Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PENGARUH VARIASI JENIS DAN VOLUME AKTIVATOR TERHADAP


PEMBENTUKAN KARBON BERPORI DARI LIMBAH BIJI KOPI (CBW)
MENGGUNAKAN METODE SOLVOTERMAL SUHU RENDAH

ANIF MEGA HIDAYATI


NRP. 01211440000021

Dosen Pembimbing
Dr. Yuly Kusumawati, M.Si.

Pembimbing Lapangan
Dr. Wahyu Bambang Widayatno

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS ILMU ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
JOB TRAINING REPORT

EFFECT OF ACTIVATOR TYPE AND VOLUME ON THE FORMATION


OF POROUS CARBON FROM COFFEE BEAN WASTE (CBW) USING
LOW TEMPERATURE SOLVOTHERMAL METHOD

ANIF MEGA HIDAYATI


NRP. 01211440000021

Supervisor
Dr. Yuly Kusumawati, M.Si.

Supervisor
Dr. Wahyu Bambang Widayatno

DEPARTEMENT OF CHEMISTRY
FACULTY OF NATURAL SCIENCE
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017

i
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

PENGARUH VARIASI AKTIVATOR TERHADAP PEMBENTUKAN


KARBON NANOPORI DARI BIOMASSA LIMBAH BIJI KOPI (CBW)
MENGGUNAKAN METODE SOLVOTERMAL SUHU RENDAH

Disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah kerja praktik program
Sarjana (S-1)
Di Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya

ANIF MEGA HIDAYATI


NRP. 01211440000021

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr.Yuly Kusumawati, M. Si.


NIP. 198101282008122003

Mengetahui,
Kepala Departemen Kimia FMIPA ITS

Prof. Dr. Didik Prasetyoko, M. Si


NIP. 197106161997031002

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS ILMU ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten
ii
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

Karya ini kupersembahkan untuk


Kedua orangtuaku
Bu Yuly selaku Dosen Pembimbing
Pak Wahyu selaku Pembimbing Lapangan
Partner yang jadi RA + Operator, Mbak Lina
dan Member of KP (Kerja Lapangan)

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten
iii
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTIK


PUSAT PENELITIAN FISIKA
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA (LIPI)

TANGERANG
17-07-2017 – 18-07-2017

Judul:
PENGARUH VARIASI AKTIVATOR TERHADAP PEMBENTUKAN
KARBON BERPORI DARI LIMBAH BIJI KOPI (CBW)
MENGGUNAKAN METODE SOLVOTERMAL SUHU RENDAH

Disusun oleh
ANIF MEGA HIDAYATI
NRP 1414100021

Menyetujui,
Pembimbing Lapangan

Dr. Wahyu Bambang Widayatno


NIP. 198209162006041002

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten
iv
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

ABSTRAK

Telah berhasil dilakukan sintesis karbon berpori yang berasal dari limbah biji kopi
(coffe bean waste) dengan metode solvotermal suhu rendah dengan variasi
aktivator berupa pelarut yang terdiri dari basa lemah, basa kuat dan garam dan
variasi volume dari masing-masing pelarut yang digunakan. Dari variasi aktivator
tersebut didapatkan hasil semakin kuat jenis pelarutnya dan semakin banyak
volume aktivator maka pori yang terbentuk pada karbon CBW semakin banyak
dan ukuran porinya semakin besar. Sehingga urutan terbentuknya pori dari variasi
aktivator yang kecil hingga besar adalahNH4OH 30% < NH4OH 40% , NH4OH
50% < KOH 30% < KOH 40% < KOH 50%.

Keyword: Karbon berpori, limbah biji kopi, metode solvotermal

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten
v
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyeleseikan kerja praktik di Pusat Penelitian Fisika, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia serta tersusunnya laporan ini.Kerja Praktik merupakan
salah satu mata kuliah pilihan di Departemen Kimia FMIPA ITS yang bertujuan
untuk memberikan gambaran mengenai penelitian material terbaru yang dapat di
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan kami untuk bekal kelulusan kami sebagai sarjana Kimia.
Penyelesaian Laporan Kerja Praktik ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yuly Kusumawati selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan selama proses penyusunan Laporan Kerja
Praktik ini.
2. Prof. Dr. Didik Prasetyoko, M. Sc selaku Kepala Departemen Kimia atas
fasilitas yang telah diberikan hingga Laporan Kerja Praktik ini dapat
terselesaikan.
3. Bapak Dr. Wahyu Bambang Widayatno selaku pembimbing lapangan
kerja paktik yang telah memberikan pengarahan dan topic selama
penelitian di Pusat Penelitian Fisika, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.
4. Mbak Lina Aisyah selaku asisten riset yang telah memberikan pengarahan
dan pembimbingan saat melaksanakan kerja praktik di Pusat Penelitian
Fiska, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
5. Teman-teman Kimia ITS angkatan 2014 khususnya Member of KP
(Naima, Deby, Lulut dan Trisna) atas semua perhatian dan dukungan serta
doa selama penyusunan Laporan Kerja Praktik ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan Kerja Praktik ini tidak lepas dari
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan. Semoga Laporan Kerja Praktik ini memberikan manfaat bagi
pembaca.
Surabaya, 25 September 2017

Penulis

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten
vi
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

DAFTAR ISI
JOB TRAINING REPORT ...................................................................................... i
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2
BAB I TINJAUAN LEMBAGA ............................................................................. 3
2.1 Sejarah Singkat Pusat Penelitian Fisika, LIPI ................................................... 3
2.2 Struktur Organisasi Pusat Penelitian Fisika ...................................................... 4
2.3 Visi dan Misi Pusat Penelitian Fisika, LIPI ...................................................... 5
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
3.1 Limbah Biji Kopi (CBW).................................................................................. 6
3.2 Karbon Berpori.................................................................................................. 7
3.3 Mekanisme Pembentukan Karbon Aktif Berpori.............................................. 8
3.4 KOH ................................................................................................................ 10
3.5 NH4OH ........................................................................................................... 11
BAB IV METODE KEGIATAN .......................................................................... 13
4.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaa ...................................................................... 13
4.2 Alat dan Bahan ................................................................................................ 13
4.2.1 Alat ............................................................................................................... 13
4.2.2 Bahan ........................................................................................................... 13
4.3 Langkah Kerja ................................................................................................. 13
4.3.1 Karbonisasi Biomassa CBW ........................................................................ 13
4.3.2 Aktivasi Karbon CBW ................................................................................. 14
4.3.3 Karakterisasi Karbon CBW ......................................................................... 15
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 16
5.1 Karbonisasi Biomassa Karbon CBW .............................................................. 16
5.2 Karakterisasi Aktivasi Karbon CBW Menggunakan FESEM ........................... 17
BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 22
6.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23
Lampiran ............................................................................................................... 26

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten
vii
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagian dari buah kopi .................................................................. 6
Gambar 3.2 Karbon Nanopori ......................................................................... 7
Gambar 3.3 Tahap pembentukan pori dalam karbon aktif .............................. 8
Gambar 3.4 Pembentukan pori pada karbon dengan aktivasi KOH .............. 11
Gambar 3.5 Instrumen FESEM ..................................................................... 12
Gambar 4.1 Diagram alir pembuatan karbon CBW ...................................... 13
Gambar 4.2 Diagram alir proses aktivasi karbon CBW ................................ 14
Gambar 4.3 Diagram alir karakterisasi karbon CBW dengan FE-SEM ........ 15
Gambar 5.1 Grafik STA Coffee Bean Waste (CBW) .................................... 16
Gambar 5.2 Spektra FTIR Karbon CBW....................................................... 17
Gambar 5.3 Mikrograf FE-SEM karbon CBW dengan jenis dan volume
aktivator yang berbeda (a1, b1, dan c1) untuk NH4OH 0.5M 30%, 40% dan
50%; (d1, e1, dan f1) untuk KOH 0.5 30%, 40% dan 50% ........................... 18

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbedaan Aktivasi Fisik dan Aktivasi Kimia ................................. 2
Tabel 3.1 Kandungan Kimia Biji Kopi ............................................................ 6
Tabel 3.2 Perbedaan Aktivasi Fisik dan Aktivasi Kimia Karbon Aktif .......... 9
Tabel 3.3 Karakteristik KOH ......................................................................... 10
Tabel 3.4 Karakteristik NH4OH .................................................................... 11
Tabel 4.1 Variasi Aktivator .......................................................................... 15

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten
viii
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tahun 2008, Organisasi Kopi Internasional mencatat produksi kopi dari
berbagai negara berjumlah sekitar 680.000.000 ton dan diperkirakan akan
meningkat pada tahun-tahun berikutnya (Lamine, dkk., 2014). Begitu pula di
Indonesia yang mampu memproduksi kopi tiap tahunnya sebanyak 748 ton
(Hartono, 2013). Kopi tersebut umumnya dimanfaatkan oleh industri untuk diolah
menjadi minuman berupa kopi instan atau kopi bubuk dengan beberapa proses.
Dari proses tersebut, industri minuman kopi mampu menghasilkan limbah sekitar
50% dari total bahan baku pembuatan kopi instan (Lamine, dkk., 2014). Limbah
hasi olahan kopi tersebut biasanya dibuang, padahal limbah kopi dapat
dimanfaatkan sebagai biomassa. Perkembangan penelitian biomassa yang berasal
dari limbah organik saat ini sedang dikembangkan untuk menjadi sumber
cadangan energi (Amiruddin, 2016). Limbah biomassa ini dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi dan bahan baku produk lain yang salah satunya sebagai
bahan baku pembuatan karbon aktif (Slamet, 2015).
Karbon aktif merupakan senyawa amorf yang dihasilkan dari bahan yang
mengandung karbon dengan perlakuan secara khusus (Jamilatun, dkk, 2014).
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Allport (1997), karbon aktif
memiliki luas permukaan (surface area) sebesar 1.95x106m2 kg-1, total volume
pori-pori sebesar 10.28x10-4ml/g dan diameter pori sebesar 21.6 (Khuluk,
2016). Dari sifat tersebut maka aplikasi yang berasal dari karbon aktif semakin
dikembangkan terutama karbon aktif berpori.
Karbon aktif berpori merupakan material yang memiliki pori hingga ukuran
nanometer (Hendra, 2008). Penelitian tentang karbon aktif berpori saat ini
menjadi topik yang sedang dikembangkan oleh peneliti. Hal ini terjadi karena
karbon aktif berpori memiliki luas permukaan besar dan memiliki kapasitansi
besar sehingga material tersebut efektif digunakan dalam berbagai bidang (Wati,
dkk., 2015). Aplikasi dari karbon aktif berpori dapat digunakan bidang pertanian,
lingkungan, kesehatan, penyerapan gas dan energi (Lempang, 2014). Namun
untuk memunculkan pori karbon aktif perlu dilakukan perlakuan khusus setelah
proses karbonisasi, proses tersebut adalah proses aktivasi (Nurdiati, dkk., 2015).
Proses aktivasi merupakan proses yang bertujuan untuk memperbesar pori
dengan memecahkan ikatan hidrokarbon atau dengan mengoksidasi molekul
permukaan karbon aktif sehingga terjadi perubahan sifat fisika maupun sifat kimia
(Laos, dkk, 2016). Dalam penelitian sebelumnya, seringkali dilakukan dua kali
aktivasi pada karbon aktif yaitu aktivasi fisika dan aktivasi kimia (Laginhas, dkk.,
2015). Aktivasi fisika adalah aktivasi yang menggunakan uap air (Noer, dkk.,
2014). Sedangkan aktivasi kimia merupakan aktivasi yang menggunakan bahan
kimia dimana raw material akan diimpregnasi terlebih dahulu sebelum proses

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

1
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

karbonisasi dengan bahan pengaktif (bahan kimia) (Yuningsih, dkk. 2016).


Perbedaan aktivasi fisika maupun kimia dapat dilihat dalam Tabel 1.1

Tabel 1.1 Perbedaan Aktivasi Fisik dan Aktivasi Kimia


Aktivasi Fisik Aktivasi Kimia
Prinsipnya dengan melibatkan Prinsipnya dengan merendam
adanya gas pengoksidasi pada arang menggunakan senyawa
suhu rendah (uap, CO2 atau aliran kimia
gas pada suhu tinggi)
Biasanya dilakukan proses steam Biasanya digunakan proses
(uap) atau pada suhu 800-9000C impregnasi
Dalam proses aktivasi ini Menggunakan proses
berlangsung secara terus-menerus pencucian dan pengendapan
atau berkesinambungan karena dengan aquades hingga pH
reaksi yang terjadi adalah reaksi netral
eksotermis
(Nurdiansah, 2013)

Namun sebagian besar dari penelitian-penelitian tentang karbon aktif berpori yang
telah dilakukan menggunakan suhu dan tekanan tinggi serta bahan kimia yang
berbahaya. Oleh karena itu, diusulkan suatu penelitian yang berjudul Pengaruh
Variasi Jenis dan Volume Aktivator Terhadap Pembentukan Karbon Berpori dari
Limbah Biji Kopi (CBW) Menggunakan Metode Solvotermal Suhu Rendah
sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu membentuk pori pada
karbon aktif dengan suhu dan tekanan rendah serta ramah lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang diambil dari penelitian ini adalah
1. Bagaimana pengaruh aktivasi dengan m etode solvotermal pada suhu
rendah terhadap struktur pori karbon dari CBW?
2. Bagaimana pengaruh variasi aktivator terhadap struktur pori karbon dari
CBW?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengaruh metode solvotermal menggunakan suhu
rendah terhadap struktur pori karbon CBW.
2. Untuk mengetahui pengaruh variasi aktivator terhadap struktur pori karbon
CBW.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

2
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

BAB II
TINJAUAN LEMBAGA

2.1 Sejarah Singkat Pusat Penelitian Fisika, LIPI


Pusat Penelitian Fisika-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2FLIPI)
pada awalnya memiliki nama Lembaga Fisika Nasional (LFN) yang didirikan
pada tahun 1967. Pada tahun 1986 dilakukan reorganisasi di lingkungan Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang sesuai dengan tugas dan fungsi barunya
LFN berganti nama menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan
(P3FT) hingga tahun 2001. Namun pada tahun 2001, LIPI melakukan reorganisasi
dimana P3FT menjadi Pusat Penelitian Fisika - Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (P2F-LIPI) hingga sekarang. Sebagai salah satu Lembaga Pemerintah
Non-Kementerian (dahulu Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND))
eselon II maka perlu mempunyai dokumen Rencana Strategis (Renstra) yang
memuat VISI, MISI, lingkungan strategis, kebijakan, dan arahan program P2F-
LIPI. Dokumen rencana strategis ini, kemudian disebut Renstra Implementatif
P2F-LIPI 2010-2014 merupakan panduan dan pijakan lembaga dan menjadi acuan
bagi seluruh staf peneliti dan staf pendukungnya dalam melakukan kegiatan-
kegiatannya lima tahun ke depan. Disamping itu dokumen ini juga merupakan
acuan bagi pertanggungjawaban mengenai akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
Seperti lembaga-lembaga pada umumnya, Pusat Penelitian Fisika (Puslit
Fisika) LIPI memiliki tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Adapun tujuannya
adalah sbeagai berikut:
1. Meningkatkan kapasitas dan kualitas peneltian ilmu pengetahuan dan teknologi
berbasis fisika
2. Meningkatkan invensi dan inovasi
3. Meningkatkan penyebaran dan pemanfaatan hasil kegiatan penelitian
4. Meningkatkan kesiapan dalam merumuskan kebijakan dibidang ilmu
pengetahuan dan teknologi
5. Meningkatkan kegiatan penelitian yang mendukung terciptanya lingkungan
yang berualitas dan berkelanjutan
Sedangkan sasaran dari Puslit Fisika LIPI adalah sebagai berikut.
1. Meningkatnya kualitas pengetahuan peneliti di bidang kompetensi fisika
2. Meningkatnya kualitas hasil penelitian di bidang fisika (produk HAKI)
3. Meningkatnya keterlibatan peneliti dalam kegiatan ilmiah internasional.
4. Meningkatnya hasil litbang yang dipakai dimasyarakat
5. Meningkatnya jumlah kerjasama ilmiah
6. Tersedianya dokumen kajian ilmiah/ rancangan kebijakan nasional dalam
memajukan IPTEK
7. Terwujudnya manajemen organisas yang efektif, efisien, dan tata azas
8. Terbinanya SDM penelitian dan sleuruh jajaran pendukungnya.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

3
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

2.2 Struktur Organisasi Pusat Penelitian Fisika


Pusat Penelitian Fisika, LIPI merupakan Lembaga Non-Kementerian yang
berfokus pada penelitian, pengembangan, dan kemajuan ilmu pengetahuan yang
ada di Indonesia. Jabatan tertinggi adalah Pusat Penelitian Fisika yang saat ini
diamanahkan kepada Bapak Bambang Widiyatmoko. Kepala Pusat Penelitian
Fisika membawahi langsung Kelompok Jabatan Fungsional. Bagian Tata Usaha
yang diamanahkan kepada Bapak Agus Sukarto W., Bidang Pengelolaan dan
Diseminasi Hasil Penelitian yang dikepalai oleh Bapak Agus Suheri, dan Bidang
Sarana Pelatihan yang dikepalai oleh Bapak Bambang Prihandoko.Dimana
masing-masing bidang memeiliki sub bidang tertentu kecuali Kelompok Jabatan
Fungsional. Berikut adalah organigram dari struktur organisasi Puslit Fisika, LIPI.

Kepala Pusat Penelitian Fisika

Bagian Tata Usaha

Sub Bag Sub Bag Sub Bag


Keuangan Kepegawaian Umum

Bidang Pengelolaan dan Bidang Sarana Penelitian


Diseminasi Hasil
Penelitian
Kelompok
Jabatan
Sub Bid Pengelolaan Fungsional Sub Bid Sarana Penelitian
Hasil Penelitian Fisika Umum

Sub Bid Diseminasi Sub Bid Sarana Penelitian


dan Kerjasama Fisika Khusus

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pusat Penelitian Fisika, LIPI

Dibawah ini merupakan nama-nama yang terdapat dalam struktur organisasi di


Pusat Penelitian Fisika, LIPI

Kepala Pusat Penelitian Fisika : Dr. Bambang Widiyatmoko, M.Eng.


Kepala Bidang Pengelolaan dan : Agus Suheri, S.T.
Diseminasi Hasil Penelitian

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

4
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

Kepala Subbidang Pengelolaan Hasil : Kasni Rokhmawati, M.T.I.


Penelitian
Kepala Subbidang Diseminasi dan : Th. Ningsi Astuti, S.E.
Kerja Sama
Kepala Bidang Sarana Penelitian : Heri Kresnadi, M.Eng.
Kepala Subbidang Sarana Penelitian : Imam Syaifullah, S.IP.
Fisika Khusus
Kepala Subbidang Sarana Penelitian : Suryadi, S.Si.
Fisika Umum
Kepala Bagian Tata Usaha : Dr. Agus Sukarto Wismogroho, M.Eng.
Kepala Subbagian Keuangan : Iin Pardini, S.E.
Kepala Subbagian Kepegawaian : Nana Sukmana, S.AP.
Kepala Subbagian Umum : Bambang Hermanto, M.Si.

2.3 Visi dan Misi Pusat Penelitian Fisika, LIPI

Visi dari Puslit Fisika, LIPI


Menjadi Pusat penelitian berkelas dunia yang menghasikan IPTEK berbasis
fisika guna memajukan ilmu pengetahuan dan meningkatkan daya saing nasional.

Visi tersebut juga disesuaikan untuk mendukung Visi LIPI


Menjadi lembaga ilmu pengetahuan berkelas dunia yang mendorong terwujudnya
kehidupan bangsa yang adil,makmr, cerdas, kreatif, integrative, dan dinamis yang
didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang humanis.
Misi Puslit Fisika, LIPI
1. Menciptakan great science (terobosan ilmiah) di bidang fisika.
2. Meningkatkan invensi dan inovasi di bidang IPTEK berbasis fisika untuk
memperkuata daya saing industri nasional
3. Meningkatkan pendayagunaan hsil-hasilpenelitian dalam memberikan
solusi terhadap masalah-massalah actual
4. Meyiapkan bahan untuk perumusan kebijakan nasional bidang IPTEK
berbasis fiiska
5. Meningkatkan kinerja manajemen penelitian dan pelayanan masyarakat

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

5
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Limbah Biji Kopi (CBW)


Menurut Kemeprin, Indonesia menjadi salah satu produsen kopi terbesar
ketiga di dunia (Hartono, 2013). Kopi termasuk salah satu sumber daya alam yang
melimpah di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan jumlah produksi kopi per
tahunnya selalu meningkat (Lamine, dkk., 2014). Sehingga beberapa industri
tertarik untuk mengolah kopi sebagai minuman kopi instan dengan memanfaatkan
biji kopi sebagai bahan bakunya. Padahal buah kopi terdiri dari biji dan daging
buah, bagian dari kopi digambarkan pada Gambar 3.1 dan setiap baginnya
memiliki beberapa kandungan kimia.

Gambar 3.1 Bagian dari buah kopi


Sumber: coffee.wiki.com

Kandungan yang dimiliki oleh biji kopi pun beragam, diantaranya terdapat dalam
Tabel 3.1
Tabel 3.1 Kandungan Kimia Biji Kopi
Kandungan Jumlah
Mineral 4.0 – 4.5
Kafein 1.6 – 2.4
Trigoneline 0.6 – 0.75
Lipid 9.0 – 13.0
Total asam klorogenat 7.0 – 10
Asam alifatik 1.5 – 2.0
Oligosakarida 5.0 – 7.0
Total poliskarida 37.0 – 47.0
Asam amino 2.0
Protein 11.0 – 13.0
Sumber: Clarke, dkk., 1985

Coffee Bean atau biji kopi adalah bagian yang dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan minuman kopi (Najiyati, dkk., 1997). Terdapat beberapa

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

6
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

pengolahan dalam proses pembuatan minuman kopi instan diantaranya


pengolahan primer dan sekunder (Hamni, dkk., 2014). Kedua pengolahan kopi
tersebut mampu menghasilkan limbah sekitar 50% dari total bahan baku
pembuatan kopi instan (Lamine, dkk., 2014). Limbah hasil olahan kopi tersebut
biasanya berbentuk serpihan kecil dan terdiri dari selulosa dan senyawa organik
lain yang mengandung karbon (Purnomo, 2010). Limbah tersebut dapat
digunakan sebgai bahan baku biomassa karena pada dasarnya bahan baku
biomassa didapat dari alam (organik) (Papilo, dkk., 2013). Salah satu manfaat
yang dapat diaplikasikan dari biomassa limbah kopi adalah dengan
menggunakannya sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif (Rasdiansyah, dkk.,
2014).

3.2 Karbon Berpori


Karbon aktif merupakan seyawa karbon yang terdiri dari 87-97% karbon
dan sisanya adalah hidrogen, oksigen, sulfur, nitrogen dan senyawa-senyawa lain
(Pujiyanto, 2010). Karbon akif tersusun dari atom-atom karbon yang terikat
kovalen dalam suatu kisi yang berbentuk heksagonal. Hal ini terbukti dengan
adanya bentuk kristalin yang sangat kecil di setiap lapisan karbon (Miranti, 2012).
Karbon aktif dapat dibuat dari proses karbonisasi dengan berbagai macam bahan
baku yang mengandung karbon salah satunya adalah kopi (Baryatik, dkk., 2016).
Karbon aktif yang saat ini banyak dikembangkan berbentuk granular atau serbuk
(Wijaja, 2009). Namun kualitas karbon aktif yang baik ditentukan dari luas
permukaan yang besar (Sudibandriyo, dkk., 2011).
Luas permukaan karbon aktif yang luas menandakan karbon aktif tersebut
mimiliki pori yang sangat kecil (berukuran nanometer) atau biasa disebut dengan
karbon nanopori (Wati, dkk., 2015). Ditunjukkan dalam Gambar 3.2 merupakan
tampak karbon yang memiliki pori dalam ukuran nanometer.

Gambar 3.2 Karbon Nanopori


Sumber: www.google.co.id

Ukuran nanopori dibedakan menjadi tiga macam baik dalam karbon aktif
maupun dalam aplikasi nano material, yaitu
1. Mikropori : ukuran pori berdiameter diantara 0 – 2 nm (zeolite,
karbon, silica)

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

7
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

2. Mesopori : ukuran pori berdiameter diantara 2 – 50 nm (material


mesopori silica seperti MCM-41, MCM-48, dll)
3. Makropori : ukuran pori berdiamter diatas 50 nm (batuan, semen, dll)
(Alfaruqi, 2008)
Namun dalam beberapa referensi menyebutkan selain ketiga jenis ukuran material
nanopori masih terdapat ukuran ultramikropori (ukuran pori berdiameter kurng
dari 0.7 nm) dan supermikropori (ukuran pori berdiameter diantara 0.7 – 2 nm dan
biasanya pori berbentuk silinder) (Prasetyoko, 2017).
Kelebihan yang dimiliki oleh karbon berpori sudah di aplikasikan ke
dalam beberapa bidang, yaitu sebagai adsorben, filter, pemisahan gas,
superkapasitor, dan serat sintetik (Rosi, dkk., 2009). Selain itu, karbon aktif juga
dimanfatkan dalam perbaikan sifat mekanis, sifat fisis, anti korosif, dan bahan
baku baja JIS 415 (Izahyanti, 2013).
Dalam proses pembentukan karbon aktif yang memiliki ukuran nanopori
maka dilakukan beberapa treatment khusus, diantaranya adalah proses karbonisasi
dan aktivasi (Jamilatun,dkk., 2014). Dari kedua proses tersebut, proses yang
sangat berpengaruh terhadap kualitas karbon aktif nanopori adalah proses aktivasi
(Yuningsih, dkk., 2016).

3.3 Mekanisme Pembentukan Karbon Aktif Berpori


Karbon aktif berpori secara umum membutuhkan tiga tahap penting yaitu
dehidrasi, karbonisasi dan aktivasi (Jamilatun, dkk., 2014). Ketiga proses tersebut
mendukung adanya pembetukan pori disetiap tahapannya dan mengakibatkan luas
permukaan bertambah besar. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 3.3

Gambar 3.3 Tahap pembentukan pori dalam karbon aktif


Sumber: Miranti, 2012

Tahap pertama adalah dehidrasi. Dehidrasi merupakan tahap untuk


menghilangkan kandungan air dalam bahan baku karbon aktif. Dehidrasi dapat
dilakukan dibawah sinar matahari sehingga bahan baku yang akan digunakan
untuk karbon aktif kering (Miranti, 2012).
Setelah tahap dehidrasi, dilakukan karbonisasi pada bahan baku karbon
aktif. Pada tahap karbonisasi ini biasanya menggunakan furnace. Karbonisasi
dilakukan untuk menguraikan senyawa organik yang terdapat pada bahan baku

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

8
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

(raw material) dan membentuk metanol, uap, tar, dan hidrokarbon


(Cheremisinoff, 1993). Dari proses karbonisasi tersebut maka dihasilkan karbon
dengan pori-pori yang masih sempit. Namun, sebelum di karbonisasi, analisa
STA/TGA dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui suhu yang digunakan
dalam proses karbonisasi. Menurut (Reinoso, dkk., 1993) dalam proses
karbonisasi akan terjadi dekomposisi pada elemen non karbon, hidrogen, dan
oksigen menjadi gas dan atom-atom karbon akan dibebaskan. Atom-atom karbon
tersebut akan berkumpul dalam kristalografis sebagai kristal grafit. Kristal grafit
terbentuk secara tidak beraturan sehingga terbentuk celah-celah kecil yang bebas
namun mayoritas tertutup oleh bahan-bahan tar sehingga dilanjutkan kedalam
proses aktivasi.
Proses aktivasi dimanfaatkan untuk menghilangkan pori-pori pada
permukaan karbon aktif atau untuk meningkatkan ukuran pori pada karbon aktif
(Jamilatun, dkk.,2014). Proses penghilangan pengotor pada permukaan karbon
aktif dapat dilakukan proses oksidasi menggunakan oksidator yang lemah atau
dengan proses dehidrasi dengan garam. Garam-garam tersebut akan masuk
kedalam celah-celah heksagonal dan membuka permukaan karbon aktif yang
mula-mula tertutup sehingga luas permukaan akan semakin meningkat (Diao,
dkk., 2002). Proses aktivasi karbon aktif terdiri dari dua macam, yaitu aktivasi
fisika dan aktivasi kimia (Fernianti, 2013). Aktivasi fisika adalah aktivasi yang
menggunakan uap dengan proses steam sedangkan aktivasi kimia yaitu aktivasi
dengan menggunakan bahan-bahan kimia dengan cara di impregnasi. Adapun
perbedaan secara lebih rinci dapat dilihat dalam Tabel 3.2

Tabel 3.2 Perbedaan Aktivasi Fisik dan Aktivasi Kimia Karbon Aktif
Aktivasi Fisik Aktivasi Kimia
Prinsipnya dengan melibatkan Prinsipnya dengan merendam
adanya gas pengoksidasi pada arang menggunakan senyawa
suhu rendah (uap, CO2 atau aliran kimia
gas pada suhu tinggi)
Biasanya dilakukan proses steam Biasanya digunakan proses
(uap) atau pada suhu 800-9000C impregnasi
Dalam proses aktivasi ini Menggunakan proses
berlangsung secara terus-menerus pencucian dan pengendapan
atau berkesinambungan karena dengan aquades hingga pH
reaksi yang terjadi adalah reaksi netral
eksotermis
(Nurdiansah, dkk., 2013)

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

9
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

Dalam proses aktivasi fisik maupun kimia memiliki beberapa kekurangan


yaitu
1. Pada aktivasi fisika, terjadi pengurangan massa karbon aktif dalam jumlah
yang cukup besar karena terjadi pembentukan struktur karbon. Selain itu
terjadi kelebihan oksidasi eksternal saat gas pengoksidasi berdifusi sehingga
terjadi pengurangan ukuran karbon aktif dan reaksi yang terjadi sulit
dikontrol.
2. Pada aktivasi kimia, menggunakan bahan kimia yang dapat membahayakan
lingkunngan saat menjadi limbah. (Shofa, 2012).
Namun dari aktivasi fisika, aktivasi kimia lebih unggul karena menggunakan suhu
rendah, menghasilkan struktur pori yang yang baik, luas permukaan yang besar
serta yield karbon aktif yang besar (Rosalina, dkk., 2016)

3.4 KOH
KOH merupakan jenis basa kuat bila dibandigkan dengan NaOH dan
menjadi basa yang korosif (Damanhuri, 2008). Adapun karakteristik dari KOH
terdapat dalam Tabel 3.3
KOH lebih banyak diminati karena selain termasuk jenis basa kuat namun
tetap ramah lingkungan dibanding dengan basa kuat lain, misalnya NaOH. Unsur
K+ termasuk unsur hara makro utama yang diperlukan tanaman dalam proses
pertumbuhan. Adanya konsentrasi K+ yang berlebih menyebabkan penurunan
tingkat stress tanaman akibat efek terlarutnya ion garam dalam tanah sehingga
penggunaan KOH lebih ramah lingkungan dibanding dengan NaOH (Zhu, 2003).
Selain itu, KOH memiliki sifat mudah terionkan menjadi ion-ion nya karena
termsuk dalam logam alkali (Istiqomah, dkk., 2016).

Tabel 3.3 Karakteristik KOH


Bentuk Padatan berwarna putih, tidak berbau

Sumber: www.goo.gl.co.id
Berat molekul 56.11g/mol
pH 13
Titik didih 1384
Titik leleh 380
Sifat disperse Larut dalam air (mudah larut dalam air
dingin, panas dan tidaklarut dalamdietil eter)

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

10
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

Kerekatifan Sangat reaktif dengan asam, material


organik, logam, dan moisture.
Higroskopis

(MSDS, 2005)

KOH seringkali digunakan sebagai aktivator dalam karbon aktif. Hal ini
disebabkan KOH dapat menghilangkan zat-zat pengotor dalam karbon sehingga
membuat karbon menjadi lebih berpori (Apriani, dkk., 2013). Selain itu KOH
merupakan agen yang efektif untuk membentuk mikropori dalam karbon (Wang,
2011).

Gambar 3.4 Pembentukan pori pada karbon dengan aktivasi KOH


Sumber: Apriani, dkk., 2013

3.5 NH4OH
NH4OH atau amonium hidroksida merupakan salah satu jenis basa lemah.
Adapun karakteristik dari basa lemah ini dijelaskan dalam Tabel 3.4. NH4OH
dipiliha karena merupakan basa lemah dan apabila menjadi limbah tidak merusak
lingkungan.

Tabel 3.4 Karakteristik NH4OH


Bentuk Liquid dan berbau tajam

Sumber: www.made-in-china.com
Berat molekul 35.05 g/mol
pH 11.6
Titik didih -
Titik leleh -69.2
Sifat disperse Larut dalam air (mudah larut dalam air
dingin)

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

11
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

Kerekatifan Sangat reaktif dengan logam, reaktif dengan


asam dan agen pengoksidasi.
Sangat korosif jika terdapat zinc atau
tembaga
(MSDS, 2013)

3.6 FE-SEM
FESEM (Field Emission Scanning Electron Microscope) merupakan
instrument yang digunakan untuk melihat struktur yang memiliki ukuran hingga 1
nanometer di permukaan suatu sel atau material (Radboud Universiteit Nijmegen,
2015).
Sistem FESEM terdiri dari beberapa bagaian diantaranya kolom electron
optik, tempat untuk specimen (chamber specimen), detektor EDS, monitor, BSD
(Back Scatter Detector), komputer, On/Standby/Off button, Plinth, WTX
(Wavelength Dispersive X-Ray Analysis).
FESEM merupakan mikroskop yang menggunakan electron dan tidak
menggunakan cahaya. Elektron tersebut akan dibebaskan oleh sumber emisi
medan agar electron membentuk pola zig-zag. Prinsip kerja dari FESEM yaitu
menggunakan sinar elektron yang dipercepat dengan anoda dan sinar tersebut
difokuskan kearah sampel. Sinar elektron yang fokus akan memindai/scan pada
keseluruhan sampel yang diarahkan oleh koil pemindai. Kumparan pemindai akan
melakukan pembelokan pada elektron sehingga menjadi sekumpulan susunan
berkas yang lebih kecil yang disebut pelebaran pemindaian (scanning beam) dan
lensa obyektif (magnetik) yang akan memfokuskannya pada permukaan sampel.
Saat elektron mengenai sampel maka sampel mengeluarkan elektron baru yang
akan diterima oleh detektor. Selanjutnya detektor akan mengirimkan berkas sinar
tersebut ke monitor. Intensitas dari elektron baru tergantung pada unsur yang
terdapat pada permukaan dari sampel. Pada FESEM, sinyal yang diolah
merupakan hasil deteksi dari elektron yang berpindah dari permukaan sampel.

Gambar 3.5 Instrumen FESEM


Sumber: penulis, 2017

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

12
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

BAB IV
METODE KEGIATAN

4.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan


Tempat dilaksanakannya kerja praktik adalah Pusat Penelitian Fisika, LIPI.
Jalan Kawasan Puspitek Gedung 441-442, Setu, Muncul, Tangerang Selatan,
Banten pada tanggal 17 Juli – 18 Agustus 2017.

4.2 Alat dan Bahan


4.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas beaker, pengaduk,
kaca arloji, corong Buchner, magnetic stirrer, oven, autoclave, mortar, neraca,
FE-SEM (Field Emission Scanning Electron Microscopy), STA (Simultan
Thermal Analyzer), spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infrared).
4.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah KOH, NH4OH, kertas
saring, aqua DM, karbon CBW, plastik.

4.3 Langkah Kerja


4.3.1 Karbonisasi Biomassa CBW
Dalam proses karbonisasi, limbah biji kopi dikeringkan untuk mengurangi
kadar air. Selanjutnya dilakukan karakterisasi pada CBW untuk menentukan suhu
yang tepat untuk proses karbonisasi limbah biji kopi menggunakan STA. Setelah
diketahui kestabilan suhu yang sesuai maka langkah selanjutnya adalah
memasukkan karbon CBW kedalam furnace dengan suhu 500 selama 1 jam.
Secara umum, proses karbonisasi CBW di ilustrasikan dalam Gambar 4.1
dilakukan seperti diagram alir dibawah ini.

Coffee Bean Waste (CBW)

dikeringkan
Coffee Bean Waste (CBW)

karakterisasi STA
Coffee Bean Waste (CBW)

di furnace pada suhu 500


Karbon CBW

Gambar 4.1 Diagram alir pembuatan karbon CBW

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

13
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

Karbon CBW yang didapat dari limbah di keringkan dan di furnace pada suhu
yaitu 500 dan menghasilkan karbon CBW.
4.3.2 Aktivasi Karbon CBW
Aktivasi karbon CBW divariasikan berdasarkan volume dan jenis basa
yang digunakan. Untuk volume yang digunakan sebesar 50%, 40%, dan 30%.
50% tersebut terukur dari 50% ukuran autoclave. Sedangkan untuk bahan kimia
yang digunakan adalah basa lemah (NH4OH) dan basa kuat (KOH). Karbon CBW
500 dihaluskan dalam mortar. Selanjutnya disiapkan aktivator yang akan
digunakan. Adapun aktivator yang digunakan yaitu
1. NH4OH, larutan yang tersedia adalah NH3 25%(aq). Untuk mendapatkan
konsentrasi tersebut maka diukur NH3 sebanyak 7.7 mL dalam 100 mL aqua
DM.
2. KOH, padatan KOH ditimbang massanya sebanyak 7 gram dalam 250 mL
aqua DM dan dilarutkan sehingga mendapatkan konsentrasi KOH 0.5 M.
Selanjutnya, karbon CBW dimasukkan kedalam 3 variai volume dari masing-
masing jenis aktivator. Dilakukan stirrer selama 1 jam pada masing-masing
sampel. Setelah itu dimasukan kedalam autoclave untuk diaktivasi selama 24 jam
pada suhu 200 . Setelah 24 jam, autoclave dikeluarkan dan didinginkan selama 3
jam, disaring menggunakan kertas saring. Langkah selanjutnya adalah
ditambahkan aqua DM sebanyak 100mL kedalam residu karbon CBW dan
distirrer agar campuran merata sempurna selama 1 jam. Diukur pH, apabila pH
netral maka dilakukan penyaringan, jika pH belum netral (6-7) maka dilakukan
pencucian ulang terhadap karbon CBW 2-3 kali. Setelah pH netral, disaring dan
residu karbon CBW di oven pada suhu 100 . selama 2 jam. Pengovenan ini
berfungsi untuk menghilangkan kadar air yang masih tersisa di dalma karbon
CBW. Langkah terakhir adalah mengemas karbon CBW dengan plastik klip untuk
dilakukan karakterisasi dengan FESEM. Perlakuan untuk semua jenis aktivator
sama. Secara singkat, langkah kerja aktivasi karbon CBW di ilustrasikan pada
Gambar 4.2.

2 g Karbon CBW 50% NH4OH 0.5 M *


di stirrer selama 1 jam
diaktivasi secara hidrotermal T = 200 dan t = 24 jam
disaring
dicuci 2-3x hingga pH netral
dioven T = 100 , t = 4 jam

Karbon teraktivasi dari CBW


Gambar 4.2 Diagram alir proses aktivasi karbon CBW
Tanda * menandakan variasi perlakuan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

14
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

Variasi hanya dilakukan dari jenis dan volume dari aktivator. Perlakuan dan
konsentrasi masing-masing aktivator dibuat sama, yaitu 0.5 M.

Tabel 4.1 Variasi Aktivator


Volume/ Jenis Basa Kuat Basa Lemah
Aktivator
50%
KOH NH4OH
(26 mL)
40%
KOH NH4OH
(20.8 mL)
30%
KOH NH4OH
(15.6 mL)

4.3.3 Karakterisasi Karbon CBW


Setelah dari proses aktivasi maka dilakukan karakterisasi pada karbon
CBW dimana karakterisasi dilakukan dnegan menggunnakan instrument FESEM
untuk melihat ukuran pori yang terbentuk dalam karbon CBW. Secara singkat
proses tersebut di ilustrasikan dalam Gambar 4.3.

Acitvated CBW

di karakterisasi
FE-SEM

Gambar 4.3 Diagram alir karakterisasi karbon CBW dengan FE-SEM

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

15
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karbonisasi Biomassa Karbon CBW


Untuk mengetahui suhu yang tepat untuk proses karbonisasi maka
dilakukan analisa menggunakan STA (Simultan Thermal Analyzer). Dalam proses
ini sampel yang dianalisa adalah sampel limbah biji kopi (CBW) yang telah
kering dan halus.

Gambar 5.1 Grafik STA Coffee Bean Waste (CBW)

Grafik diatas merupakan grafik STA dari limbah kopi atau CBW.
Pengukuran dengan menggunakan STA ini menggunakan metode dekomposisi
massa material (CBW) saat dipanaskan mulai suhu kamar hingga suhu maksimal
umumnya adalah 900 . Dari grafik tersebut dapat dilihat pada suhu sekitar 200,
350, dan 400 terjadi dekomposisi sebesar 11.0875, 43.9946, dan 18.3266%. Hal
ini terjadi karena CBW kehilangan air ataupun kehilangan unsur-unsur organiik
yang tervolatilisasi. Namun pada suhu 500 . tidak ada penurunan dalam grafik,
hal ini menunjukkan limbah biji kopi (CBW) dapat terkarbonisasi pada suhu
500 .
Setelah dilakukan karbonisasi pada suhu 500 maka dilakukan analisa
menggunakan spektroskopi FTIR. Analisa menggunakan FTIR termasuk analisa
kualitatif (adanya peakdari gugus fungsi yang spesifik) dan kuantitatif (dilihat dari
kekuatan absorbs senyawa pada panjang gelombang tertentu). Dari data FTIR

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

16
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

tersebut dapat menunjukkan gugus-gugus apa saja yang terdapat dari karbon
CBW.

Gambar 5.2 Spektra FTIR Karbon CBW

Dari Gambar 5.2 diatas menunjukkan puncak-puncak pada range panjang


gelombang
1. 3600 – 3650 cm-1 menunjukkan adanya gugus OH (alkohol, fenol)
monomer
2. 1515 – 1600 cm-1 menunjukkan adanya gugus nitro (NO2)
3. kurang dari 1300 cm-1 menunjukkan daerah finger print.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa karbon CBW bukan hanya tersusun
atas komponen C (Carbon) saja namun terdapat gugus-gugus lain diantaranya
gugus OH dan NO2.

5.2 Karakterisasi Aktivasi Karbon CBW Menggunakan FESEM


FE-SEM (Field Emission Scanning Electron Microscopy) merupakan
suatu instrument yang digunakan untuk melihat morfologi/ struktur yang sangat
kecil (kurang lebih berukuran 1 nm) yang berada di permukaan suatu material
(Alyamani, dkk., 2012). Sehingga dalam penelitian ini dilakukan analisa
menggunakan FE-SEM untuk mengetahui adanya pembentukan pori atau tidak
dalam karbon CBW.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

17
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

a1) d1)

b1) e1)

c1) f1)
Gambar 5.3 Mikrograf FE-SEM karbon CBW dengan jenis dan volume aktivator
yang berbeda (a1, b1, dan c1) untuk NH4OH 0.5M 30%, 40% dan 50%; (d1, e1,
dan f1) untuk KOH 0.5 30%, 40% dan 50%

Gambar 5.3 merupakan mikrograf FE-SEM perbandingan hasil aktivasi


solvotermal karbon limbah biji kopi (CBW) menggunakan suhu rendah.
Mikrograf diatas merupakan tampak permukaan karbon CBW yang telah di
aktivasi menggunakan basa lemah (NH4OH) dan basa kuat (KOH). Untuk gambar
a1-c1 merupakan karbon CBW yang telah di aktivasi menggunakan NH4OH 0.5M
dengan volume 30% (a), 40% (b) dan 50% (c). Sedangkan gambar d1-f1
merupakan karbon CBW yang telah di aktivasi menggunakan KOH 0.5M dengan
volume 30% (d), 40% (e) dan 50% (f). Dilihat dari perbandingan gambar diatas,
terlihat dari keenam gambar diatas memiliki perbedaan dalam hal dinding
permukaan, ukuran pori, dan persebaran pori di permukaan karbon aktif CBW.
Karbon CBW dengan aktivasi KOH lebih banyak terbentuk pori dibanding
aktivasi NH4OH. Dinding permukaan karbon CBW dengan aktivasi KOH lebih

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

18
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

transparan sehingga memungkinkan pori yang terbentuk semakin banyak dan


merata di permukaan karbon. Kondisi ini dapat terjadi karena volatile dan tar
mudah terlepas dari karbon disebabkan adanya aktivator sehingga luas permukaan
karbon aktif CBW semakin besar (Yuningsih, dkk., 2016).
Untuk variasi volume yang digunakan dalam penelitian ini juga
memberikan pengaruh, baik dari segi ukuran maupun persebaran pori di
permukaan karbon akti CBW. Hal ini dapat ditunjukkan dalam beberapa gambar
scalling untuk karbon CBW yang telah diaktivasi baik menggunakan KOH atau
NH4OH.

Tabel 5.1 Perbandingan scalling aktivasi karbon CBW dengan KOH dan NH4OH
Variasi Scalling

0.18 , 0.295 ,
0.467 , 0.181

30% NH4OH

0.24 , 1.19 ,
0.13 , 0.265 ,
0.225

30% KOH

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

19
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

0.372 , 0, 689 ,
0.412 , 0.918 ,
0.372 , 0.717 ,
1.000 , 0.63

40% KOH

1.043 , 0.617 ,
1.424 , 0.53 ,
0.727 , 0.42 ,
0.602 , 1.323 ,
0.54 , 1.208 ,
1.791

50% KOH

Dari tabel tersebut dapat terlihat ukuran pori dari masing-masing karbon CBW.
Namun dalam pengurukuran kali ini, tidak semua karbon CBW dilakukan scalling
karena banyaknya sampel yang akan dikarakterisasi sehingga hanya memiliki data
scalling KOH (30%, 40%, dan 50%) dan NH4OH (30%). Dari data yang ada,
penulis menarik mengambil kesimpulan ukuran pori karbon CBW yang kecil
yaitu dengan aktivasi pelarut KOH. Hal ini di buktikan dari tabel diatas, untuk
karbon CBW akitvasi NH4OH 30% memiliki ukuran yang tidak seragam 0.18 ,
0.295 , 0.467 , 0.181 sedankan untuk karbon CBW dengan aktivasi KOH
memiliki ukuran yang cukup seragam 0.24 , 1.19 , 0.13 , 0.265 ,

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

20
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

0.225 . Dari perbandingan terseebut, pada variasi volume 30% jumlah pori
yang terbentuk lebih sedikit dibandingkan variasi volume 40% dan 50%. Selain
itu ukuran yang pori yag terbentuk pada variasi volume 30% lebih kecil dan tidak
terlalu jelas dibandingkan variasi volume 40% dan 50%. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hsu dan Teng, 2000 bahwa semakin banyak
aktivator yang digunakan dalam proses aktivasi karbon CBW maka dapat
meningkatkan pembentukan pori pada karbon aktif .

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

21
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
➢ Dengan menggunakan metode solvotermal suhu rendah pada proses
aktivasi karbon CBW dapat terbentuk pori pada permukaan karbon CBW.
➢ Variasi volume yang digunakan dalam proses aktivasi dapat
mempengaruhi ukuran pori dan persebaran pori di permukaan karbon
CBW. Semakin kuat jenis pelarutnya dan semakin banyak volume
aktivator maka pori yang terbentuk pada karbon CBW semakin banyak
dan ukuran porinya semakin besar. Sehingga urutan terbentuknya pori dari
variasi aktivator yang kecil hingga besar adalahNH4OH 30% < NH4OH
40% , NH4OH 50% < KOH 30% < KOH 40% < KOH 50%.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

22
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin H. 2016. Modifikasi Permukaan Karbon Aktif Tongkol Jagung (Zea


mays) dengan HNO3, H2SO4, dan H2O2 sebgai Bahan Elektroda
Superkapasitor. Skripsi. Univeristas Hasanuddin, Makassar.
Apriani R., Irfana D. F., Dwiria W. 2013. Pengaruh Konsentrasi Aktivator Kalium
Hidroksida (KOH) terhadap Kualitas Karbn Aktif Kulit Durian sebagai
Adsorben Logam Fe pada Air Gambut. Jurnal Prisma Fisika. 1(2);82-86.
Universitas Tanjungpura.
Ariyanto, T., Imam, P., Rochmadi. 2012. Pengaruh Struktur Pori terhadap
Kapasitansi Elektroda Superkapsitor yang Dibuat dari Karbon Naopori.
Jurnal Reaktor. 14(1);25-32. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Baryatik P., Rahayu Sri P., Ellyke. 2016. Pemanfaatan Arang Aktif Ampas Kopi
sebagai Adsorben Logam Kromium (Cr) pada Limbah Cair Batik. Artikel
Ilmiah. Universitas Jember.
Clarke, R.J., R. Macrae. 1985. Coffee. (1); 138 – 147. Springer.
Damahuri Enri. 2008. Diktat Pengelolaan: Sifat dan Karakteristik Bahan Kimia
Berbahaya. 4-8. Institut Teknologi Bandung.
Hamni A., Gusri A. I., Suryadiwarsa H. 2014. Implementasi Sistem Gasifkasi
untuk Pngeringan Biji Kopi. Jurnal Mechanical 5(1);21-25. Universitas
Lampung.
Hessler, J. W. 1951. Active Carbon, Chemical Publishing Co Inc R. New York.
Istiqomah A. U., Fitria R., Khoirina D. N. 2016. Penggantian Soda Api (NaOH)
dengan Kalium Hidroksida (KOH) pada Destilasi Sistem Biner Air-Etanol.
Jurnal Penelitian Kimia. 2(2);179-189. Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Izahyanti, R. D. 2013. Pengaruh Suhu dan Holding Time pada Proses Pack
Carburizing dengan Menggunakna Media Arang Aktif Tempurung Kelapa
terhadap Sifat Mekanik, Sifat Korosif, Sifat Fisis dan Komposisi Baja JIS
415. Skripsi. Universitas Negeri Surabaya.
Jamilatun, S., Martono, S. 2014. Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung Kelapa
dan Aplikasinya untuk Penjernihan Asap Cair. Jurnal Spektrum Industri.
12(1);1-112. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Khuluk, Rifki. 2016. Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif dari Tempurung
Kelapa (Cocous nucifer L.) sebagai Adsorben Zat Warna Metilen Biru.
Univeristas Lampung, Lampung.
Khusna D., Joko Susanto. 2015. Pemanfaatan Limah Padat Kopi sebagai Bahan
Bakar Alternatif dalam Bentuk Bricket Berbasis Biomass (Studi Kasus Di
PT. Santos Jaya Abadi Instant Coffee). Jurnal Teknik Mesin. Institut
Teknologi Adhi Tama Surabaya.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

23
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

Laginhas C., J. M. Valente Nabais., M. M. Titirici. 2015. Activated carbons with


high nitrogen content by a combination of hydrothermal carbonization with
activation. Journal Microporous and Mesoporous Materials.
Lamine S. M., Cherraye R., Hadj-Mehammed M., dkk. 2014. Chemical Activation
of an Activated Carbon Prepared from Coffee Residue. Energy Procedia
50;393-400.
Laos L. E., Masturi, Ian Y. 2016. Pengaruh Suhu AKtivasi terhadap Daya serap
Karbon Aktif Kulit Kemiri. E-Journal SNF 2016. V;135-140. Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Najiyati S., Danarti. 1997. Budidaya Kopi dan Pengolahan Pasca Panen. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Noer A. A., Awitdrus., Usman Msalik. 2014. Pembuatan Karbon Aktif dari
Pelepah Kelapa Sawit menggunakan Aktivator H2O sebaga Adsorben. Jural
Fisika. 1(2);42-47. Universitas Riau.
Nurdiansah, H., Diah, Susanti. 2013. Pengaruh Variasi Temperatur Karbonisasi
dan Temperatur Aktivasi Fisika dari Elktroda Karbon Aktif Tempurung
Kelapa dan Tempurun Kluwak Terhadap Nilai Kapastansi Electric Double
Layer Capacitor (EDLC). Jurnal Teknik Pomits. 2(1);13-19. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Nurdiati D., Astuti. 2015. Sintesis Komposit PAni/Karbon dari Tempurung Kemiri
(Aleurites moluccana)sebagai Elektroda Kapasitor. Jurnal Fisika. 4(1); 51-
57. Universitas Andalas.
Nurlela. 2011. Pemanfaatn Limbah Kulit Kopi sebagai Bahan Bakar Alternatif
dalam Bentuk Briket dan Uji Unjuk Kerjanya. Tesis. Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Papilo, P., Kunaifi, Erliza H., dkk. 2013. Penilaian Potensi Biomassa sebagai
Alternatif Energi Kelistrikan. Jurnal Pasti. 9(2);164-176. Institut Pertanian
Bogor.
Prasetyoko, D., 2017. Porous Strutures and Surface Analysis: Gas Adsorption.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Produksi Kopi Nusantara Ketiga Terbesar Di Dunia. 2014.
www.kemenperin.go.id. Diakses tanggal 04 Agustus 2017.
Pujiayanto. 2010. Pembuatan Karbon Aktif Super dari Batubaradan Tempurung
Kelapa. Tesis. Universitas Indonesia, Depok.
Purnomo Sri E. 2010. Pembuatan Arang Aktif dari Kulit Biji Kopi dan
Aplikasinya sebagai Adssorben Zat Warna Methylene Blue (Kation) dan
Naphthol Yellow (Anion). Univeristas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Radboud Universiteit Nijmegen. 2015. Information on the FESEM (Field-
Emission Scanning Electron Microscope). www.vcbio.science.ru.nl.
Diakses 25 September 2017.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

24
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

Rasdianyah., Darmadi., M. Dani S. 2014. Optimasi Proses Pembuatan Karbon


Aktif dari Ampas Bubuk Kopi menggunakan Aktivator ZnCl2. Jurnal
Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia. 6(3);1-6. Univeristas Syiah
Kuala Banda Aceh.
Rosalina., Tunt T., Etty, R., Sri, S., 2016. Pengaruh Aktivasi Fisika dan Kimia
Arang Aktif Buah Bintaro Terhadap Daya Serap Logam Berat Krom. Jurnal
Biopropal Indstri. 7(1);35-45. InstitutPertanian Bogor.
Rosi M., Mikrajuddin A., Khairurrijal. 2009. Sintesis Nanopori Karbon dari
Tempurung Kelapa sebagai Elektroda pada Superkapasitor. Jurnal
Nanosains & Teknologi. Institut Teknologi Bandung.
Shofa. 2012. Pembuatan karbon Aktif Berbahan Baku Ampas Tebu dengann
Aktivai Kalium Hidroksida. Skripsi. Universitas Indonesia, Depok.
Sudibandriyo, Mahmut., Lydia. 2011. Karakteristik Luas Permukaan Karbon
Aktif dari Ampas Tebu dengan Aktivasi Kimia. Universitas Indonesia.
Wati, G., Lydia Rohmawati, Nugrahani P.P.m 2015. Kapaitansi Elektroda
Superkapasitor dari Tempurung Kelapa. Jurnal Fisika. 04(01);6-9.
Univeristas Negeri Surabaya.
Wijaja T., Ali Atway., Soeprijanto. 2009. Studi Proses Hybrid: Adsorpsi pada
Karbon Aktif/ Membran Bioreaktor untuk Pengolahan Limbah Cair Industri.
Institut Teknologi Spuluh Nopember, Surabaya.
Yuningsih L. M., Dikdik Mulyadi, A. Jaka K., 2016. Pengaruh Aktivasi Arang
Aktif dari Tongkol Jagung danTempurung Kelapa terhadap Luas
Permukaan dan Daya Jerap Iodin. Jurnal Kimia VALENSI. 2(1);30-34.
Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Zhu J. K., 2003. Regulation of Ion Homeostasis Under Salt Stress. Current
Opinion in Plant Biology. 6. 441-445

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

25
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

Lampiran
Dalam lampiran ini, langkah yang dilakukan sama dalam masing-masing
variasi aktivator.
1. Proses Pre-tratment Karbon Aktif CBW

Penghalusan karbon Penimbangan karbon Aktivator (KOH dan NH4OH)

2. Proses Aktivasi Karbon Aktif CBW

Pencampuran karbon Campuran dimasukkan Autoclave dioven pada


dnegan aktivator kedalam autoclave T = 200 dan t = 24 jam

Karbon disaring dari Diukur pH karbon (rata- Dicuci karbon


aktivator rata pH karbon, basa) menggunakan aquades 2-3x

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

26
LAPORAN KERJA PRAKTIK PUSAT PENELITIAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIAFISIKA

Diukur pH karbon Karbon disaring dan Karbon teraktivasi


setelah pencucian dioven

3. Karakterisasi Karbon Aktif CBW

Instrument DSC Instrumen FTIR

Instrumen SEM-EDX

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,


Muncul, Tangerang Selatan, Banten

27
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Kawasan Puspiptek Gd 441-442 Setu,
Muncul, Tangerang Selatan, Banten

28

Anda mungkin juga menyukai