5. Riwayat Gizi
a. Sebelum Sakit
Pasien memiliki kebiasaan makanan yang teratur dan tepat waktu dalam minum obat. Pasien juga
memiliki kebiasaan banyak minum air, tidak merokok, dan tidak minum kopi. Sebelum di
diagnosa mengidap penyakit, saat masih bekerja, Pasien menyukai makanan manis, masakan
yang digoreng atau bersantan dan serta porsi nasi 3 kali porsi makan orang biasa, sekitar 3-4
penukar nasi.
Pada tahun 2009, setelah didiagnosa dokter, pasien mulai mengurangi makanan-makanan manis,
namun porsi nasi tiap kali makan masih sama seperti biasanya. selain itu, pasien juga masih suka
jajan makanan lain yang berat seperti baso atau mie ayam berdekatan dengan makan nasi.
Anamnesa asupan sebelum sakit dalam 1 hari yaitu, nasi 9p, lauk hewani 5p, sayur 3p, nabati 2p,
buah 2p, minyak 7p, santan 2p, ditambah dengan jajanan berupa mie ayam dan bakso masing-
masing 1 porsi. Asupan total per hari ialah Energi 3037 kkal, protein 112g (15%), lemak 66g
(20%), dan KH 481 g (63%).
2. Domain Klinis:
a. Penurunan berat badan tidak diharapkan berhubungan dengan kurangnya asupan ditandai
dengan penurunan 1 kg BB setelah 2 hari menolak makanan RS.
b. Peningkatan kadar gula darah berhubungan dengan penyakit Diabetes Melitus ditandai dengan
gula darah sewaktu mencapai 160 g/dl.
3. Domain Behaviour:
Kekeliruan pola makan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai gizi dan
penyakitnya ditandai dengan makan 3p nasi tiap kali makan.
2. Preskripsi Diet
a. Jenis Diet : Diet DM 1700 kkal
b. Bentuk makanan : Lunak
c. Frekuensi Pemberian : 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan selingan.
d. Rute makanan : oral
4. Perhitungan Kebutuhan
Perhitungan kebutuhan Energi menggunakan REE (Recommended Energi Expenditure) dengan
rumus Diet DM:
Kebutuhan Protein
20% dari Energi Total = 124 gram
Kebutuhan Lemak
25% dari Energi Total = 69 gram
Kebutuhan Karbohidrat
55% dari Energi Total = 342 gram
5. Rancangan Diet
Diit yang dirancang untuk pasien TJ adalah diit DM 1700 kkal diberikan secara bertahap dimulai
dari 1300 kkal melihat kemampuan makan pasien. Rincian perencanaan diit pasien tahap awal,
ialah sbb:
Energi 1300 kkal; protein 65 g (20% E.tot); Lemak 36 g (25% E.tot); dan KH 179 g (55% E.tot).
Karena kondisi penyakit, selain mendapat nutrisi secara oral, dokter yang menangani pasien TJ
memberikan nutrisi mineral secara parenteral berupa infus ringer laktat yang tidak mengandung
energi. Dalam diit juga dimasukkan susu DM untuk menambah asupannya. Rancangan diet nya
adalah sbb:
Tabel 3.
Jumlah Kebutuhan Energi dan Karbohidrat Berdasarkan Route Pemberian
Rute Pemberian Energi (Kkal) Karbohidrat (gram)
Oral 1300 179
Jumlah Kebutuhan 1300 179
Adapun rancangan diet yang akan diberikan kepada pasien, dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 4
Rancangan Diit tanggal 26 November 2011
Jenis Penukar Energi Protein Lemak KH
Makanan (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Tim 1 3/4 306 7 - 70
L.Hewani 3 175 21 9 -
L.Nabati 3 225 15 9 21
Sayur 3 75 3 - 15
Buah 2 100 - - 24
Minyak 2 100 - 10 -
Snack 2 100 6 1 10
Susu DM 1 250 9 7 39
JUMLAH 1331 62 36 179
Toleransi (+/-) +2% -5% 0% 0%
8. Implementasi
Berikut ini adalah implementasi dalam proses asuhan gizi terstandar pada pasien TJ:
a. Mencatat menu makanan.
b. Memporsi makanan dengan cara menimbang makanan berupa bubur, sumber hewani, nabati,
sayur dan buah serta snack pada saat makan pagi, snack pagi, makan siang, dan makan sore.
Kemudian, mencatat hasil penimbangan masing-masing jenis bahan makanan sebelum disajikan
kepada pasien.
c. Melakukan penimbangan sisa makanan yang tidak termakan pasien dan mencatat hasil
penimbangan tersebut, jika ada sisa makanan sore yang tidak dikonsumsi pasien, sisa tersebut
disimpan dalam plastik untuk kemudian ditimbang esok pagi atau ditanyakan secara kualitatif
berdasarkan perkiraan jumlah.
d. Menghitung dan mencatat selisih penimbangan awal dan penimbangan sisa makanan pasien juga
mencatat makanan lain yang dikonsumsi pasien diluar diet yang diberikan rumah sakit. Hasilnya
merupakan asupan makanan pasien secara keseluruhan pada 1 hari pengamatan.
e. Mencatat makanan lain dari luar yang dikonsumsi oleh pasien dan memasukkannya
dalam perhitungan asupan.
f. Mengganti makanan sesuai daya terima pasien
g. Memberikan motivasi dan edukasi gizi berupa penatalaksanaan diet sesuai dengan kondisi
pasien dan penyakitnya pada saat pasien akan pulang dan menyarankan pasien untuk melakukan
konsultasi gizi ulang di poliklinik gizi guna memantau perkembangan status gizi selama
menjalani terapi gizi di rumah.
Hasil monitoring evaluasi pemeriksaan fisik dan klinis serta obat-obatan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Tabel 9
Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Interprestasi
Keadaan Umum Compos Mentis, Lemas, terkadang sesak Lemas dan terkadang
nafas sesak
Tekanan darah 130/90 mmHg Normal tinggi
Nadi 84 x/mnt Normal
Respirasi 20x/mnt Normal
6
Suhu 36 C Normal
GDS Pagi 124g/dl, sore 230 g/dl Meningkat
Penilaian : tensi normal tinggi, Kadar gula darah meningkat, lemas dan terkadang sesak
Tabel 10
Obat-obat yang digunakan :
Jenis Obat Frekuensi Pemberian
Suntikan insulin 1 jam setelah makan
Obat anti hipertensi
Tabel 12
Rancangan Diit tanggal 28 November 2011
Jenis Penukar Energi Protein Lemak KH
Makanan (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Kentang 1 3/4 306 7 - 70
L.Hewani 3 175 21 9 -
L.Nabati 3 225 15 9 21
Sayur 3 75 3 - 15
Buah 2 100 - - 24
Minyak 2 100 - 10 -
Snack 2 350 16 8 50
JUMLAH 1331 62 36 180
Toleransi (+/-) +2% -5% 0% +0.5%
Tabel 14
Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Interprestasi
Keadaan Umum Compos Mentis, Lemah Lemah
Tekanan darah 120/90 mmHg Normal
Nadi 84 x/mnt Normal
Respirasi 20x/mnt Normal
Suhu 366C Normal
GDS Pagi 90 g/dlsiang 224 g/dl sore 130 g/dl Hipohiperturun
Penilaian : Hipotensi, lemah, Kadar gula darah tinggi
Tabel 15
Obat-obat yang digunakan :
Jenis Obat Frekuensi Pemberian
Suntikan insulin 1 jam setelah makan
Obat anti hipertensi
Tabel 17
Rancangan Diit tanggal 29 November 2011
Jenis Makanan Penukar Energi Protein Lemak KH
(Kkal) (gram) (gram) (gram)
Roti tawar 1/2 87.5 2 - 20
Selai tropicana 1 25 - - 6
Nasi putih 1.5 262.5 6 - 60
L.Hewani 3 175 21 9 -
L.Nabati 3 225 15 9 21
Sayur 3 75 3 - 15
Buah 2 100 - - 24
Minyak 2 100 - 10 -
Snack 2 200 16 8 30
JUMLAH 1250 63 36 176
Toleransi (+/-) -4% -3% 0% -2%
Tabel 19
Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Interprestasi
Keadaan Umum Compos Mentis, lemas sedikit Membaik
Tekanan darah 130/80 mmHg Normal
Nadi 86 x/mnt Normal
Respirasi 24x/mnt Normal
Suhu 36.5C Normal
GDS Siang 135 g/dl sore 110 g/dl Normal
Penilaian: Pasien membaik
Tabel 20
Obat-obat yang digunakan :
Jenis Obat Frekuensi Pemberian
Suntikan insulin 1 jam setelah makan
Obat anti hipertensi
Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk
mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses)
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin
berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.
Penyakit diabetes yang diderita Tn.Tj bukanlah penyakit keturunan dari keluarganya melainkan
karena gaya hidup Tn.Tj yang memiliki kebiasaan konsumsi karbohidrat berlebih, yaitu 3-4
penukar nasi tiap kali makan ditambah jajanan karbohidrat berupa mie ayam. Pasien Tn.Tj juga
sempat memiliki berat badan 80 kg pada saat sebelum pension, dengan tinggi badan 156 cm
Tn.Tj saat itu memiliki IMT 32.9 kg/m2 yang berarti tergolong obesitas. Diabetes mellitus dapat
ipicu dengan obesitas karena insulin yang dihasilkan tidak mampu mengatasi glukosa yang
berlebih dalam darah orang obesitas.
Hasil monitoring gula darah sewaktu Tn.Tj ialah sebagai berikut:
No 201111 211111 221111 231111 241111 251111 261111 271111 281111 291111
06.00 - 165 166 123 160 123 124 90 135 -
11.00 - 121 117 119 119 113 - 224 110 110
16.00 187 127 160 159 114 136 230 130 - -
Dari keterangan tabel tersebut tertera bahwa gula darah sewaktu Tn.Tj mengalami naik turun,
terutama meningkat pada pagi hari. Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150
mg/dL. Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai
level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8
jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara
random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level
antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl. Dari keterangan tabel
gula darah sewaktu Tn.Tj pada pagi hari rata-rata 160mg/dL yang tergolong tinggi. peningkatan
kadar gula darah pada pagi hari biasa terjadi, hal ini disebabkan akibat hasil metabolism
makanan pada malam hari sebelumnya.
Berdasarkan keterangan pasien Tn.Tj, gejala Diabetes Melitus yang dialami ialah jumlah urine
yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria), sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia),
lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia), kehilangan berat badan yang tidak jelas
sebabnya (terlihat saat ini berat badan Tn.Tj 69 kg, turun dari 80 kg selama 2 tahun), cepat lelah
dan lemah setiap waktu, mudah terkena infeksi terutama pada kulit. Oleh karena penderita
penyakit DM mudah terkena komplikasi penyakit lain, Tn.Tj juga mengalami DM yang disertai
komplikasi berupa infeksi bakteri tuberculosis pada paru-paru nya dan komplikasi gangguan
pada jantungnya.
Komplikasi TB dan jantung yang dialami Tn.Tj ini menyebabkan adanya gejala sesak nafas dan
kondisi yang lemah. Hal ini menyebabkan Tn.Tj sempat dirawat di rumah sakit yang sama
sebelumnya 3 kali dengan keluhan yang sama.
pada saat Tn.Tj dirawat ke-2 kalinya di rumah sakit, Tn.Tj dirujuk untuk melakukan pembedahan
atau operasi batu ginjal karena terdapat endapan batu oksalat sepanjang 6 cm di dalam saluran
ginjalnya. Namun, saat ini sudah tidak ada keluhan mengenai hal tersebut.
Dengan kondisi pasien seperti ini pasien diberikan diet DM dengan tinggi protein namun rendah
karbohidrat dan lemak. Diet DM dengan karbohidrat rendah (tanpa karbohidrat sederhana)
diberikan karena penyakit DM pasien, protein tinggi diberikan karena infeksi TB paru yang
diderita pasien, lemak rendah karena DM dan gangguan jantungnya. Diet yang diberikan dengan
kalori 1700 kkal mengingat kemampuan makan pasien belum stabil. Diet DM 1700 ini pun
diberikan secara bertahap mulai 1300 kkal.
Bentuk makanan yang diberilkan dalam bentuk lunak karena pasien mengalami sesak.
Saat ini Tn.Tj dirawat di rumah sakit lagi dengan keluhan yang sama, terutama sesak dan
lemasnya. Pada awal perawatan pasien masih mau makan makanan yang diberikan rumah sakit,
meskipun sedikit. Namun, karena pasien sering sesak nafas saat jam makan yang menyebabkan
pasien tidak nafsu makan beberapa hari, pasien mengalami lemas yang menambah penurunan
nafsu makan.
Perbandingan asupan oral H-1 sebelum pengamatan dengan saat pengamatan:
Dari keterangan bagan di atas terlihat bahwa pada hari ke-6 perawatan atau hari pertama
pengamatan, pasien mengalami trauma makanan rumah sakit akibat lauk yang tidak disukainya.
Trauma ini menyebabkan terjadinya anoreksia atau penolakan makanan yang diberikan oleh
rumah sakit sehingga asupan pasien menurun. Oleh karena Tn.Tj mengalami anoreksia. Dengan
kondisi pasien yang mengalami anoreksia tersebut perencanaan diet yang diberikan pada Tn.TJ
tetap Diet DM 1300 kkal dengan tinggi protein serta rendah karbohidrat dan lemak, namun jenis
makanan disesuaikan dengan keinginan dan daya terima pasien. Hal ini dilakukan agar pasien
tetap ada asupan sehingga memiliki energi dan mencegah terjadinya hipoglikemik atau kadar
gula menurun drastis. Hipoglikemik ini dapat berakibat fatal karena kondisi kadar gula yang
drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki
tahapan koma. Tn.Tj sempat mengalami hipoglikemik beberapa kali akibat tidak mau makan,
namun dapat pulih setelah diberikan ½-1 gelas teh manis. Bahkan, pernah mengalami
hiperglikemik langsung akibat teh manis tersebut. Menu yang diberikan kepada Tn.Tj sempat
berganti-ganti beberapa kali demi Tn.Tj mau mengkonsumsi atau menerima makanan dari rumah
sakit lagi.
Pada hari ke-2 pengamatan makanan lunak yang diberikan diganti dengan kentang. Sebelum
bubur diganti dengan kentang pasien sempat diberikan asupan tambahan susu DM. namun,
setelah diberikan susu pasien Tn.Tj mengalami diare sehingga pemberian susu dihentikan.
Setelah diganti kentang pasien mau makan makanan dari rumah sakit namun kentangnya saja.
Penggantian bubur dengan kentang dan asupan susu menyebabkan asupan pasien meningkat dari
sebelumnya.
Pada hari berikutnya kentang masih diberikan, namun divariasi dengan roti agar pasien tidak
merasa bosan dan diganti Tim pada siang harinya. Asupan pada hari ke-3 pengamatan masih
baik, namun turun bila dibandingkan dengan asupan hari sebelumnya karena tidak diberikan
susu.
Setelah menu beberapa kali diganti, akhirnya pasien mulai mau makan makanan yang diberikan
rumah sakit kembali dan menu pun sudah dapat diganti nasi biasa, namun pada pengamatan hari
ke-4 pasien diperbolehkan pulang setelah makan siang.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2010. Penyakit Diabetes Melitus (DM). Diunduh dari http://www.infopenyakit.com, pada tanggal
31 Desember 2011, 22.00 WIB
Anita. 2009. Diabetes Melitus. Diunduh dari www.rumahdiabetes.com, pada tanggal 31 Desember
2011, 22.15 WIB
Ratnayuli, Diah. 2010. Tinjauan Pustaka: Diabetes Melitus. Diunduh dari http://usupress.usu.ac.id, pada
tanggal 31 Desember 2011, 23.05 WIB
Moore, Mary Courtney. 1997. Pocket Guide to Nutrition and Diet Therapy II Edition. Jakarta:
Hipokrates
Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Uta