Anda di halaman 1dari 7

Promosi kesehatan mental bertujuan untuk meningkatkan atau memperbaki kapasitas

bagi kesehatan mental individu, keluarga, organisasi dan komunitas. Telah banyak dipahami
orang bahwa makna sehat bukan sekedar tidak adanya gangguan atau penyakit. Kesehatan
berpengaruh atas kapasitas orang untuk membentuk relasi interpersonal dan sosial, untuk
berkomunikasi, berperasaan dan berpikir, untuk koping dengan kehilangan dan perubahan,
hidup yang produktif dan sejahtera.

a. Promosi Kesehatan Jiwa Pada Kelompok Ibu Hamil dan Bayi


Promosi kesehatan pada ibu hamil bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan
kemampuan hidup sehat bagi ibu hamil agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.
Diharapkan dengan penyuluhan daninformasi dari bidan bisa setiap ibu hamil dapat
menjalani kehamilannya dengan tenang. Serta siap menghadapi persalinan. Masalah
kesehatan mental pada ibu hamil juga dapat bertahan hingga beberapa waktu setelah
melahirkan. Tidak hanya itu, masalah kesehatan mental yang lebih ringan seperti gangguan
mood dan merasa cemas, bisa menjadi lebih serius pada waktu tersebut. Akibatnya, hal
tersebut tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental dan fisik seorang ibu pasca melahirkan,
namun juga dapat mengganggu kedekatan antara ibu dan bayi yang baru lahir.
Kondisi ibu hamil memang berbeda-beda karena kondisi tersebut bergantung kepada
perubahan hormon setiap orang sehingga tidak semua ibu hamil mengalaminya. Bagi ibu
hamil yang mengalami perubahan psikologis tentu sangat tidak nyaman dengan kondisinya,
apalagi dengan adanya perubahan fisik membuat ibu harus lebih menyesuaikan dirinya
kembali dengan kondisi yang masih dianggap baru untuk sebagian ibu. Adapun beberapa
bentuk psikologis yang kerap terjadi pada Ibu hamil antara lain:
 Ketika mengandung, ibu kerap kali merasa lebih rapuh, mudah lelah, merasa khawatir,
cemas dan ketakutan. Seperti misalnya merasa takut aktivitas yang dialakukannya dapat
membahayakan janin yang ada didalam kandungannya. Atau bisa juga merasa khawatir
tidak dapat mengurus secara baik anak yang sedang dikandungnya. Hal ini bisa
dikatakan sangat wajar, karena bagi ibu yang hamil anak pertama, semua kondisi
perubahan psikologis yang terjadi adalah hal baru bagi dirinya.
 Pemarah, Ibu hamil terkadang menjadi lebih emosional dan ini termasuk ke dalam ciri-
ciri depresi ringan. mudah merasa depresi, hal ini terjadi karena merasa ketidakpastian
akan masa depan, apakah ibu bisa merawat anak yang dikandungnya dengan baik,
apakah bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya dan terkadang merasa kurang
percaya diri pada perubahan fisik yang dialaminya. Semuanya itu membuat ibu menjadi
lebih sensitif.
 Pada kehamilan yang sudah masuk trimester ke 3 ibu hamil biasanya mulai merasa
cemas dan takut akan rasa sakit yang nanti akan dirasakannya saat melahirkan sang buah
hati. Rasa khawatir akan keselamatan sang bayi, merasa tidak nyaman dengan kondisi
fisik dan perasaan lain yang timbul sehingga memerlukan perhatian khusus dari keluarga
dan juga suami.

Ada beragai cara mengatasi gangguan psikologi yang terjadi selama kehamilan di antara nya
sebagai berikut:
1. Mencari informasi
Carilah informasi sebanyak mungkin khususnya bagi ibu yang sedang hamil anak
pertama. Mencari informasi yang tepat akan membuat ibu merasa lebih yakin akan janin
yang dikandungnya, hal Ini juga dapat mengurangi rasa cemas, khawatir akan
ketidaktahuan yang terjadi terhadap perubahan selama hamil.
2. Komunikasi dengan suami
Komunikasikan segala hal bentuk perubahan yang terjadi pada suami, karena dengan
mngkomunikasikan perubahan yang terjadi suami akan memaklumi perubahan yang
terjadi selama masa kehamilan sang istri, dan perasaan ibu juga akan jauh lebih baik
karena adanya dukungan dari suami selama masa kehamilan.
3. Melakukan senam hamil
Selain untuk menjaga kesehatan ibu hamil senam hamil juga bermanfaat untuk masa
persiapan ibu saat akan melahirkan sang buah hati nanti, manfaat senam hamil sangat
baik bagi penanganan psikologis ibu hamil, dengan melakukan senam hamil rasa
khawatir dan cemas saat persalinan nanti bisa ibu minimalisir sehingga dapat
menormalkan kondisi perubahan psikologis ibu.
4. Rajin melakukan check up
Periksakanlah kehamilan secara teratur, mencari informasi sebanyak-banyaknya kepada
dokter atau bidan yang terpercaya dan jangan lupa ajaklah suami saat anda berkonsultasi
ke dokter atau bidan.
5. Lakukan pemeriksaan psikiatrik
Pada umumnya pemeriksaan psikitarik atau pengobatan secara hipnoterapi perlu
dilakukan pada ibu hamil yang pada kondisi anemnesa menunjukan kondisi yang
beresiko tinggi terhadap perubahan psikologis. Apalagi manfaat hipnoterapisangat
dibutuhkan oleh ibu hamil. Sebagian besar wanita hamil sangat percaya bahwa pada
pengobatan dan anjuran-anjuran yang diberikan oleh dokter dapat membuat ibu hamil
lebih bersikap positif sehingga dapat mengubah sifat jiwa yang negatif.

Selain pencegahan terajadinya gangguan jiwa pada ibu hamil, hal tersebut juga penting
dilakukan pada Bayi. Bayi adalah seorang makhluk hidup yang belum lama lahir (Muchtar,
2002). Mnurut Soetjiningsih (2004), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun, dengan
pembagian sebagai berikut: a.Masa neonatal, yaitu usia 0 – 28 hari 1)Masa neonatal dini,
yaitu usia 0 – 7 hari 2)Masa neonatal lanjut, yaitu usia 8 – 28 hari b.Masa pasca neonatal,
yaitu usia 29 hari – 1 tahun Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 1 tahun,
namun tidak ada batasan yang pasti. Pencegahan terjadinya gangguan jiwa dapat dimulai
melalui komunikasi antara ibu dan bayi. Dimana ibu dapat melakukan hal-hal sederhana yang
dapat meningkatkan kesehatan menal pada bayi seperti mengajaknya berkomunikasi.

b. Promosi Kesehatan Jiwa Pada Kelompok Toddler


Anak usia toddler (1-3th) mempunyai sistem control tubuh yang mulai
membaik,hampir setiap organ mengalami maturitas maksimal.Pengalaman dan perilaku
mereka mulaidipengaruhi oleh lingkungandiluar keluarga terdekat,mereka mulai berinteraksi
denganteman,mengembangkan perilaku/moral secara simbolis,kemampuan berbahasa
yangminimal.Sebagai sumber pelayanan kesehatan ,perawat berkepentingan untuk
mengetahuikonsep tumbuh kembang anak usia toddler guna memberikan asuhan keperawatan
anak dengan optimal.
Aktivitas pada pencegahan primer adalah program pendidikan kesehatan, program
stimulasi perkembangan, program sosialisasi kesehatan jiwa, manajemen stress, serta
persiapan menjadi orang tua. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah kunjungan rumah
dalam rangka memberikan pendidikan kesehatan tentang perkembangan anak sesuai usia dan
melakukan stimulasi perkembangan pada. anak usia toddler (18-36) bulan (Keliat, 2013).
Pendidikan kesehatan mencakup tindakan untuk memperkuat individu dan kelompok untuk
pembentukan kompetensi.
Anak usia toddler (18-36) bulan penting menjadi fokus pelayanan preventif pada
keperawatan jiwa komunitas sebab pada masa ini tumbuh kembang anak terjadi sangat cepat,
masa ini merupakan dasar pembentukan anak dan tidak akan terulang pada masa selanjutnya.
Tumbuh kembang adalah proses yang berkesinambungan sejak konsepsi sampai dewasa.
Stimulai mental merupakan cikal bakal proses belajar (pendidikan dan pelatihan) anak.
Stimulasi mental ini akan meningkatkan perkembangan mental psikososial, kecerdasan,
ketrampilan, kemandirian, kreativitas, produktivitas, kepribadian, moral-etika, dan lain-lain.
(Behrman, 2004).
Selain itu juga pada perkembangan psikososial usia toddler menurut Sigmund Freud,
pada fase ini tergolong dalam fase Anal dimana pusatkesenangan anak pada perilaku
menahan faeses bahkan kadangkala anak bermain-maindengan faesesnya. Anak belajar
mengidentifikasi tentang perbedaan antara dirinya denganorang lain disekitarnya. Konflik
yang sering terjadi adalah adanya Oedipus complex ataukatarsis yaitu dimana seorang anak
laki-laki menyadari bahwa ayahnya lebih kuat dan lebih besar dibandingkan
dirinya.sedangkan pada wanita disebut dengan Elektra complex.Sedangkan Erickson
menggolongkan tahap ini dalam fase Otonomi vs Guilt, (inisiatif vs rasamalu dan bersalah)
Perkembangan ini berpusat pada kemampuan anak untuk mengontroltubuh dan
lingkungannya.Adapun Piaget bahwa saat ini merupakan Fase preoperasional dimana sifat
egosentris sangat menonjol. Pada fase ini.sering ditemukan ketidakmampuan untuk
menempatkan diri sendiri ditempat orang lain. Kohlberg menggolongkan masa ini dalam Fase
Konvensional, Anak mulai belajar baik dan buruk,benar atau salah melaui budaya sebagai
dasar peletakan nilai moral. Kohlbergmenggolongkan fase ini dalam 3 tahap,yaitu Egosentris,
kebaikan seperti apa yang saya mau, tahap berikutnya adalah oreintasi hukuman dan ketaatan,
baik dan buruk sebagai konsekuensi tindakan dan tahapan yang terakhir adalah inisiatif, anak
menjalankan aturan sebagai sesuatuyang menyenangkan dirinya. Komunikasi, adanya rasa
ingin tahu yang besar dan belum fasihnya kemampuan bahasa, sehingga pada saat
memberikan penjelasan kepada anak toddler gunakanlah kata-kata yang sederhana dan
singkat.

c. Promosi Kesehatan Jiwa Pada Kelompok Pra Sekolah dan Usia Sekolah
Anak Usia Sekolah Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12
tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak
dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang
tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak
memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan
dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.
Prinsip mendasar yang harus kita pegang ketika berurusan dengan anakanak dan remaja
adalah bahwa kesehatan dan gangguan mental pada mereka adalah urusan kita semua.
Artinya bahwa semua profesional, masyarakat dan orangtua yang berhubungan dengan
kehidupan anak sehari-hari selayaknyasanggup untuk bertindak meningkatkan kesejahteraan
psikologis (psychological well-being) mereka dan mencegah kesejahteraan ini terpuruk oleh
karena masalah dan tantangan kehidupan. Oleh karena itu, mencermati keadaan mereka,
memahami bagaimana berkomunikasi dengan mereka, dan mengerti signifikansi dari apa
yang mereka katakan dan perbuat serta bagaimana kita bertindak ketika pertolongan
dibutuhkan adalah hal yang penting. Daripada melakukan intervensi setelah anak bermasalah
lebih baik, perhatian dan upaya kita dicurahkan pada promosi dan prevensi. Implikasinya
adalah jelas bahwa semua pihak berusaha menciptakan lingkungan di mana orang-orang
muda ini dapat bertumbuh-kembang dan memperoleh pendidikan yang mendukung
kesejahteraan hidup mereka.
Gangguan-gangguan mental pada anak dan remaja adalah hal yang umum terjadi.
Banyak gangguan yang dialami pada masa dewasa bermula dari faktorfaktor resiko pada
masa anak-anak. Maraknya banyak persoalan bertautan dengan emosi dan perilaku kelompok
usia muda dewasa ini telah memberkan beban yang besar pada penderitaan semua pihak dan
biaya penanganan yang besar, kalau masih beruntung mendapatkannya. Beban ini harus
dikurangi dan perhatian serius harus diarahkan pada upaya-upaya promosi dan prevensi
kesehatan baik fisik maupun mental. Dalam layanan terhadap anak dan remaja khususnya,
memang tidak terlampau bermanfaat memisahkan promosi dari prevensi karena
pengembangan ketrampilan (skills) yang disasarkan pada kesejahteraan psikologis dapat
mempunyai efek preventif yang penting, dan perhatian pada perkembangan yang normal
dapat memberikan informasi mengenai strategi-strategi yang ditujukan pada penanganan
problem-problem dalam kesehatan mental. Namun demikian , promosi tetap mempunyai
tempat yang penting dalam prevensi gangguan kesehatan karena promosi menjadi efektif di
dalam prevensi keluasan rentang resiko dan penyakit yang berhubungan dengan emosi dan
perilaku.
Menurut Mental Health Foundation di Amerika, (1999, dalam Dwivedi & Harper,
2004), anak yang sehat secara mental mempunyai kemampuan untuk:
 Berkembang secara psikologis, emosional, kreatif, intelektual, dan spiritual
 Mengambil inisiatif, mengembangkan dan mempertahankan kelangsungan relasi
personal yang memuaskan
 Memanfaatkan kesendirian (solitude) dan menikmatinya
 Menjadi sadar akan orang lain dan berempati dengan mereka
 Bermain dan belajar
 Mengembangkan rasa benar dan salah
 Menghadapi problem dan kemalangan serta belajar dari peristiwaperistiwa ini, dalam
cara-cara yang selaras dengan tingkat usia mereka.

Promosi kesehatan berkepentingan dengan pemberdayaan pada aras inidividu maupun


komunitas. Pada aras individual, yang menjadi sasaran pemberdayaan adalah, misalnya,
parenting, harga-diri (self-esteem), resiliensi, dan kompetensi psikososial. Sedangkan pada
aras komunitas, pemberdayaan dibangun melalui inklusi sosial, program anti perundungan
(anti-bullying), kepekaan dan solidaritas sosial, dukungan sosial, keadilan dan kesetaraan.
Semua ini dimaksudkan untuk mereduksi hambatan-hambatan struktural terhadap kesehatan,
seperti mengeliminasi diskriminasi dan ketimpangan dalam akses bagi perumahan,
pendidikan, pekerjaan, dsb, dan kerentanan terhadap problemproblem kesehatan, absenteisme
karena kondisi kesehatan, problem-problembelajar dan keprilakuan, perilaku beresiko, dan
penelantaran serta kekerasan (abuse) (Dwipedi & Harper, 2004).
Di dalam model transasksional organisme dan interaksinya denganlingkungan, apa yang
dialami oleh anak pada suatu waktu dalam kehidupannya bukanlah fungsi dari keadaan
internal anak sendiri dan bukan pula sekedar kondisi lingkungan,melainkan dampak dari
interaksi yang kompleks antara anak dan lingkungan. Baik pada diri individu sendiri dan
lingkungan terdapat faktor-faktor resiko dan sekaligus faktor-faktor protektif atau resiliensi.
Selanjutnya, faktor-faktor ini bisa menimbun efek kumulatif baik pada diri individu,
keluarga, maupun lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu, inisiatif-inisiatif promosi perlu
mencakup perhatian pada individu sendiri sehingga dia bisa memiliki kesanggupan untuk
menghadapi kesulitannya, dan pada pihak lain, keterlibatan lingkungan, termasuk struktur-
struktur yang memfasilitasi perencanaan dan pengambilan keputusan dalam pengadaan dan
pelaksanaan layanan.
Beberapa literatur menunjukkan adanya garis penghubungan yang jelas antara ketidak-
setaraan, ketidak-adilan, disintegrasi relasi sosial, dan merosotnya modal sosial dan
kesejahteraan lahir dan batin dengan problem-problem kesehatan. Maka apabila kesehatan
mental ditempatkan sebagai hal yang kunci dalam keseluruhan kesehatan komunitas (sekolah,
lingkungan tempat tinggal sekitar, dan lingkup yang lebih luas), maka program-program
promosi, termasuk membangun modal sosial, harus mendapatkan prioritas. Pemberdayaan
dimaksudkan terumtama untuk memperbear kemungkingan-kemungkinan bagaimana orang
dapat memiliki kendali atas hidupnya sendiri.
Dalam inisiatif-inisiatif pemberdayaan, promosi kesehatan dan prevensi gangguan
kesehatan bersifat multifaktorial dan apabila resiliensi atau faktor-faktor protektif membesar,
maka ketahanan individu akan semakin besar dalam mengatur hidupnya. Sebaliknya, apabila
faktor-faktor resiko menjadi semakin membesar, resiko gangguan dan penyakit menjadi
meningkat secara signifikan. Dengan demikian, rasio antara dua hal ini dianggap sebagai
pengukuran atas kemungkinan dampak apa yang terjadi pada mereka yang rentan atau
terpaparpada faktor-faktor resiko, dibandingkan dengan mereka yang tidak rentan. Dalam
realitas, sering tidak mudah menentukan secara lebih spesifik faktor-faktor resiko apa yang
memberikan kontribusi real dan ini benar untuk berbagai gangguan, bergantung pada tahap
perkembangan anak juga.

Anda mungkin juga menyukai