Manajemen proyek
DEFINISI MANAJEMEN KONSTRUKSI
Manjemen Konstruksi adalah ilmu yang mempelajari dan mempraktikan aspek-aspek manajerial dan
teknologi industri konstruksi. Manajemen konstruksi juga dapat diartikan sebagai sebuah modal bisnis
yang dilakukan oleh konsultan konstruksi dalam memberi nasehat dan bantuan dalam sebuah proyek
pembangunan.
Construction Management Association of America (CMAA) menyatakan bahwa ada tujuh kategori utama
tanggung jawab seorang manajer konstruksi, yaitu perencanaan proyek manajemen, manajemen harga,
manajemen waktu, manajemen kualitas, administrasi kontrak, manajemen keselamatan, dan dan praktik
profesional.
II. ASPEK –ASPEK MANAJEMEN KONSTRUKSI
Sebagaimana diketahui bahwa dalam pelaksanaan manajemen konstruksi didasari dari proses proyek itu
sendiri, yang mempunyai awal dan akhir serta tujuan menyelesaikan proyek tersebut dalam bentuk
bangunan fisik secara efisien dan efektif. Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang salah satunya
menyangkut aspek teknis pelaksanaan manajemen kostruksi itu sendiri dalam penyelenggaraannnya.
Proses proyek konstruksi dimulai dengan perencanaan dan diakhiri dengan serah terima. Selama proses
berlangsung, beberapa aspek teknis yang berkaitan dengan proses, perlu diketahui. Aspek teknis yang
umum dilakukan terdistribusi dalam :
Perencanaan (Planning)
Penjadwalan (Scehduling)
Pengendalian (Controling)
Hal ini untuk mencapai tujuan proyek yaitu menghasilkan bangunan fisik yang mempunyai variable
biaya-mutu-waktu yang optimal. Sebagaimana diketahui secara tradisional bahwa ketiga variable
tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi.
Part 2
Pendekatan mengenai tahapan proyek secara umum adalah mengidentifikasi urutan langkah yang harus
diselesaikan. Dalam "pendekatan tradisional" ini, lima komponen perkembangan proyek dapat
dibedakan (empat tahap ditambah kontrol) dan ditambah lagi tahapan penyelesaian proyek, yang dapat
juga dapat disebut "Siklus Kehidupan Proyek" (Project Life Cycle). Secara umum, siklus hidup proyek
merupakan suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana sebuah proyek
direncanakan, dikontrol, dan diawasi sejak proyek disepakati untuk dikerjakan hingga tujuan akhir proyek
tercapai. Terdapat lima tahap kegiatan utama yang dilakukan dalam siklus hidup proyek yaitu :
inisiasi;
perencanaan dan desain;
pelaksanaan dan konstruksi;
pemantauan dan sistem pengendalian;
penyelesaian.
Tahap Inisiasi
Tahap inisiasi proyek merupakan tahap awal kegiatan proyek sejak sebuah proyek disepakati untuk
dikerjakan. Pada tahap ini, permasalahan yang ingin diselesaikan akan diidentifikasi. Beberapa pilihan
solusi untuk menyelesaikan permasalahan juga didefinisikan. Sebuah studi kelayakan dapat dilakukan
untuk memilih sebuah solusi yang memiliki kemungkinan terbesar untuk direkomendasikan sebagai
solusi terbaik dalam menyelesaikan permasalahan. Ketika sebuah solusi telah ditetapkan, maka seorang
manajer proyek akan ditunjuk sehingga tim proyek dapat dibentuk.
Tahap Perencanaan dan Desain
Ketika ruang lingkup proyek telah ditetapkan dan tim proyek terbentuk, maka aktivitas proyek mulai
memasuki tahap perencanaan. Pada tahap ini, dokumen perencanaan akan disusun secara terperinci
sebagai panduan bagi tim proyek selama kegiatan proyek berlangsung. Adapun aktivitas yang akan
dilakukan pada tahap ini adalah membuat dokumentasi project plan, resource plan, financial plan, risk
plan, acceptance plan, communication plan, procurement plan, contract supplier dan perform phare
review.
Tahap Eksekusi (Pelaksanaan proyek dan/atau Konstruksi)
Dengan definisi proyek yang jelas dan terperinci, maka aktivitas proyek siap untuk memasuki tahap
eksekusi atau pelaksanaan proyek. Pada tahap ini, deliverables atau tujuan proyek secara fisik akan
dibangun. Seluruh aktivitas yang terdapat dalam dokumentasi project plan akan dieksekusi.
Tahap Pemantaun dan sistem Pengendalian
Sementara kegiatan pengembangan berlangsung, beberapa proses manajemen perlu dilakukan guna
memantau dan mengontrol penyelesaian deliverables sebagai hasil akhir proyek.
Tahap Penutupan
Tahap ini merupakan akhir dari aktivitas proyek. Pada tahap ini, hasil akhir proyek (deliverables project)
beserta dokumentasinya diserahkan kepada pelanggan, kontak dengan supplier diakhiri, tim proyek
dibubarkan dan memberikan laporan kepada semua stakeholder yang menyatakan bahwa kegiatan
proyek telah selesai dilaksanakan. Langkah akhir yang perlu dilakukan pada tahap ini yaitu melakukan
post implementation review untuk mengetahui tingkat keberhasilan proyek dan mencatat setiap
pelajaran yang diperoleh selama kegiatan proyek berlangsung sebagai pelajaran untuk proyek-proyek
dimasa yang akan datang.
Organisasi Proyek[vague]
Tahapan ini merupakan tahapan proyek sebelum kemudian ditutup (penyelesaian). Namun tidak semua
proyek akan melalui setiap tahap, artinya proyek dapat dihentikan sebelum mereka mencapai
penyelesaian. Beberapa proyek tidak mengikuti perencanaan terstruktur dan / atau proses pemantauan.
Beberapa proyek akan melalui langkah 2, 3 dan 4 beberapa kali.
Banyak industri menggunakan variasi pada tahap-tahapan proyek ini. Sebagai contoh, ketika bekerja
pada sebuah perencanaan desain dan konstruksi, proyek biasanya akan melalui tahapan dengan nama
yang berbeda-beda seperti pada tahapan Perencanaan dengan nama: Pra-Perencanaan, Desain
Konseptual, Desain Skema, Pengembangan Desain, Gambar Konstruksi (atau Dokumen Kontrak),
dan/atau Administrasi Konstruksi.
Topik lainnya
Manajemen Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang sifatnya hanya dilakukan satu kali. Pada
umumnya proyek konstruksi memiliki jangka waktu yang pendek. Di dalam rangkaian kegiatan proyek
kontstruksi tersebut, biasanya terdapat suatu proses yang berfungsi untuk mengolah sumber daya
proyek sehingga dapat menjadi suatu hasil kegiatan yang menghasilkan sebuah bangunan. Adapun
proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya akan melibatkan pihak-pihak yang
terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan terlibatnya banyak pihak dalam sebuah
proyek konstruksi maka hal ini dapat menyebabkan potensi terjadinya konflik juga sangat besar sehingga
dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa proyek konstruksi sebenarnya mengandung konflik yang cukup
tinggi juga.
Manajemen Konstruksi pada umumnya akan meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu.
manajemen material serta manjemen tenaga kerja. Pada prinsipnya, dalam manajemen konstruksi,
manajemen tenaga kerja merupakan salah satu hal yang akan lebih ditekankan. Hal ini disebabkan
manajemen perencanaan hanya berperan sekitar 20% dari rencana kerja proyek. Sisanya manajemen
pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan waktu proyek. Adapun fungsi dari
manajemen konstruksi yaitu :
Sebagai Quality Control sehingga dapat menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi di lapangan yang tidak pasti serta mengatasi kendala
terjadinya keterbatasan waktu pelaksanaan
Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai. Hal itu dilakukan dengan opname (laporan)
harian, mingguan dan bulanan
Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan dalam pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah yang
terjadi di lapangan
Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sebuah sistem informasi yang baik yang dapat digunakan
untuk menganalisis performa dilapangan
Manajemen Waktu Proyek
Manajemen waktu proyek merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang manajer
proyek. Manajemen waktu proyek dibutuhkan manajer proyek untuk memantau dan mengendalikan
waktu yang dihabiskan dalam menyelesaikan sebuah proyek. Dengan menerapkan manajemen waktu
proyek, seorang manajer proyek dapat mengontrol jumlah waktu yang dibutuhkan oleh tim proyek untuk
membangun deliverables proyek sehingga memperbesar kemungkinan sebuah proyek dapat diselesaikan
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Terdapat beberapa proses yang perlu dilakukankan seorang
manajer proyek dalam mengendalikan waktu proyek yaitu :
Mendefinisikan aktivitas proyek
Merupakan sebuah proses untuk mendefinisikan setiap aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan proyek.
Urutan aktivitas proyek
Proses ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan hubungan antara tiap-tiap aktivitas
proyek.
Estimasi aktivitas sumber daya proyek
Estimasi aktivitas sumber daya proyek bertujuan untuk melakukan estimasi terhadap penggunaan
sumber daya proyek.
Estimasi durasi kegiatan proyek
Proses ini diperlukan untuk menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
proyek.
Membuat jadwal proyek
Setelah seluruh aktivitas, waktu dan sumber daya proyek terdefinisi dengan jelas, maka seorang manager
proyek akan membuat jadwal proyek. Jadwal proyek ini nantinya dapat digunakan untu menggambarkan
secara rinci mengenai seluruh aktivitas proyek dari awal pengerjaan proyek hingga proyek diselesaikan.
Mengontrol dan mengendalikan jadwal proyek
Saat kegiatan proyek mulai berjalan, maka pengendalian dan pengontrolan jadwal proyek perlu
dilakukan. Hal ini diperlukan untuk memastikan apakah kegiatan proyek berjalan sesuai dengan yang
telah direncanakan atau tidak.
Setiap proses di atas setidaknya terjadi sekali dalam setiap proyek dan dalam satu atau lebih tahapan
proyek. FWDNJK9QE2EJ
Manajemen Ruang Lingkup Proyek
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang manajer proyek handal adalah kemampuan
dalam melakukan manajemen ruang lingkup proyek. Dalam hal ini, seorang manajer proyek harus
mampu memastikan bahwa seluruh aktivitas yang dilakukan dalam proyek adalah aktivitas yang
berhubungan dengan proyek dan aktivitas tersebut telah memenuhi kebutuhan proyek. Dengan kata
lain, manajemen ruang lingkup proyek memiliki fungsi untuk mendefinisikan serta mengendalikan
aktivitas-aktivitas apa yang bisa dilakukan dan aktivitas-aktivitas apa saja yang tidak boleh dilakukan
dalam menyelesaikan suatu proyek. Terdapat beberapa proses yang perlu dilakukan seorang manajer
proyek dalam melakukan manajemen ruang lingkup proyek, yaitu :
Perencanaan ruang lingkup proyek
Pada tahap ini, manajer proyek akan mendokumentasikan bagaimana ruang lingkup proyek akan
didefinisikan, diverifikasi, dikontrol dan menentukan bagaimana WBS akan dibuat serta merencanakan
bagaimana mengendalikan perubahan akan ruang lingkup proyek.
Mendefinisikan ruang lingkup proyek
Pada tahap ini, ruang lingkup proyek akan didefinisikan secara terperinci sebagai landasan untuk
pengambilan keputusan proyek dimasa depan.
Membuat Work Breakdown Structure
WBS merupakan pembagian deliverables proyek berdasarkan kelompok kerja. WBS dibutuhkan karena
pada umumnya dalam sebuah proyek biasanya melibatkan banyak orang dan deliverables, sehingga
sangat penting untuk mengorganisasikan pekerjaan-pekerjaan tersebut menjadi bagian-bagian yang
lebih terperinci lagi.
Melakukan verifikasi ruang lingkup proyek
Tahap ini merupakan tahap dimana final project scope statement diserahkan kepada stakeholder untuk
diverifikasi.
Melakukan kontrol terhadap ruang lingkup proyek
Dalam pelaksanaan proyek, tidak jarang ruang lingkup proyek mengalami perubahan. Untuk itu, perlu
dilakukannya kontrol terhadap perubahan ruang lingkup proyek. Perubahan yang tidak terkendali, akan
mengakibatkan meluasnya ruang lingkup proyek.
7 Faktor Kunci Kesuksesan Proyek dan Bagaimana Menentukan Kriteria Sukses Manajemen Proyek
Keberhasilan suatu manajemen dalam melaksanakan proyek dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling
berhubungan satu dengan lainnya. Ada pihak-pihak yang terkait dan faktor lain yang berhubungan.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi hasil dari manajemen proyek adalah:
Organisasi. Organisasi adalah otak utama sebagai pengambil kebijakan. Untuk mencapai sukses
manajemen proyek, organisasi harus mengambil kebijakan yang benar dan memberikan dukungan
penuh pada manajer proyek dan tim.
Manajer proyek. Manajer proyek merupakan ujung tombak pelaksanaan proyek. Untuk keberhasilan
proyek dibutuhkan seorang manajer yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, dan
pengalaman dalam memimpin suatu proyek, memberikan bimbingan pada anggota, dan memiliki
kecepatan dalam berpikir untuk menyelesaikan masalah dengan cepat. Oleh karena itulah, manajer
proyek tidak boleh dipilih secara sembarangan.
Tim proyek. Tim proyek adalah pelaksana di lapangan. Mereka harus memiliki pengetahuan, ketrampilan,
dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan kedudukan dan tanggung jawab masing-
masing. Selain itu, kesuksesan hanya bisa diraih jika seluruh anggota tim memiliki kemampuan
komunikasi yang baik dengan manajer maupun sesama anggota tim sehingga semua pekerjaan menjadi
jelas dan tidak terjadi kesalahpahaman. Lalu, yang tidak kalah penting adalah komitmen para anggota
tim untuk melaksanakan proyek dengan optimal. Oleh karena itulah, anggota tim harus dipilih secara
teliti.
Proyek yang dilaksanakan. Jenis proyek yang dipilih bisa mempengaruhi hasil. Proyek yang mendesak
tentunya memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dan kemungkinan gagal juga tinggi. Proyek baru
yang belum pernah dicoba, tentunya juga memiliki tingkat kemungkinan gagal atau setidaknya
kemungkinan munculnya masalah yang cukup tinggi.
Tahapan manajemen proyek. Manajemen proyek pada dasarnya adalah tentang cara-cara untuk
mengelola dan mengatur proyek. Demi kesuksesan, ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan secara
tepat yaitu pendefinisian proyek, perencanaan, pembentukan tim pelaksana, koordinasi dan
pengendalian, evaluasi, dan penutupan proyek.
Pengaruh luar. Faktor eksternal yang berasal dari luar organisasi sangatlah memberi pengaruh para
proyek. Faktor alam, sosial budaya, teknologi, politik, ekonomi, dan masih banyak lagi pengaruh dari luar
bisa memberikan keuntungan, tetapi bisa juga merugikan. Faktor-faktor eksternal ini harus
diperhitungkan dengan baik.
Metodologi Manajemen Proyek. Metodologi proyek apa yang digunakan? Ini terkait dengan jenis proyek
apa yang dikerjakan. Apabila proyek konstruksi, apakah cocok digunakan model Agile Manajemen Proyek
yang sangat cepat respond terhadap perubahan, atau metodologi Lean. Apakah untuk proyek untuk
membuat smart phone yang cepat perubahan baik fitur maupun teknologi, cocok menggunakan model
waterfall?, yaitu metodologi dengan pendekatan tahapan-tahapan dan bersifat predictive. Pastinya
konsep dasar ilmu manajemen proyek harus dimengerti oleh orang yang terlibat di dalam proyek. Sesuai
dengan PMBOK, buku referensi manajemen proyek yang bisa secara global di-implementasikan untuk
semua industri, atau PRINCE. Pada gilirannya perusahaan atau organisasi bisa mengembangkan kerangka
kerja manajemen proyek yang sesuai dan terbukti dapat digunakan untuk mengelola proyek dan sukses
di-implementasikan.
Sukses manajemen proyek, dalam artian sukses mengelola jalannya proyek mulai dari tahap inisiasi
hingga ke tahap penutupan proyek, sering dianggap sebagai konsep yang samar karena pihak-pihak yang
terlibat dengan proyek bisa saja memiliki pengertian dan penafsiran yang berbeda tentang suksesnya
suatu proyek. Sebagai contoh, pihak pelaksana proyek sering melihat kesuksesan dari keberhasilan tim
melaksanakan proyek sesuai dengan perencanaan dan tujuan proyek yang telah ditetapkan sebelumnya.
Proyek dianggap sukses apabila dikerjakan sesuai waktu, sesuai ruang lingkup dan sesuai budget. Kadang
definisi sukses hanya untuk memenuhi KPI saja, yang sifat-nya sepihak untuk karir seorang Manajer
Proyek atau Sponsor Proyek. Dilain pihak, pengguna melihat kesuksesan dari tingkat kepuasan mereka.
Oleh karena itu, kesuksesan suatu proyek bisa diklasifikasikan sebagai kesuksesan pelaksanaan,
kesuksesan hasil, dan kesuksesan proyek secara keseluruhan yang merupakan perpaduan antara sukses
pelaksanaan dan sukses hasil. Tentunya, yang diinginkan oleh organisasi adalah kesuksesan proyek secara
keseluruhan karena memuaskan semua pihak.
Masing-masing faktor yang disebutkan saling mempengaruhi dan terkait, kita tidak boleh memandang
sebelah mata pada salah satu faktor. Semuanya harus ditentukan, dijalankan, dan dievaluasi dengan baik
agar bisa tercapai sukses manajemen proyek dan proyek yang di-implementasikan dapat memberikan
nilai tambah dan benefit buat semua stakeholder proyek.
(kemampuan manajemen)
Kompetensi yang Harus Dikuasai Oleh Project Manager
Mengelola sebuah proyek bukan hanya berbicara teknis dan organisatoris. Manajemen Proyek
merupakan pengelolaan sumbar daya manusia. Komunikasi dan teamworking yang buruk, kurangnya
dukungan manajemen atau buruknya perencanaan merupakan alasan utama kegagalan. Kemampuan
yang dapat menentukan kesuksesan dari sebuah proyek tergantung dari kemampuan untuk mengelola
intangible skills yang lebih. Kesuksesan sebuah proyek tergantung dari siapa yang mengelolanya.
Seorang manajer proyek bertugas mengimplementasikan rencana proyek dan pelaksanaannya, selain itu
juga mereka bertanggung jawab untuk membina hubungan kooperatif dengan para pihak yang terlibat
baik dalam struktur horizontal maupun vertical. Jika terjadi hal yang tidak diharapkan, manajer proyek
langsung menjaga dan mengantisipasi agar proyek berjalan sesuai rencana. Adakalanya mereka harus
keluar jalur untuk melakukan inovasi untuk merespon peluang dan ancaman yang tak terduga
(Grey&Larson, 2006).
Selain itu manajer proyek juga bertugas untuk menintegrasikan sumber daya sesuai dengan posisi dan
jadwal yang sudah dibuat dalam perencanaan. Akan tetapi, menjadi seorang pengelola yang sukses juga
harus menjadi seorang pemimpin. Banyak pengalaman berharga dari proyek-proyek sukses bahwa
leadership sangat berperan dalam hal pengelolaan. Di mana kepemimpinan akan memiliki pengaruh
dalam mengarahkan timnya, maupun menjalin hubungan dengan pihak luar yang terlibat didalamnya.
Karena sebuah proyek akan selalu berkaitan dengan berbagai pihak, entah itu klien, anggota tim,
supplier, dan sebagainya. Kepemimpinan ini juga akan dapat mengatasi hal-hal ketidakpastian yang
dihadapi sebuah proyek.
Secara umum, manajer proyek akan bekerja dalam tekanan. Mereka akan berhadapan dengan
manajemen prioritas baik dari segi kegiatan ataupun dari segi hubungan, demikian juga ketika terjadi
suatu konflik di dalamnya yang harus diselesaikan agar tidak menganggu jalannya proyek. Karena itu
dibutuhkan stamina yang kuat, manajemen emosi yang baik, dan kejernihan dalam berpikir secara
mendalam dan cemerlang untuk menemukan solusi terbaik dari alternatif solusi yang ditawarkan oleh
tim proyek.
Shtub (1994)
menggambarkan diagram kemampuan yang penting untuk dimiliki oleh seorang manajer proyek.
Diantaranya adalah:
Budgeting and Cost Skills
Kemampuan dalam hal membuat anggaran biaya proyek memiliki peran yang sangat penting. Dengan
demikian manajer proyek dituntut untuk memiliki pengetahuan dalam hal analisis biaya proyek, analisis
kelayakan investasi agar keuangan proyek dapat berjalan optimal sesuai dengan keinginan penyedia
dana.
Time Management Skills
Perencanaan proyek membutuhkan kemampuan untuk menjadwalkan proyek. Disini manajer proyek
dituntut untuk dapat mengelola waktu secara baik agar proyek dapat selesai tepat waktu seperti yang
diharapkan. Untuk mengelola waktu ini manajer proyek harus mendefinisikan aktivitas yang diperlukan.
Selain itu manajer proyek harus mampu memperkirakan waktu bagi setiap aktivitas secara realistis.
Kemudian, manajer proyek harus mengatur waktu peringatan untuk mengindikasikan tanggal-tanggal
kritis selama proyek berlangsung.
Technical Skills
Kemampuan teknis melingkupi pengetahuan dan pengalaman dalam hal proyek itu sendiri, dengan
mengetahui prosedur-prosedur dan mekanisme proyek. Kemampuan teknis biasanya di dapat dari
penimbaan ilmu khusus di bangku formal, misalnya Institut Manajemen Proyek, dan sebagainya.
Leadership Skills
Kepemimpinan menjadi salah satu peranan penting yang dimiliki oleh seorang manajer proyek. Apa yang
dilakukan oleh manajer proyek menandakan bagaimana seharusnya orang lain atau timnya bekerja.
Dengan ini manajer proyek dapat mempengaruhi bagaimana orang lain dapat bertindak dan bereaksi
terhadap isu-isu proyek. Grey&Larson (2006) memberikan contoh gaya kepemimpinan dengan memberi
teladan sebagai syarat menuju manajer proyek yang efektif. Ada enam aspek yang melingkupinya, antara
lain :
Prioritas, hal ini berbicara mengenai penggunaan waktu. Manajer proyek memerlukan banyak waktu
untuk mengamati sebuah pengujian kritis daripada menunggu laporan.
Urgensi, dengan meningkatkan pola interaksi dengan tim seperti laporan dan rapat penting dengan
sering akan membuat tim merasa bahwa pekerjaan ini sangat penting. Ketika tim sudah memiliki
kesadaran seperti ini, maka tidak ada yang akan meremehkan suatu aktivitas di dalam proyek.
Pemecahan masalah, manajer proyek yang aefektif akan lebih memusatkan kepada bagaimana tim dapat
mengubah masalah menjadi kesempatan atau apa yang dipelajari dari suatu kesalahan untuk lebih
proaktif dalam memecahkan masalah.
Kerjasama, berbicara mengenai bagaimana manajer proyek bertindak terhadap orang luar dan
memengaruhi bagaimana anggota tim berinteraksi dengan orang luar.
Standar Kinerja, manajer proyek harus menetapkan standar yang tinggi untuk kinerja proyek melalui
respon yang cepat atas kebutuhan tim, mengikuti isu-isu penting, berprinsip teguh, serta hati-hati dalam
menjalankan pertemuan-pertemuan kritis.
Etika, jika seorang manajer proyek dengan bebas menyalahgunakan atau menahan informasi penting
dari manajemen atas atau pelanggan, hal ini member isyarat kepada anggota tim bahwa perilaku seperti
ini dapat diterima dan dilakukan.
Tjiptono&Diana (2003) mendeskripsikan pemimpin yang baik memiliki karakteristik; tanggung jawab
yang seimbang, Model peranan yang positif, memiliki keterampilan komunikasi yang baik, memiliki
pengaruh yang positif, dan memiliki kemampuan untuk meyakinkan orang lain.
A. Costumer Orientation
Prinsip dasar atas kompetensi ini adalah bahwa seorang project manajer harus dapat meningkatkan nilai
perusahaan atas pemahamannya atas pelanggan dan pasar dengan memberikan kualitas yang baik. Hal
terpenting adalah bahwa project manager harus membangun relasi dengan pelanggan yang
berkelanjutan. Berikut rincian atas kompetensi ini:
Tabel 2. Costumer Orientation
B. Orientation to Target
Kompetensi ini adalah bahwa seorang project manajer harus berfikir dalam konteks perusahaan atas
kelanjutan jangka panjang perusahaan. Berfikir strategis diaplikasikan pada fungsi atau proses, produk
dan market, sebagian atau keseluruhan bagian perusahaan. Hal terpenting adalah bahwa project
manager harus mampu membuat dan mengembangkan strategi. Berikut rincian atas kompetensi ini:
G. Cooperation
Seorang project manajer harus dapat bekerja sama dengan semua pihak terkait dalam rangka
pemenuhan obyektif perusahaan. Hal terpenting adalah bahwa project manager harus mampu untuk
mengembangkan relasi dan menggunakannya. Berikut rincian atas kompetensi ini:
Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi
oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Sehingga pengertian proyek konstruksi adalah suatu upaya
untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan atau infrastruktur. Bangunan ini pada umumnya
mencakup pekerjaan pokok yang termasuk di dalamnya bidang teknik sipil dan arsitektur, juga tidak
jarang melibatkan disiplin lain seperti teknik industri, teknik mesin, elektro dan sebagainya.
Manajemen proyek konstruksi adalah proses penerapan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan,
pelaksanaan dan penerapan) secara sistimatis pada suatu proyek dengan menggunkan sumber daya yang
ada secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal.
Manajemen Konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu. manajemen material dan
manjemen tenaga kerja yang akan lebih ditekankan. Hal itu dikarenakan manajemen perencanaan
berperan hanya 20% dan sisanya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan
waktu proyek.
Manajemen konstruksi memiliki beberapa fungsi antara lain :
Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan yang tidak pasti dan mengatasi kendala
terbatasnya waktupelaksanaan
Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan dengan opname (laporan)
harian, mingguan dan bulanan
Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah yang terjadi
di lapangan
Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang baikuntuk menganalisis performa
dilapangan
Tujuan Manajemen Konstruksi
Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan
pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan
(spesification) untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu
bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu
diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu ( Quality Control ) , pengawasan biaya ( Cost Control ) dan
pengawasan waktu pelaksanaan ( Time Control ).
Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan, namun dapat juga
pada tahap – tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep MK dapat
diterapkan pada tahap – tahap proyek sebagai berikut
Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek dengan sistem
MK, disini mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan – masukan dan atau
keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh tahapan
proyek, mulai dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek.
Tim MK sudah berperan sejak awal disain, pelelangan dan pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu
proyek dinyatakan layak (‘feasible “) mulai dari tahap disain.
Tim MK akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam penyempurnaan disain sampai proyek
selesai, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan setelah tahap disain
MK berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau
pengawasan, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan mulai tahap pelaksanaan dengan menekankan
pemisahan kontrak – kontrak pelaksanaan untuk kontraktor.
Peranan Manajemen Konstruksi
Peranan MK pada tahapan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi :
Agency Construction Manajement (ACM)
Pada sistim ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak pemilik dan berfungsi
sebagai koordinator “penghubung” (interface) antara perancangan dan pelaksanaan serta antar para
kontraktor. Konsultan MK dapat mulai dilibatkan mulai dari fase perencanaan tetapi tidak menjamin
waktu penyelesaian proyek, biaya total serta mutu bangunan. Pihak pemilik mengadakan ikatan kontrak
langsung dengan beberapa kontraktor sesuai dengan paket-paket pekerjaan yang telah disiapkan.
Extended Service Construction Manajemen (ESCM)
Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak kontraktor. Apabila perencana
melakukan jasa Manajemen Konstruksi, akan terjadi “konflik-kepentingan” karena peninjauan terhadap
proses perancangan tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal ini akan
menjadi suatu kelemahan pada sistim ini Pada type yang lain kemungkinan melakukan jasa Manajemen
Konstruksi berdasarkan permintaan Pemilik ESCM/ KONTRAKTOR.
Owner Construction Management (OCM)
Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi profesional yang
bertanggungjawab terhadap manajemen proyek yang dilaksanakan
Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM)
Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil pemilik. Disini konsultan
GMPCM tidak melakukan pekerjaan konstruksi tetapi bertanggungjawab kepada pemilik mengenai
waktu, biaya dan mutu. Jadi dalam Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini bertindak
sebagai pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor).
Tabel 8. Cooperation
G. Development Orientation
Seorang project manajer harus mampu untuk melakukan pengembangan yang berkesinambungan. Hal
terpenting adalah bahwa project manager harus percaya diri dengan bekerja dalam motivasi yng tinggi.
Berikut rincian atas kompetensi ini:
Pemilihan alat berat yang akan dipakai merupakan faktor penting dalam keberhasilan suatu proyek. Alat
berat yang dipilih harusnya tepat sehingga proyek/pekerjaan berjalan lancar.
Dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, kegiatan yang dilakukan oleh sumber daya manusia,
ditunjang dengan uang, material dan peralatan, perlu ditata melalui fungsi-fungsi manajemen dalam
batas waktu yang disediakan sehingga memenuhi prinsip efisiensi dan efektivitas.
2.1 Sumber Daya
A. Manusia
Manusia sebagai sumber daya utama diartikan sebagai tenaga kerja baik yang terlibat langsung maupun
tidak terlibat langsung dengan pekerjaan konstruksi. Tenaga yang terlibat langsung adalah tenaga kerja
yang berada pada kelompok pemberi pekerjaan (pengguna jasa), kelompok kontraktor (penyedia jasa),
dan kelompok konsultan (penyedia jasa). Berdasarkan kualifikasinya para tenaga kerja tersebut dapat
dikelompokkan ke dalam “tenaga ahli” dan “tenaga terampil”. Pada Tabel 2.1. disajikan sebutan terhadap
ketiga kelompok tersebut.
B.Uang
Uang merupakan sumber daya sangat penting dalam manajemen proyek. Ketidakcukupan uang, sulit
untuk mengharapkan penyelenggaraan manajemen proyek sesuai dengan ikatan kontrak yang disepakati
antara para pihak yang menandatangani perjanjian kontrak. Seluruh kegiatan penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi pada seluruh kelompok yang terlibat, memerlukan biaya yang besarnya telah disepakati di
dalam surat perjanjian kontrak. Jika terjadi ketidaksepakatan (dispute) dalam pelaksanaan pekerjaan,
biasanya berdampak pada “nilai uang” yang harus disepakati, dokumen kontrak telah mengatur tata cara
penyelesaian hukum yang harus ditempuh.
Uang sangat penting karena seluruh kegiatan pekerjaan konstruksi memerlukan pembiayaan,
menyangkut : rekruitmen manusia (tenaga kerja); penggunaan jasa tenaga kerja (tenaga ahli, tenaga
terampil, tenaga non skill); penggunaan peralatan (alat-alat berat maupun alat-alat laboratorium);
pembelian bahan dan material, pengolahan bahan dan material, baik bagi kelompok pengguna jasa
maupun penyedia jasa. Jadi pengertian “uang” di dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi (civil
works) bukan semata-mata untuk pembiayaan pelaksanaan konstruksi oleh kontraktor, tetapi juga
termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk konsultan perencana, konsultan pengawas dan untuk
pengguna jasa dalam suatu kurun waktu yang telah disepakati.
C. Peralatan
Peralatan dalam pekerjaan konstruksi diartikan sebagai alat lapangan (alat berat), peralatan
laboratorium, peralatan kantor (misalnya computer), dan peralatan lainnya. Dengan menggunakan
peralatan yang sesuai sasaran pekerjaan dapat dicapai dengan ketepatan waktu yang lebih akurat, serta
memenuhi spesifikasi teknis yang telah dipersyaratkan.
i.alat-alat berat
Jenis peralatan dengan variasi kapasitas dan kegunaannya dapat digunakan untuk pekerjaan konstruksi
jalan-jembatan sesuai fungsinya. Berdasarkan jenis peralatan dan fungsinya, dikaitkan dengan jenis
pelaksanaan pekerjaannya dapat dikelompokan sebagaimana tertulis pada Tabel 2.2.
Pemilihan dan pemanfaatan peralatan harus sesuai dengan kebutuhan ditinjau dari jenis, jumlah,
kapasitas maupun waktu yang tersedia. Demikian pula cara penggunaannya, harus mengikuti prosedur
pengoperasian dan perawatannya, sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan.
D.Bahan
Bahan diartikan sebagai bahan baku natural maupun melalui pengolahan, dan setelah diproses
ditetapkan menjadi item pekerjaan sebagaimana dituangkan di dalam dokumen kontrak. Bahan baku
(tanah, batu, aspal, semen, pasir, besi beton, dll.) dan bahan olahan (agregat, adukan beton, pofil baja
dll.) merupakan sumber daya yang harus diperhitungkan secara cermat, karena pengaruhnya di dalam
perhitungan biaya pekerjaan konstruksi sangat besar. Oleh karena itu lokasi bahan baku perlu secara
cermat ditetapkan berdasar jarak dan volume yang tersedia, memenuhi syarat menjadi bahan olahan.
Survai untuk mendapatkan informasi lokasi bahan baku perlu dilakukan, guna mendapatkan data akurat
sebagai masukan bagi kontraktor dalam menyiapkan penawaran, maupun pada tahap pelaksanaan
pekerjaan.
Dalam pemilihan alat berat, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, sehingga kesalahan dalam
pemilihan alat dapat dihindari.
Faktor-faktor tersebut antara laim :
Fungsi yang harus dilaksanakan. Alat berat dikelompokkan berdasarkan fungsinya, seperti untuk
menggali, mengangkut, meratakan permukaan, dan lain-lain.
Kapasitar peralatan. Pemilihan alat berat didasarkan pada volume total atau berat material yang harus
diangkut atau dikerjakan. Kapasitas alat yang dipilih harus sesuai, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan
tepat waktu.
Cara operasi. Alat berat dipilih berdasarkan arah gerak (horizontal maupun vertical) dan jarak gerak,
kecepatan, frekuensi gerakan, dan lain-lain.
Pembatasan dari metode yang dipakai. Pembatasan yang mempengaruhi pemilihan alat berat antara lain
: peraturan lalu lintas, biaya, dan pembongkaran. Selain itu, metode konstruksi yang dipakai dapat
membuat pemilihan alat dapat berubah.
Ekonomi. Selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi dan pemeliharaan merupakan
faktor penting di dalam pemilihan alat berat.
Jenis proyek. Ada beberapa jenis proyek yang umumnya menggunakan alat berat. Proyek-proyek
tersebut antara lain : proyek gedung, pelabuhan, jalan, jembatan, irigasi, pembukaan hutan, dam, dan
lain-lain.
Lokasi proyek. Lokasi proyek juga merupakan hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan alat
berat. Sebagai contoh lokasi proyek di dataran tinggi memerlukan alat berat yang berbeda dengan lokasi
proyek di dataran rendah.
Jenis dan daya dukung tanah. Jenis tanah di lokasi proyek dan jenis material yang akan dikerjakan dapat
mempengaruhi alat berat yang akan dipakai. Tanah dapat dalam kondisi padat, lepas, keras, atau lunak.
Kondisi lapangan. Kondisi dengan medan yang sulit dan medan yang baik merupakan faktor lain yang
mempengaruhi pemilihan alat berat.
Jenis Alat Berat dalam Proyek Konstruksi
Di dunia teknik sipil sering kali kita melihat berbagai aktifitas alat berat ketika suatu proyek bangunan
dilakukan, baik itu transportasi (jalan, jembatan, bandara), bangunan air (waduk, bendung, bendungan,
pelabuhan), dan bangunan gedung bertingkat, alat-alat berat digunakan untuk membantu manusia
dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu struktur bangunan. Saat ini, alat berat merupakan
faktor penting di dalam proyek, terutama proyek-proyek konstruksi dengan skala yang besar. Tujuan
penggunaan alat-alat berat tersebut untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya
sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan mudah pada waktu yang relatif lebih singkat. Alat
berat yang umum dipakai di dalam proyek konstruksi antara lain dozer, alat gali (excavator) seperti
backhoe, front shovel, clamshell; alat pengangkut seperti loader, truck dan conveyor belt; alat pemadat
tanah seperti roller dan compactor; dan lain-lain.
Pada saat suatu proyek akan dimulai, kontraktor akan memilih alat berat yang akan digunakan di proyek
tersebut. Pemilihan alat berat yang akan dipakai merupakan salah satu faktor penting dalam
keberhasilan suatu proyek. Alat berat yang dipilih haruslah tepat baik jenis, ukuran maupun jumlahnya.
Ketepatan dalam pemilihan alat berat akan memperlancar jalannya proyek. Kesalahan dalam pemilihan
alat berat akan mengakibatkan proyek menjadi tidak lancar. Dengan demikian keterlambatan
penyelesaian proyek dapat terjadi. Produktivitas yang kecil dan tenggang waktu yang dibutuhkan untuk
pengadaan alat lain yang lebih sesuai merupakan hal yang menyebabkan biaya yang lebih besar.
Alat berat dapat dikategorikan ke dalam beberapa klasifikasi. Klasifikasi tersebut adalah klasifikasi
fungsional alat berat dan klasifikasi operasional alat Berat.
Yang dimaksud dengan klasifikasi fungsional alat adalah pembagian alat tersebut berdasarkan fungsi-
fungsi utama alat. Berdasarkan fungsinya alat berat dapat dibagi atas berikut ini.
a. Alat Pengolah Lahan
Kondisi lahan proyek kadang-kadang masih merupakan lahan asli yang harus dipersiapkan sebelum lahan
tersebut mulai diolah. Jika pada lahan masih terdapat semak atau pepohonan maka pembukaan lahan
dapat dilakukan dengan menggunakan dozer. Untuk pengangkatan lapisan tanah paling atas dapat
digunakan scraper. Sedangkan untuk pembentukan permukaan supaya rata selain dozer dapat digunakan
juga motor grader.
b. Alat Penggali
Jenis alat ini dikenal juga dengan istilah excavator. Beberapa alat berat digunakan untuk menggali tanah
dan batuan. Yang termasuk didalam kategori ini adalah front shovel, backhoe, dragline, dan clamshell.
Yang termasuk dalam kategori ini adalah alat yang biasanya tidak digunakan sebagai alat transportasi
tetapi digunakan untuk memindahkan material dari satu alat ke alat yang lain. Loader dan dozer adalah
alat pemindahan material.
e. Alat Pemadat
Jika pada suatu lahan dilakukan pembunan maka pada lahan tersebut perlu dilakukan pemadatan.
Pemadatan juga dilakukan untuk pembuatan jalan, baik untuk jalan tanah dan jalan dengan perkerasan
lentur maupun perkerasan kaku. Yang termasuk sebagai alat pemadat adalah tamping roller, pneumatic-
tired roller, compactor, dan lain-lain.
Alat ini dipakai untuk mengubah batuan dan mineral alam menjadi suatu bentuk dan ukuran yang
diinginkan. Hasil dari alat ini misalnya adalah batuan bergradasi, semen, beton, dan aspal. Yang termasuk
didalam alat ini adalah crusher dan concrete mixer truck. Alat yang dapat mencampur material-material
di atas juga dikategorikan ke dalam alat pemroses material seperti concrete batch plant dan asphalt
mixing plant.
Alat digolongkan pada kategori ini karena fungsinya yaitu untuk menempatkan material pada tempat
yang telah ditentukan. Ditempat atau lokasi ini material disebarkan secara merata dan dipadatkan sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Yang termasuk di dalam kategori ini adalah concrete spreader,
asphalt paver, motor grader, dan alat pemadat.
Alat-alat berat dalam pengoperasiannya dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain atau tidak
dapat digerakan atau statis. Jadi klasifikasi alat berdasarkan pergerakannya dapat dibagi atas berikut ini.
Alat penggerak merupakan bagian dari alat berat yang menerjemahkan hasil dari mesin menjadi kerja.
Bentuk dari alat penggerak adalah crawler atau roda kelabang dan ban karet. Sedangkan belt merupakan
alat penggerak pada conveyor belt.
crawlercrane
b. Alat Statis
Yang termasuk dalam kategori ini adalah towercrane, batching plant, baik untuk beton maupun untuk
aspal serta crusher plant.
Produktivitas yang dihasilkan dari penggunaan alat berat pada suatu proyek salah satunya sangat
dipengaruhi oleh metode pelaksanaan dan operator alat berat itu sendiri, sehingga dibutuhkan metode
yang tepat dan orang-orang yang ahli dan telah terbiasa menggunakan alat berat pada pekerjaan
konstruksi. Dengan bekal dari pengalaman operator kerja diharapkan produktivitas yang dihasilkan
sesuai dengan yang direncanakan, sehingga tidak mempengaruhi estimasi biaya dan waktu pelaksanaan
pekerjaan. Sering sekali produktivitas penggunaan alat berat di lapangan tidak diperhatikan padahal itu
sangat mempengaruhi proses pekerjaan selanjutnya. Sehingga penulis akan membahas bagaimana
pengaruh produktivitas alat berat pada pekerjaan awal proyek serta estimasi biaya pekerjaan galian
tanah.