Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG EPILEPSI PADA ANAK

DI RUANG MELATI 2 RS Dr MOEWARDI

Disusun Oleh :

Nama : Gianto

Nim : 17160053

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Gianto

NIM : 17160053

Ruangan : MELATI 2 Rs Dr Moewardi

Pembimbing klinik pembimbing akademik

( ) ( )

A. Pengertian
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang
akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel (Tarwoto,
2007).
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang
akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat reversibel (Dychan,
2008).
Epilepsi merupakan gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak yang
dikarakteristikkan oleh kejang berulang. Kejang merupakan akibat dari pembebasan
listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan
serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motorik, atau
gangguan fenomena sensori (Anonim, 2008).
Epilepsi didefinisikan sebagai suatu sindrom yang ditandai oleh gangguan
fungsi otak yang bersifat sementara dan paroksismal, yang memberi manifestasi
berupa gangguan, atau kehilangan kesadaran, gangguan motorik, sensorik, psikologik,
dan sistem otonom, serta bersifat episodic (Turana, 2007).

B. Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (idiopatik),
sering terjadi pada:
1. Trauma lahir, Asphyxia neonatorum
2. Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
3. Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol
4. Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia,
hiponatremia)
5. Tumor Otak
6. Kelainan pembuluh darah (Tarwoto, 2007).
Adapun penyebab epilepsi, yaitu: (Piogama, 2009)
1) Epilepsi Primer (Idiopatik)
Epilepsi primer hingga kini tidak ditemukan penyebabnya, tidak
ditemukan kelainan pada jaringan otak, diduga bahwa terdapat kelainan atau
gangguan keseimbangan zat kimiawi dan sel-sel saraf pada area jaringan otak
yang abnormal.

2) Epilepsi Sekunder (Simtomatik)


Epilepsi yang diketahui penyebabnya atau akibat adanya kelainan pada
jaringan otak. Kelainan ini dapat disebabkan karena dibawa sejak lahir atau
adanya jaringan parut sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir atau
pada masa perkembangan anak, cedera kepala (termasuk cedera selama atau
sebelum kelahiran), gangguan metabolisme dan nutrisi (misalnya hipoglikemi,
fenilketonuria (PKU), defisiensi vitamin B6), faktor-faktor toksik (putus
alkohol, uremia), ensefalitis, anoksia, gangguan sirkulasi, dan neoplasma.

C. Tanda dan Gejala


Manifestasi dari epilepsi, yaitu: (Turana, 2007)
1. Sawan Parsial (lokal, fokal)
a. Sawan Parsial Sederhana : sawan parsial dengan kesadaran
tetap normal
1) Dengan gejala motorik:
 Fokal motorik tidak menjalar: sawan terbatas pada satu
bagian tubuh saja
 Fokal motorik menjalar : sawan dimulai dari satu bagian
tubuh dan menjalar meluas ke daerah lain. Disebut juga epilepsi
Jackson.
 Versif : sawan disertai gerakan memutar kepala, mata,
tubuh.
 Postural : sawan disertai dengan lengan atau tungkai
kaku dalam sikap tertentu
 Disertai gangguan fonasi : sawan disertai arus bicara
yang terhenti atau pasien mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu
2) Dengan gejala somatosensoris atau sensoris spesial; sawan
disertai halusinasi sederhana yang mengenai kelima panca indera dan
bangkitan yang disertai vertigo.
 Somatosensoris: timbul rasa kesemuatan atau seperti ditusuk-
tusuk jarum.
 Visual : terlihat cahaya
 Auditoris : terdengar sesuatu
 Olfaktoris : terhidu sesuatu
 Gustatoris : terkecap sesuatu
 Disertai vertigo
3) Dengan gejala atau tanda gangguan saraf otonom (sensasi
epigastrium, pucat, berkeringat, membera, piloereksi, dilatasi pupil).
4) Dengan gejala psikis (gangguan fungsi luhur)
 Disfagia : gangguan bicara, misalnya mengulang suatu suku
kata, kata atau bagian kalimat.
 Dimensia : gangguan proses ingatan misalnya merasa seperti
sudah mengalami, mendengar, melihat, atau sebaliknya. Mungkin
mendadak mengingat suatu peristiwa di masa lalu, merasa seperti
melihatnya lagi.
 Kognitif : gangguan orientasi waktu, merasa diri berubah.
 Afektif : merasa sangat senang, susah, marah, takut.
 Ilusi : perubahan persepsi benda yang dilihat tampak lebih kecil
atau lebih besar.
 Halusinasi kompleks (berstruktur) : mendengar ada yang
bicara, musik, melihat suatu fenomena tertentu, dll.
b. Sawan Parsial Kompleks (disertai gangguan kesadaran)
1) Serangan parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran :
kesadaran mula-mula baik kemudian baru menurun.
 Dengan gejala parsial sederhana {a1). - a4).} : gejala-
gejala seperti pada golongan {a1). - a4).} diikuti dengan
menurunnya kesadaran.
 Dengan automatisme, yaitu gerakan-gerakan, perilaku
yang timbul dengan sendirinya, misalnya gerakan mengunyah,
menelan, raut muka berubah seringkali seperti ketakutan,
menata sesuatu, memegang kancing baju, berjalan,
mengembara tak menentu, dll.
2) Dengan penurunan kesadaran sejak serangan; kesadaran
menurun sejak permulaan kesadaran.
 Hanya dengan penurunan kesadaran
 Dengan automatisme

c. Sawan Parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum


(tonik-klonik, tonik, klonik)
 Sawan parsial sederhana yang berkembang menjadi bangkitan
umum.
 Sawan parsial kompleks yang berkembang menjadi bangkitan
umum.
 Sawan parsial sederhana yang menjadi bangkitan parsial
kompleks lalu berkembang menjadi bangkitan umum.
2. Sawan Umum (Konvulsif atau NonKonvulsif)
a. Sawan lena (absence)
Pada sawan ini, kegiatan yang sedang dikerjakan terhenti, muka
tampak membengong, bola mata dapat memutar ke atas, tak ada reaksi bila
diajak bicara. Biasanya sawan ini berlangsung selama ¼ – ½ menit dan
biasanya dijumpai pada anak.
b. Lena tak khas (atipical absence)
Gangguan tonus yang lebih jelas serta permulaan dan berakhirnya
bangkitan tidak mendadak.
c. Sawan Mioklonik
Pada sawan mioklonik terjadi kontraksi mendadak, sebentar, dapat
kuat atau lemah sebagian otot atau semua otot, seringkali atau berulang-
ulang. Bangkitan ini dapat dijumpai pada semua umur.
d. Sawan Klonik
Pada sawan ini tidak terjadi gerakan menyentak, repetitif, tajam,
lambat, dan tunggal multiple di lengan, tungkai atau torso. Dijumpai
terutama sekali pada anak.
e. Sawan Tonik
Pada sawan ini tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi
kaku pada wajah dan bagian tubuh bagian atas, flaksi lengan dan ekstensi
tungkai. Sawan ini juga terjadi pada anak.
f. Sawan Tonik-Klonik
Sawan ini sering dijumpai pada umur di atas balita yang terkenal
dengan nama grand mal. Serangan dapat diawali dengan aura, yaitu tanda-
tanda yang mendahului suatu sawan. Pasien mendadak jatuh pingsan, otot-
otot seluruh badan kaku. Kejang kaku berlangsung kira-kira ¼ – ½ menit
diikuti kejang-kejang kelojot seluruh tubuh. Bangkitan ini biasanya
berhenti sendiri. Tarikan napas menjadi dalam beberapa saat lamanya. Bila
pembentukan ludah ketika kejang meningkat, mulut menjadi berbusa
karena hembusan napas. Mungkin pula pasien kencing ketika mendapat
serangan. Setelah kejang berhenti pasien tidur beberapa lamanya, dapat
pula bangun dengan kesadaran yang masih rendah, atau langsung menjadi
sadar dengan keluhan badan pegal-pegal, lelah, nyeri kepala.
g. Sawan atonik
Pada keadaan ini otot-otot seluruh badan mendadak melemas sehingga
pasien terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau menurun sebentar. Sawan
ini terutama sekali dijumpai pada anak.
3. Sawan Tak Tergolongkan
Termasuk golongan ini ialah bangkitan pada bayi berupa gerakan bola
mata yang ritmik, mengunyah, gerakan seperti berenang, menggigil, atau
pernapasan yang mendadak berhenti sederhana.
D. Patway
E. Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan dan Magnetik resonance imaging (MRI) untuk mendeteksi lesi pada
otak, fokal abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan degeneratif serebral.
Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak jelas
pada CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun kerusakan otak
yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal dengan
defisit neurologik yang jelas
b. Elektroensefalogram(EEG) untuk mengklasifikasi tipe kejang, waktu serangan
c. Kimia darah: hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol darah.
 mengukur kadar gula, kalsium dan natrium dalam darah
 menilai fungsi hati dan ginjal
 menghitung jumlah sel darah putih (jumlah yang meningkat
menunjukkan adanya infeksi).
 Pungsi lumbal utnuk mengetahui apakah telah terjadi infeksi otak

F. Penatalaksanaan Medis
Manajemen Epilepsi :
a. Pastikan diagnosa epilepsi dan mengadakan explorasi etiologi dari
epilepsi
b. Melakukan terapi simtomatik
c. Dalam memberikan terapi anti epilepsi yang perlu diingat sasaran
pengobatan yang dicapai, yakni:
 Pengobatan harus di berikan sampai penderita bebas serangan.
 Pengobatan hendaknya tidak mengganggu fungsi susunan syaraf pusat
yang normal.
 Penderita dpat memiliki kualitas hidup yang optimal.

Ada empat obat yang ternyata bermanfaat untuk ini: fenitoin


(difenilhidantoin), karbamazepin, fenobarbital, dan asam valproik. Kebanyakan
pasien dapat dikontrol dengan salah satu dari obat tersebut di atas.
Cara menanggulangi kejang epilepsi :
1. Selama Kejang
a. Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin
tahu
b. Mengamankan pasien di lantai jika memungkinkan
c. Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari bendar
keras, tajam atau panas. Jauhkan ia dari tempat / benda berbahaya.
d. Longgarkan bajunya. Bila mungkin, miringkan kepalanya kesamping
untuk mencegah lidahnya menutupi jalan pernapasan.
e. Biarkan kejang berlangsung. Jangan memasukkan benda keras diantara
giginya, karena dapat mengakibatkan gigi patah. Untuk mencegah gigi klien
melukai lidah, dapat diselipkan kain lunak disela mulut penderita tapi jangan
sampai menutupi jalan pernapasannya.
f. Ajarkan penderita untuk mengenali tanda2 awal munculnya epilepsi
atau yg biasa disebut "aura". Aura ini bisa ditandai dengan sensasi aneh seperti
perasaan bingung, melayang2, tidak fokus pada aktivitas, mengantuk, dan
mendengar bunyi yang melengking di telinga. Jika Penderita mulai merasakan
aura, maka sebaiknya berhenti melakukan aktivitas apapun pada saat itu dan
anjurkan untuk langsung beristirahat atau tidur.
g. Bila serangan berulang-ulang dalam waktu singkat atau penyandang
terluka berat, bawa ia ke dokter atau rumah sakit terdekat.
2. Setelah Kejang
a. Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang terjadi.
b. Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi.
Yakinkan bahwa jalan napas paten.
c. Biasanya terdapat periode ekonfusi setelah kejang grand mal
d. Periode apnea pendek dapat terjadi selama atau secara tiba- tiba setelah
kejang
e. Pasien pada saaat bangun, harus diorientasikan terhadap lingkungan
f. Beri penderita minum untuk mengembalikan energi yg hilang selama
kejang dan biarkan penderita beristirahat.
g. Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang (postiktal), coba
untuk menangani situasi dengan pendekatan yang lembut dan member restrein
yang lembut
h. Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya. Ini penting untuk
pemberian pengobatan oleh dokter.
i. Penanganan terhadap penyakit ini bukan saja menyangkut penanganan
medikamentosa dan perawatan belaka, namun yang lebih penting adalah
bagaimana meminimalisasikan dampak yang muncul akibat penyakit ini bagi
penderita dan keluarga maupun merubah stigma masyarakat tentang penderita
epilepsi

G. Komplikasi
Menurut (Pinzon, 2007) komplikasi yang mungkin timbul akibat epilepsi antara lain:
cedera kepala, cedera mulut, luka bakar dan fraktur.

H. Asuhan Keperawatan
Tindakan yang dapat dilakukan, antara lain: (Sri D, 2007)
 Jangan panik karena serangan akan berhenti sendiri
 Bebaskan jalan nafas, longgarkan baju
 Bila mulut terbuka, masukkan bahan empuk diantara gigi
 Bila mulut tertutup jangan dibuka paksa
 Miringkan kepala agar ludah keluar
 Jangan memberi minum sebelum klien benar-benar sadar
PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji pada penderita epilepsi, yaitu: (Anonim, 2008)
ANAMNESA
Perawat mengumpulkan informasi tentang riwayat kejang pasien. Pasien
ditanyakan tentang faktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang. Asupan
alkohol dicatat. Efek epilepsi pada gaya hidup dikaji: Apakah ada keterbatasan yang
ditimbulkan oleh gangguan kejang? Apakah pasien mempunyai program rekreasi?
Kontak sosial? Apakah pengalaman kerja? Mekanisme koping apa yang digunakan?
Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu dalam
mengindentifikasi tipe kejang dan penatalaksanaannya.
1. Selama serangan :
 Apakah ada kehilangan kesadaran atau pingsan.
 Apakah ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena.
 Apakah pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai.
 Apakah disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik,
kejang tonik-klonik, kejang mioklonik, kejang atonik.
 Apakah pasien menggigit lidah.
 Apakah mulut berbuih.
 Apakah ada inkontinen urin.
 Apakah bibir atau muka berubah warna.
 Apakah mata atau kepala menyimpang pada satu posisi.
 Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah
pada satu sisi atau keduanya.
2. Sesudah serangan
 Apakah pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit,
gangguan bicara
 Apakah ada perubahan dalam gerakan.
 Sesudah serangan apakah pasien masih ingat apa yang terjadi sebelum,
selama dan sesudah serangan.
 Apakah terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau frekuensi
denyut jantung.
 Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang.
3. Riwayat sebelum serangan
 Apakah ada gangguan tingkah laku, emosi.
 Apakah disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung berdebar.
 Apakah ada aura yang mendahului serangan, baik sensori, auditorik,
olfaktorik maupun visual.
4. Riwayat Penyakit
 Sejak kapan serangan terjadi.
 Pada usia berapa serangan pertama.
 Frekuensi serangan.
 Apakah ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti demam,
kurang tidur, keadaan emosional.
 Apakah penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang
disertai dengan gangguan kesadaran, kejang-kejang.
 Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak
 Apakah makan obat-obat tertentu
 Apakah ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga

PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
 KU / kesadaran
 Tanda Vital : TD, RR, N
 Mata
 THT
 Leher
 Jantung
 Paru
 Abdomen
 Ekstremitas
2. Status Neurologis
 Reflek fisiologis
 Reflek patologis

RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Tindakan Keperawatan Rasional


Keperawatan
1 Resiko cedera b.d Setelah Environmental Dengan
perubahan dilakukan management safety: mengetahi
kesadaran, tindakan - Identifikasi keamanan level
kerusakan kognitif keperawatan, yang di butuhkan klien keamanan
selama kejang, atau diharapkan baik fisik/kognitif yang
kerusakan klien Modifikasi lingkungan dibutuhka
mekanisme terhindar gunakan pelindung nklien
perlindungan diri. dari cedera, dapat
dengan terhindar
kriteria hasil: dari
Neurologica cedera
l status:
Fungsi Modifikas
otonom dbn i
Tidak ada lingkunga
kejang n
Kontrol berfungsi
resiko: untuk
faktor meminima
lingkungan lkan
yang cedera
beresiko yang
terpantau mungkin
Symptom terjadi
control: Pengaman
Tanda dan akan
gejala, meminima
sumber serta lkan
onset nya mobilisasi
dapat dan
2 teridentifikas NIC : mencegah
i Airway Management dari
Bersihan jalan - Buka jalan nafas, situasi
napas/pola napas gunakan teknik chin lift berbahaya
tidak efektif b.d Setelah atau jaw thrust bila perlu
penurunan dilakukan - Identifikasi
energi/adanya tindakan pasien perlunyapemasan Jalan
benda asing di jalan keperawatan, gan alat jalan nafas nafas yang
nafas saat kejang diharapkan buatan terbuka
bersihan - Keluarkansekret akan
jalan dengan batuk atau memudah
nafas/pola suction kan
nafas - Auskultasi suara nafas, sirkulasi
kembali catat adanya suara udara
efektif tambahan dalam
dengan - Monitor respirasi dan tubuh
kriteria hasil: status O2 Pemasang
NOC : an alat
- Respiratory ditujukan
status : Oxygen Therapy untuk
Ventilation Bersihkan mulut, hidung membentu
- Respiratory dan secret trakea pengemba
status : Pertahankan jalan nafas ngan paru
Airway yang paten secara
patency Pertahankan posisi pasie spontan
- Vital sign n - Adanya
Status sekret
Kriteria menyebab
Hasil : Vital sign Monitoring kan
- Mendemons - Monitor TD, nadi, sumbatan
trasikan suhu, dan RR jalan nafas
batuk efektif Jelaskan pada keluarga - Adanya
dan suara tentang pengobatan sumbatan
nafas yang epilepsi pada jalan
bersih, tidak nafas
ada sianosis Jelaskan pada keluarga ditandai
dan dyspneu tentang olahraga yang dengan
(mampu dapat dilakukan. perubahan
mengeluarka - Jelaskan pada keluarga suara paru
n sputum, tentang efek samping - Kelainan
mampu penggunaan obat- pada pola
bernafas obatan. jalan nafas
dengan - Observasi pengetahuan dapat
mudah, tidak keluarga tentang ditunjukka
ada pursed penjelasan yang n dari
lips) diberikan oleh petuga status
- Menunjukk respirasi
an jalan
nafas yang - Adanya
paten (klien sekret
tidak merasa menyebab
tercekik, kan
irama nafas, sumbatan
frekuensi jalan nafas
pernafasan - Kepaten
dalam an jalan
rentang nafas akan
normal, tidak memperta
ada suara hankan
nafas hidup
abnormal) - Posisi
- Tanda yang baik
Tanda vital akan
dalam memaksi
rentang malkan
normal ventilasi
(tekanan
darah, nadi,
pernafasan)
- Tanda
vital
merupaka
n
indikator
yang
dapat
diukur
untuk
mengetah
ui
kecukupa
n suplai
oksigen.

Kurang pengetahua
nmengenai kondisi
dan aturan Socialization
pengobatan b.d enhancement
keterbatasan Keluarga - Melibatkan dalam akti
kognitif, kurang memiliki vitas social
pemajanan, atau pengetahuan
kesalahan yang cukup - Memberikan pujian Pengetahu
interpretasi setelah terhadap apa yang an yang
informasi. mendapatka dilakukan memadai
n penjelasan memungki
dengan nkan klien
kriteria: dan
- Keluarga keluarga
mampu mengerti
menjelaskan tujuan
lagi tentang dilakukan
pengobatan nya
dan pemberian
penatalaksan terapi/
aan pada pengobata
klien n.
epilepsy
dengan - Olahraga
menggunaka ringan
n bahasanya dapat
sendiri. membantu
meningkat
kan
4 complianc
e paru
- Mencega
h
Support system terjadinya
enhancement komplikas
Gangguan harga - Mencatat responpsikol i akibat
diri b.d stigma ogis terhadap situasi dan efek
berkenaan dengan Setelah dukungan samping
kondisi, persepsi dilakukan - Memastikan keadekuat pengobata
tentang penyakit tindakan anlingkungan social n
keperawatan, - Identifikasisupport
diharapkan keluarga
klien lebih - Pantau kondisikeluarga Kemampua
percaya diri - Memastikan klien n keluarga
dengan berpartisipasi dalam dalam
kriteria hasil: aktivitas social dan memberik
Family masyarakat n
environmen - Menjelaskan pada penjelasan
t: internal, semua pihak bagaimana mencermi
dengan cara membantu klien nkan
indicator: tingkat
- Selalu pemaham
berpartisipasi an
aktif keluarga.
- Mendukun
g satu sama Dengan
lain dukungan
Social lingkunga
interaction n sosial
skill, dengan rasa
indicator: percaya
- Kooperatif diri akan
- Asertif terpupuk
- Percaya Reinforce
ment
positif ak
an
memberik
an rasa
bangga
dan
percaya
diri

Untuk
mengetah
ui sejauh
mana
klien
percaya
diri

- Dengan
dukungan
lingkunga
n sosial
rasa
percaya
diri akan
terpupuk
- Keluarga
merupaka
n
pendukun
g utama
dalam
membentu
k rasa
percaya
diri
Klien
adalah
kunci
utama
terbentukn
ya percaya
diri

Pihak luar
(ex:
masyaraka
t) sangat
berpengar
uh
terhadap
kepercaya
an diri
seseorang

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif,A.H & Kusuma,H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc.Yogyakarta : Media Action.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G.(2002). BukuAjar Keperawatan Medical Bedah. volume
II. Jakarta : ECG
Price S. A and Wilson L. M, 1982, Pathofisiology, Clinical Concepts of Desease
Process, Second Ed, St Louis, New York
Anonim. 2008. Epilepsi. www.nersunhas.com. (Diakses 20 oktober 2017).
Dychan. 2008. Epilepsi. www.medicastore.com. (Diakses 20 oktober 2017).
Turana, Yuda. 2007. Epilepsi dan gangguan fungsi
kognitif. www.medikaholistikcom. (Diakses 20 oktober 2017).
NANDA, 2001, Nursing Diagnosis: Definition & Classification 2001-
2002, Philadelphia, North American Nursing Diagnosis Association
Piogama. 2009. Epilepsi. www.wikipedia.com. (Diakses 20 oktober 2017).
Pinzon, Rizaldy. 2007. Dampak epilepsi pada aspek kehidupan penyandangnya.
SMF Saraf RSUD Dr. M. Haulussy, Ambon, Indonesia.
Sri D, Bambang. 2007. Epilepsi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Syaraf PSIK UNSOED.
NANDA International. 2015-2017. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai