Anda di halaman 1dari 11

i

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul Konsep Kebencanaan Manajemen Bencana ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, 18 Januari 2018

Penulis
ii

Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................................ i
Daftar Isi.........................................................................................................................ii
BAB I ............................................................................................................................. 1
Pendahuluan ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan dan Manfaat ......................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................ 3
Pembahasan .................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Keperawatan Gerontik ................................................................... 3
2.2 Tujuan Keperawatan Gerontik ....................... Error! Bookmark not defined.
2.3 Fungsi Perawat Gerontik ................................ Error! Bookmark not defined.
2.4 Peran Perawat Gerontik .................................. Error! Bookmark not defined.
2.5 Masalah Kesehatan Pada Lansia .................... Error! Bookmark not defined.
2.6 Pendekatan Pada Lansia ................................. Error! Bookmark not defined.
BAB III .......................................................................................................................... 8
Penutup........................................................................................................................... 8
1.1 Kesimpulan....................................................................................................... 8
1.2 Saran ................................................................................................................. 8
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 9
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Bencana (disaster) merupakan fenomena sosial akibat kolektif atas sistem


penyesuaian dalam merespon ancaman. Renspon itu bersifat jangka pendek yang
disebut mekanisme penyesuaian (coping mechanism) atau yang lebih jangka panjang
yang dikenal sebagai mekanisme adaptasi (adaptatif mechanism). Mekanisme dalam
menghadapi perubahan dalam jangka pendek terutama bertujuan untuk mengakses
kebutuhan hidup dasar: keamanan, sandang, pangan, sedangkan jangka panjang
bertujuan untuk memperkuat sumber-sumber kehidupannya.

Masalah bencana akibat lingkungan mulai semakin mencuat ke permukaan,baik


yang disebabkan oleh proses alam itu sendiri maupun yang disebabkan karena ulah
manusia di dalam membangun sarana dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Kasus-
kasus mengenai perubahan tata guna lahan di daerah tangkapan air hujan di hulu
menjadi padat penduduk karena berubah menjadi pemukiman. Hal tersebut
berdampak pada banjir yang sering terjadi di daerah bawahnya atau daerah hilir.
Konversi lahan ini sedikit banyak telah berpengaruh terhadap menurunnya kualitas
lingkungan.

Oleh karena itu di dalam proses pembangunan tidak dengan sendirinya


mengurangi risiko terhadap bahaya alam. Sebaliknya tanpa disadari pembangunan
dapat menciptakan bentuk-bentuk kerentanan baru atau memperburuk kerentanan
yang telah ada. Persoalan-persolaan yang muncul sebagai akibat dari proses
pembangunan ini perlu diarahkan pada suatu paradigma pembangunan yang ramah
lingkungan, yaitu “pembangunan yang berkelanjutan” maka pembangunan tersebut
harus didasarkan atas pengetahuan yang lebih baik tentang karakteristik alam dan
manusia (masyarakat).

Bencana alam apapun bentuknya memang tidak diinginkan. Sayangnya kejadian


pun terus saja ada. Berbagai usaha tidak jarang dianggap maksimal tetapi kenyataan
sering tidak terelakkan. Masih untung bagi kita yang mengagungkan Tuhan sehingga
segala kehendak-Nya bisa dimengerti, meski itu berarti derita.

Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan kerusakan
termasuk yang paling sering harus dialami bersama datangnya bencana itu. Harta
benda dan manusia terpaksa harus direlakan, dan itu semua bukan masalah yang
mudah. Dalam arti mudah difahami dan mudah diterima oleh mereka yang
mengalami. Bayangkan saja harta yang dikumpulkan sedikit demi sedikit, dipelihara
bertahun-tahun lenyap seketika.

1.2 Rumusan Masalah

1
2

1. Apa pengertian resiko bencana, bahaya dan kerentanan?


2. Apa saja faktor penentu resiko bencana?
3. Bagaimana tujuan analisis resiko bencana?
4. Bagaimana langkah-langkah analisis resiko?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1. Untuk mengetahui pengertian resiko bencana, bahaya dan kerentanan.


2. Untuk mengetahui faktor penentu resiko bencana.
3. Untuk mengetahui tujuan analisis resiko bencana.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah analisis resiko.
BAB II
Pembahasan

2.1 Pengertian Resiko Bencana, Bahaya, dan Kerentanan

Bencana (disaster) adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu


komunitas atau masyarakat yang mengakibatkan kerugian manusia, materi, ekonomi,
atau lingkungan yang meluas yang melampaui kemampuan komunitas atau
masyarakat yang terkena dampak untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya
mereka sendiri. Bencana dapat dibedakan menjadi dua yaitu bencana oleh faktor alam
(natural disaster) seperti letusan gunungapi, banjir, gempa, tsunami, badai, longsor,
dan bencana oleh faktor non alam ataupun faktor manusia (man-made disaster) seperti
konflik sosial dan kegagalan teknologi.

Bencana (disaster) merupakan fenomena sosial akibat kolektif attas sistem


penyesuaian dalam merespon ancaman. Renspon itu bersifat jangka pendek yang
disebut mekanisme penyesuaian (coping mechanism) atau yang lebih jangka panjang
yang dikenal sebagai mekanisme adaptasi (adaptatif mechanism). Mekanisme dalam
menghadapi perubahan dalam jangka pendek terutama bertujuan untuk mengakses
kebutuhan hidup dasar: keamanan, sandang, pangan, sedangkan jangka panjang
bertujuan untuk memperkuat sumber-sumber kehidupannya.

Bahaya (hazard) adalah suatu fenomena fisik, fenomena, atau aktivitas manusia
yang berpotensi merusak, yang bisa menyebabkan hilangnya nyawa atau cidera,
kerusakan harta-benda, gangguan sosial dan ekonomi atau kerusakan lingkungan atau
peristiwa kejadian potensial yang merupakan ancaman terhadap kesehatan, keamanan,
atau kesejahteraan masyarakat atau fungsi ekonomi masyarakat atau kesatuan
organisasi pemerintah yang selalu luas.

Kerentanan (vulnerability) adalah kondisi-kondisi yang ditentukan oleh faktor-


faktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang meningkatkan
kecenderungan (susceptibility) sebuah komunitas terhadap dampak bahaya.
Kerentanan lebih menekankan aspek manusia di tingkat komunitas yang langsung
berhadapan dengan ancaman (bahaya) sehingga kerentanan menjadi faktor utama
dalam suatu tatanan sosial yang memiliki risiko bencana lebih tinggi apabila tidak di
dukung oleh kemampuan (capacity) seperti kurangnya pendidikan dan pengetahuan,

3
4

kemiskinan, kondisi sosial, dan kelompok rentan yang meliputi lansia, balita, ibu
hamil dan cacat fisik atau mental. Kapasitas (capacity) adalah suatu kombinasi semua
kekuatan dan sumberdaya yang tersedia di dalam sebuah komunitas, masyarakat atau
lembaga yang dapat mengurangi tingkat risiko atau dampak suatu bencana.

Dalam kajian risiko bencana ada faktor kerentanan (vulnerability) rendahnya


daya tangkal masyarakat dalam menerima ancaman, yang mempengaruhi tingkat
risiko bencana, kerentanan dapat dilihat dari faktor lingkungan, sosial budaya, kondisi
sosial seperti kemiskinan, tekanan sosial dan lingkungan yang tidak strategis, yang
menurunkan daya tangkal masyarakat dalam menerima ancaman.

Besarnya resiko dapat dikurangi oleh adanya kemampuan (capacity) adalah


kondisi masyarakat yang memiliki kekuatan dan kemampuan dalam mengkaji dan
menilai ancaman serta bagaimana masyarakat dapat mengelola lingkungan dan
sumberdaya yang ada, dimana dalam kondisi ini masyarakat sebagai penerima
manfaat dan penerima risiko bencana menjadi bagian penting dan sebagai aktor kunci
dalam pengelolaan lingkungan untuk mengurangi risiko bencana dan ini menjadi
suatu kajian dalam melakukan manajemen bencana berbasis masyarakat (Comunity
Base Disaster Risk Management).

Pengelolaan lingkungan harus bersumber pada 3 aspek penting yaitu Biotik


(makluk hidup dalam suatu ruang), Abiotik (sumberdaya alam) dan Culture
(Kebudayaan). Penilaian risiko bencana dapat dilakukan dengan pendekatan ekologi
(ekological approach) dan pendekatan keruangan (spatial approach) berdasarkan atas
analisa ancaman (hazard), kerentanan (vulnerabiliti) dan kapasitas (capacity) sehingga
dapat dibuat hubungannya untuk menilai risiko bencana dengan rumus:

Risiko Bencana = Hazard (Bahaya) x Vulnerability (Kerentanan)


Capacity (Kemampuan)
5

2.2 Faktor Penentu Resiko Bencana

Tingkat penentu resiko bencana disuatu wilayah dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu
ancaman, kerentanan dan kapasitas. Dalam upaya pengurangan resiko bencana (PRB)
atau disaster risk reduction (DRR), ketiga faktor tersebut yang menjadi dasar acuan
untuk dikaji guna menentukan langkah-langkah dalam pengelolaan bencana.

1. Ancaman
Kejadian yang berpotensi mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat sehingga menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerusakan harta
benda, kehilangan rasa aman, kelumpuhan ekonomi dan kerusakan
lingkungan serta dampak psikologis.

Ancaman dapat dipengaruhi oleh faktor:


a. Alam, seperti gempa bumi, tsunami, angin kencang, topan, gunung
meletus.
b. Manusia, seperti konflik, perang, kebakaran pemukiman, wabah
penyakit, kegagalan teknologi, pencemaran, terorisme.
c. Alam dan Manusia, seperti banjir, tanah longsor, kelaparan, kebakaran
hutan. Kekeringan.

2. Kerentanan
Suatu kondisi yang ditentukan oleh faktor – faktor fisik, sosial, ekonomi,
geografi yang mengakibatkan menurunnya kemampuan masyarakat dalam
menghadapi bencana.

3. Kapasitas
Kemampuan sumber daya yang dimiliki tiap orang atau kelompok di suatu
wilayah yang dapat digunakan dan ditingkatkan untuk mengurangi resiko
bencana. Kemampuan ini dapat berupa pencegahan, mengurangi dampak,
kesiapsiagaan dan keterampilan mempertahankan hidup dalam situasi
darurat.

Sehingga untuk mengurangi resiko bencana maka diperlukan upaya – upaya


untuk mengurangi ancaman, mengurangi kerentanan dan meningkatkan
kapasitas.

2.3 Tujuan Analisis Resiko

Pengurangan Risko Bencana dimaknai sebagai sebuah proses pemberdayaan


komunitas melalui pengalaman mengatasi dan menghadapi bencana yang berfokus
pada kegiatan partisipatif untuk melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian
kelompok swadaya masyarakat, serta pelibatan dan aksi dari berbagai pemangku
6

kepentingan, dalam menanggulangi bencana sebelum, saat dan sesudah terjadi


bencana. Tujuannya agar komunitas mampu mengelola risiko, mengurangi, maupun
memulihkan diri dari dampak bencana tanpa ketergantungan dari pihak luar. Dalam
tulisan siklus penanganan bencana kegiatan ini ada dalam fase pra bencana

Fokus kegiatan Pengurangan Risiko Bencana secara Partisipatif dari komunitas


dimulai dengan koordinasi awal dalam rangka membangun pemahaman bersama
tentang rencana kegiatan kajian kebencanaan, yang didalamnya dibahas rencana
pelaksanaan kajian dari sisi peserta, waktu dan tempat serta keterlibatan tokoh
masyarakat setempat akan sangat mendukung kajian analisa kebencanaan ini. Selain
itu juga di sampaikan akan Pentingnya Pengurangan Risko Bencana mengingat
wilayah kita yang rawan akan bencana.

Setelah ada kesepakatan dalam koordinasi awal maka masyarakat melakukan


kegiatan PDRA ( Participatory Disaster Risk Analysis / Kajian Partisipatif Analisa
Bencana ). Kegiatan ini selain melibatkan masyarakat, Tokoh masyarakat juga kader
yandu dan PKK dusun, dengan kata lain semua unsur di masyarakat yang ada
dilibatkan. Dalam kegiatan ini dijelaskan maksud dan tujuan kegiatan kajian dan
analisa kerentanan, ancaman dan resiko kebencanaan.

Kegiatan PDRA di suatu wilayah diawali dengan memberikan pemahaman


tentang Pengurangan Risiko Bencana berbasis masyarakat yaitu upaya yang dilakukan
sendiri oleh masyarakat untuk menemukenali ancaman yang mungkin terjadi di
wilayahnya dan menemukenali kerentanan yang ada di wilayahnya serta
menemukenali potensi/kapasitas yang dimiliki untuk meredam/mengurangi dampak
dari bencana tersebut. setelah menemukenali ancaman, kerentanan, dan Kapasitas
yang ada di masyarakat maka perlu dianalisis untuk mengetahui seberapa jauh
masyarakat mampu mengurangi risiko bencana itu dengan menggunakan rumus
Ancaman x Kerentanan dibagi dengan Kapasitas.

Sebelum mengkaji perlu diperoleh data terkini dari wilayah tersebut.


Pentingnya data terkini mengenai jumlah KK dan Jiwa, pemilik kendaraan ,
kerentanan dll, sebagai bahan dasar kajian selanjutnya dalam kegiatan PDRA
pengurangan risiko bencana wilayah ini.

Kemudian dilakukan Kegiatan Kajian dan analisis Risiko bencana secara


partisipasif oleh masyarakat Hal-hal yang dikaji: ncaman, kerentanan dan potensi
terhadap bencana untuk wilayahnya.
7

2.4 Langkah-Langkah Analis Resiko

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu wilayah yang


rentan terhadap bencana alam antara lain gempa bumi volkanik dan tektonik, tanah
longsor, kekeringan dan bajir yang semakin meningkat secara kuantitatif maupun
kualitatif. Oleh karena itu diperlukan suatu rencana yang strategis untuk pengelolaan
bencana alam yang menimpa wilayah DIY. Tujuan analisis Strength,Weakness,
Opportunity dan Threat (SWOT) adalah untuk mensinergikan kecepatan, ketepatan,
kesigapan dan keputusan yang efektif dan efisien dalam pengelolaan bencana alam.

Faktor Strength (kekuatan) adalah ketersediaan SDM ahli di bidang bencana


alam, antara lain ahli-ahligeologi, geofisika, , kegunungapian, geografi, geodesi,
tekniksipil, manajemen, informasi, telekomunikasi, dsb. Demikian juga keberadaan
berbagai instansi yang terkait dengan bencana alam antara lain PEMDA tingkat I dan
II, Kantor BPPTK, SABO, UGM (a.l. PSBA), UII, UPN, BMG, dll. Selain itu
ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai, termasukhasil-hasilriset di berbagai
bidang yang terkait dengan bencana alam akan sangat mendukung rencana ini.

Faktor Weakness (kelemahan) adalah belum adanya koordinasi dan


sinkronisasi dari berbagai pihak (institusi dan kepakaran) di dalam pengelolaan
bencana alam. Selain itu belum tersedianya suatu wadah yang resmi dan mampu
untuk mengkoordinasi, dan mengambil langkah-langkah strategis untuk mencapai
tujuan tersebut, serta belum adanya jaringan stasiun gempa bumi tektonik yang
memadai di wilayah DIY.

Faktor Opportunity (peluang) adalah banyaknya kerjasama yang telah terbina


sampai dengan saat ini, baik dengan institusi Nasional maupun Internasional yang
memungkinkan adanya transfer teknologi dan kolaborasi. Pendanaan dapat berasal
dari PEMDA Tk I dan II, Menteri RISTEK, UNESCO, dan Kerja Sama penelitian
dengan negara-2 Perancis, Jerman, Jepang dll.

Faktor Threat (ancaman/tantangan), terdapat fakta/kenyataan bahwa wilayah


DIY rentan terhadap acmana aktifitas Gunung Merapi yang sangat aktif terutama
wilayah Sleman, ancaman banjir terutama wilayah Bantul dan Kulon Progo, tanah
longsor terutama wilayah Kulon Progo, ancaman kekeringan terutama wilayah
Gunung Kidul dan gempa tektonik yang cukup menakutkan dan membuat panik
penduduk wilayah DIY. Selain itu DIY merupakan salah satu barometer nasional
dalam bidang-bidang sosio-demografis, sosio-geologis, budaya serta politik, oleh
karena uitu memerlukan aras kompetensi, kesadaran dan kewaspadaan yang prima
terhadap pengelolaan bencana alamnya. Apalagi keberadaan G. Merapi sudah menjadi
perhatian masyarakat internasional antara lain IAVCE, UNESCO, negara-2: Jerman,
Perancis dan Jepang.
BAB III
Penutup

1.1 Kesimpulan

Bencana (disaster) merupakan fenomena sosial akibat kolektif atas sistem


penyesuaian dalam merespon ancaman. Respon itu bersifat jangka pendek yang disebut
mekanisme penyesuaian (coping mechanism) atau yang lebih jangka panjang yang dikenal
sebagai mekanisme adaptasi (adaptatif mechanism).

Tingkat penentu resiko bencana disuatu wilayah dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu
ancaman, kerentanan dan kapasitas. Dalam upaya pengurangan resiko bencana (PRB) atau
disaster risk reduction (DRR), ketiga faktor tersebut yang menjadi dasar acuan untuk dikaji
guna menentukan langkah-langkah dalam pengelolaan bencana.

1.2 Saran

Kita sebagai tenaga kesehatan harus tanggap terhadap resiko terjadinya bencana dan
mampu untuk melakukan hal-hal yang dapat mengatasi resiko bencana. Dan sebagai pembaca
bisa menerapkan cara-cara menangulangi resiko bencana.

8
Daftar Pustaka

Karnawati, D. 2012 Manajemen Bencana Alam Gerakan Tanah di Indonesia: Evaluasi


dan Rekomendasi. Yogyakarta.

Nurjannah, dkk. 2011. Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta.

Hasibuan, M. S. P. 2011. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Bumi Aksara;


Jakarta.

Palang Merah Indonesia. 2009. Keperawatan Bencana Manajemen Bencana.


http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/1932953-manajemen-bencana/
diunduh pada 2 Mei 2011.

Anda mungkin juga menyukai