vs log true strain
2. Tentukan ultimate tensile strength , yield strength, persen elongasi, dan
modulus elastisitas dan spesimen uji tarik ini !
3. Fenomena apa saja yang terjadi dalam pengujian tarik ini ?
4. Jelaskan yang dimaksud yield point phenomenon pada baja karbon
rendah !
5. Kenapa necking terjadi di pengujian tarik ?

J
a Kurva Engineering Stress -
w Engineering Strain
a600
b500

400
Stress (MPa)

:
300

1. 200

100

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4
Strain

Page 25 of 30
Kurva True Stress - True Strain
1400
1200
1000
800
True Stress
600
400
200
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
True Strain

Log True Stress - True Strain


4
y = 0.9179x + 3.4347 3.5
R² = 0.9662 3
2.5
True Stress 2
1.5
1
0.5
0
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0
True Strain

Page 26 of 30
2. Data dari hasil spesimen uji tarik
a. Modulus of elasticity : 4,2102 GPa
b. Ultimate tensile strength : 552,2069559 MPa
c. Yield strength : 408,006921408 MPa
d. Ductility : %EL = 34,305% dan %RA =64,63%
3. a. Deformasi plastis
Peristiwa di mana material mengalami perubahan panjang akibat beban
yang diberikan.
b. Necking
Peristiwa yang terjadi akibat adanya pergerakan atom pada bidang slip
sehingga menyebabkan terjadinya proses necking
c. Strain Hardening
Terjadinya proses pergerakan dislokasi menuju batas butir. Dislokasi yang
menumpuk menyebabkan material menjadi lebih keras.
4. Strain Hardening
Fenomena Strain Hardening atau yang biasa disebut dengan luder band
adalah peristiwa pada kurva uji tarik yang memiliki nilai upper yield dan
lower yield.Pada daerah elastis dislokasi berubah bergerak melewati atom
karbon dan ketika sudah mencapai upper yield dislokasi sudah berhasil
melewati atom karbon tersebut. dan ketika mencapat lower yield dislokasi
bergerak terus-menerus menuju batas butir ketika dislokasi banyak
menumpuk di batas butir akan terjadi proses strain hardening sehingga
kurva uji tarik menjadi naik kembali

5. Necking
Proses pengecil (atau necking) disebabkan karena adanya gaya geser pada
bidang slip. Hal ini menyebabkan atom bergerak sehingga menyebabkan
terjadinya pergeseran. Menurut lingkaran mohr bentuk patahan ulet yang
ideal adalah 45o hal ini dapat terjadi apabila semua orientasi fasanya
adalah seragam. Namun kenyataan orientasi fasa tidak mungkin sama
karena itu muncul batas butir. Peristiwa pergerakan atom pada bidang slip

Page 27 of 30
di fasa yang orientasinya yang tidak seragam menyebabkan terjadi proses
necking
Rangkuman praktikum

5.1 Uji Tarik


Uji tarik, pengujian yang dilakukan dengan memberikan beban tarik
sampai material tersebut mengalami patah, oleh karena itu pengujian
tarik digolongkan sebagai pengujian yang merusak. Di industri, uji
tarik sering digunakan untuk memudahkan dalam menganalisis data.
Hal ini digunakan untuk memastikan data dan memperoleh informasi
mengenai sifat mekanik suatu material. Contohnya adalah dengan
mengetahui yield strength dari plat baja. Kita dapat menentukan yield
strength yang dibutuhkan untuk mendesain body mobil.

5.2 Sifat mekanik uji tarik


Sifat-sifat mekanik yang bisa didapatkan dari pengujian uji tarik
adalah
1. Modulus Of Elasticity
Modulus elastisitas atau kekakuan adalah nilai ketahanan suatu material
untuk mengalami deformasi elastis ketika ada gaya diterapkan pada benda
itu.
2. Yield Strength
Yielding adalah nilai tegangan pada saat material akan terdeformasi plastis.
Tipe yielding ada 4, yaitu :
e. True Elastic Limit
Nilai tegangan minimum dimana adanya pergerakan dislokasi.
f. Proportional Limit
Nilai tegangan maksimum dimana nilai tegangannya sebanding dengan
nilai regangannya.
g. Elastic Limit
Nilai tegangan maksimum yang dapat diterima oleh suatu material
tanpa adanya regangan secara permanen.

Page 28 of 30
h. Offset Yield Strength
Nilai tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan regangan sebesar
0,2 persen pada material. Nilai 0,2 persen ini merupakan suatu
kesepakatan dimana pada regangan sebesar 0,2 persen, suatu material
telah mengalami deformasi plastis.
3. Ultimate Tensile Strength
Ultimate tensile strength adalah nilai tegangan maksimum yang dapat
diterima oleh suatu material. Pada kurva engineering stress strain nilai
ultimate tensile strength terjadi pada saat proses terjadi necking
4. Ductility
Keuletan adalah kemampuan suatu material untuk terdeformasi sampai
material tersebut patah.
5. Resilience
Resilience adalah kemampuan suatu material untuk menyerap energi
ketika terdeformasi elastis dan untuk kembali ke bentuk semula.
6. Toughness
Ketangguhan adalah kemampuan suatu material untuk menyerap energi.

5.3 Spesimen Uji Tarik menurut standar ASTM E8/E8M

Page 29 of 30
5.4 Low, Medium dan High Carbon Steel
Baja memiliki klasifikasi tergantung dengan persentase karbonnya,
low carbon memiliki komposisi C = 0.25% , Medium carbon = 0.25 –
0.6% dan High Carbon = 0.6 – 1.4%. Hal unik dari ketiga jenis karbon
ini adalah mereka memiliki nilai modulus of elasticity (E) yang hampir
sama. yaitu 207 GPA (Pada steel alloy 1020 1040 4140 dan 4340)
Tetapi memiliki perbedaan nilai yield strength dan % elongati.
Pengurutan nilai yield strength dan % elongati dari yang terbesar ke
terkecil berturut-turut : High > Medium > Low dan Low > Medium >
High.

5.5 Fenomena Strain Hardening


Fenomena Strain Hardening atau yang biasa disebut dengan luder band
adalah peristiwa pada kurva uji tarik yang memiliki nilai upper yield
dan lower yield.Pada daerah elastis dislokasi berubah bergerak
melewati atom karbon dan ketika sudah mencapai upper yield
dislokasi sudah berhasil melewati atom karbon tersebut. dan ketika
mencapat lower yield dislokasi bergerak terus-menerus menuju batas
butir ketika dislokasi banyak menumpuk di batas butir akan terjadi
proses strain hardening sehingga kurva uji tarik menjadi naik kembali

Page 30 of 30

Anda mungkin juga menyukai