DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Anggota
Myra Kartika Salla G 701 16 059
Marwati G 701 16 247
Rini Wulandari G 701 16 104
Sakina Umar Nasiri G 701 16 114
Fitrah Alaju Qolbina Borman G 701 16 168
Rizky Faradila Tanriono G 701 16 214
Umi Musarofah G 701 16 227
Nur Asma G 701 16 274
Priska Amelia G 701 16 084
Indah Safitri G 701 16 094
Rizqa Fatimah Madjid G 701 16 043
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
“SPEKTROFLUOROMETER”
1. Sumber spectrum yang kontinyu misalnya dari jenis lampu merkuri atau xenon.
2. Kuvet untuk sampel, digunakan kuvet yang tidak boleh berfluoresensi dan tidak boleh
tergores karena dapat menghamburkan.
3. Monokromator (M1) untuk menyinari sampel dengan panjang gelombang tertentu.
4. Monokromator kedua (M2) yang pada iradiasi konstan dapat dipakai menentukan
panjang gelombang spectrum fluoresensi sampel.
5. Detektor berupa fotosel yang sangat peka misalnya fotomultiplier merah untuk panjang
gelombang lebih besar dari pada 500 nm.
6. Amplifier untuk mengandakan radiasi dan meneruskan ke pembacaan.
PRINSIP KERJA
1. Cahaya polikromatis sumber cahaya diarahkan ke monokromator eksitasi
2. Monokromator eksitasi diset pada ƛex di mana analit menyerap cahaya cukup
kuatdiarahkan ke larutan sampel
3. Analit menyerap ƛex lalu molekul analit berfluoresensi atau menghasilkan cahaya ƛem
DASAR TEORI
Spektrofotometri fluoresensi merupakan suatu prosedur yang menggunakan pengukuran
intensitas cahaya fluoresensi yang dipancarkan oleh zat uji dibandingkan dengan yang
dipancarkan oleh suatu baku tertentu. Pada umumnya cahaya yang diemisikan oleh larutan
berfluoresensi mempunyai intensitas maksimum pada panjang gelombang yang biasanya 20
nm hingga 30 nm lebih panjang dari panjang gelombang radiasi eksitasi (gelombang pita
penyerapan sinar yang membangkitkannya).
Pada fluorometri larutan zat disinari dengan sinar yang panjang gelombangnya di sekitar
panjang gelombang penyerapan maksimum yang berasal dari lampu raksa atau lampu pijar
yang telah disekat dengan filter. Intensitas fluoresensi diukur atau dibandingkan dengan
intensitas larutan baku. Sinar fluoresensi dibebaskan dari sinar hamburan dengan melewatkan
sinar melalui filter atau monokromator. Cara pengukuran pada daranya sama dengan cara
spektrofotometri. Karena zat organik yang berfluoresensi mungkin terurai secara fotokimia,
penyinaran harus dilakukan sesingkat mungkin.
KELEBIHAN SPEKTROFLUOROMETRI:
1. Dapat mengukur konsentrasi sampel yang rendah,
2. Kepekaan fluorimetri dapat diatur,
3. Spektrofluorometri sangat mungkin menggunakan spectrum pilihan yang lebih
luas
KEKURANGAN SPEKTROFLUOROMETRI:
1. Ketergantungan pada keadaan lingkungan dan tidak ada pegangan senyawa apa
saja yang dapat berfluoresensi.
2. Penghapusan (Quenching)
3. Bahan-bahan diluar sampel dapat mempengaruhi pengukuran karena dapat
melepas sinar fluoresensi sendiri.
UO22+. Umumnya alanisis fluorometrik melibatkan molekul organik. Adabeberapa senyawa kelat
logam yang berpendar yang memberikan metode yang pekauntuk beberapa ion logam. Seringkali
kelat logam diekstraksi dari dalam larutanberair menjadi suatu pelarut organik sebelum
untuk aluminium danberilium. Logam-logam yang lebih berat seperti Fe2+, Co2+, Ni2+dan Cu2+
itusendiri, hadinya logam itu dalam kompleks mendorong dibuangnya energi yangdiserap secara
tak radiantif.Kadang suatu analit yang tidak berpendar dapat diubah menjadi suatu molekulyang
berpendar kuat, dengan suatu reaksi yang cepat dan kuantitatif, yang denganmuadah
(adrenalin) mudah diubah menjadi adrenolutin. Dalam larutan basa,anion folat dari adrenolutin
berpendar dengan kuat (eksitasi 360 nm; pancaran 530nm). Pasien dengan tumor tertentu pada
kelenjar adrenalin dan juga beberapa penderita tekanan darah tinggi menunjukkan kadar
efinefrina yang meningkat dalamair seninya. Hormon yang terdapat pada kadar yang sangat
rendah dapat dipekatkandari dalam volume besar air seni dengan suatu prosedur penukar ion
pada suatu pHdimana nitrogen amino diprotonkan untuk membentuk suatu kation RNH2-
CH2,dielusi dalam sedikit volume dengan ditukar-ganti dengan H+dan diolah seperti diatas untuk
B1) oleh Fe(CN)63-, misalnya akan menghasilkan suatu produk yangdisebut tiokrom yang
memperagakan fluoresens biru pada kondisi yang tepat. Jikapancaran pendaran itu diukur
terhadap dua porsi sampel, satu diolah denganferisianida dan yang lain tidak, orang dapat
selektivitas. Riboflavin (vitamin B1) danpiridoksin (B6) merupakan vitamin lain yang dapat
ditetapkan oleh fluoresensi.Meskipun kebanyakan asam amino tidak berpendar, tetapi mudah
yangtelah digunakan dalam biokimia untuk mendeteksi kuantitas.Metode fluoresensi sangat baik
untuk menetapkan beberapa hidrokarbon aromatik polisiklik yang telah dikelompokkan sebagai
“polutan prioritas” oleh Jawatan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA), yang
sampeltertentu dalam kromatografi cairan. Misalnya pada produk Susu :Produk-produk susu
mengandung beberapa fluorophores intrinsik. Misalnya asamamino aromatik dan asam nukleat,
triptofan, tirosin dan fenilalanin dalam protein,vitamin A dan B2, Nikotinamida adenin
dinukleotida (NADH) dan klorofil, danberbagai senyawa lainnya yang dapat ditemukan pada