Anda di halaman 1dari 36

(tinjauan umum)

Manajemen proyek
DEFINISI MANAJEMEN KONSTRUKSI
Manjemen Konstruksi adalah ilmu yang mempelajari dan mempraktikan aspek-aspek manajerial dan
teknologi industri konstruksi. Manajemen konstruksi juga dapat diartikan sebagai sebuah modal bisnis
yang dilakukan oleh konsultan konstruksi dalam memberi nasehat dan bantuan dalam sebuah proyek
pembangunan.
Construction Management Association of America (CMAA) menyatakan bahwa ada tujuh kategori utama
tanggung jawab seorang manajer konstruksi, yaitu perencanaan proyek manajemen, manajemen harga,
manajemen waktu, manajemen kualitas, administrasi kontrak, manajemen keselamatan, dan dan praktik
profesional.
II. ASPEK –ASPEK MANAJEMEN KONSTRUKSI
Sebagaimana diketahui bahwa dalam pelaksanaan manajemen konstruksi didasari dari proses proyek itu
sendiri, yang mempunyai awal dan akhir serta tujuan menyelesaikan proyek tersebut dalam bentuk
bangunan fisik secara efisien dan efektif. Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang salah satunya
menyangkut aspek teknis pelaksanaan manajemen kostruksi itu sendiri dalam penyelenggaraannnya.
Proses proyek konstruksi dimulai dengan perencanaan dan diakhiri dengan serah terima. Selama proses
berlangsung, beberapa aspek teknis yang berkaitan dengan proses, perlu diketahui. Aspek teknis yang
umum dilakukan terdistribusi dalam :
Perencanaan (Planning)
Penjadwalan (Scehduling)
Pengendalian (Controling)
Hal ini untuk mencapai tujuan proyek yaitu menghasilkan bangunan fisik yang mempunyai variable
biaya-mutu-waktu yang optimal. Sebagaimana diketahui secara tradisional bahwa ketiga variable
tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi.

Gambar : Segitiga variable utama dalam managemen konstruksi


Ketiga variable tersebut berkaitan dan saling mempengaruhi. Kualitas Mutu berkaitan dengan biaya yang
dikeluarkan, besar kecilnya biaya secara umum menunjukkan tinggi rendahnya mutu untuk suatu
pekerjaan yang sama dengan spesifikasi yang sama pula. Demikian dengan waktu pelaksanaan, tinggi
rendahnya mutu secara tidak langsung berkaitan dengan lama waktu pelaksanaan, mutu yang tinggi
membutuhkan kehati-hatian dan pengawasan mutu yang lebih intensif, sehingga jelas akan
menggunakan waktu yang lebih lama daripada waktu normal. Dari waktu yang lebih lama, maka secara
otomatis akan menambah biaya pelaksanaan. Bentuk saling ketergantungan ini memberikan beberapa
kebutuhan akan teknik untuk manajemen proses konstruksi.
III. PERANAN MANAJEMEN KONSTRUKSI
Peranan Manajemen Konstruksi dalam Industri Konstruksi adalah layanan yang sangat baik yang
disediakan untuk mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan seluruh proses konstruksi. Sebagai
manajer proyek konstruksi akan menangani semua tahap konstruksi proyek Anda. Pada tahap pra-
konstruksi, kita akan melakukan semua yang diperlukan studi kelayakan dan penelitian. Kemudian datang
desain dan perencanaan. Setelah spesifikasi arsitektur dan tujuan penjadwalan yang didefinisikan
dengan baik, pekerjaan dilanjutkan oleh pembangun dan kontraktor untuk memulai membangun aktual
bawah pengawasan yang ketat kami. Menekankan pada independen dari para profesional lain yang
terlibat dalam konstruksi. netralitas ini memungkinkan untuk secara objektif dan tidak memihak
menyarankan klien pada pilihan consultans dan kontraktor, yang memungkinkan klien untuk
mendapatkan manfaat maksimal.
Peranan MK pada tahapn proyek konstruksi dapat dibagi menjadi :
1.Agency Construction Manajement (ACM)
Pada sistim ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak pemilik dan berfungsi
sebagai koordinator “penghubung” (interface) antara perancangan dan pelaksanaan serta antar para
kontraktor. Konsultan MK dapat mulai dilibatkan mulai dari fase perencanaan tetapi tidak menjamin
waktu penyelesaian proyek, biaya total serta mutu bangunan. Pihak pemilik mengadakan ikatan kontrak
langsung dengan beberapa kontraktor sesuai dengan paket-paket pekerjaan yang telah disiapkan.
2.Extended Service Construction Manajemen (ESCM)
Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak kontraktor. Apabila perencana
melakukan jasa Manajemen Konstruksi, akan terjadi “konflik-kepentingan” karena peninjauan terhadap
proses perancangan tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal ini akan
menjadi suatu kelemahan pada sistim ini Pada type yang lain kemungkinan melakukan jasa Manajemen
Konstruksi berdasarkan permintaan Pemilik ESCM/ KONTRAKTOR.
3.Owner Construction Management (OCM)
Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi profesional yang
bertanggungjawab terhadap manajemen proyek yang dilaksanakan
4.Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM)
Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil pemilik. Disini konsultan
GMPCM tidak melakukan pekerjaan konstruksi tetapi bertanggungjawab kepada pemilik mengenai
waktu, biaya dan mutu. Jadi dalam Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini bertindak
sebagai pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor).
IV. FUNGSI MANAJEMEN KONSTRUKSI
Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi
oleh waktu dan sumber daya yang terbtas. Sehingga pengertian proyek konstruksi adalah suatu upaya
untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangnan atau infrastruktur. Manajemen proyek konstruksi
adalah proses penerapan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan penerapan) secara
sistimtis pada suatu proyek dengan mengunkan sumber daya yang ada secara efktif dan efsien agar
tercapai tujuan proyek secara optimal.
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah menentukan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Ini berarti
menyangkut pengambilan keputusan berhadapan dengan pilihan-pilihan.
2. Mengorganisasi (Organizing)
Fungsi ini berkaitan dengan usaha untuk menetapkan jenis-jenis kegiatan yang dituntut untuk mencapai
suatu tujuan tertentu, mengelompokkan kegiatan-kegiatan tersebut berdasarkan jenisnya supaya lebih
mudah ditangani oleh bawahan.
3. Penempatan Orang (Staffing)
Fungsi ini menyangkut usaha untuk mengembangkan dan menempatkan orang-orang yang tepat di
dalam berbagai jenis pekerjaan yang sudah didisain lebih awal dalam organisasi.
4. Mengarahkan (Directing)
Fungsi ini biasa juga disebut supervisi. Ini menyangkut pembinaan motivasi dan pemberian bimbingan
kepada bawahan untuk mencapai tujuan utama.
5. Mengontrol (Controlling)
Fungsi ini dijalankan untuk menjamin bahwa perencaan bisa diwujudkan secara pasti. Ada banyak alat-
alat analisa untuk suatu proses kontrol yang efektiv. Proses kontrol pada dasarnya selalu memuat unsur:
perencanaan yang diterapkan, analisa atas deviasi atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, dan
menentukan langkah-langkah yang perlu untuk dikoreksi.
Manajemen Konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu. manajemen material dan
manjemen tenaga kerja yang akan lebih ditekankan. Hal itu dikrenakan manajemen perecanaan
berperan hanya 20% dan sisanya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan
waktu proyek.
Manajemen Konstruksi memiliki beberapa fungsi antara lain :
1. Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
2. Mengantisipasi terjdinya perubahan kondisi lapngan yang tidak pasti dan mengatasi kendala
terbatasnya waktupelaksanaan
3. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicpai, hal itu dilakukan dengan opname
(laporan) harian, mingguan dan bulanan
4. Hasil evaluasi dpat dijadikan tindakan pengmbilan keptusan terhadap masalah-masalah yang terjadi
di lapangan
5. Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang baikuntuk menganalisis
performa dilapangan
V. TUJUAN MANAJEMEN KONSTRUKSI
Sasaran Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan
pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan
(spesification) untk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan,
biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu diusahakan
pelaksanaan pengawasan mutu ( Quality Control ) , pengawasan biaya ( Cost Control ) dan pengawasan
waktu pelaksanaan ( Time Control ).
Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan, namun dapat juga
pada tahap – tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep MK dapat
diterapkan pada tahap – tahap proyek sebagai berikut
1. Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek dengan
sistem Manajemen Konstruksi, disini mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk
masukan – masukan dan atau keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi,
yang mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan
dan penyerahan proyek.
2. Tim Manajemen Konstruksi sudah berperan sejak awal disain, pelelangan dan pelaksanaan proyek
selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak (‘feasible “) mulai dari tahap disain.
3. Tim Manajemen Konstruksi akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam penyempurnaan
disain sampai proyek selesai.
4. Manajemen Konstruksi berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan
fungsi pengendalian atau pengawasan.
VI. STRUKTUR ORGANISASI PROYEK
Manajemen proyek adalah cara mengelola dan mengorganisir berbagai aset, sumber daya manusia,
waktu serta kualitas pekerjaan proyek, sehingga proyek menghasilkan kualitas yang maksimal dalam
waktu yang sudah direncanakan serta memberikan efek kesejahteraan bagi karyawan.
Didalam sebuah proyek dibutuhkan sebuah organisasi sehingga masing-masing personil dapat
melaksanakan pekerjaanya dengan baik sesuai tanggung jawabnya masing-masing tanpa mendapat
tekanan dari atasan.
Proyek konstruksi yang mempunyai tujuan menghasilkan suatu bangunan fisik yang memenuhi dan
persyaratan melalui suatu ruang lingkup pekerjaan tertentu yang dilakukan beberapa orang atau
beberapa kelompok orang. Untuk proyek-proyek besar yang harus di laksanakan oleh beberapa
kontraktor, maka pemilik proyek dapat memberikan kepercayaan yang penuh pada suatu badan yang
disebut manajemen konstruksi (MK) yang bertindak dan atas nama pemilik sebagai manajer.
Dalam sebuah proyek konstruksi, bagian-bagian manajemen dari struktur organisasi yang ada
didalamnya antara lain:
Pemilik proyek atau owner
Konsultan perencana
Konsultan pengawas
Kontraktor
Project manajer
Site Enginer
Pengedali operasional proyek
Logistik proyek
Arsitek atau drafter gambar kerja
Quantity surveyor
Quality Qontrol.
Safety atau K3
Pelaksana proyek
Surveyor
Administrasi proyek
Perpajakan
Akutansi
Teknik informatika proyek
Mekanikal elektrikal
Mandor
Tukang bangunan
Kepala tukang
Pekerja bangunan
Satpam
Kantin
Pemerintah daerah
Aparat kepolisian
dll
masing-masing dari bagian struktur organisasi harus berfungsi dengan baik agar pekerjaan konstruksi
dapat selesai dengan tepat waktu, efisien serta dengan kualitas yang memuaskan.
Tugas pelaksana proyek
Dalam sebuah pelaksanan pembangunan konstruksi dibutuhkan pelaksana proyek agar dapat selesai
dengan baik, tugas pelaksana proyek adalah:
Memahami gambar desain dan spesifikasi teknis sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan
dilapangan.
Bersama dengan bagian engineering menyusun kembali metode pelaksanaan konstruksi dan jadwal
pelaksanaan pekerjaan.
Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pekerjaan dilapangan sesuai dengan persyaratan waktu,
mutu dan biaya yang telah ditetapkan.
Membuat program kerja mingguan dan mengadakan pengarahan kegiatan harian kepada pelaksana
pekerjaan.
Mengadakan evaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan pekerjaan dilapangan.
Membuat program penyesuaian dan tindakan turun tangan, apabila terjadi keterlambatan dan
penyimpangan pekerjaan di lapangan.
Bersama dengan bagian teknik melakukan pemeriksaan dan memproses berita acara kemajuan
pekerjaan dilapangan.
Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program kerja mingguan, metode kerja, gambar kerja dan
spesifikasi teknik.
Menyiapkan tenaga kerja sesuai dengan jadwal tenaga kerja dan mengatur pelaksanaan tenaga dan
peralatan proyek.
Mengupayakan efisiensi dan efektifitas pemakaian bahan, tenaga dan alat di lapangan.
Membuat laporan harian tentang pelaksanaan dan pengukuran hasil pekerjaan dilapangan.
Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil pekerjaan dilapangan.
Membuat laporan harian tentang pelaksanaan pekerjaan, agar selalu sesuai dengan metode konstruksi
dan instruksi kerja yang telah ditetapkan.
Menerapkan program keselamatan kerja dan kebersihan di lapangan.
Owner atau pemilik proyek konstruksi
Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instansi yang memiliki proyek atau pekerjaan dan
memberikanya kepada pihak lain yang mampu melaksanakanya sesuai dengan perjanjian kontrak kerja.
Untuk merealisasikan proyek, owner mempunyai kewajiban pokok yaitu menyediakan dana untuk
membiayai proyek.
Tugas pemilik proyek atau owner adalah:
Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek.
Mengadakan kegiatan administrasi.
Memberikan tugas kepada kontraktor atau melaksanakan pekerjaan proyek.
Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas atau manajemen konstruksi (MK)
Menerima proyek yang sudah selesai dikerjakan oleh kontraktor.
Wewenang yang dimiliki pemilik proyek atau owner adalah :
Membuat surat perintah kerja ( SPK )
Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah direncanakan.
Meminta pertanggungjawaban kepada para pelaksana proyek atas hasil pekerjaan konstruksi.
Memutuskan hubungan kerja dengan pihak pelaksana proyek yang tidak dapat melaksanakan
pekerjaanya sesuai dengan isi surat perjanjian kontrak.
Konsultan perencana dalam pelaksanaan proyek
Konsultan perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan
perencanaan, perencana dapat berupa perorangan atau badan usaha baik swasta maupun pemerintah.
Tugas konsultan perencana dalam pelaksanaan proyek konstruksi adalah:
Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan pemilik bangunan.
Membuat gambar kerja pelaksanaan.
Membuat rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan bangunan (RKS) sebagai pedoman pelaksanaan.
Membuat rencana anggaran biaya bangunan.
Memproyeksikan keinginan-keinginan atau ide-ide pemilik ke dalam desain bangunan.
Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan pelaksanaan pekerjaan dilapangan yang tidak
memungkinkan desain terwujud di wujudkan.
Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi kegagalan konstruksi.
Kemudian proses pelaksanaanya diserahkan kepada konsultan pengawas
Wewenang konsultan perencana adalah:
Mempertahankan desain dalam hal adanya pihak-pihak pelaksana bangunan yang melaksanakan
pekerjaan tidak sesuai dengan rencana.
Konsultan Pengawas dalam pelaksanaan proyek
Konsultan pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek (owner) untuk melaksanakan
pekerjaan pengawasan. Konsultan pengawas dapat nerupa badan usaha atau perorangan.
Konsultan pengawas dalam suatu proyek mempunyai tugas sebagai berikut :
Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak kerja.
Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan proyek.
Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek
Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik proyek maupun kontraktor
dalam proyek pelaksanaan pekerjaan.
Konsultan pengawas juga memilik wewenang sebagai berikut:
Memperingatkan atau menegur pihak peleksana pekerjaan jika terjadi penyimpangan terhadap kontrak
kerja.
Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak tidak memperhatikan peringatan yang
diberikan.
Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek.
Konsultan pengawas berhak memeriksa gambar shop drawing pelaksana proyek.
Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan (site Instruction)

Part 2
Pendekatan mengenai tahapan proyek secara umum adalah mengidentifikasi urutan langkah yang harus
diselesaikan. Dalam "pendekatan tradisional" ini, lima komponen perkembangan proyek dapat
dibedakan (empat tahap ditambah kontrol) dan ditambah lagi tahapan penyelesaian proyek, yang dapat
juga dapat disebut "Siklus Kehidupan Proyek" (Project Life Cycle). Secara umum, siklus hidup proyek
merupakan suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana sebuah proyek
direncanakan, dikontrol, dan diawasi sejak proyek disepakati untuk dikerjakan hingga tujuan akhir proyek
tercapai. Terdapat lima tahap kegiatan utama yang dilakukan dalam siklus hidup proyek yaitu :
inisiasi;
perencanaan dan desain;
pelaksanaan dan konstruksi;
pemantauan dan sistem pengendalian;
penyelesaian.
Tahap Inisiasi
Tahap inisiasi proyek merupakan tahap awal kegiatan proyek sejak sebuah proyek disepakati untuk
dikerjakan. Pada tahap ini, permasalahan yang ingin diselesaikan akan diidentifikasi. Beberapa pilihan
solusi untuk menyelesaikan permasalahan juga didefinisikan. Sebuah studi kelayakan dapat dilakukan
untuk memilih sebuah solusi yang memiliki kemungkinan terbesar untuk direkomendasikan sebagai
solusi terbaik dalam menyelesaikan permasalahan. Ketika sebuah solusi telah ditetapkan, maka seorang
manajer proyek akan ditunjuk sehingga tim proyek dapat dibentuk.
Tahap Perencanaan dan Desain
Ketika ruang lingkup proyek telah ditetapkan dan tim proyek terbentuk, maka aktivitas proyek mulai
memasuki tahap perencanaan. Pada tahap ini, dokumen perencanaan akan disusun secara terperinci
sebagai panduan bagi tim proyek selama kegiatan proyek berlangsung. Adapun aktivitas yang akan
dilakukan pada tahap ini adalah membuat dokumentasi project plan, resource plan, financial plan, risk
plan, acceptance plan, communication plan, procurement plan, contract supplier dan perform phare
review.
Tahap Eksekusi (Pelaksanaan proyek dan/atau Konstruksi)
Dengan definisi proyek yang jelas dan terperinci, maka aktivitas proyek siap untuk memasuki tahap
eksekusi atau pelaksanaan proyek. Pada tahap ini, deliverables atau tujuan proyek secara fisik akan
dibangun. Seluruh aktivitas yang terdapat dalam dokumentasi project plan akan dieksekusi.
Tahap Pemantaun dan sistem Pengendalian
Sementara kegiatan pengembangan berlangsung, beberapa proses manajemen perlu dilakukan guna
memantau dan mengontrol penyelesaian deliverables sebagai hasil akhir proyek.
Tahap Penutupan
Tahap ini merupakan akhir dari aktivitas proyek. Pada tahap ini, hasil akhir proyek (deliverables project)
beserta dokumentasinya diserahkan kepada pelanggan, kontak dengan supplier diakhiri, tim proyek
dibubarkan dan memberikan laporan kepada semua stakeholder yang menyatakan bahwa kegiatan
proyek telah selesai dilaksanakan. Langkah akhir yang perlu dilakukan pada tahap ini yaitu melakukan
post implementation review untuk mengetahui tingkat keberhasilan proyek dan mencatat setiap
pelajaran yang diperoleh selama kegiatan proyek berlangsung sebagai pelajaran untuk proyek-proyek
dimasa yang akan datang.
Organisasi Proyek[vague]
Tahapan ini merupakan tahapan proyek sebelum kemudian ditutup (penyelesaian). Namun tidak semua
proyek akan melalui setiap tahap, artinya proyek dapat dihentikan sebelum mereka mencapai
penyelesaian. Beberapa proyek tidak mengikuti perencanaan terstruktur dan / atau proses pemantauan.
Beberapa proyek akan melalui langkah 2, 3 dan 4 beberapa kali.
Banyak industri menggunakan variasi pada tahap-tahapan proyek ini. Sebagai contoh, ketika bekerja
pada sebuah perencanaan desain dan konstruksi, proyek biasanya akan melalui tahapan dengan nama
yang berbeda-beda seperti pada tahapan Perencanaan dengan nama: Pra-Perencanaan, Desain
Konseptual, Desain Skema, Pengembangan Desain, Gambar Konstruksi (atau Dokumen Kontrak),
dan/atau Administrasi Konstruksi.
Topik lainnya
Manajemen Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang sifatnya hanya dilakukan satu kali. Pada
umumnya proyek konstruksi memiliki jangka waktu yang pendek. Di dalam rangkaian kegiatan proyek
kontstruksi tersebut, biasanya terdapat suatu proses yang berfungsi untuk mengolah sumber daya
proyek sehingga dapat menjadi suatu hasil kegiatan yang menghasilkan sebuah bangunan. Adapun
proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya akan melibatkan pihak-pihak yang
terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan terlibatnya banyak pihak dalam sebuah
proyek konstruksi maka hal ini dapat menyebabkan potensi terjadinya konflik juga sangat besar sehingga
dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa proyek konstruksi sebenarnya mengandung konflik yang cukup
tinggi juga.
Manajemen Konstruksi pada umumnya akan meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu.
manajemen material serta manjemen tenaga kerja. Pada prinsipnya, dalam manajemen konstruksi,
manajemen tenaga kerja merupakan salah satu hal yang akan lebih ditekankan. Hal ini disebabkan
manajemen perencanaan hanya berperan sekitar 20% dari rencana kerja proyek. Sisanya manajemen
pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan waktu proyek. Adapun fungsi dari
manajemen konstruksi yaitu :
Sebagai Quality Control sehingga dapat menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi di lapangan yang tidak pasti serta mengatasi kendala
terjadinya keterbatasan waktu pelaksanaan
Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai. Hal itu dilakukan dengan opname (laporan)
harian, mingguan dan bulanan
Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan dalam pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah yang
terjadi di lapangan
Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sebuah sistem informasi yang baik yang dapat digunakan
untuk menganalisis performa dilapangan
Manajemen Waktu Proyek
Manajemen waktu proyek merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang manajer
proyek. Manajemen waktu proyek dibutuhkan manajer proyek untuk memantau dan mengendalikan
waktu yang dihabiskan dalam menyelesaikan sebuah proyek. Dengan menerapkan manajemen waktu
proyek, seorang manajer proyek dapat mengontrol jumlah waktu yang dibutuhkan oleh tim proyek untuk
membangun deliverables proyek sehingga memperbesar kemungkinan sebuah proyek dapat diselesaikan
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Terdapat beberapa proses yang perlu dilakukankan seorang
manajer proyek dalam mengendalikan waktu proyek yaitu :
Mendefinisikan aktivitas proyek
Merupakan sebuah proses untuk mendefinisikan setiap aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan proyek.
Urutan aktivitas proyek
Proses ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan hubungan antara tiap-tiap aktivitas
proyek.
Estimasi aktivitas sumber daya proyek
Estimasi aktivitas sumber daya proyek bertujuan untuk melakukan estimasi terhadap penggunaan
sumber daya proyek.
Estimasi durasi kegiatan proyek
Proses ini diperlukan untuk menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
proyek.
Membuat jadwal proyek
Setelah seluruh aktivitas, waktu dan sumber daya proyek terdefinisi dengan jelas, maka seorang manager
proyek akan membuat jadwal proyek. Jadwal proyek ini nantinya dapat digunakan untu menggambarkan
secara rinci mengenai seluruh aktivitas proyek dari awal pengerjaan proyek hingga proyek diselesaikan.
Mengontrol dan mengendalikan jadwal proyek
Saat kegiatan proyek mulai berjalan, maka pengendalian dan pengontrolan jadwal proyek perlu
dilakukan. Hal ini diperlukan untuk memastikan apakah kegiatan proyek berjalan sesuai dengan yang
telah direncanakan atau tidak.
Setiap proses di atas setidaknya terjadi sekali dalam setiap proyek dan dalam satu atau lebih tahapan
proyek. FWDNJK9QE2EJ
Manajemen Ruang Lingkup Proyek
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang manajer proyek handal adalah kemampuan
dalam melakukan manajemen ruang lingkup proyek. Dalam hal ini, seorang manajer proyek harus
mampu memastikan bahwa seluruh aktivitas yang dilakukan dalam proyek adalah aktivitas yang
berhubungan dengan proyek dan aktivitas tersebut telah memenuhi kebutuhan proyek. Dengan kata
lain, manajemen ruang lingkup proyek memiliki fungsi untuk mendefinisikan serta mengendalikan
aktivitas-aktivitas apa yang bisa dilakukan dan aktivitas-aktivitas apa saja yang tidak boleh dilakukan
dalam menyelesaikan suatu proyek. Terdapat beberapa proses yang perlu dilakukan seorang manajer
proyek dalam melakukan manajemen ruang lingkup proyek, yaitu :
Perencanaan ruang lingkup proyek
Pada tahap ini, manajer proyek akan mendokumentasikan bagaimana ruang lingkup proyek akan
didefinisikan, diverifikasi, dikontrol dan menentukan bagaimana WBS akan dibuat serta merencanakan
bagaimana mengendalikan perubahan akan ruang lingkup proyek.
Mendefinisikan ruang lingkup proyek
Pada tahap ini, ruang lingkup proyek akan didefinisikan secara terperinci sebagai landasan untuk
pengambilan keputusan proyek dimasa depan.
Membuat Work Breakdown Structure
WBS merupakan pembagian deliverables proyek berdasarkan kelompok kerja. WBS dibutuhkan karena
pada umumnya dalam sebuah proyek biasanya melibatkan banyak orang dan deliverables, sehingga
sangat penting untuk mengorganisasikan pekerjaan-pekerjaan tersebut menjadi bagian-bagian yang
lebih terperinci lagi.
Melakukan verifikasi ruang lingkup proyek
Tahap ini merupakan tahap dimana final project scope statement diserahkan kepada stakeholder untuk
diverifikasi.
Melakukan kontrol terhadap ruang lingkup proyek
Dalam pelaksanaan proyek, tidak jarang ruang lingkup proyek mengalami perubahan. Untuk itu, perlu
dilakukannya kontrol terhadap perubahan ruang lingkup proyek. Perubahan yang tidak terkendali, akan
mengakibatkan meluasnya ruang lingkup proyek.

Kompetensi Yang Harus Dimiliki Seorang Manajer Proyek


Seorang manager proyek merupakan seorang professional dalam bidang manajemen proyek. Manajer
proyek memiliki tanggung jawab untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan dan penutupan sebuah
proyek yang biasanya berkaitan dengan bidang industri kontruksi, arsitektur, telekomunikasi dan
informasi teknologi. Untuk menghasilkan kinerja yang baik, sebuah proyek harus dimanage dengan baik
oleh manajer proyek yang berkualitas baik serta memiliki kompetensi yang disyaratkan. Seorang manajer
proyek yang baik harus memiliki kompetensi yang mencakup unsur ilmu pengetahuan (knowledge),
kemampuan (skill) dan sikap (attitude). Ketiga unsur ini merupakan salah satu faktor penting dalam
menentukan keberhasilan proyek. Sebuah proyek akan dinyatakan berhasil apabila proyek dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu, ruang lingkup dan biaya yang telah direncanakan. Manajer proyek
merupakan individu yang paling menentukan keberhasilan / kegalan proyek. Karena dalam hal ini
manajer proyek adalah orang yang memegang peranan penting dalam mengintegrasikan,
mengkoordinasikan semua sumber daya yang dimiliki dan bertanggung jawab sepenuhnya atas
kenberhasilan dalam pencapaian sasaran proyek. Untuk menjadi manajer proyek yang baik, terdapat 9
ilmu yang harus dikuasai. Adapun ke sembilan ilmu yang dimaksud antara lain :
Manajemen Ruang Lingkup;
Manajemen Waktu;
Manajemen Biaya;
Manajemen Kualitas;
Manajemen Sumber Daya Manusia;
Manajemen Pengadaan;
Manajemen Komunikasi;
Manajemen Resiko;
Manajemen Integrasi.
Seorang manajer proyek yang baik juga harus mempersiapkan dan melengkapi kemampuan diri sendiri
yang bisa diperoleh melalui kursus manajemen proyek. Adapun panduan referensi standart internasional
yang kerap dipergunakan dalam bidang manajemen proyek adalam PMBOK (Project Management Body
Of Knowledge). Setelah seorang manajer proyek dirasa cukup menguasai bidang pekerjaan yang sedang
dijalani, maka disarankan untuk dapat mengambil sertifikasi manajemen proyek. Mereka yang berhasil
mendapatkan sertifikasi ini akan memperoleh gelar PMP (Project Management Professional) dibelakang
namanya sebagai bukti dimilikinya kemampuan terkait.
Tipe Organisasi di dalam Proyek
Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak rutin, memiliki keterbatasan
terhadap waktu, anggaran dan sumber daya serta memiliki spesifikasi tersendiri atas produk yang akan
dihasilkan. Dengan adanya keterbatasan-keterbatasan dalam mengerjakan suatu proyek, maka sebuah
organisasi proyek sangat dibutuhkan untuk mengatur sumber daya yang dimiliki agar dapat melakukan
aktivitas-aktivitas yang sinkron sehingga tujuan proyek bisa tercapai. Organisasi proyek juga dibutuhkan
untuk memastikan bahwa pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara yang efisien, tepat waktu dan sesuai
dengan kualitas yang diharapkan.
Secara umum, terdapat 4 jenis organisasi proyek yang biasa digunakan dalam menyelesaikan suatu
proyek. Adapun jenis-jenis organisasi proyek yang dimaksud antara lain :
Organisasi Proyek Fungsional
Dalam organisasi proyek fungsional, susunan organisasi proyek dibentuk dari fungsi-fungsi yang terdapat
dalam suatu organisasi. Organisasi ini biasanya digunakan ketika suatu bagian fungsional memiliki
kepentingan yang lebih dominan dalam penyelesaian suatu proyek. Top manajer yang berada dalam
fungsi tersebut akan diberikan wewenang untuk mengkoordinir proyek. Adapun beberapa kelebihan
yang terdapat dalam organisasi proyek ini antara lain proyek dapat diselesaikan dengan struktur dasar
fungsional organisasi induk, memiliki fleksibilitas maksimum dalam penggunaan staf, adanya pembauran
berbagai jenis keahlian bagi tiap-tiap fungsi serta peningkatan terhadap profesionalisme pada sebuah
divisi fungsional. Sedangkan beberapa kelemahan yang ditemui dalam organisasi proyek fungsional
antara lain proyek biasanya kurang fokus, terdapat kemungkinan terjadinya kesulitan integrasi antar tiap-
tiap fungsi, biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama serta motivasi orang-orang yang terdapat
dalam organisasi menjadi lemah.
Organisasi Proyek Tim Khusus
Dalam organisasi proyek tim khusus, organisasi akan membentuk tim yang bersifat independen. Tim ini
bisa direkrut dari dalam dan luar organisasi yang akan bekerja sebagai suatu unit yang terpisah dari
organisasi induk. Seorang manajer proyek full time akan ditunjuk dan diberi tanggung jawab untuk
memimpin tenaga-tenaga ahli yang terdapat dalam tim. Adapun beberapa kelebihan yang terdapat
dalam organisasi proyek tim khusus yakni tim akan terbentuk dengan bagian-bagian yang lengkap dan
memiliki susunan komando tunggal sehingga tim proyek memiliki wewenang penuh atas sumber daya
yang ada untuk mencapai sasaran proyek, sangat dimungkinkan ditanggapinya perubahan serta dapat
diambil sebuah keputusan dengan tepat dan cepat karena keputusan tersebut dibuat oleh tim dan tidak
menunda hierarki, status tim yang mandiri akan menumbuhkan identitas dan komitmen anggotanya
untuk menyelesaikan proyek dengan baik, jalur komunikasi dan arus kegiatan menjadi lebih singkat,
mempermudah koordinasi maupun integrasi personel serta orientasi tim akan lebih kuat kepada
kepentingan penyelesaian proyek. Sedangkan beberapa kelemahan yang ditemukan dalam organisasi
proyek ini adalah biaya proyek menjadi besar karena kurang efisien dalam membagi dan memecahkan
masalah dalam penggunaan sumber daya, terdapat kecendrungan terjadinya perpecahan antara tim
proyek dengan organisasi induk serta proses transisi anggota tim proyek untuk kembali ke fungsi semula
jika proyek telah selesai akan terasa sulit karena telah meninggalkan departemen fungsionalnya dalam
waktu yang lama.
Organisasi Proyek Matriks
Organisasi proyek matriks merupakan suatu organisasi proyek yang melekat pada divisi fungsional suatu
organisasi induk. Pada dasarnya organisasi ini merupakan penggabungan kelebihan yang terdapat dalam
organisasi fungsional dan organisasi proyek khusus. Beberapa kelebihan yang terdapat dalam bentuk
organisasi ini yaitu manajer proyek bertanggung jawab penuh kepada proyek, permasalahan yang terjadi
dapat segera ditindaklanjuti, lebih efisien karena menggunakan sumber daya maupun tenaga ahli yang
dimiliki pada beberapa proyek sekaligus serta para personel dapat kembali ke organisasi induk semula
apabila proyek telah selesai. Adapun beberapa kekurangan yang terdapat dalam bentuk organisasi
proyek ini antara lain manajer proyek tidak dapat mengambil keputusan mengenai pelaksanaan
pekerjaan dan kebutuhan personel karena keputusan tersebut merupakan wewenang dari pada
departemen lain, terdapat tingkat ketergantungan yang tinggi antara proyek dan organisasi lain
pendukung proyek serta terdapat dua jalur pelaporan bagi personel proyek karena personel proyek
berada dibahwah komando pimpinan proyek dan departemen fungsional.
Organisasi Proyek Virtual
Organisasi proyek virtual adalah suatu bentuk organisasi proyek yang merupakan aliansi dari beberapa
organisasi dengan tujuan untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Struktur kolaborasi ini terdiri dari
beberapa organisasi lain yang saling bekerjasama dan berada disekelilin perusahaan inti. Adapun
beberapa kelebihan yang terdapat dalam susunan organisasi proyek virtual ini antara lain terjadi
pengurangan biaya yang signifikan, cepat beradaptasi dengan pesatnya perkembangan teknologi serta
adanya peningkatan terhadap fleksibilitas usaha. Sedangkan beberapa kekurangan yang terdapat dalam
organisasi ini yakni proses koordinasi keprofesionalan dari berbagai organisasi yang berbeda dapat
menjadi hambatan, terdapat potensi terjadinya kehilangan kontrol pada proyek serta terdapat potensi
terjadinya konflik interpersonal.
Jenis-jenis Proyek
Proyek merupakan aktivitas yang bersifat temporer. Dalam pengerjaannya, selalu ada batasan (time,
scope dan budget) yang mempengaruhi kesuksesan pelaksanaan proyek. Perubahan terhadap salah satu
faktor akan mempengaruhi faktor yang lain. Seluruh aktivitas yang terdapat pada proyek merupakan
sebuah mata rantai yang dimulai sejak dituangkannya ide, direncanakan, kemudian dilaksanakan, sampai
benar-benar memberikan hasil yang sesuai dengan perencanaannya semula.
Dalam kehidupan sehari-hari, dapat terlihat berbagai jenis kegiatan proyek. Jenis-jenis kegiatan proyek
tersebut secara garis besar terkait dengan pengkajian aspek ekonomi, keuangan, permasalahan
lingkungan, desain engineering, marketing, manufaktur, dan lain-lain. Namun, pada kenyataannya,
tidaklah dapat membagi-bagi proyek pada satu jenis tertentu saja, kerena pada umumnya kegiatan
proyek merupakan kombinasi dari beberapa jenis kegiatan sekaligus. Akan tetapi, jika ditinjau dari
aktivitas yang paling dominan yang dilakukan pada sebuah proyek, maka kita dapat mengkategorikan
proyek sebagai berikut :
Proyek Engineering Kontruksi
Dalam kegiatannya, aktivitas yang paling dominan yang dilakukan dalam proyek ini adalah pengkajian
kelayakan, desain engineering, pengadaan dan konstruksi.
Proyek engineering Manufacture
Secara garis besar, kegitan proyek ini meliputi seluruh kegitan yang bersifat untuk menghasilkan produk
baru.
Proyek Pelayanan Manajemen
Dalam pengerjaannya, aktivitas utama dalam proyek ini adalah merancang system informasi manajemen,
merancang program efisiensi dan penghematan, diversifikasi, penggabungan dan pengambilalihan,
memberikan bantuan emergency untuk daerah yang terkena musibag, merancang strategi untuk
mengurangi kriminalitas dan penggunaan obat-obat terlarang dan lain-lain.
Proyek Penelitian dan Pengembangan
Adapun aktivitas utama yang dilakukan dalam pelaksanaan proyek ini meliputi melakukan penelitian dan
pengembangan suatu produk tertentu.
Proyek Kapital
Secara umum, kegiatan yang dilakukan dalam proyek ini biasanya digunakan oleh sebuah badan usaha
atau pemerintah, misalnya pembebasan tanah, penyiapan lahan dan pembelian material.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat juga ditarik suatu kesimpulan yaitu bahwa dalam suatu jenis
proyek yang memiliki beberapa aktivitas sekaligus, maka pembagiannya merupakan kombinasi. Proyek
pembuatan sumur minyak dan gas, jika ditinjau dari segi pembangunannya dapat dikategorikan sebagai
proyek engineering konstruksi. Namun, dari seluruh tahapan dan biaya yang dibutuhkan pada
pelaksanaannya dapat dikategorikan sebagai proyek capital.

(garis besar hal – hal yang mempengaruhi proyek konstruksi)

7 Faktor Kunci Kesuksesan Proyek dan Bagaimana Menentukan Kriteria Sukses Manajemen Proyek
Keberhasilan suatu manajemen dalam melaksanakan proyek dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling
berhubungan satu dengan lainnya. Ada pihak-pihak yang terkait dan faktor lain yang berhubungan.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi hasil dari manajemen proyek adalah:
Organisasi. Organisasi adalah otak utama sebagai pengambil kebijakan. Untuk mencapai sukses
manajemen proyek, organisasi harus mengambil kebijakan yang benar dan memberikan dukungan
penuh pada manajer proyek dan tim.
Manajer proyek. Manajer proyek merupakan ujung tombak pelaksanaan proyek. Untuk keberhasilan
proyek dibutuhkan seorang manajer yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, dan
pengalaman dalam memimpin suatu proyek, memberikan bimbingan pada anggota, dan memiliki
kecepatan dalam berpikir untuk menyelesaikan masalah dengan cepat. Oleh karena itulah, manajer
proyek tidak boleh dipilih secara sembarangan.
Tim proyek. Tim proyek adalah pelaksana di lapangan. Mereka harus memiliki pengetahuan, ketrampilan,
dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan kedudukan dan tanggung jawab masing-
masing. Selain itu, kesuksesan hanya bisa diraih jika seluruh anggota tim memiliki kemampuan
komunikasi yang baik dengan manajer maupun sesama anggota tim sehingga semua pekerjaan menjadi
jelas dan tidak terjadi kesalahpahaman. Lalu, yang tidak kalah penting adalah komitmen para anggota
tim untuk melaksanakan proyek dengan optimal. Oleh karena itulah, anggota tim harus dipilih secara
teliti.
Proyek yang dilaksanakan. Jenis proyek yang dipilih bisa mempengaruhi hasil. Proyek yang mendesak
tentunya memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dan kemungkinan gagal juga tinggi. Proyek baru
yang belum pernah dicoba, tentunya juga memiliki tingkat kemungkinan gagal atau setidaknya
kemungkinan munculnya masalah yang cukup tinggi.
Tahapan manajemen proyek. Manajemen proyek pada dasarnya adalah tentang cara-cara untuk
mengelola dan mengatur proyek. Demi kesuksesan, ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan secara
tepat yaitu pendefinisian proyek, perencanaan, pembentukan tim pelaksana, koordinasi dan
pengendalian, evaluasi, dan penutupan proyek.
Pengaruh luar. Faktor eksternal yang berasal dari luar organisasi sangatlah memberi pengaruh para
proyek. Faktor alam, sosial budaya, teknologi, politik, ekonomi, dan masih banyak lagi pengaruh dari luar
bisa memberikan keuntungan, tetapi bisa juga merugikan. Faktor-faktor eksternal ini harus
diperhitungkan dengan baik.
Metodologi Manajemen Proyek. Metodologi proyek apa yang digunakan? Ini terkait dengan jenis proyek
apa yang dikerjakan. Apabila proyek konstruksi, apakah cocok digunakan model Agile Manajemen Proyek
yang sangat cepat respond terhadap perubahan, atau metodologi Lean. Apakah untuk proyek untuk
membuat smart phone yang cepat perubahan baik fitur maupun teknologi, cocok menggunakan model
waterfall?, yaitu metodologi dengan pendekatan tahapan-tahapan dan bersifat predictive. Pastinya
konsep dasar ilmu manajemen proyek harus dimengerti oleh orang yang terlibat di dalam proyek. Sesuai
dengan PMBOK, buku referensi manajemen proyek yang bisa secara global di-implementasikan untuk
semua industri, atau PRINCE. Pada gilirannya perusahaan atau organisasi bisa mengembangkan kerangka
kerja manajemen proyek yang sesuai dan terbukti dapat digunakan untuk mengelola proyek dan sukses
di-implementasikan.
Sukses manajemen proyek, dalam artian sukses mengelola jalannya proyek mulai dari tahap inisiasi
hingga ke tahap penutupan proyek, sering dianggap sebagai konsep yang samar karena pihak-pihak yang
terlibat dengan proyek bisa saja memiliki pengertian dan penafsiran yang berbeda tentang suksesnya
suatu proyek. Sebagai contoh, pihak pelaksana proyek sering melihat kesuksesan dari keberhasilan tim
melaksanakan proyek sesuai dengan perencanaan dan tujuan proyek yang telah ditetapkan sebelumnya.
Proyek dianggap sukses apabila dikerjakan sesuai waktu, sesuai ruang lingkup dan sesuai budget. Kadang
definisi sukses hanya untuk memenuhi KPI saja, yang sifat-nya sepihak untuk karir seorang Manajer
Proyek atau Sponsor Proyek. Dilain pihak, pengguna melihat kesuksesan dari tingkat kepuasan mereka.
Oleh karena itu, kesuksesan suatu proyek bisa diklasifikasikan sebagai kesuksesan pelaksanaan,
kesuksesan hasil, dan kesuksesan proyek secara keseluruhan yang merupakan perpaduan antara sukses
pelaksanaan dan sukses hasil. Tentunya, yang diinginkan oleh organisasi adalah kesuksesan proyek secara
keseluruhan karena memuaskan semua pihak.
Masing-masing faktor yang disebutkan saling mempengaruhi dan terkait, kita tidak boleh memandang
sebelah mata pada salah satu faktor. Semuanya harus ditentukan, dijalankan, dan dievaluasi dengan baik
agar bisa tercapai sukses manajemen proyek dan proyek yang di-implementasikan dapat memberikan
nilai tambah dan benefit buat semua stakeholder proyek.

(kemampuan manajemen)
Kompetensi yang Harus Dikuasai Oleh Project Manager
Mengelola sebuah proyek bukan hanya berbicara teknis dan organisatoris. Manajemen Proyek
merupakan pengelolaan sumbar daya manusia. Komunikasi dan teamworking yang buruk, kurangnya
dukungan manajemen atau buruknya perencanaan merupakan alasan utama kegagalan. Kemampuan
yang dapat menentukan kesuksesan dari sebuah proyek tergantung dari kemampuan untuk mengelola
intangible skills yang lebih. Kesuksesan sebuah proyek tergantung dari siapa yang mengelolanya.
Seorang manajer proyek bertugas mengimplementasikan rencana proyek dan pelaksanaannya, selain itu
juga mereka bertanggung jawab untuk membina hubungan kooperatif dengan para pihak yang terlibat
baik dalam struktur horizontal maupun vertical. Jika terjadi hal yang tidak diharapkan, manajer proyek
langsung menjaga dan mengantisipasi agar proyek berjalan sesuai rencana. Adakalanya mereka harus
keluar jalur untuk melakukan inovasi untuk merespon peluang dan ancaman yang tak terduga
(Grey&Larson, 2006).
Selain itu manajer proyek juga bertugas untuk menintegrasikan sumber daya sesuai dengan posisi dan
jadwal yang sudah dibuat dalam perencanaan. Akan tetapi, menjadi seorang pengelola yang sukses juga
harus menjadi seorang pemimpin. Banyak pengalaman berharga dari proyek-proyek sukses bahwa
leadership sangat berperan dalam hal pengelolaan. Di mana kepemimpinan akan memiliki pengaruh
dalam mengarahkan timnya, maupun menjalin hubungan dengan pihak luar yang terlibat didalamnya.
Karena sebuah proyek akan selalu berkaitan dengan berbagai pihak, entah itu klien, anggota tim,
supplier, dan sebagainya. Kepemimpinan ini juga akan dapat mengatasi hal-hal ketidakpastian yang
dihadapi sebuah proyek.
Secara umum, manajer proyek akan bekerja dalam tekanan. Mereka akan berhadapan dengan
manajemen prioritas baik dari segi kegiatan ataupun dari segi hubungan, demikian juga ketika terjadi
suatu konflik di dalamnya yang harus diselesaikan agar tidak menganggu jalannya proyek. Karena itu
dibutuhkan stamina yang kuat, manajemen emosi yang baik, dan kejernihan dalam berpikir secara
mendalam dan cemerlang untuk menemukan solusi terbaik dari alternatif solusi yang ditawarkan oleh
tim proyek.

Shtub (1994)
menggambarkan diagram kemampuan yang penting untuk dimiliki oleh seorang manajer proyek.
Diantaranya adalah:
Budgeting and Cost Skills
Kemampuan dalam hal membuat anggaran biaya proyek memiliki peran yang sangat penting. Dengan
demikian manajer proyek dituntut untuk memiliki pengetahuan dalam hal analisis biaya proyek, analisis
kelayakan investasi agar keuangan proyek dapat berjalan optimal sesuai dengan keinginan penyedia
dana.
Time Management Skills
Perencanaan proyek membutuhkan kemampuan untuk menjadwalkan proyek. Disini manajer proyek
dituntut untuk dapat mengelola waktu secara baik agar proyek dapat selesai tepat waktu seperti yang
diharapkan. Untuk mengelola waktu ini manajer proyek harus mendefinisikan aktivitas yang diperlukan.
Selain itu manajer proyek harus mampu memperkirakan waktu bagi setiap aktivitas secara realistis.
Kemudian, manajer proyek harus mengatur waktu peringatan untuk mengindikasikan tanggal-tanggal
kritis selama proyek berlangsung.
Technical Skills
Kemampuan teknis melingkupi pengetahuan dan pengalaman dalam hal proyek itu sendiri, dengan
mengetahui prosedur-prosedur dan mekanisme proyek. Kemampuan teknis biasanya di dapat dari
penimbaan ilmu khusus di bangku formal, misalnya Institut Manajemen Proyek, dan sebagainya.
Leadership Skills
Kepemimpinan menjadi salah satu peranan penting yang dimiliki oleh seorang manajer proyek. Apa yang
dilakukan oleh manajer proyek menandakan bagaimana seharusnya orang lain atau timnya bekerja.
Dengan ini manajer proyek dapat mempengaruhi bagaimana orang lain dapat bertindak dan bereaksi
terhadap isu-isu proyek. Grey&Larson (2006) memberikan contoh gaya kepemimpinan dengan memberi
teladan sebagai syarat menuju manajer proyek yang efektif. Ada enam aspek yang melingkupinya, antara
lain :

Prioritas, hal ini berbicara mengenai penggunaan waktu. Manajer proyek memerlukan banyak waktu
untuk mengamati sebuah pengujian kritis daripada menunggu laporan.
Urgensi, dengan meningkatkan pola interaksi dengan tim seperti laporan dan rapat penting dengan
sering akan membuat tim merasa bahwa pekerjaan ini sangat penting. Ketika tim sudah memiliki
kesadaran seperti ini, maka tidak ada yang akan meremehkan suatu aktivitas di dalam proyek.
Pemecahan masalah, manajer proyek yang aefektif akan lebih memusatkan kepada bagaimana tim dapat
mengubah masalah menjadi kesempatan atau apa yang dipelajari dari suatu kesalahan untuk lebih
proaktif dalam memecahkan masalah.
Kerjasama, berbicara mengenai bagaimana manajer proyek bertindak terhadap orang luar dan
memengaruhi bagaimana anggota tim berinteraksi dengan orang luar.
Standar Kinerja, manajer proyek harus menetapkan standar yang tinggi untuk kinerja proyek melalui
respon yang cepat atas kebutuhan tim, mengikuti isu-isu penting, berprinsip teguh, serta hati-hati dalam
menjalankan pertemuan-pertemuan kritis.
Etika, jika seorang manajer proyek dengan bebas menyalahgunakan atau menahan informasi penting
dari manajemen atas atau pelanggan, hal ini member isyarat kepada anggota tim bahwa perilaku seperti
ini dapat diterima dan dilakukan.
Tjiptono&Diana (2003) mendeskripsikan pemimpin yang baik memiliki karakteristik; tanggung jawab
yang seimbang, Model peranan yang positif, memiliki keterampilan komunikasi yang baik, memiliki
pengaruh yang positif, dan memiliki kemampuan untuk meyakinkan orang lain.

Resource Management and Human Relationship Skills


Pemakaian sumber daya adalah masalah utama bagi para manajer proyek dan merupakan sumber
konflik utama yang terjadi di proyek. Hal ini membutuhkan kemampuan untuk membangun jaringan
social dengan orang-orang yang terlibat di dalam proyek, seperti para stakeholder. Seorang manajer
proyek yang efektif harus mampu untuk menempatkan diri dalam memberikan keterbukaan dan
persahabatan dengan pihak lain, salah satunya dengan menjadi pendengar yang baik.
Communication Skills
Perencanaan sebuah proyek akan menjadi tidak berguna ketika tidak ada komunikasi yang efektif antara
manajer proyek dengan timnya. Setiap anggota tim harus mengetahui tanggung jawab mereka. Kadang,
jadwal perencanaan yang sudah dibuat secara sempurna oleh manajer proyek tidak dijalankan oleh
timnya, tim lebih memilih bekerja dengan aturan mereka sendiri. Hal ini dikarenakan sang manajer tidak
memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diinginkan dalam menjalankan proyek.
Negotiating Skills
Untuk memperoleh simpati dan dukungan dari manajemen atas, kemampuan negosiasi dititik beratkan
disini. Tapi, manajer proyek harus memahami kepentingan manajemen atas sehingga dengan
pemahaman ini manajer proyek dapat melakukan bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih
untuk memperoleh apa yang diinginkan. Selain kemampuan komunikasi yang baik, negosiasi juga
memerlukan strategi dalam menarik dukungan manajemen atas atau sponsor mereka, bagaimanapun,
pihak yang bernegosiasi harus dapat melihat loyalitas sang manajer terhadap mereka, baru kemudian
akan muncul kepercayaan.
Marketing, Contracting, Customer Relationship Skills
Manajer proyek harus memiliki kemampuan untuk memasarkan hasil proyeknya, karena akan sangat
tragis ketika sebuah proyek yang sukses secara implementatif, tetapi outputnya tidak dibutuhkan oleh
para penggunanya. Bagaimanapun apa yang akan dikatakan sang manajer proyek kepada pelanggannya
akan lebih berpengaruh daripada yang mengatakan hanya bagian marketing. Selain itu, kedekatan
dengan konsumen sangat diperlukan. Sang manajer perlu responsif terhadap perubahan kebutuhan dan
persyaratan pelanggan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dalam konsep TQM, kunci utama untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelanggan adalah komunikasi secara terus-menerus dengan pelanggan
maupun antar tim proyek (Tjiptono&Diana, 2003).

Project Manager dan Kompetensi Idealnya


Tantangan karir tertinggi di proyek adalah menjadi PROJECT MANAGER. Di pundaknya tertumpu beban
yang begitu berat. Di awal proyek dia harus cepat memetakan proyek termasuk tim proyeknya.
Menemukan strategi utama dengan segera, eksekusi, dan mengevaluasinya sebagai salah satu bahan
manajemen perubahan yang diperlukan yang terkadang harus dilakukan dengan cepat.
Tulisan ini diambil dari Slovak Journal of Civil Engineering yang ditulis oleh G. Kalinova. Berikut beberapa
hasil penelitian yang penting berikut penjelasannya:
Tabel 1. Portofolio Kompetensi Project Manager
Terlihat ada delapan kompetensi manajerial dalam portofolio kompetensi project manager dan
penjelasannya. Berikutnya dijelaskan masing-masing kompetensi tersebut:

A. Costumer Orientation
Prinsip dasar atas kompetensi ini adalah bahwa seorang project manajer harus dapat meningkatkan nilai
perusahaan atas pemahamannya atas pelanggan dan pasar dengan memberikan kualitas yang baik. Hal
terpenting adalah bahwa project manager harus membangun relasi dengan pelanggan yang
berkelanjutan. Berikut rincian atas kompetensi ini:
Tabel 2. Costumer Orientation
B. Orientation to Target
Kompetensi ini adalah bahwa seorang project manajer harus berfikir dalam konteks perusahaan atas
kelanjutan jangka panjang perusahaan. Berfikir strategis diaplikasikan pada fungsi atau proses, produk
dan market, sebagian atau keseluruhan bagian perusahaan. Hal terpenting adalah bahwa project
manager harus mampu membuat dan mengembangkan strategi. Berikut rincian atas kompetensi ini:

Tabel 3. Orientation to target


C. Change Management
Seorang project manajer harus mampu untuk mencoba melakukan perubahan atau mengembangkan
perusahaan untuk tujuan transformasi sesuai dengan tantangan yang ada. Hal terpenting adalah bahwa
project manager harus mampu menciptakan budaya perubahan dan mampu pula untuk memibilisasi
anggota tim untuk berubah dan berinovasi. Berikut rincian atas kompetensi ini:

Tabel 4. Change Management

D. Behavior in Accordance With Corporate Value


Seorang project manajer harus konsisten atas kata-kata dan perbuatan. Dia harus mengidentifikasi dan
berjuang untuk menjaga nilai-nilai perusahaan. Hal terpenting adalah bahwa project manager harus
mampu untuk membangun struktur organisasi yang memenuhi nilai-nilai perusahaan dan menjadi
teladan atasnya. Berikut rincian atas kompetensi ini:
Tabel 5. Behaviour in accordance with corporate value

E. Development of Team Members


Seorang project manajer harus dapat meningkatkan kemampuan anggota tim proyeknya. Hal terpenting
adalah bahwa project manager harus mampu menciptakan peluang untuk pengembangan karir. Berikut
rincian atas kompetensi ini:

Tabel 6. Development of Team Members


F. Team Management
Seorang project manajer harus memusatkan, membimbing dan membangun tim yang efektif. Hal
terpenting adalah bahwa project manager harus mampu untuk membangun suatu budaya berdasarkan
kinerja yang tinggi dengan cara melibatkan diri dalam mengembangkan tim. Berikut rincian atas
kompetensi ini:

Tabel 7. Team Management

G. Cooperation
Seorang project manajer harus dapat bekerja sama dengan semua pihak terkait dalam rangka
pemenuhan obyektif perusahaan. Hal terpenting adalah bahwa project manager harus mampu untuk
mengembangkan relasi dan menggunakannya. Berikut rincian atas kompetensi ini:

Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi
oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Sehingga pengertian proyek konstruksi adalah suatu upaya
untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan atau infrastruktur. Bangunan ini pada umumnya
mencakup pekerjaan pokok yang termasuk di dalamnya bidang teknik sipil dan arsitektur, juga tidak
jarang melibatkan disiplin lain seperti teknik industri, teknik mesin, elektro dan sebagainya.
Manajemen proyek konstruksi adalah proses penerapan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan,
pelaksanaan dan penerapan) secara sistimatis pada suatu proyek dengan menggunkan sumber daya yang
ada secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal.
Manajemen Konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu. manajemen material dan
manjemen tenaga kerja yang akan lebih ditekankan. Hal itu dikarenakan manajemen perencanaan
berperan hanya 20% dan sisanya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan
waktu proyek.
Manajemen konstruksi memiliki beberapa fungsi antara lain :
Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan yang tidak pasti dan mengatasi kendala
terbatasnya waktupelaksanaan
Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan dengan opname (laporan)
harian, mingguan dan bulanan
Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah yang terjadi
di lapangan
Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang baikuntuk menganalisis performa
dilapangan
Tujuan Manajemen Konstruksi
Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan
pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan
(spesification) untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu
bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu
diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu ( Quality Control ) , pengawasan biaya ( Cost Control ) dan
pengawasan waktu pelaksanaan ( Time Control ).
Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan, namun dapat juga
pada tahap – tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep MK dapat
diterapkan pada tahap – tahap proyek sebagai berikut
Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek dengan sistem
MK, disini mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan – masukan dan atau
keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh tahapan
proyek, mulai dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek.
Tim MK sudah berperan sejak awal disain, pelelangan dan pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu
proyek dinyatakan layak (‘feasible “) mulai dari tahap disain.
Tim MK akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam penyempurnaan disain sampai proyek
selesai, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan setelah tahap disain
MK berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau
pengawasan, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan mulai tahap pelaksanaan dengan menekankan
pemisahan kontrak – kontrak pelaksanaan untuk kontraktor.
Peranan Manajemen Konstruksi
Peranan MK pada tahapan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi :
Agency Construction Manajement (ACM)
Pada sistim ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak pemilik dan berfungsi
sebagai koordinator “penghubung” (interface) antara perancangan dan pelaksanaan serta antar para
kontraktor. Konsultan MK dapat mulai dilibatkan mulai dari fase perencanaan tetapi tidak menjamin
waktu penyelesaian proyek, biaya total serta mutu bangunan. Pihak pemilik mengadakan ikatan kontrak
langsung dengan beberapa kontraktor sesuai dengan paket-paket pekerjaan yang telah disiapkan.
Extended Service Construction Manajemen (ESCM)
Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak kontraktor. Apabila perencana
melakukan jasa Manajemen Konstruksi, akan terjadi “konflik-kepentingan” karena peninjauan terhadap
proses perancangan tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal ini akan
menjadi suatu kelemahan pada sistim ini Pada type yang lain kemungkinan melakukan jasa Manajemen
Konstruksi berdasarkan permintaan Pemilik ESCM/ KONTRAKTOR.
Owner Construction Management (OCM)
Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi profesional yang
bertanggungjawab terhadap manajemen proyek yang dilaksanakan
Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM)
Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil pemilik. Disini konsultan
GMPCM tidak melakukan pekerjaan konstruksi tetapi bertanggungjawab kepada pemilik mengenai
waktu, biaya dan mutu. Jadi dalam Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini bertindak
sebagai pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor).

Tabel 8. Cooperation
G. Development Orientation
Seorang project manajer harus mampu untuk melakukan pengembangan yang berkesinambungan. Hal
terpenting adalah bahwa project manager harus percaya diri dengan bekerja dalam motivasi yng tinggi.
Berikut rincian atas kompetensi ini:

Tabel 9. Development Orientation


(Keteknikan)
Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi
oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Sehingga pengertian proyek konstruksi adalah suatu upaya
untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan atau infrastruktur. Bangunan ini pada umumnya
mencakup pekerjaan pokok yang termasuk di dalamnya bidang teknik sipil dan arsitektur, juga tidak
jarang melibatkan disiplin lain seperti teknik industri, teknik mesin, elektro dan sebagainya.
Manajemen proyek konstruksi adalah proses penerapan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan,
pelaksanaan dan penerapan) secara sistimatis pada suatu proyek dengan menggunkan sumber daya yang
ada secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal.
Manajemen Konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu. manajemen material dan
manjemen tenaga kerja yang akan lebih ditekankan. Hal itu dikarenakan manajemen perencanaan
berperan hanya 20% dan sisanya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan
waktu proyek.
Manajemen konstruksi memiliki beberapa fungsi antara lain :
Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan yang tidak pasti dan mengatasi kendala
terbatasnya waktupelaksanaan
Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan dengan opname (laporan)
harian, mingguan dan bulanan
Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah yang terjadi
di lapangan
Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang baikuntuk menganalisis performa
dilapangan
Tujuan Manajemen Konstruksi
Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan
pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan
(spesification) untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu
bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu
diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu ( Quality Control ) , pengawasan biaya ( Cost Control ) dan
pengawasan waktu pelaksanaan ( Time Control ).
Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan, namun dapat juga
pada tahap – tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep MK dapat
diterapkan pada tahap – tahap proyek sebagai berikut
Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek dengan sistem
MK, disini mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan – masukan dan atau
keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh tahapan
proyek, mulai dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek.
Tim MK sudah berperan sejak awal disain, pelelangan dan pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu
proyek dinyatakan layak (‘feasible “) mulai dari tahap disain.
Tim MK akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam penyempurnaan disain sampai proyek
selesai, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan setelah tahap disain
MK berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau
pengawasan, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan mulai tahap pelaksanaan dengan menekankan
pemisahan kontrak – kontrak pelaksanaan untuk kontraktor.
Peranan Manajemen Konstruksi
Peranan MK pada tahapan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi :
Agency Construction Manajement (ACM)
Pada sistim ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak pemilik dan berfungsi
sebagai koordinator “penghubung” (interface) antara perancangan dan pelaksanaan serta antar para
kontraktor. Konsultan MK dapat mulai dilibatkan mulai dari fase perencanaan tetapi tidak menjamin
waktu penyelesaian proyek, biaya total serta mutu bangunan. Pihak pemilik mengadakan ikatan kontrak
langsung dengan beberapa kontraktor sesuai dengan paket-paket pekerjaan yang telah disiapkan.
Extended Service Construction Manajemen (ESCM)
Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak kontraktor. Apabila perencana
melakukan jasa Manajemen Konstruksi, akan terjadi “konflik-kepentingan” karena peninjauan terhadap
proses perancangan tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal ini akan
menjadi suatu kelemahan pada sistim ini Pada type yang lain kemungkinan melakukan jasa Manajemen
Konstruksi berdasarkan permintaan Pemilik ESCM/ KONTRAKTOR.
Owner Construction Management (OCM)
Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi profesional yang
bertanggungjawab terhadap manajemen proyek yang dilaksanakan
Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM)
Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil pemilik. Disini konsultan
GMPCM tidak melakukan pekerjaan konstruksi tetapi bertanggungjawab kepada pemilik mengenai
waktu, biaya dan mutu. Jadi dalam Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini bertindak
sebagai pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor).

Alat dan teknologi


Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi didalam manajemen proyek tergantung pada dua faktor utama
yaitu : sumber daya dan fungsi manajemen. Sumber daya terdiri dari manusia, uang, peralatan, dan
material, sedangkan fungsi manajemen dimaksudkan sebagai kegiatan-kegiatan yang dapat
mengarahkan atau mengendalikan sekelompok orang yang tergabung dalam suatu kerja sama untuk
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Pemilihan alat berat yang akan dipakai merupakan faktor penting dalam keberhasilan suatu proyek. Alat
berat yang dipilih harusnya tepat sehingga proyek/pekerjaan berjalan lancar.
Dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, kegiatan yang dilakukan oleh sumber daya manusia,
ditunjang dengan uang, material dan peralatan, perlu ditata melalui fungsi-fungsi manajemen dalam
batas waktu yang disediakan sehingga memenuhi prinsip efisiensi dan efektivitas.
2.1 Sumber Daya
A. Manusia
Manusia sebagai sumber daya utama diartikan sebagai tenaga kerja baik yang terlibat langsung maupun
tidak terlibat langsung dengan pekerjaan konstruksi. Tenaga yang terlibat langsung adalah tenaga kerja
yang berada pada kelompok pemberi pekerjaan (pengguna jasa), kelompok kontraktor (penyedia jasa),
dan kelompok konsultan (penyedia jasa). Berdasarkan kualifikasinya para tenaga kerja tersebut dapat
dikelompokkan ke dalam “tenaga ahli” dan “tenaga terampil”. Pada Tabel 2.1. disajikan sebutan terhadap
ketiga kelompok tersebut.

B.Uang

Uang merupakan sumber daya sangat penting dalam manajemen proyek. Ketidakcukupan uang, sulit
untuk mengharapkan penyelenggaraan manajemen proyek sesuai dengan ikatan kontrak yang disepakati
antara para pihak yang menandatangani perjanjian kontrak. Seluruh kegiatan penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi pada seluruh kelompok yang terlibat, memerlukan biaya yang besarnya telah disepakati di
dalam surat perjanjian kontrak. Jika terjadi ketidaksepakatan (dispute) dalam pelaksanaan pekerjaan,
biasanya berdampak pada “nilai uang” yang harus disepakati, dokumen kontrak telah mengatur tata cara
penyelesaian hukum yang harus ditempuh.

Uang sangat penting karena seluruh kegiatan pekerjaan konstruksi memerlukan pembiayaan,
menyangkut : rekruitmen manusia (tenaga kerja); penggunaan jasa tenaga kerja (tenaga ahli, tenaga
terampil, tenaga non skill); penggunaan peralatan (alat-alat berat maupun alat-alat laboratorium);
pembelian bahan dan material, pengolahan bahan dan material, baik bagi kelompok pengguna jasa
maupun penyedia jasa. Jadi pengertian “uang” di dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi (civil
works) bukan semata-mata untuk pembiayaan pelaksanaan konstruksi oleh kontraktor, tetapi juga
termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk konsultan perencana, konsultan pengawas dan untuk
pengguna jasa dalam suatu kurun waktu yang telah disepakati.

C. Peralatan
Peralatan dalam pekerjaan konstruksi diartikan sebagai alat lapangan (alat berat), peralatan
laboratorium, peralatan kantor (misalnya computer), dan peralatan lainnya. Dengan menggunakan
peralatan yang sesuai sasaran pekerjaan dapat dicapai dengan ketepatan waktu yang lebih akurat, serta
memenuhi spesifikasi teknis yang telah dipersyaratkan.

i.alat-alat berat
Jenis peralatan dengan variasi kapasitas dan kegunaannya dapat digunakan untuk pekerjaan konstruksi
jalan-jembatan sesuai fungsinya. Berdasarkan jenis peralatan dan fungsinya, dikaitkan dengan jenis
pelaksanaan pekerjaannya dapat dikelompokan sebagaimana tertulis pada Tabel 2.2.
Pemilihan dan pemanfaatan peralatan harus sesuai dengan kebutuhan ditinjau dari jenis, jumlah,
kapasitas maupun waktu yang tersedia. Demikian pula cara penggunaannya, harus mengikuti prosedur
pengoperasian dan perawatannya, sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan.

ii. Peralatan Laboratorium


Peralatan laboratorium diperlukan dalam rangka melakukan pengawasan dan pengendalian mutu atas
pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan oleh kontraktor. Jenis peralatan laboratorium dapat dilihat pada
Tabel 2.3. Jenis, jumlah dan waktu diperlukannya peralatan-peralatan laboratorium tersebut tergantung
pada ruang lingkup kegiatan pengawasan atas pekerjaan konstruksi.
Selain peralatan tersebut ada beberapa peralatan yang spesifik seperti untuk pengujian pondasi soil
cement dan bahan-bahan struktur (beton, pasangan batu dan lain-lain).

D.Bahan

Bahan diartikan sebagai bahan baku natural maupun melalui pengolahan, dan setelah diproses
ditetapkan menjadi item pekerjaan sebagaimana dituangkan di dalam dokumen kontrak. Bahan baku
(tanah, batu, aspal, semen, pasir, besi beton, dll.) dan bahan olahan (agregat, adukan beton, pofil baja
dll.) merupakan sumber daya yang harus diperhitungkan secara cermat, karena pengaruhnya di dalam
perhitungan biaya pekerjaan konstruksi sangat besar. Oleh karena itu lokasi bahan baku perlu secara
cermat ditetapkan berdasar jarak dan volume yang tersedia, memenuhi syarat menjadi bahan olahan.
Survai untuk mendapatkan informasi lokasi bahan baku perlu dilakukan, guna mendapatkan data akurat
sebagai masukan bagi kontraktor dalam menyiapkan penawaran, maupun pada tahap pelaksanaan
pekerjaan.

PERAN ALAT BERAT TERHADAP KEBERHASILAN PROYEK KONSTRUKSI


Dalam bidang teknik sipil, alat-alat berat digunakan untuk membantu dalam melakukan pekerjaan
pembangunan. Alat berat merupakan faktor penting di dalam proyek, terutama proyek-proyek konstruksi
berskala besar. Tujuan penggunaan alat-alat berat tersebut untuk memudahkan dalam mengerjakan
pekerjaan, sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan mudah pada waktu yang relatif lebih
singkat. Alat berat yang umum dipakai pada proyek konstruksi antara lain : dozer; alat gali (excavator)
seperti backhoe, front shovel, clamshell; alat pengangkut seperti loader, truck dan conveyor belt; alat
pemadatan tanah seperti roller dan compactor; dan lain-lain.
Pada saat suatu proyek akan dimulai, kontraktor akan memilih alat berat yang akan digunakan di proyek
tersebut. Pemilihan alat berat yang akan dipakai merupakan salah satu faktor penting dalam
keberhasilan suatu proyek. Alat berat yang dipilih haruslah tepat baik jenis, ukuran maupun jumlahnya,
Ketepatan dalam pemilihan alat berat akan memperlancar jalannya proyek. Kesalahan dalam pemilihan
alat berat dapat mengakibatkan proyek menjadi tidak lancar. Dengan demikian keterlambatan
penyelesaian proyek dapat terjadi. Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan biaya proyek membengkak.
Produktivitas yang kecil dan tenggang waktu yang dibutuhkan untuk pengadaan alat lain yang lebih
sesuai merupakan hal yang menyebabkan biaya tinggi.

Dalam pemilihan alat berat, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, sehingga kesalahan dalam
pemilihan alat dapat dihindari.
Faktor-faktor tersebut antara laim :
Fungsi yang harus dilaksanakan. Alat berat dikelompokkan berdasarkan fungsinya, seperti untuk
menggali, mengangkut, meratakan permukaan, dan lain-lain.
Kapasitar peralatan. Pemilihan alat berat didasarkan pada volume total atau berat material yang harus
diangkut atau dikerjakan. Kapasitas alat yang dipilih harus sesuai, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan
tepat waktu.
Cara operasi. Alat berat dipilih berdasarkan arah gerak (horizontal maupun vertical) dan jarak gerak,
kecepatan, frekuensi gerakan, dan lain-lain.
Pembatasan dari metode yang dipakai. Pembatasan yang mempengaruhi pemilihan alat berat antara lain
: peraturan lalu lintas, biaya, dan pembongkaran. Selain itu, metode konstruksi yang dipakai dapat
membuat pemilihan alat dapat berubah.
Ekonomi. Selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi dan pemeliharaan merupakan
faktor penting di dalam pemilihan alat berat.
Jenis proyek. Ada beberapa jenis proyek yang umumnya menggunakan alat berat. Proyek-proyek
tersebut antara lain : proyek gedung, pelabuhan, jalan, jembatan, irigasi, pembukaan hutan, dam, dan
lain-lain.
Lokasi proyek. Lokasi proyek juga merupakan hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan alat
berat. Sebagai contoh lokasi proyek di dataran tinggi memerlukan alat berat yang berbeda dengan lokasi
proyek di dataran rendah.
Jenis dan daya dukung tanah. Jenis tanah di lokasi proyek dan jenis material yang akan dikerjakan dapat
mempengaruhi alat berat yang akan dipakai. Tanah dapat dalam kondisi padat, lepas, keras, atau lunak.
Kondisi lapangan. Kondisi dengan medan yang sulit dan medan yang baik merupakan faktor lain yang
mempengaruhi pemilihan alat berat.
Jenis Alat Berat dalam Proyek Konstruksi
Di dunia teknik sipil sering kali kita melihat berbagai aktifitas alat berat ketika suatu proyek bangunan
dilakukan, baik itu transportasi (jalan, jembatan, bandara), bangunan air (waduk, bendung, bendungan,
pelabuhan), dan bangunan gedung bertingkat, alat-alat berat digunakan untuk membantu manusia
dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu struktur bangunan. Saat ini, alat berat merupakan
faktor penting di dalam proyek, terutama proyek-proyek konstruksi dengan skala yang besar. Tujuan
penggunaan alat-alat berat tersebut untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya
sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan mudah pada waktu yang relatif lebih singkat. Alat
berat yang umum dipakai di dalam proyek konstruksi antara lain dozer, alat gali (excavator) seperti
backhoe, front shovel, clamshell; alat pengangkut seperti loader, truck dan conveyor belt; alat pemadat
tanah seperti roller dan compactor; dan lain-lain.

Pada saat suatu proyek akan dimulai, kontraktor akan memilih alat berat yang akan digunakan di proyek
tersebut. Pemilihan alat berat yang akan dipakai merupakan salah satu faktor penting dalam
keberhasilan suatu proyek. Alat berat yang dipilih haruslah tepat baik jenis, ukuran maupun jumlahnya.
Ketepatan dalam pemilihan alat berat akan memperlancar jalannya proyek. Kesalahan dalam pemilihan
alat berat akan mengakibatkan proyek menjadi tidak lancar. Dengan demikian keterlambatan
penyelesaian proyek dapat terjadi. Produktivitas yang kecil dan tenggang waktu yang dibutuhkan untuk
pengadaan alat lain yang lebih sesuai merupakan hal yang menyebabkan biaya yang lebih besar.

JENIS DAN FUNGSI ALAT BERAT

Alat berat dapat dikategorikan ke dalam beberapa klasifikasi. Klasifikasi tersebut adalah klasifikasi
fungsional alat berat dan klasifikasi operasional alat Berat.

1. Klasifikasi Fungsional Alat Berat

Yang dimaksud dengan klasifikasi fungsional alat adalah pembagian alat tersebut berdasarkan fungsi-
fungsi utama alat. Berdasarkan fungsinya alat berat dapat dibagi atas berikut ini.
a. Alat Pengolah Lahan
Kondisi lahan proyek kadang-kadang masih merupakan lahan asli yang harus dipersiapkan sebelum lahan
tersebut mulai diolah. Jika pada lahan masih terdapat semak atau pepohonan maka pembukaan lahan
dapat dilakukan dengan menggunakan dozer. Untuk pengangkatan lapisan tanah paling atas dapat
digunakan scraper. Sedangkan untuk pembentukan permukaan supaya rata selain dozer dapat digunakan
juga motor grader.
b. Alat Penggali
Jenis alat ini dikenal juga dengan istilah excavator. Beberapa alat berat digunakan untuk menggali tanah
dan batuan. Yang termasuk didalam kategori ini adalah front shovel, backhoe, dragline, dan clamshell.

c. Alat Pengangkut Material


Crane termasuk di dalam kategori alat pengangkut material karena alat ini dapat mengangkut material
secara vertical dan kemudian memindahkannya secara horizontal pada jarak jangkau yang relative kecil.
Untuk pengangkutan material lepas (loose material) dengan jarak tempuh yang relative jauh, alat yang
digunakan dapat berupa belt, truck dan wagon. Alat-alat ini memerlukan alat lain yang membantu
memuat material ke dalamnya.
d. Alat Pemindahan Material

Yang termasuk dalam kategori ini adalah alat yang biasanya tidak digunakan sebagai alat transportasi
tetapi digunakan untuk memindahkan material dari satu alat ke alat yang lain. Loader dan dozer adalah
alat pemindahan material.

e. Alat Pemadat

Jika pada suatu lahan dilakukan pembunan maka pada lahan tersebut perlu dilakukan pemadatan.
Pemadatan juga dilakukan untuk pembuatan jalan, baik untuk jalan tanah dan jalan dengan perkerasan
lentur maupun perkerasan kaku. Yang termasuk sebagai alat pemadat adalah tamping roller, pneumatic-
tired roller, compactor, dan lain-lain.

f. Alat Pemroses Material

Alat ini dipakai untuk mengubah batuan dan mineral alam menjadi suatu bentuk dan ukuran yang
diinginkan. Hasil dari alat ini misalnya adalah batuan bergradasi, semen, beton, dan aspal. Yang termasuk
didalam alat ini adalah crusher dan concrete mixer truck. Alat yang dapat mencampur material-material
di atas juga dikategorikan ke dalam alat pemroses material seperti concrete batch plant dan asphalt
mixing plant.

concrete mixer truck


g. Alat Penempatan Akhir Material

Alat digolongkan pada kategori ini karena fungsinya yaitu untuk menempatkan material pada tempat
yang telah ditentukan. Ditempat atau lokasi ini material disebarkan secara merata dan dipadatkan sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Yang termasuk di dalam kategori ini adalah concrete spreader,
asphalt paver, motor grader, dan alat pemadat.

2. Klasifikasi operasional Alat Berat

Alat-alat berat dalam pengoperasiannya dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain atau tidak
dapat digerakan atau statis. Jadi klasifikasi alat berdasarkan pergerakannya dapat dibagi atas berikut ini.

a. Alat dengan Penggerak

Alat penggerak merupakan bagian dari alat berat yang menerjemahkan hasil dari mesin menjadi kerja.
Bentuk dari alat penggerak adalah crawler atau roda kelabang dan ban karet. Sedangkan belt merupakan
alat penggerak pada conveyor belt.

crawlercrane

b. Alat Statis
Yang termasuk dalam kategori ini adalah towercrane, batching plant, baik untuk beton maupun untuk
aspal serta crusher plant.

Peran Teknologi Informasi dalam Manajemen Proyek


Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek
dari awal (gagasan) sampai terselesainya proyek untuk menjamin proyek dilaksanakan selesai tepat
waktu, tepat biaya, tepat mutu. Dalam proyek konstruksi, teknologi informasi mempunyai peran penting,
misalnya untuk proses penjadwalan, akuntansi, disain bangunan, analisis struktur, simulasi model, dsb.
Dalam memanfatkan komputer ini dibutuhkan manajemen yang baik untuk pengelolaan basis data
maupun informasi sehingga bila dibutuhkan data secara cepat untuk kepentingan evaluasi terhadap
kegiatan yang telah atau sedang dikerjakan segera dapat diperoleh. Pada saat ini komputer jinjing
menjadi kelengkapan standar Kepala Proyek dalam mengelola semua kegiatan di lapangan. Di sini
diharuskan pimpinan proyek dapat menyesuaikan diri terhadap perkembangan teknologi informasi itu
sendiri. Manajemen proyek konstruksi didalamnya terdapat tiga kegiatan besar yang selalu terjadi, yaitu:
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Dalam tiap tahap darifungsi manajemen tersebut
dibutuhkan informasi yang dapat merepresentasikan proses pada saat itu secara cepat dan tepat. Hal ini
tentu saja diperlukan oleh pihak-pihak bertanggung jawab (pemilik proyek, konsultan, kontraktor)
sebagai dasar untuk mengambil kebijakan dan keputusan. Jenis informasi yang dibutuhkan dari
setiap pihak tentunya tidak sama, hal ini disesuaikan dengan pekerjaan dan tujuan masing-masing.

Penerapan komputer pada konstruksi


Penerapan komputer membantu dalam banyak aspek yaitu aspek manajemen dan teknik konstruksi itu
sendiri. Dalam aspek manajemen dan administrasi mencakup hal-hal sbb:
(a) Akuntansi dan daftar gaji/upah,
(b) Rekayasa biaya,
(c) Perusahaan dan keuangan proyek,
(d) Perencanaan proyek dan penjadwalan,
(e) Manajemen material,
(f) Manajemen peralatan/perlengkapan,
(g) Manajemen sumber daya manusia,
(h) Administrasi,
(i) Pendidikan dan Pelatihan.
Dalam aspek teknik konstruksi memuat aplikasinya adalah sebagai berikut : (a) estimasi, (b)
peralatan produksi, (c) simulasi pekerjaan, (d) jaminan kualitas, (e) pengukuran tanah, (f) analisis teknik
dengan komputer, (g) desain dan gambar teknik dengan komputer.

Peran Teknologi Informasi dalam Manajemen Proyek


Pembangunan dibidang infrastruktur teknik sipil berkembang sangat pesat baik dari segi ilmu
pengetahuan hingga teknologi yang digunakan. Keberhasilan suatu proyek konstruksi dipengaruhi oleh
sumber daya. Sumber daya dalam proyek konstruksi dikelompokkan menjadi 5, yaitu: man power,
material, machine, money, dan method.
Sebagai salah satu faktor sumber daya dalam penentu keberhasilan proyek, penggunaan machine dalam
hal ini alat berat sangat mempengaruhi. Semakin rumit dan kompleks jenis pekerjaan yang harus
dilaksanakan semakin membutuhkan teknologi yang lebih canggih, salah satu teknologi yang digunakan
pada pekerjaan konstruksi adalah penggunaan alat-alat berat yang bertujuan untuk membantu
pengerjaan proyek di lapangan. Diharapkan dengan penggunaan alat-alat berat tersebut dapat
mempengaruhi mutu hasil kerja, tenaga, biaya dan waktu pengerjaan proyek konstruksi.
Alat berat memiliki berbagai macam jenis, bentuk dan ukuran, sehingga pemilihan alat berat harus
disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan seperti jenis pekerjaan dan kondisi medan di lapangan. Pada
umumnya setiap pekerjaan yang menggunakan alat berat sangat erat hubungannya dengan produktivitas
yang didapatkan. Penggunaan alat berat yang kurang maksimal akan sangat mempengaruhi keuntungan
dari perusahaan. Sehingga penggunaan alat berat di lapangan harus sangat diperhatikan. Produktivitas
alat berat itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: bucket capacity, bucket factor, cycle
time, dan faktor koreksi produksi.
Meninjau dari latar belakang tersebut, maka penulis melakukan penelitian tentang biaya sewa alat berat
yang erat hubungannya terhadap produktivitas alat berat itu sendiri.

Produktivitas yang dihasilkan dari penggunaan alat berat pada suatu proyek salah satunya sangat
dipengaruhi oleh metode pelaksanaan dan operator alat berat itu sendiri, sehingga dibutuhkan metode
yang tepat dan orang-orang yang ahli dan telah terbiasa menggunakan alat berat pada pekerjaan
konstruksi. Dengan bekal dari pengalaman operator kerja diharapkan produktivitas yang dihasilkan
sesuai dengan yang direncanakan, sehingga tidak mempengaruhi estimasi biaya dan waktu pelaksanaan
pekerjaan. Sering sekali produktivitas penggunaan alat berat di lapangan tidak diperhatikan padahal itu
sangat mempengaruhi proses pekerjaan selanjutnya. Sehingga penulis akan membahas bagaimana
pengaruh produktivitas alat berat pada pekerjaan awal proyek serta estimasi biaya pekerjaan galian
tanah.

Anda mungkin juga menyukai