Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2.2.2.1. Konjungtivitis Bakteri salah satu penyebab perubahan flora normal pada jaringan
definisi mata, serta resistensi terhadap antibiotik (Visscher, 2009).
Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah
disebabkan oleh bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya lapisan epitel yang meliputi konjungtiva sedangkan
pasien datang dengan keluhan mata merah, sekret pada mekanisme pertahanan sekundernya adalah sistem imun
mata dan iritasi mata (James, 2005). yang berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan
etiologi imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata,
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip.
yaitu hiperakut, akut, subakut dan kronik. Konjungtivitis Adanya gangguan atau kerusakan pada mekanisme
bakteri hiperakut biasanya disebabkan oleh N pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada
gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis. Bentuk konjungtiva (Amadi, 2009).
yang akut biasanya disebabkan oleh Streptococcus
Patofisiologi
pneumonia dan Haemophilus aegyptyus. Penyebab yang
paling sering pada bentuk konjungtivitis bakteri subakut Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora
adalah H influenza dan Escherichia coli, sedangkan bentuk normal sepertistreptococci, staphylococci dan jenis
kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis sekunder Corynebacterium. Perubahan pada
atau pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis
(Jatla, 2009). mekanisme pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni
airmata. matakeringiritasiinjeksikonjungtivitis
Adanya gangguan atau kerusakan padamekanisme biasanya dijumpai injeksi konjungtiva baik segmental
pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada kongjungtivitis
Konjungtivitis ini ditandai dengan adanya hiperemi ◦Fase blenorrhoea, yang berlangsung setelah fase infiltrasi
konjungtiva dan adanya sekret mukopurulen. Bakteri yang dan terjadi selama beberapa hari. Fase ini ditandai dengan
biasanya menyebabkan penyakit ini yaitu StaphylococcuS adanya sekret yang purulen dan kental.
aureus, Pneumococcus, Streptococcus
◦Fase penyembuhan, yang ditandai dengan penurunan
pneumoniae,Haemophilus aegypticus, dan Koch-Weeks
nyeri, edema palpebra, dan jumlah sekret yang keluar.
bacillus. Beberapa tanda dan gejala pada konjungtivitis
Namun, konjungtiva masih terlihat merah.
tipe ini yaitu:
2. Konjungtivitis purulen akut Tanda dan gejala dari konjungtivitis ini dibagi dalam tiga
fase, yaitu:
Konjungtivitis ini disebut juga konjungtivitis hiperakut, dan
ditandai dengan respon inflamasi yang lebih berat. •Fase infiltrasi, yang ditandai dengan: ◦Nyeri yang berat
Penyakit ini disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, pada mata◦Sekret konjungtiva◦Edema
StaphylococcuS aureus, dan Streptococcus pneumoniae. palpebra◦Hiperemia, edema palpebra, yang dilapisi oleh
Penyebaran penyakit ini biasanya melalui saluran genital membran◦Pembesaran nodus limfa preaurikular.
yang terinfeksi N gonorrheae dan menular ke mata melalui
tangan yang terkontaminasi.
◦Fase supurasi, yang ditandai dengan : ■Penurunan rasa INSPEKSIKonjungtiva Bulbi : injeksio konjungtiva., Injeksio
nyeri dan edema palpebra■Membran konjungtiva yang perikorneal, hiperemis , kemosis, hemorragik, laserasi,
perlahan menjadi nekrosis■Sekret purulen pada benda asing, dll.
konjungtiva.
PALPASI (jari)
■Fase sikatrisasi, yang ditandai dengan adanya jaringan
Menilai1. Massa (tumor)2. Pembesaran kelenjar
parut/granulasi hasil nekrosis membran.
(preaurikuler)
4. Konjungtivitis pseudomembranosa
3. Nyeri tekan (iridosiklitis/uveitis)4. Finger
Konjungtivitis ini ditandai dengan pembentukan tension (TIO palpasi)
pseudomembran pada konjungtiva. Pseudomembran
Pemeriksaan penunjang
tersebut terbentuk karena adanya koagulasi eksudat
fibrinosa pada permukaan konjungtiva. Dilakukan pemeriksaan sediaan langsung dengan
pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman
Penyakit ini ditandai dengan adanya konjungtivitis
penyebab dan uji sensitivitas. Untuk diagnosis pasti
mukopurulen akut dan pembentukan pseudomembran
konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret
pada fornix dan konjungtiva palpebra.
dengan pewarnaan metilen biru yang akan menunjukkan
5. Konjungtivitis kronik diplokok dalam sel leukosit. Dengan pewarnaan Gram
terlihat diplokok gram negatif intra dan ekstraseluler.
Konjungtivitis ini ditandai dengan adanya inflamasi yang
Pemeriksaan sensitivitas dilakukan agar darah dan coklat.
ringan pada konjungtiva. Salah satu etiologi konjungtivitis
ini yaitu adanya infeksi oleh bakteri StaphylococcuS aureus 1.Spesimen adalah bahan purulent, diambil dengan cotton
dan bakteri gram negatif lainnya. swab.
Tanda dan gejala dari penyakit ini yaitu: 2.Pengambilan dilakukan sebelum:- pemberian antibiotik
local aplication
•Adanya perasaan terbakar pada mata•Perasaan panas
dan kering pada tepi palpebra•Mata sering merasa lelah - irigasi dengan larutan- pemberian obat-obatan lainnya.
dan mengantuk•Hiperemia pada mata•Sekret mukoid
3.Spesimen diambil dari permukaan kantongkonjungtiva
ringan•Adanya kongesti pada pembuluh darah konjungtiva
bawah atau inner canthus mata.
posterior•Hipertrofi papilar pada konjungtiva palpebra.
• Dikultur dalam anaerobic jar untuk tersangkabakteri berinteraksi dengannya, harus mengetahui cara-cara
Konjungtivitis yang disebabkan bakteri ditandai dengan Menjaga kebersihan dan menjauhi dari kontak orang yang
adanya dominansi PMN (polimorfonukleat), sedangkan terinfeksi merupakan kunci utama supaya tidak tertular
Konjungtiva ini tidak termasuk media refrakta sehingga endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang
tidak ada kaitanya dengan mata merah. Karena media masuk bagi meningokokus ke dalam darah dan meninges,
refrakta tidak mengalami peradangan/kelainan. hasil akhir konjungtivitis meningokokus adalah septicemia
dan mengingitis. Konjungtivitis bakteri menahun mungkin
F. Komplikasi tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi masalah
Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis pengobatan yang menyulitkan.1
bateri, kecuali pada pasien yang sangat muda yang bukan 2.2.2.2. Konjungtivitis Virus
sasaran blefaritis. Parut di konjungtiva paling sering terjadi definisi
dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat
menghilangkan duktulus kelenjar lakrimal. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus, dan berkisar antara
mengurangi komponen akueosa dalam film air mata penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga
prakornea secara drastis dan juga komponen mukosa infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat
karena kehilangan sebagian sel goblet. Luka parut juga berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis bakteri
dapat mengubah bentuk palpebra superior dan (Vaughan, 2010).
menyebabkan trikiasis dan entropion sehingga bulu mata etiologi
dapat menggesek kornea dan menyebabkan ulserasi, Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus,
infeksi dan parut pada kornea (Vaughan, 2010). tetapi adenovirus adalah virus yang paling banyak
talak menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virus yang
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga dapat
temuan agen mikrobiologiknya. Terapi dapat dimulai disebabkan oleh virus Varicella zoster, picornavirus
dengan antimikroba topikal spektrum luas. Pada setiap (enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human
konjungtivitis purulen yang dicurigai disebabkan oleh immunodeficiency virus (Scott, 2010).
Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung
dengan penderita dan dapat menular melalu di droplet etiologinya, karena itu diagnosisnya difokuskan pada
pernafasan, kontak dengan benda-benda yang gejala-gejala yang membedakan tipe-tipe menurut
menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang penyebabnya. Dibutuhkan informasi mengenai, durasi dan
yang terkontaminasi (Ilyas, 2008). gejala-gejala sistemik maupun ocular, keparahan dan
patofisiologi frekuensi gejala, faktor-faktor resiko dan keadaan
Mekanisme terjadinya konjungtivitis virus ini berbeda- lingkungan sekitar untuk menetapkan diagnosis
beda pada setiap jenis konjungtivitis ataupun konjungtivitis virus (AOA, 2010). Pada anamnesis penting
mikroorganisme penyebabnya (Hurwitz, 2009). juga untuk ditanyakan onset, dan juga apakah hanya
Mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit ini sebelah mata atau kedua mata yang terinfeksi (Gleadle,
dijelaskan pada etiologi. 2007).
manifes Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan
Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai konjungtivitis bakteri berdasarkan gejala klinisnya dan
dengan etiologinya. Pada keratokonjungtivitis epidemik untuk itu harus dilakukan pemeriksaan lanjutan, tetapi
yang disebabkan oleh adenovirus biasanya dijumpai pemeriksaan lanjutan jarang dilakukan karena
demam dan mata seperti kelilipan, mata berair berat dan menghabiskan waktu dan biaya (Hurwitz, 2009).
kadang dijumpai pseudomembran. Selain itu dijumpai komplikasi
infiltrat subepitel kornea atau keratitis setelah terjadi Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis,
konjungtivitis dan bertahan selama lebih dari 2 bulan seperti blefarokonjungtivitis. Komplikasi lainnya bisa
(Vaughan & Asbury, 2010). Pada konjungtivitis ini biasanya berupa timbulnya pseudomembran, dan timbul parut
pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran pernafasan linear halus atau parut datar, dan keterlibatan kornea
atas dan gejala infeksi umum lainnya seperti sakit kepala serta timbul vesikel pada kulit (Vaughan, 2010).
dan demam (Senaratne & Gilbert, 2005). talak
Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh virus Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun
herpes simpleks (HSV) yang biasanya mengenai anak kecil atau pada orang dewasa umumnya sembuh sendiri dan
dijumpai injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, mungkin tidak diperlukan terapi, namun antivirus topikal
fotofobia ringan dan sering disertai keratitis herpes. atau sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya
Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya disebabkan kornea (Scott, 2010). Pasien konjungtivitis juga diberikan
oleh enterovirus dan coxsackie virus memiliki gejala klinis instruksi hygiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi
nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, hipersekresi airmata, (James, 2005).
kemerahan, edema palpebra dan perdarahan 2.2.2.3. Konjungtivitis Alergi
subkonjungtiva dan kadang-kadang dapat terjadi kimosis definisi
(Scott, 2010. Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang
paing sering dan disebabkan oleh reaksi inflamasi pada
E. Diagnosis
konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun (Cuvillo et
al, 2009). Reaksi hipersensitivitas yang paling sering menurun, sedangkan pada konjungtiviitis papilar raksasa
terlibat pada alergi di konjungtiva adalah reaksi dijumpai tanda dan gejala yang mirip konjungtivitis vernal
hipersensitivitas tipe 1 (Majmudar, 2010). (Vaughan, 2010).
ETIOLOGI DIAGNOSIS
Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu Diperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun
konjungtivitis alergi musiman dan konjungtivitis alergi keluarga pasien serta observasi pada gejala klinis untuk
tumbuh-tumbuhan yang biasanya dikelompokkan dalam menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi. Gejala yang
satu grup, keratokonjungtivitis vernal, keratokonjungtivitis paling penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah
atopik dan konjungtivitis papilar raksasa (Vaughan, 2010). rasa gatal pada mata, yang mungkin saja disertai mata
Etiologi dan faktor resiko pada konjungtivitis alergi berair, kemerahan dan fotofobia (Weissman, 2010).
berbeda-beda sesuai dengan subkategorinya. Misalnya KOMPLIKASI
konjungtivitis alergi musiman dan tumbuh-tumbuhan Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah
biasanya disebabkan oleh alergi tepung sari, rumput, bulu ulkus pada kornea dan infeksi sekunder (Jatla, 2009).
hewan, dan disertai dengan rinitis alergi serta timbul pada TALAK
waktu-waktu tertentu. Vernal konjungtivitis sering disertai Penyakit ini dapat diterapi dengan tetesan
dengan riwayat asma, eksema dan rinitis alergi musiman. vasokonstriktor-antihistamin topikal dan kompres dingin
Konjungtivitis atopik terjadi pada pasien dengan riwayat untuk mengatasi gatal-gatal dan steroid topikal jangka
dermatitis atopic, sedangkan konjungtivitis papilar rak pendek untuk meredakan gejala lainnya (Vaughan, 2010).
pada pengguna lensa-kontak atau mata buatan dari plastik 2.2.2.4. Konjungtivitis Jamur
(Asokan, 2007). Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida
MANIFES albicans dan merupakan infeksi yang jarang terjadi.
Gejala klinis konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih dan
dengan sub-kategorinya. Pada konjungtivitis alergi dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan
musiman dan alergi tumbuh-tumbuhan keluhan utama keadaan sistem imun yang terganggu. Selain Candida sp,
adalah gatal, kemerahan, air mata, injeksi ringan penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix
konjungtiva, dan sering ditemukan kemosis berat. Pasien schenckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis
dengan keratokonjungtivitis vernal sering mengeluhkan walaupun jarang (Vaughan, 2010).
mata sangat gatal dengan kotoran mata yang berserat, 2.2.2.5. Konjungtivitis Parasit
konjungtiva tampak putih susu dan banyak papila halus di Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksi
konjungtiva tarsalis inferior. Thelazia californiensis, Loa loa, Ascaris lumbricoides,
Sensasi terbakar, pengeluaran sekret mukoid, merah, dan Trichinella spiralis, Schistosoma haematobium, Taenia
fotofobia merupakan keluhan yang paling sering pada solium dan Pthirus pubis walaupun jarang (Vaughan,
keratokonjungtivitis atopik. Ditemukan jupa tepian 2010).
palpebra yang eritematosa dan konjungtiva tampak putih 2.2.2.6. Konjungtivitis kimia atau iritatif
susu. Pada kasus yang berat ketajaman penglihatan
Konjungtivitis kimia-iritatif adalah konjungtivitis yang 4. Menjaga kebersihan kulit muka dengan mencuci
terjadi oleh pemajanan substansi iritan yang masuk ke sebersih mungkin setiap mandi, mandi dua kali
sakus konjungtivalis. Substansi-substansi iritan yang masuk sehari
ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabkan
5. Hindari menggosok-gosok kelopak mata dan
konjungtivitis, seperti asam, alkali, asap dan angin, dapat
daerah disekitar mata yang sakit jika terasa gatal
menimbulkan gejala-gejala berupa nyeri, pelebaran
pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme. 6. Kompres pada kulit yang bengkak dan mata yang
Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan oleh merah dengan air hangat dua kali sehari
pemberian obat topikal jangka panjang seperti dipivefrin,
miotik, neomycin, dan obat-obat lain dengan bahan Penatalaksanaan:
Edukasi :
Chloramphenicol Staphylococcus,
1.0% (ointment)
Haemophilus, q.2h. to q.i.d.
0.5% (solution)
Proteus
Erythromycin Staphylococcus,
Streptococcus, 0.5% (ointment) q.h.s. to q.i.d.
Neisseria, Haemophilus
Fluoroquinolone Staphylococcus,
Streptococcus,
(ciprofloxacin, ofloxacin, Haemophilus, 0.3%−0.5% q.2h. to q.i.d.
Pseudomonas
levofloxacin)