Anda di halaman 1dari 11

Pembagian Konjungtivitis Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan

2.2.2.1. Konjungtivitis Bakteri salah satu penyebab perubahan flora normal pada jaringan
definisi mata, serta resistensi terhadap antibiotik (Visscher, 2009).
Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah
disebabkan oleh bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya lapisan epitel yang meliputi konjungtiva sedangkan
pasien datang dengan keluhan mata merah, sekret pada mekanisme pertahanan sekundernya adalah sistem imun
mata dan iritasi mata (James, 2005). yang berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan
etiologi imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata,
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip.
yaitu hiperakut, akut, subakut dan kronik. Konjungtivitis Adanya gangguan atau kerusakan pada mekanisme
bakteri hiperakut biasanya disebabkan oleh N pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada
gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis. Bentuk konjungtiva (Amadi, 2009).
yang akut biasanya disebabkan oleh Streptococcus
Patofisiologi
pneumonia dan Haemophilus aegyptyus. Penyebab yang
paling sering pada bentuk konjungtivitis bakteri subakut Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora
adalah H influenza dan Escherichia coli, sedangkan bentuk normal sepertistreptococci, staphylococci dan jenis
kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis sekunder Corynebacterium. Perubahan pada
atau pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis
(Jatla, 2009). mekanisme pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni

Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata flora normal

kemudian mengenai mata yang sebelah melalui tangan


tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis. Perubahan
dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit ini biasanya
pada flora normal dapatterjadi karena adanya kontaminasi
terjadi pada orang yang terlalu sering kontak dengan
eksternal, penyebaran dari organ sekitarataupun melalui
penderita, sinusitis dan keadaan imunodefisiensi (Marlin,
aliran darah.
2009).
patofisiologi Adanya bakteri yang menyerang konjungtiva
Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora menyebabkan proses inflamasi terjadi. Sel-sel inflamasi,
normal seperti streptococci, staphylococci dan jenis yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan sel plasma,
Corynebacterium. Perubahan pada mekanisme pertahanan menyerang bakteri, namun juga berperan sebagai sel yang
tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut merusak struktur konjungtiva. Sel-sel tersebut kemudian
dapat menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora bercampur dengan fibrin dan mukus hasil ekskresi sel
normal dapat terjadi karena adanya kontaminasi eksternal, goblet sehingga membentuk eksudat konjungtiva. Eksudat
penyebaran dari organ sekitar ataupun melalui aliran tersebut mengering dan mengalami perlekatan pada
darah (Rapuano, 2008). kelopak mata atas dan bawah.
Bila konjungtiva terpapar agen infeksi => •Tingkat jaringan, yang berupa edema pada konjungtiva.
melakukanperlawanan dengan: Terjadi deskuamasi pada epitel superfisial, proliferasi pada
lapisan basal konjungtiva, dan peningkatan sel goblet
Film air mata => unsur berairnya mengencerkan
materiinfeksi •Sekret konjungtiva, yang terdiri atas air mata, mukus, sel
inflamasi, sel epitel yang berdeskuamasi, fibrin, dan
Air mata => mengandung substansi
bakteri patogen. Pada konjungtivitis yang berat, dapat
antimikroba,termasuk lisozim dan antibodi (IgG dan IgA).
ditemukan sel darah merah.

Mukus => menangkap debris


M.O (virus, bakteri, jamur), alergen,

Pompa palpebra => hanyutkan air mata ke duktus iritasikelopakmatainfeksitidakbukatutupsempurna,

airmata. matakeringiritasiinjeksikonjungtivitis

Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah kronisiritasilakrimalfungsisekresitergangguhipersek

lapisan epitel yang resimeningkatkan


TIOkanalschlemmtersumbatAliran air mataterganggu
meliputi konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan (visuskabur&pusing
sekundernya adalahsistem imun yang berasal dari )iskemiasyarafoptik&ulkuskorneakebutaan.
perdarahan konjungtiva, lisozim dan
manifes
imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata,
mekanisme pembersihanoleh lakrimasi dan berkedip. Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri

Adanya gangguan atau kerusakan padamekanisme biasanya dijumpai injeksi konjungtiva baik segmental

pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada kongjungtivitis

konjungtiva. bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis


lain, dan pada kasus yang ringan sering dijumpai edema
Patogenesis pada kelopak mata (AOA, 2010).
Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami
Patogenesis dari konjungtivitis bakterial ini yaitu terdapat
gangguan pada konjungtivitis bakteri namun mungkin
perubahan pada:
sedikit kabur karena adanya sekret dan debris pada lapisan
•Tingkat selular, yang berupa pembentukan eksudat air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala
akibat aktivitas sel PMN dan sel inflamasi lainnya pada yang paling khas adalah kelopak mata yang saling melekat
substansia propria konjungtiva pada pagi hari sewaktu bangun tidur. (James, 2005).
Konjungtivita bulbi hiperemis, lakrimasi, eksudat dengan
•Tingkat vaskular, yang berupa kongesti dan peningkatan
sekret mukopurulen terutama di pagi hari.
permeabilitas pembuluh darah konjungtiva, juga terdapat
proliferasi kapiler pada konjungtiva
Tanda konjuktivitis gonoroe yang dapat mengancam Tanda dan gejala pada penyakit ini berlangsung dalam tiga
penglihatanyaitu meliputi cairan purulen yang berlimpah fase, yaitu:
danpembengkakan kelopak mata
•Fase infiltrasi, yang berlangsung selama 4-5 hari setelah
infeksi. Fase ini ditandai dengan:◦Nyeri pada bola
Tanda dan gejala pada konjungtivitis bakterial ini dibagi
mata◦Kemosis disertai hiperemi konjungtiva◦Edema
berdasarkan gejala klinis dan onsetnya, yaitu:
palpebra◦Sekret yang berair◦Pembesaran nodus limfa
1. Konjungtivitis mukopurulen akut preaurikular.

Konjungtivitis ini ditandai dengan adanya hiperemi ◦Fase blenorrhoea, yang berlangsung setelah fase infiltrasi
konjungtiva dan adanya sekret mukopurulen. Bakteri yang dan terjadi selama beberapa hari. Fase ini ditandai dengan
biasanya menyebabkan penyakit ini yaitu StaphylococcuS adanya sekret yang purulen dan kental.
aureus, Pneumococcus, Streptococcus
◦Fase penyembuhan, yang ditandai dengan penurunan
pneumoniae,Haemophilus aegypticus, dan Koch-Weeks
nyeri, edema palpebra, dan jumlah sekret yang keluar.
bacillus. Beberapa tanda dan gejala pada konjungtivitis
Namun, konjungtiva masih terlihat merah.
tipe ini yaitu:

3. Konjungtivitis membranosa akut


•Sensasi benda asing pada mata akibat pembuluh darah
yang bertambah pada konjungtiva•Fotofobia•Sekret Konjungtivitis ini ditandai dengan pembentukan membran
mukopurulen, yang menyebabkan perlekatan kedua pada konjungtiva. Penyakit ini disebabkan oleh
kelopak mata setelah bangun tidur•Penglihatan yang Corynebacterium diphteriae dan Streptococcus
kabur, yang disebabkan adanya mukus pada bagian depan haemolyticus. Pembentukan membran pada konjungtiva
kornea•Terlihatnya halo yang berwarna-warni, yang tersebut diakibatkan oleh adanya deposisi eksudat
disebabkan oleh efek prismatik mukus pada fibrinosa pada permukaan konjungtiva akibat inflamasi
kornea•Kongesti pembuluh darah yang berat. Membran ini kemudian dapat mengalami
konjungtiva•Kemosis•Perdarahan peteki, yang biasanya nekrosis yang menghasilkan jaringan granulasi pada
muncul pada etiologi pneumokokus konjungtiva.

2. Konjungtivitis purulen akut Tanda dan gejala dari konjungtivitis ini dibagi dalam tiga
fase, yaitu:
Konjungtivitis ini disebut juga konjungtivitis hiperakut, dan
ditandai dengan respon inflamasi yang lebih berat. •Fase infiltrasi, yang ditandai dengan: ◦Nyeri yang berat
Penyakit ini disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, pada mata◦Sekret konjungtiva◦Edema
StaphylococcuS aureus, dan Streptococcus pneumoniae. palpebra◦Hiperemia, edema palpebra, yang dilapisi oleh
Penyebaran penyakit ini biasanya melalui saluran genital membran◦Pembesaran nodus limfa preaurikular.
yang terinfeksi N gonorrheae dan menular ke mata melalui
tangan yang terkontaminasi.
◦Fase supurasi, yang ditandai dengan : ■Penurunan rasa INSPEKSIKonjungtiva Bulbi : injeksio konjungtiva., Injeksio
nyeri dan edema palpebra■Membran konjungtiva yang perikorneal, hiperemis , kemosis, hemorragik, laserasi,
perlahan menjadi nekrosis■Sekret purulen pada benda asing, dll.
konjungtiva.
PALPASI (jari)
■Fase sikatrisasi, yang ditandai dengan adanya jaringan
Menilai1. Massa (tumor)2. Pembesaran kelenjar
parut/granulasi hasil nekrosis membran.
(preaurikuler)
4. Konjungtivitis pseudomembranosa
3. Nyeri tekan (iridosiklitis/uveitis)4. Finger
Konjungtivitis ini ditandai dengan pembentukan tension (TIO palpasi)
pseudomembran pada konjungtiva. Pseudomembran
Pemeriksaan penunjang
tersebut terbentuk karena adanya koagulasi eksudat
fibrinosa pada permukaan konjungtiva. Dilakukan pemeriksaan sediaan langsung dengan
pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman
Penyakit ini ditandai dengan adanya konjungtivitis
penyebab dan uji sensitivitas. Untuk diagnosis pasti
mukopurulen akut dan pembentukan pseudomembran
konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret
pada fornix dan konjungtiva palpebra.
dengan pewarnaan metilen biru yang akan menunjukkan
5. Konjungtivitis kronik diplokok dalam sel leukosit. Dengan pewarnaan Gram
terlihat diplokok gram negatif intra dan ekstraseluler.
Konjungtivitis ini ditandai dengan adanya inflamasi yang
Pemeriksaan sensitivitas dilakukan agar darah dan coklat.
ringan pada konjungtiva. Salah satu etiologi konjungtivitis
ini yaitu adanya infeksi oleh bakteri StaphylococcuS aureus 1.Spesimen adalah bahan purulent, diambil dengan cotton
dan bakteri gram negatif lainnya. swab.

Tanda dan gejala dari penyakit ini yaitu: 2.Pengambilan dilakukan sebelum:- pemberian antibiotik
local aplication
•Adanya perasaan terbakar pada mata•Perasaan panas
dan kering pada tepi palpebra•Mata sering merasa lelah - irigasi dengan larutan- pemberian obat-obatan lainnya.
dan mengantuk•Hiperemia pada mata•Sekret mukoid
3.Spesimen diambil dari permukaan kantongkonjungtiva
ringan•Adanya kongesti pada pembuluh darah konjungtiva
bawah atau inner canthus mata.
posterior•Hipertrofi papilar pada konjungtiva palpebra.

4.Terhadap spesimen dilakukan :


Pemeriksaan fisik

• Pemeriksaan direct smear dengan pewarnaanmetode


Pemeriksaan Oftalmologi.
gram
• Segera di kultur pada media : blood agar,chocolate agar, Bakteri terdapat pada sekret mata dan dapat menular
Loeffler media (untukCorynebactyerium) melalui kontak langsung atau tidak langsung, misalnya
lewat tissue atau barang yang terkontaminasi sekret.
• Dikultur dalam candle jar untuk bakteritersangka
Penderita harus berusaha agar tidak menularkan
Neisseriae dan Corynebacterium
penyakitnya kepada orang lain. Begitu juga orang yang

• Dikultur dalam anaerobic jar untuk tersangkabakteri berinteraksi dengannya, harus mengetahui cara-cara

anaerob penularan konjungtivitis sehingga bisa melindungi diri.

• Semua kultur harus dalam 48 jam. Pencegahan

Konjungtivitis yang disebabkan bakteri ditandai dengan Menjaga kebersihan dan menjauhi dari kontak orang yang

adanya dominansi PMN (polimorfonukleat), sedangkan terinfeksi merupakan kunci utama supaya tidak tertular

konjungtivitis akibat virus ditandai dengan adanya daripada infeksi ini.

dominansi sel MN (mononuklear). Pada konjungtivitis


Memakai kacamata
akibat klamidia, dapat ditemukan jumlah neutrofil dan
limfosit yang hampir sebanding. Hal yang paling umum adalah penderita memakai
kacamata. Hal ini logis bila ditakutkan gerakan mengedip
diagnosis
dapat menyebabkan percikan sekret yang akan menulari
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia,
orang lain. Kacamata juga mencegah iritasi mata lebih
karena mungkin saja penyakit berhubungan dengan
lanjut karena hembusan angin.
mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang lebih tua.
Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu Memakai masker
dipertimbangkan penyakit menular seksual dan riwayat
Hal yang jarang disadari adalah bahwa penularan
penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga ditanyakan
konjungtivitis bakterial bisa lewat percikan ludah atau
durasi lamanya penyakit, riwayat penyakit yang sama
bersin yang terkontaminasi bakteri dari sekret mata.
sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat-obatan,
Mengapa hal ini terjadi? Karena terdapat saluran yang
penggunaan obat-obat kemoterapi, riwayat pekerjaan
menghubungkan antara rongga mata dengan rongga
yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit, riwayat
hidung, sedangkan rongga hidung juga berhubungan
alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan riwayat
dengan rongga mulut. Bila sekret mata yang mengandung
penggunaan lensa-kontak (Marlin, 2009).
banyak bakteri mengalir juga ke hidung dan mulut maka
Penularan penularan juga terjadi saat mata seseorang terkena
percikan ludah saat berbicara atau saat penderita bersin.
Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke
sebelah oleh tangan. Infeksi dapat menyebar ke orang lain Jangan mengucek atau menyentuh mata
melalui bahan yang dapat menyebarkan kuman seperti
sprei, kain dll.
Penderita atau bahkan orang sehat disarankan tidak diplokokus gram-negatif harus segera dimulai terapi
menyentuh atau mengucek mata dengan jari tangan. topical dan sistemik . Pada konjungtivitis purulen dan
Kedua hal ini dapat meningkatkan risiko iritasi dan juga mukopurulen, sakus konjungtivalis harus dibilas dengan
kontaminasi tangan terhadap bakteri. Bila tangan larutan saline untuk menghilangkan sekret konjungtiva
menyentuh atau memegang benda-benda lain maka (Ilyas, 2008).
bbakteri juga akan berpindah ke tempat tersebut. Prognosis
Misalnya saja penderita setelah mengucek mata Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh
bersalaman dengan seseorang, maka orang tersebut sendiri. Tanpa diobati, infeksi dapat berlangsung selama
tangannya akan terkontaminasi. Jika dia menyentuh mata 10 – 14 hari, jika diobati memadai hanya berlangsung 1-3
sendiri dengan tangan maka bakteri bisa berpindah dan hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus (yang dapat
akhirnya tertular. berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki
tahap menahun) dan konjungtivitis gonokokus (yang bila
Mengapa visus normal?
tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan

Konjungtiva ini tidak termasuk media refrakta sehingga endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang

tidak ada kaitanya dengan mata merah. Karena media masuk bagi meningokokus ke dalam darah dan meninges,

refrakta tidak mengalami peradangan/kelainan. hasil akhir konjungtivitis meningokokus adalah septicemia
dan mengingitis. Konjungtivitis bakteri menahun mungkin
F. Komplikasi tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi masalah
Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis pengobatan yang menyulitkan.1
bateri, kecuali pada pasien yang sangat muda yang bukan 2.2.2.2. Konjungtivitis Virus
sasaran blefaritis. Parut di konjungtiva paling sering terjadi definisi
dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat
menghilangkan duktulus kelenjar lakrimal. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus, dan berkisar antara
mengurangi komponen akueosa dalam film air mata penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga
prakornea secara drastis dan juga komponen mukosa infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat
karena kehilangan sebagian sel goblet. Luka parut juga berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis bakteri
dapat mengubah bentuk palpebra superior dan (Vaughan, 2010).
menyebabkan trikiasis dan entropion sehingga bulu mata etiologi
dapat menggesek kornea dan menyebabkan ulserasi, Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus,
infeksi dan parut pada kornea (Vaughan, 2010). tetapi adenovirus adalah virus yang paling banyak
talak menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virus yang
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga dapat
temuan agen mikrobiologiknya. Terapi dapat dimulai disebabkan oleh virus Varicella zoster, picornavirus
dengan antimikroba topikal spektrum luas. Pada setiap (enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human
konjungtivitis purulen yang dicurigai disebabkan oleh immunodeficiency virus (Scott, 2010).
Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung
dengan penderita dan dapat menular melalu di droplet etiologinya, karena itu diagnosisnya difokuskan pada
pernafasan, kontak dengan benda-benda yang gejala-gejala yang membedakan tipe-tipe menurut
menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang penyebabnya. Dibutuhkan informasi mengenai, durasi dan
yang terkontaminasi (Ilyas, 2008). gejala-gejala sistemik maupun ocular, keparahan dan
patofisiologi frekuensi gejala, faktor-faktor resiko dan keadaan
Mekanisme terjadinya konjungtivitis virus ini berbeda- lingkungan sekitar untuk menetapkan diagnosis
beda pada setiap jenis konjungtivitis ataupun konjungtivitis virus (AOA, 2010). Pada anamnesis penting
mikroorganisme penyebabnya (Hurwitz, 2009). juga untuk ditanyakan onset, dan juga apakah hanya
Mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit ini sebelah mata atau kedua mata yang terinfeksi (Gleadle,
dijelaskan pada etiologi. 2007).
manifes Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan
Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai konjungtivitis bakteri berdasarkan gejala klinisnya dan
dengan etiologinya. Pada keratokonjungtivitis epidemik untuk itu harus dilakukan pemeriksaan lanjutan, tetapi
yang disebabkan oleh adenovirus biasanya dijumpai pemeriksaan lanjutan jarang dilakukan karena
demam dan mata seperti kelilipan, mata berair berat dan menghabiskan waktu dan biaya (Hurwitz, 2009).
kadang dijumpai pseudomembran. Selain itu dijumpai komplikasi
infiltrat subepitel kornea atau keratitis setelah terjadi Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis,
konjungtivitis dan bertahan selama lebih dari 2 bulan seperti blefarokonjungtivitis. Komplikasi lainnya bisa
(Vaughan & Asbury, 2010). Pada konjungtivitis ini biasanya berupa timbulnya pseudomembran, dan timbul parut
pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran pernafasan linear halus atau parut datar, dan keterlibatan kornea
atas dan gejala infeksi umum lainnya seperti sakit kepala serta timbul vesikel pada kulit (Vaughan, 2010).
dan demam (Senaratne & Gilbert, 2005). talak
Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh virus Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun
herpes simpleks (HSV) yang biasanya mengenai anak kecil atau pada orang dewasa umumnya sembuh sendiri dan
dijumpai injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, mungkin tidak diperlukan terapi, namun antivirus topikal
fotofobia ringan dan sering disertai keratitis herpes. atau sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya
Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya disebabkan kornea (Scott, 2010). Pasien konjungtivitis juga diberikan
oleh enterovirus dan coxsackie virus memiliki gejala klinis instruksi hygiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi
nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, hipersekresi airmata, (James, 2005).
kemerahan, edema palpebra dan perdarahan 2.2.2.3. Konjungtivitis Alergi
subkonjungtiva dan kadang-kadang dapat terjadi kimosis definisi
(Scott, 2010. Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang
paing sering dan disebabkan oleh reaksi inflamasi pada
E. Diagnosis
konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun (Cuvillo et
al, 2009). Reaksi hipersensitivitas yang paling sering menurun, sedangkan pada konjungtiviitis papilar raksasa
terlibat pada alergi di konjungtiva adalah reaksi dijumpai tanda dan gejala yang mirip konjungtivitis vernal
hipersensitivitas tipe 1 (Majmudar, 2010). (Vaughan, 2010).
ETIOLOGI DIAGNOSIS
Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu Diperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun
konjungtivitis alergi musiman dan konjungtivitis alergi keluarga pasien serta observasi pada gejala klinis untuk
tumbuh-tumbuhan yang biasanya dikelompokkan dalam menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi. Gejala yang
satu grup, keratokonjungtivitis vernal, keratokonjungtivitis paling penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah
atopik dan konjungtivitis papilar raksasa (Vaughan, 2010). rasa gatal pada mata, yang mungkin saja disertai mata
Etiologi dan faktor resiko pada konjungtivitis alergi berair, kemerahan dan fotofobia (Weissman, 2010).
berbeda-beda sesuai dengan subkategorinya. Misalnya KOMPLIKASI
konjungtivitis alergi musiman dan tumbuh-tumbuhan Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah
biasanya disebabkan oleh alergi tepung sari, rumput, bulu ulkus pada kornea dan infeksi sekunder (Jatla, 2009).
hewan, dan disertai dengan rinitis alergi serta timbul pada TALAK
waktu-waktu tertentu. Vernal konjungtivitis sering disertai Penyakit ini dapat diterapi dengan tetesan
dengan riwayat asma, eksema dan rinitis alergi musiman. vasokonstriktor-antihistamin topikal dan kompres dingin
Konjungtivitis atopik terjadi pada pasien dengan riwayat untuk mengatasi gatal-gatal dan steroid topikal jangka
dermatitis atopic, sedangkan konjungtivitis papilar rak pendek untuk meredakan gejala lainnya (Vaughan, 2010).
pada pengguna lensa-kontak atau mata buatan dari plastik 2.2.2.4. Konjungtivitis Jamur
(Asokan, 2007). Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida
MANIFES albicans dan merupakan infeksi yang jarang terjadi.
Gejala klinis konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih dan
dengan sub-kategorinya. Pada konjungtivitis alergi dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan
musiman dan alergi tumbuh-tumbuhan keluhan utama keadaan sistem imun yang terganggu. Selain Candida sp,
adalah gatal, kemerahan, air mata, injeksi ringan penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix
konjungtiva, dan sering ditemukan kemosis berat. Pasien schenckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis
dengan keratokonjungtivitis vernal sering mengeluhkan walaupun jarang (Vaughan, 2010).
mata sangat gatal dengan kotoran mata yang berserat, 2.2.2.5. Konjungtivitis Parasit
konjungtiva tampak putih susu dan banyak papila halus di Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksi
konjungtiva tarsalis inferior. Thelazia californiensis, Loa loa, Ascaris lumbricoides,
Sensasi terbakar, pengeluaran sekret mukoid, merah, dan Trichinella spiralis, Schistosoma haematobium, Taenia
fotofobia merupakan keluhan yang paling sering pada solium dan Pthirus pubis walaupun jarang (Vaughan,
keratokonjungtivitis atopik. Ditemukan jupa tepian 2010).
palpebra yang eritematosa dan konjungtiva tampak putih 2.2.2.6. Konjungtivitis kimia atau iritatif
susu. Pada kasus yang berat ketajaman penglihatan
Konjungtivitis kimia-iritatif adalah konjungtivitis yang 4. Menjaga kebersihan kulit muka dengan mencuci
terjadi oleh pemajanan substansi iritan yang masuk ke sebersih mungkin setiap mandi, mandi dua kali
sakus konjungtivalis. Substansi-substansi iritan yang masuk sehari
ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabkan
5. Hindari menggosok-gosok kelopak mata dan
konjungtivitis, seperti asam, alkali, asap dan angin, dapat
daerah disekitar mata yang sakit jika terasa gatal
menimbulkan gejala-gejala berupa nyeri, pelebaran
pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme. 6. Kompres pada kulit yang bengkak dan mata yang
Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan oleh merah dengan air hangat dua kali sehari
pemberian obat topikal jangka panjang seperti dipivefrin,
miotik, neomycin, dan obat-obat lain dengan bahan Penatalaksanaan:

pengawet yang toksik atau menimbulkan iritasi.


Pemberian AB dapat diberikan dalam bentuk tetes mata
Konjungtivitis ini dapat diatasi dengan penghentian
dan salep mata
substansi penyebab dan pemakaian tetesan ringan
(Vaughan, 2010). Kloramfenikol tetes mata (4-6x sehari)
2.2.2.7. Konjungtivitis lain
Salep AB kloramfenikol atau tetrasiklin dapat diberikan
Selain disebabkan oleh bakteri, virus, alergi, jamur dan
untuk mendapatkan konsentrasi yang tinggi (dianjurkan
parasit, konjungtivitis juga dapat disebabkan oleh penyakit
diberikan sebelum tidur  bisa mengganggu penglihatan)
sistemik dan penyakit autoimun seperti penyakit tiroid,
gout dan karsinoid. Terapi pada konjungtivitis yang
disebabkan oleh penyakit sistemik tersebut diarahkan
pada pengendalian penyakit utama atau penyebabnya
(Vaughan, 2010).
Konjungtivitis juga bisa terjadi sebagai komplikasi dari
acne rosacea dan dermatitis herpetiformis ataupun
masalah kulit lainnya pada daerah wajah. (AOA, 2008).

 Edukasi :

1. Menjelaskan kepada pasien tidak memakai


handuk bersama anggota keluarga yang lain

2. Menjelaskan jika pasien untuk menggunakan


pelindung mata seperti kaca mata saat
bepergian

3. Kontrol secara teratur


Tabel 3. Commonly Used Antimicrobial Agents and Their Spectrum of Activity4

Type of Spectrum of Activity Frequency of


Concentration
Antimicrobial Agent (Genus or Species) Administration
Aminoglycoside Staphylococcus,
(gentamicin/tobramycin) Streptococcus,
Haemophilus, Proteus, 0.3% q.2h. to q.i.d.
Escherichia coli, Moraxella,
Pseudomonas

Bacitracin zinc Staphylococcus,


500 U/g
Streptococcus, q.h.s. to q.i.d.
(ointment)
Neisseria

Chloramphenicol Staphylococcus,
1.0% (ointment)
Haemophilus, q.2h. to q.i.d.
0.5% (solution)
Proteus

Erythromycin Staphylococcus,
Streptococcus, 0.5% (ointment) q.h.s. to q.i.d.
Neisseria, Haemophilus

Fluoroquinolone Staphylococcus,
Streptococcus,
(ciprofloxacin, ofloxacin, Haemophilus, 0.3%−0.5% q.2h. to q.i.d.
Pseudomonas
levofloxacin)

Polymyxin B/neomycin Staphylococcus, Proteus, 16,250 U; 3.5


q.i.d.
Moraxella, Pseudomonas mg/ml

Polymyxin B/trimethoprim Staphylococcus,


sulfate Streptococcus, 10,000 U; 1
q.3h.
Proteus, Escherichia coli, mg/ml
Haemophilus

Sodium sulfacetamide Streptococcus,


Haemophilus, 10%−30% q.2h. to q.i.d.
Moraxella

Sulfisoxazole diolamine Streptococcus,


Haemophilus, 4.0% q.i.d.
Moraxella

Tetracycline Staphylococcus, Neisseria,


1.0% q.2h. to q.i.d.
Escherichia coli

Anda mungkin juga menyukai