Anda di halaman 1dari 19

BAB II

EVAPORATOR

2.1.Pendahuluan

Evaporator adalah alat untuk menguapkan cairan pelarut dari suatu larutan
pada titik didihnya. Penguapan pelarut ini dapat ditujukan untuk
mendapatkan :

a. larutan yang lebih pekat


b. zat murni, baik pelarutnya atau zat yang terlarut.
c. Bahan dalam fasa uap untuk diproses (vaporization)
d.
Namun pada umumnya, tujuannya adalah mendapatkan larutan pekat dan
pelarutnya seringkali adalah air, beberapa contoh adalah :

-. Larutan gula tebu, dipekatkan untuk dikristalkan

-. Larutan urea dipekatkan untuk dikristalkan atau dibutirkan

-. Air laut untuk mendapatkan garamnya atau air tawar.

- Juice buah , susu, untuk mendapatkan larutan yang pekat atau untuk

dikeringkan

- Larutan NaOH ,dsbnya..

Masalah yang dihadapi terutama adalah masalah perpindahan panas


khususnya perpindahan ke larutan yang mendidih dan kelakuan larutan
yang berbeda dengan pelarut murni (titik didih, kerapatan, kelarutan,
viskositas dll.). Kepekaan zat terhadap panas perlu juga mendapat
perhatian.
2.2. Prinsip Penguapan

Penguapan adalah peralihan suatu zat dari fase cair ke fase gas (uap).
Dalam peristiwa ini molekul-molekul zat berpindah dari fase cair ke fase
uap. Penggerak perpindahan ini adalah perbedaan tekanan uap cairan
dengan tekanan diatasnya (tekanan dimana cairan tsb berada). Penguapan
akan berlangsung selama tekanan uap diatas cairan lebih rendah dari
tekanan uap jenuh cairan. Pada suhu dibawah titik didih cairan,, penguapan
hanya berlangsung dari permukaan cairan saja.Dalam Industri diperlukan
penguapan yang cepat. Untuk ini harus berlangsung dari seluruh bagian
cairan, dan initerjadi apabila cairan berada pada titik didihnya.

Proses evaporasi yang dimaksudkan disini adalah prosespenguapan


pada titik didihnya. Pada titik didih tekanan uap jenuh cairan sama dengan
tekanan dimana cairan beradamolekul-molekukl zat dalam fase uap
memiliki energi yang lebih tinggi dari pada molekul-molekul yang sama
dalamfasa cair atau padat. Kenyataan ini menunjukkan bahwa untuk
memindahkan molekul dari fase cair ke fase uap diperlukan energi,
biasanya dalam bentuk panas.

Energi untuk merubah fase ini disebut panas latent penguapan.

Berdasakan kenyataan diatas dapat dilihat adanya dua hal yaitu :

- penyediaan panas untuk diteruskan ke larutan


- pemindahan uap, agar penguapan dapat berlangsung terus. Kalau
tidak, tekanan uap cairan akan segera menyamai tekanan diatasnya
dan penguapan berhenti.
Untuk menghindari pemompaan uap yang terlalu banyak, uap
dikondensasikan dalam kondensor dan dikeluarkan berupa cairan.

2.3. Peralatan Evaporasi


Dalam evaporasi, panas ditambahkan untuk menguapkan pelarut,
biasanya air. Panas yang digunakan umumnya adalah uap air jenuh tekanan
rendah (saturated steam).

Jenis-jenis evaporator :

1.Pan atau Ketel terbuka (Gambar 2.1)

Bentuk evaporator yang paling sederhana adalah bejana/ketel terbuka


dimana larutan dididihkan. Sebagai pemanas biasanya steam yang
mengembun dalam selubung (jacket) atau dalam pipa spiral yang
dicelupkan. Kadang-kadang ketel dipanasi api langsung.Pengaduk dapat
ditempatkan di dalamnya. Evaporator ini murah dan operasinya sederhana,
tetapi ekonomi panasnya rendah.

2. Evaporator dengan Pemanas ” Shell and Tube ” (Tubular)

Evaporator ini berupa bejana silender besar dengan pemanas tipe shell
and rube Heat exchanger. Pemanas yang berupa steam atau medium
lainnya dapat berada dalam “shell” dan larutan berada dalam “Tube” atau
sebaliknya. Evaporator jenis ini dapat dibagi beberapa type:

a. pipa mendatar (gb. 2.2)


b. pipa tegak :
- pipa baku (standar gb. 2.3)

- pipa pan jang (gb. 2.4)

- pipa basket (gb. 2.5.)

c. evaporator dengan sirkulasi paksa (gb. 2.6)


Dari segi sirkulasi dapat dibedakan sirkulasi dengan sendirinya (bebas,
natural circulation) dan sirkulasi paksa ( forced circulation),

Cairanh yang mendidih didalam pipa dapat bersikulasi dengan sendirinya


(dari bawah keatas lalu kebawah lagi) karena perbedaan kerapatan.
Cairabn dalanm pipa bercampur dengan gelembung-gelembung uap
sehingga kerapannya ringan dan bergerak keatas. Didalam pipa panjang (3 –
10 m) gerakan cairan keatas lebih cepat dari pada dalam pipa pendek
(baku). Gerakan yang cepat ini memperbesar koefisien perpindahan panas
(aliran dengan

turbulensi yang tinggi). Dengan demikian pemindahan panas lebih baik.


Demikian pula pada sistim dengan aliran paksa. Disini aliran cairan dibantu
dengan pompa . (Gambar 2.6) memperlihatkan evaporator dengan aliran
paksa..

3. Film Evaporator (gb . 2.7.)

Dalam evaporator ini larutan yang akan dipekatkan mengalir ke bawah


berupa larutan tipis pada suatu dinding kolom yang dipanasi. Aliran yang
cepat dan lapisan yang tipis memberikan koefisien perpindahan panas
yang besar. Aliran dibuat dengan bantuan pengaduk mekanis. Aliran larutan
dari bagian atas masuk tabung dan disebarkan dalam bentuk lapisan tipis
dan mengalir secara turbulen oleh pengaduk vertical. Larutan pekat keluar
dari bawah dan uap dari atas tabung.

Proses penguapan berlangsung cepat, dan alat ini cocok untuk cairan yang
peka terhadap panas.(juice buah, anti buiotik ) dan larutan yang kental
karena dengan cara ini dapat diperoleh koefisien perpindahan panas yang
tinggi.

2.4.Operasi Evaporator

2.4.1.Evaporator Tunggal

Gambar II.8 memperlihatkan diagram evaporator tunggal (satu tahap atau


satu efek). Umpan masuk pada suhu TF (K), dipanasi dengan uap jenuh Ts
(K). Uap akan mengembun dan memberikan panas kepada larutan. Larutan
dalam evaporator teraduk dengan sempurna sehingga dapat dianggap
mempunyai suhu dan konsentrasi yang sama, yaitu pada titik larutan T1 dan
konsentrasi larutan hasil. Suhu uap juga T1 (dalam kesetimbangan dengan
larutan), Tekanan uap P1 adalah tekanan uap larutan pada T1.

Operasi satu tahap dipakai apabila kapasitas operasi yang diperlukan kecil
dan/atau harga steam relatip murah.

Uap ke kondensor, T 1

Umpan, T p P 1 , T1

Steam, T s

Kondensat, T s Larutan pekat (hasil) T 1

Gambar II.8 Diagram Evaporator Satu tahap.

2. Evaporator Bertahap banyak (Multiple Efect Evaporator)

Operasi bertahap satu memperlihatkan pemborosan energi karena panas


laten yang dibawa keluar uap tidak digunakan lagi.

Operasi bertahap banyak bertujuan memanfaatkan panas tsb. Gambar II.9


memperlihatkan bagan operasi evaporator berefek tiga (triple efect
evaporators) dengan umpan maju (forward feed).
Uap 2, T2
Uap 1, T 1 Uap 3, T3

Ke kondensor

3
umpan 1 2
T3 , P3
T1 , P1 T2 , P2

Steam

TS
Kondensat Kondensat
Kondensat

Hasil larutan pekat, T3

Gmbr II.9. Bagan Aliran Dalam Evaporator Tiga Efek Umpan Maju

Dalam evaporator bertahap banyak, uap yang dihasilkan dalam


evaporator pertama digunakan sebagai pemanas dalam evaporator kedua
dan uap dari evaporator kedua digunakan sebagai pemanas evaporaor
ketiga dan seterusnya. Disini panas laten yang dibawa uap dimanfaatkan
berulang-ulang.

Apabila umpan masuk evaporator pertama berupa cairan pada titik


didihnya, maka 1 kg uap akan menguapkan 1 kg air. Begitu juga dengan
tahap tahap berikutnya. Secara kasar dapat dikatakan bahwa 1 kg uap dapat
menguapkan 3 kg air (evaporator 3 tahap). Ini juga berlaku untuk jumlah
tahap yang lebih banyak).

Karena uap dari suatu evaporator digunakan untuk memanaskan


evaporator berikutnya, maka titik didih larutan dalam evaporator berikutnya
harus lebih rendah dari titik didih larutan dalam evaporator yang dimuka.
Dalam operasi dengan umpan maju, umpan untuk satu evaporator adalah
larutan hasil dari evaporator dimukanya, berarti larutan yang lebih pekat
dari larutan umpan dimukanya dan titik didih normalnya lebih tinggi.

Untuk mendapatkan titik didih yang lebih rendah, maka evaporator


tsb harus dioperasikan pada tekanan yang lebih rendah. Jadi tekanan kerja
evaporator 3 (P3) lebih rendah dari P2 dan P2 lebih rendah dari P1.

Ini dilakukan dengan cara menarik uap dari evaporator terakhir dengan alat
vakum (jet ejector atau pompa vakum). Pada cara umpan maju ini larutan
dari evaporator 1 dapat mengalir dengan sendirinya ( karena beda tekanan)
ke evaporator 2, dan dari evaporator 2 ke evaporator 3.

Pompa larutan hanya dioperasikan untuk umpan masuk ke evaporator


1 dan pengeluaran hasil dari evaporator terakhir. Uap dari evaporator
terakhir dikondensasikan dalam sebuah kondensor vakum. Umpan maju
digunakan bila larutan encer berada pada suhu tinggi atau hasil akhir
mudah rusak oleh suhu tinggi.

Cara pemasukkan umpan yang lain adalah cara mundur (backward


feed), umpan sejajar (paralel-feed) Gambar II.10 dan umpan campur (mixed
feed).

Untuk umpan mundur, larutan dari tekanan rendah mengalir ke tekanan


yang lebih tinggi sehingga memerlukan pompa. Larutan encer masuk ke
efek terakhir dan hasil pekat dikeluarkan ke efek pertama. Cara umpan
mundur dilakukan bila suhu larutan masuk rendah (berarti pemanasan pada
suhu tinggi dalam efek-efek pertama) dan hanya dilakukan terhadap cairan
yang sedikit jumlahnya. Cara ini juga dilakukan bila hasil yang pekat sangat
kental (viscous), suhu tinggi pada efek pertama menurunkan kekentalan.

Umpan paralel (Gambar II.10) digunakan bila larutan umpan


menedekati jenuh dan hasil evaporasi mengandung kristal (pembuatan
garam dari air laut).

2.5. Alat Bantu Evaporator


2.5.1. Kondensor

Uap yang dikeluarkan dari evaporator sering harus diembunkan dan

dikeluarkan sebagai air. Hal ini dilakukan bila operasi pada tekanan di
bawah atmosfir (vacum). Pengembunan dapat dilakukan dalam
kondensor kontak dimana uap bertemu langsung dengan air pendingin
atau kondensor permukaan dimana uap dan air pendingin dipisahkan
oleh dinding logam.

Kondensor Permukaan

Kondensor ini digunakan apabila kondensat dan air pendingin tidak boleh
bercampur. Kondensor ini adalah ”Tube and Shell Heat Exchanger” dengan
uap berada di shell dan air pendingin di tube. Gas yang tidak mengembun
(udara, CO2, N2 )diventilasikan keluar.

Apabila uap harus dikondensasikan dibawah vacum, gas tidak


terkondensasi ditarik dengan pompa vakum atau ejector dan air dipompa
keluar atau turun lewat pipa (kaki) barometrik.

Kondensor Kontak

Dalam kondensor ini uap yang akan dikondensasikan dipertemukan


(kontak) dengan air pendingin. Salah satu type kondensor ini adalah
kondensor barometrik (Gambar II.12). Kondensor ini digunakan kondensasi
vakum.

Uap masuk kondensor dipertemukan dengan percikan air pendingin.


Gas yang tidak terkondensasi diventilasikan keluar atau ditarik dengan
ejektor atau pompa vakum. Air yang mengembun akan mengisi pipa (kaki)
barometrik yang cukup panjang sehingga tinggi kolom air dalam pipa ini
cukup untuk mengatasi beda tekana udara luar dengan tekanan vakum
dalam kondensor. Dengan demikian air dapat keluar dengan sendirinya.
Tinggi kaki pipa ini sekitar 10,4 m (34 ft).
To condenser

I II III IV feed
live
>>
steam

product

Backward feed system

To condenser

I II III IV
live

steam

feed

product

Parallel feed system

Gambar II. 10. Diagram untuk Umpan Mundur dan umpan paralle
Kondensor barometrik relatif murah dan penggunaan air pendingin sedikit.
Konsumsi air untuk kondensor barometrik dapat dihitung dengan neraca
panas.

--------------- Air pendingin, W kg/jam

Uap, V kg/jam --

Ts

(W + V) kg/jam

T2

Neraca panas

V + Hs - W . Cp ( T1 - 273 ) = ( V + W ) ( T2 – 273 ) ..... (2.1)

Hs = enthalpi uap pada suhu Ts diperoleh dari steam table

W/V = (kg air / kg uap) = (Hs – Cp ( T2 – 273 )/ ( Cp (T2 – T1)) ... (2.2)
2.5.2. Penahan tetes cairan

Piranti ini digunakan untuk menahan tetesan-tetesan cairan (busa0


yang terbawa aliran uap. Secara skematis digambarkan pada gb. 2.13.

2. 5.3. Pembuat Vakum

Untuk mendapatkan tekanan rendah dapat digunakan peralatan seperti

- pompa hisap
- Ejektor (Gambar II.14)
Ciri utama ejektor adalah ekspansi fluida melalui nosel. Fluida yang keluar
dari nosel berhubungan dengan ruangan yang akan dibuat hampa.
Kenaikkan kecepatan fluida melalui nosel diimbangi dengan penurunan
tekanan. Bila tekanan ini lebih rendah dari ruangan yang berhubungan ,
fluida yang berada diruangan akan terhisap ejektor. Ejector umumnya
dioperasikan dengan steam.
Di bidang teknik kimia, sering kali bahan padat harus di pisahkan dari larutan atau
lelehan tanpa mengikutkan kotoran-kotoran yang terkandung dalam fase cair tersebut.
Sering kali juga bahan padat kristalin yang mengandung pengotor harus dibersihkan, atau
harus dihasilkan Kristal tertentu. Untuk maksud-maksud tersebut kristalisasi dapat
digunakan sebagai metode pelaksanaan tujuan tersebut.

Kristal adalah bahan padat dengan susunan atom atau molekul yang teratur(kisi
Kristal). Yang dimaksud dengan kritalisasi ialah pemisah bahan padat yang berbentuk
Kristal dari suatu larutan atau lelehan. Berlawanan misalnya dengan destilasi atau
rektifikasi, kristalisasi tidak menghasilkan produk akhir yang langsung dapat digunakan.
Kristal-kristal yang terbentuk pada umumnya masih harus dipisahkan dari sebagian besar
larutan dengan cara penjernihan atau penyaringan. Jika perlu proses dilanjutkan dengan
pencucian dan pengeringan. Di lain pihak, kristalisasi dari lelehan sering harus
didinginkan lagi atau dikecilkan ukuranya.

Definisi dari kristalisasi sendiri adalah pemisahan pada-cair dimaa terjadi transfer
massa dari larutan ke padatan. Atau dengan kata lain sebagai partikel padatan yang
terbentuk darisuatu fase yang homogeny (berupa larutan).

Di dalam industri . terutama pada masalah kristalisasi, beberapa hal yang perlu
diketahui ialah :
a. Rendemen
b. Kemurnian
c. Bentuk dan ukuran (tergantung data keseimbangan fase pada-cair)
d. Keseragaman ukuran (ada distribusi ukuran produk crystallizer)

Dari keempat poin tersebut bentuk dan ukuran suatu Kristallah yang menentukan
kualitas produk. Misalkan Kristal berbentuk serabut, jarum, batang, lapisan, lembaran
dan sebagainya. Untuk bentuk Kristal tertentu akan memberikan tahanan pada saat
filtrasi. Oleh karenanya membutuhkan prosedur yang tepat agar mendapatkan produk
Kristal yang menguntungkan.

Anda mungkin juga menyukai