bagi kesehatan mental individu, keluarga, organisasi dan komunitas. Telah banyak dipahami
orang bahwa makna sehat bukan sekedar tidak adanya gangguan atau penyakit. Kesehatan
berpengaruh atas kapasitas orang untuk membentuk relasi interpersonal dan sosial, untuk
berkomunikasi, berperasaan dan berpikir, untuk koping dengan kehilangan dan perubahan,
hidup yang produktif dan sejahtera.
Ada beragai cara mengatasi gangguan psikologi yang terjadi selama kehamilan di antara nya
sebagai berikut:
1. Mencari informasi
Carilah informasi sebanyak mungkin khususnya bagi ibu yang sedang hamil anak
pertama. Mencari informasi yang tepat akan membuat ibu merasa lebih yakin akan janin
yang dikandungnya, hal Ini juga dapat mengurangi rasa cemas, khawatir akan
ketidaktahuan yang terjadi terhadap perubahan selama hamil.
2. Komunikasi dengan suami
Komunikasikan segala hal bentuk perubahan yang terjadi pada suami, karena dengan
mngkomunikasikan perubahan yang terjadi suami akan memaklumi perubahan yang
terjadi selama masa kehamilan sang istri, dan perasaan ibu juga akan jauh lebih baik
karena adanya dukungan dari suami selama masa kehamilan.
3. Melakukan senam hamil
Selain untuk menjaga kesehatan ibu hamil senam hamil juga bermanfaat untuk masa
persiapan ibu saat akan melahirkan sang buah hati nanti, manfaat senam hamil sangat
baik bagi penanganan psikologis ibu hamil, dengan melakukan senam hamil rasa
khawatir dan cemas saat persalinan nanti bisa ibu minimalisir sehingga dapat
menormalkan kondisi perubahan psikologis ibu.
4. Rajin melakukan check up
Periksakanlah kehamilan secara teratur, mencari informasi sebanyak-banyaknya kepada
dokter atau bidan yang terpercaya dan jangan lupa ajaklah suami saat anda berkonsultasi
ke dokter atau bidan.
5. Lakukan pemeriksaan psikiatrik
Pada umumnya pemeriksaan psikitarik atau pengobatan secara hipnoterapi perlu
dilakukan pada ibu hamil yang pada kondisi anemnesa menunjukan kondisi yang
beresiko tinggi terhadap perubahan psikologis. Apalagi manfaat hipnoterapisangat
dibutuhkan oleh ibu hamil. Sebagian besar wanita hamil sangat percaya bahwa pada
pengobatan dan anjuran-anjuran yang diberikan oleh dokter dapat membuat ibu hamil
lebih bersikap positif sehingga dapat mengubah sifat jiwa yang negatif.
Selain pencegahan terajadinya gangguan jiwa pada ibu hamil, hal tersebut juga penting
dilakukan pada Bayi. Bayi adalah seorang makhluk hidup yang belum lama lahir (Muchtar,
2002). Mnurut Soetjiningsih (2004), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun, dengan
pembagian sebagai berikut: a.Masa neonatal, yaitu usia 0 – 28 hari 1)Masa neonatal dini,
yaitu usia 0 – 7 hari 2)Masa neonatal lanjut, yaitu usia 8 – 28 hari b.Masa pasca neonatal,
yaitu usia 29 hari – 1 tahun Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 1 tahun,
namun tidak ada batasan yang pasti. Pencegahan terjadinya gangguan jiwa dapat dimulai
melalui komunikasi antara ibu dan bayi. Dimana ibu dapat melakukan hal-hal sederhana yang
dapat meningkatkan kesehatan menal pada bayi seperti mengajaknya berkomunikasi.
c. Promosi Kesehatan Jiwa Pada Kelompok Pra Sekolah dan Usia Sekolah
Anak Usia Sekolah Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12
tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak
dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang
tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak
memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan
dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.
Prinsip mendasar yang harus kita pegang ketika berurusan dengan anakanak dan remaja
adalah bahwa kesehatan dan gangguan mental pada mereka adalah urusan kita semua.
Artinya bahwa semua profesional, masyarakat dan orangtua yang berhubungan dengan
kehidupan anak sehari-hari selayaknyasanggup untuk bertindak meningkatkan kesejahteraan
psikologis (psychological well-being) mereka dan mencegah kesejahteraan ini terpuruk oleh
karena masalah dan tantangan kehidupan. Oleh karena itu, mencermati keadaan mereka,
memahami bagaimana berkomunikasi dengan mereka, dan mengerti signifikansi dari apa
yang mereka katakan dan perbuat serta bagaimana kita bertindak ketika pertolongan
dibutuhkan adalah hal yang penting. Daripada melakukan intervensi setelah anak bermasalah
lebih baik, perhatian dan upaya kita dicurahkan pada promosi dan prevensi. Implikasinya
adalah jelas bahwa semua pihak berusaha menciptakan lingkungan di mana orang-orang
muda ini dapat bertumbuh-kembang dan memperoleh pendidikan yang mendukung
kesejahteraan hidup mereka.
Gangguan-gangguan mental pada anak dan remaja adalah hal yang umum terjadi.
Banyak gangguan yang dialami pada masa dewasa bermula dari faktorfaktor resiko pada
masa anak-anak. Maraknya banyak persoalan bertautan dengan emosi dan perilaku kelompok
usia muda dewasa ini telah memberkan beban yang besar pada penderitaan semua pihak dan
biaya penanganan yang besar, kalau masih beruntung mendapatkannya. Beban ini harus
dikurangi dan perhatian serius harus diarahkan pada upaya-upaya promosi dan prevensi
kesehatan baik fisik maupun mental. Dalam layanan terhadap anak dan remaja khususnya,
memang tidak terlampau bermanfaat memisahkan promosi dari prevensi karena
pengembangan ketrampilan (skills) yang disasarkan pada kesejahteraan psikologis dapat
mempunyai efek preventif yang penting, dan perhatian pada perkembangan yang normal
dapat memberikan informasi mengenai strategi-strategi yang ditujukan pada penanganan
problem-problem dalam kesehatan mental. Namun demikian , promosi tetap mempunyai
tempat yang penting dalam prevensi gangguan kesehatan karena promosi menjadi efektif di
dalam prevensi keluasan rentang resiko dan penyakit yang berhubungan dengan emosi dan
perilaku.
Menurut Mental Health Foundation di Amerika, (1999, dalam Dwivedi & Harper,
2004), anak yang sehat secara mental mempunyai kemampuan untuk:
Berkembang secara psikologis, emosional, kreatif, intelektual, dan spiritual
Mengambil inisiatif, mengembangkan dan mempertahankan kelangsungan relasi
personal yang memuaskan
Memanfaatkan kesendirian (solitude) dan menikmatinya
Menjadi sadar akan orang lain dan berempati dengan mereka
Bermain dan belajar
Mengembangkan rasa benar dan salah
Menghadapi problem dan kemalangan serta belajar dari peristiwaperistiwa ini, dalam
cara-cara yang selaras dengan tingkat usia mereka.