Anda di halaman 1dari 41

Oct

Berkenalan dengan Beragam Bentuk


Karang

Karang memiliki bentuk pertumbuhan koloni yang berbeda-beda. Variasi tersebut


bisa dipengaruhi oleh sifat karang itu sendiri, maupun kondisi lingkungan tempat dia tinggal.
Beberapa pengaruh yang berasal dari kondisi habitat diantaranya adalah intensitas cahaya
matahari, pergerarakan gelombang dan arus, ketersediaan nutrien, serta sedimentasi.
Secara umum, bentuk pertumbuhan karang (life form) dibagi menjadi dua, yaitu
Acropora dan non-Acropora. Perbedaan yang terdapat diantara keduanya adalah pada
Acropora memiliki struktur yang disebut aksial koralit dan radial koralit. Aksial koralit adalah
titik tumbuh yang terletak pada ujung cabang yang dimiliki oleh karang. Warna aksial koralit
akan cenderung lebih pucat daripada warna karang itu sendiri. Sedangkan radial koralit
merupakan titik tumbuh yang terletak pada sisi-sisi karang.

Pada life form Acropora, dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis berdasarkan
bentukan karang yang muncul. Pada masing-masing istilah akan disertai dengan singkatan
seperti CS, CMR, dan sebagainya. Singkatan tersebut berfungsi untuk memudahkan
identifikasi serta penulisan saat observasi lapang. Pembagian dari jenis Acropora adalah
sebagai berikut :

1. Branching Acropora (ACB)


Karang yang termasuk kategori ACB ini memiliki bentukan koloni yang bercabang
menyerupai ranting pohon yang lebar. Contoh spesiesnya adalah Acropora aspera.
Acropora aspera (googleimages.com)

2. Tabulate Acropora (ACT)


Bentukan formasi ini sering disebut juga dengan karang meja karena meskipun mereka
memiliki bentuk bercabang, pertumbuhan mereka cenderung mendatar menyerupai meja.
Karang jenis ini memiliki suatu penopang pada satu sisi bagian ventral. Contoh dari karang
tabulate ini adalah Acropora hyacinthus.
Acropora hyacinthus atau karang meja (googleimages.com)

3. Encrusting Acropora (ACE)


Sesuai dengan namanya, encrusting berarti karang ini akan berkoloni membentuk
struktur menyerupai kerak yang bercabang. Karang-karang ini akan tumbuh menyebar dan
menempel pada substrat yang keras. Spesies Acropora schmitti merupakan contoh dari
karang kategori ACE.

Acropora schmitti (googleimages.com)

4. Sub-massive Acropora (ACS)


Percabangan yang dibentuk pada karang jenis sub-masif ini cenderung lebih kokoh dan
tebal. Salah satu spesiesnya adalah Acropora palmata.
Acropora palmata (googleimages.com)

5. Digitate Acropora (ACD)


Berbeda dengan karang berjenis ACB, karang ini memiliki percabangan yang rapat
dengan bentuk menyerupai jari-jemari tangan manusia. Acropora humilis adalah contoh
karang yang memiliki life form digitate.

Acropora humilis (googleimages.com)


Bentukan formasi karang yang kedua adalah non-Acropora. Serupa dengan tipe
Acropora, jenis life form yang satu ini juga memiliki pembagian berdasarkan bentuk karang
yang muncul. Berikut adalah klasifikasinya :

1. Branching (CB)
Karang berjenis ini memiliki cabang yang lebih panjang daripada diameter yang dia
miliki. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, karang bercabang pada jenis non-
Acropora hanya memiliki radial koralit saja, berbeda dengan karang Acropora yang memiliki
radial dan aksial koralit. Contoh dari spesies ini adalah Porites cylindrica.

Porites cylindrica (googleimages.com)

2. Massive (CM)
Karang ini memiliki bentuk yang padat dan solid. Mereka memiliki ukuran yang
bervariasi. Beberapa diantaranya bahkan berbentuk menyerupai bongkahan batu. Spesies
Favia speciosa menjadi representasi yang baik dari jenis ini.
Karang otak atau Favia speciosa (googleimages.com)

3. Encrusting (CE)
Serupa tapi tak sama dengan saudaranya yang berkategori Acropora. Pada karang
berjenis encrusting non-Acropora ini tetap memiliki bentuk yang menyerupai kerak yang
tumbuh menyebar pada dasar substrat. Namun perbedaannya, karang kategori CE ini tidak
memiliki cabang. Salah satu contoh spesiesnya ialah Montipora nodosa.

Montipora nodosa (googleimages.com)


4. Foliose (CF)
Anda mengenal kertas folio? Istilah foliose pada karang kategori ini berasal dari benda
tersebut. Pada kenyataannya, karang berjenis CF ini memiliki bentuk yang tipis menyerupai
lembaran-lembaran. Mereka mampu berkoloni membentuk lipatan atau melingkar
terutama pada lingkungan yang terlindung seperti daerah lereng terumbu. Spesies yang
masuk kategori ini salah satunya adalah Favona frondifera.

Favona frondifera (googleimages.com)

5. Mushroom/fungia (CMR)
Sesuai dengan namanya, karang ini memiliki bentukan yang hampir serupa dengan
jamur. Umumnya karang ini berbentuk oval dan memiliki tonjolan yang beralur dari tepi
hingga pusat mulutnya. Contoh spesiesnya adalah Fungia danai.
Karang jamur atau Fungia danai (googleimages.com)

6. Sub-massive (CS)
Karang berkategori CS ini memiliki bentuk yang kokoh dengan tonjolan-tonjolan atau
kolom yang kecil. Pocillopora eydouxi adalah satu diantara sekian banyak karang yang
masuk ke dalam bentukan sub-masif non-Acropora.

Pocillopora eydouxi (googleimages.com)


7. Fire coral (CML)
Pada kategori non-Acropora, karang api mendapat perlakuan istimewa dimana dia
memiliki pembagian khusus untuk dia sendiri. Karang api atau Millepora sp. mempunyai ciri
khas berupa warna yang cerah menyala dengan ujung yang cenderung menguning serta rasa
panas seperti luka bakar apabila kita menyentuhnya. Salah satu diantara sekian banyak
karang api yang ada ialah Millepora complanata.

Millepora complanata (googleimages.com)

8. Blue coral (CHL)


Sama dengan karang api, karang biru yang bernama latin Heliopora sp. juga memiliki
pembagian khusus untuk dirinya sendiri. Identifikasi karang jenis ini dapat dilihat dari
adanya warna biru yang cerah pada sisi-sisi tubuhnya.Contoh dari karang biru ini adalah
Heliopora coerulea.
Heliopora coreulea (googleimages.com)

Demikian sedikit ilmu mengenai life form atau bentukan formasi karang. Semoga
apa yang saya sampaikan ini bisa menambah wawasan kita tentang terumbu karang dan
meningkatkan kesadaran serta rasa cinta kita terhadap lautan khususnya laut Indonesia.

Sumber :

Tim Penyusun. 2014. Buku Panduan Ekologi Laut Tropis. Malang : Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Posted 3rd October 2014 by Rifqi Daffa

Labels: Zoologi

View comments

1.
Anonymous12 December 2014 at 06:54

wow

Reply

2.

cinta laut5 October 2015 at 23:35

Informasi tentang karang yang sangat bagus, semoga bisa bermanfaat untuk
semua orang.
kunjungi juga informasi terbaru laut Indonesia lainnya di www.ke-laut-
an.blogspot.com.
Terimakasih
Reply

Marine Science

Know, Learn, and Love Our Sea

  Home

1.

Oct

marineFACTS!
Percayakah anda apabila beberapa spesies ubur-ubur memiliki sifat immortal atau
tidak bisa mati? Umumnya siklus hidup ubur-ubur terbagi menjadi dua fase, diawali
dengan fase polyp yang merupakan fase dimana dia menempel pada substrat serta
fase medusa yang lebih sering kita temui sebagai ubur-ubur. Namun, pada spesies
Turritopsis nutricula, mereka dapat berubah kembali menjadi fase polyp apabila
mereka mengalami stres!

Sumber :

http://www.treehugger.com/natural-sciences/14-fascinating-facts-about-
jellyfish.html

Posted 9th October 2014 by Rifqi Daffa

Labels: marineFACTS!
1

View comments

1.

cinta laut5 October 2015 at 23:39

Informasinya keren banget.


bagi yang ingin tau lebih lanjut bisa juga lihat di Fakta Laut Indonesia
terbaru

Reply

2.
Oct

marineFACTS!

Predikat ikan paling beracun di dunia saat ini salah satunya dipegang oleh stone fish
(Synanceia horrida). Mereka memiliki barisan duri pada bagian belakang punggung
yang bisa memanjang apabila merasa terancam. Duri-duri tersebut mengandung
racun yang dapat menyebabkan kelumpuhan sementara, matinya jaringan organ,
hingga kematian.

Sumber :

http://thefisheriesblog.com/2013/11/18/top-5-most-poisonous-fish/

Posted 5th October 2014 by Rifqi Daffa

Labels: marineFACTS!

0
Add a comment

3.

Oct

marineFACTS!

Sejatinya banyak sekali spesies ikan yang dikategorikan sebagai hewan endemik
Indonesia. Salah satunya adalah ikan Banggai Cardinalfish (Pterapogon kauderni)
yang merupakan satwa endemik dari perairan Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah.

Sumber :
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. Ensiklopedia Populer Pulau-pulau Kecil
Nusantara : Banggai Sulawesi Tengah. Jakarta : Kompas.

Posted 5th October 2014 by Rifqi Daffa

Labels: marineFACTS!

Add a comment

4.

Oct

marineFACTS!
Bintang mengular, atau disebut juga brittle star, merupakan spesies echinodermata
yang tidak memiliki anus. Hewan ini hanya memiliki mulut di bagian perut yang juga
berfungsi sebagai saluran pembuangan mereka.

Sumber :

http://marinelife.about.com/od/invertebrates/p/Brittle-Stars-And-Basket-Stars-
Class-Ophiuroidea.htm

Posted 5th October 2014 by Rifqi Daffa

Labels: marineFACTS!

Add a comment

5.

Oct

marineFACTS!
Salah satu spesies udang mantis (mantis shrimp) yaitu jenis Gonodactylaceus
glabrous, memiliki nama panggilan "smasher" karena mereka mempunyai sepasang
tungkai yang berbentuk seperti tongkat pemukul. Udang ini bisa meninjukan tungkai
tersebut dengan kecepatan yang mencapai 50-83 km per jam!

Sumber :

https://student.societyforscience.org/article/shrimp-packs-punch

Posted 5th October 2014 by Rifqi Daffa

Labels: marineFACTS!

Add a comment

6.

Oct

3
Berkenalan dengan Beragam
Bentuk Karang

Karang memiliki bentuk pertumbuhan koloni yang berbeda-beda. Variasi


tersebut bisa dipengaruhi oleh sifat karang itu sendiri, maupun kondisi lingkungan
tempat dia tinggal. Beberapa pengaruh yang berasal dari kondisi habitat
diantaranya adalah intensitas cahaya matahari, pergerarakan gelombang dan arus,
ketersediaan nutrien, serta sedimentasi.

Secara umum, bentuk pertumbuhan karang (life form) dibagi menjadi dua,
yaitu Acropora dan non-Acropora. Perbedaan yang terdapat diantara keduanya
adalah pada Acropora memiliki struktur yang disebut aksial koralit dan radial koralit.
Aksial koralit adalah titik tumbuh yang terletak pada ujung cabang yang dimiliki oleh
karang. Warna aksial koralit akan cenderung lebih pucat daripada warna karang itu
sendiri. Sedangkan radial koralit merupakan titik tumbuh yang terletak pada sisi-sisi
karang.

Pada life form Acropora, dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis
berdasarkan bentukan karang yang muncul. Pada masing-masing istilah akan disertai
dengan singkatan seperti CS, CMR, dan sebagainya. Singkatan tersebut berfungsi
untuk memudahkan identifikasi serta penulisan saat observasi lapang. Pembagian
dari jenis Acropora adalah sebagai berikut :

1. Branching Acropora (ACB)


Karang yang termasuk kategori ACB ini memiliki bentukan koloni yang bercabang
menyerupai ranting pohon yang lebar. Contoh spesiesnya adalah Acropora aspera.
Acropora aspera (googleimages.com)

2. Tabulate Acropora (ACT)


Bentukan formasi ini sering disebut juga dengan karang meja karena meskipun
mereka memiliki bentuk bercabang, pertumbuhan mereka cenderung mendatar
menyerupai meja. Karang jenis ini memiliki suatu penopang pada satu sisi bagian
ventral. Contoh dari karang tabulate ini adalah Acropora hyacinthus.
Acropora hyacinthus atau karang meja (googleimages.com)

3. Encrusting Acropora (ACE)


Sesuai dengan namanya, encrusting berarti karang ini akan berkoloni membentuk
struktur menyerupai kerak yang bercabang. Karang-karang ini akan tumbuh
menyebar dan menempel pada substrat yang keras. Spesies Acropora schmitti
merupakan contoh dari karang kategori ACE.

Acropora schmitti (googleimages.com)

4. Sub-massive Acropora (ACS)


Percabangan yang dibentuk pada karang jenis sub-masif ini cenderung lebih
kokoh dan tebal. Salah satu spesiesnya adalah Acropora palmata.
Acropora palmata (googleimages.com)

5. Digitate Acropora (ACD)


Berbeda dengan karang berjenis ACB, karang ini memiliki percabangan yang
rapat dengan bentuk menyerupai jari-jemari tangan manusia. Acropora humilis
adalah contoh karang yang memiliki life form digitate.

Acropora humilis (googleimages.com)


Bentukan formasi karang yang kedua adalah non-Acropora. Serupa dengan
tipe Acropora, jenis life form yang satu ini juga memiliki pembagian berdasarkan
bentuk karang yang muncul. Berikut adalah klasifikasinya :

1. Branching (CB)
Karang berjenis ini memiliki cabang yang lebih panjang daripada diameter yang
dia miliki. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, karang bercabang pada
jenis non-Acropora hanya memiliki radial koralit saja, berbeda dengan karang
Acropora yang memiliki radial dan aksial koralit. Contoh dari spesies ini adalah
Porites cylindrica.

Porites cylindrica (googleimages.com)

2. Massive (CM)
Karang ini memiliki bentuk yang padat dan solid. Mereka memiliki ukuran yang
bervariasi. Beberapa diantaranya bahkan berbentuk menyerupai bongkahan batu.
Spesies Favia speciosa menjadi representasi yang baik dari jenis ini.
Karang otak atau Favia speciosa (googleimages.com)

3. Encrusting (CE)
Serupa tapi tak sama dengan saudaranya yang berkategori Acropora. Pada
karang berjenis encrusting non-Acropora ini tetap memiliki bentuk yang menyerupai
kerak yang tumbuh menyebar pada dasar substrat. Namun perbedaannya, karang
kategori CE ini tidak memiliki cabang. Salah satu contoh spesiesnya ialah Montipora
nodosa.

Montipora nodosa (googleimages.com)


4. Foliose (CF)
Anda mengenal kertas folio? Istilah foliose pada karang kategori ini berasal dari
benda tersebut. Pada kenyataannya, karang berjenis CF ini memiliki bentuk yang
tipis menyerupai lembaran-lembaran. Mereka mampu berkoloni membentuk
lipatan atau melingkar terutama pada lingkungan yang terlindung seperti daerah
lereng terumbu. Spesies yang masuk kategori ini salah satunya adalah Favona
frondifera.

Favona frondifera (googleimages.com)

5. Mushroom/fungia (CMR)
Sesuai dengan namanya, karang ini memiliki bentukan yang hampir serupa
dengan jamur. Umumnya karang ini berbentuk oval dan memiliki tonjolan yang
beralur dari tepi hingga pusat mulutnya. Contoh spesiesnya adalah Fungia danai.
Karang jamur atau Fungia danai (googleimages.com)

6. Sub-massive (CS)
Karang berkategori CS ini memiliki bentuk yang kokoh dengan tonjolan-tonjolan
atau kolom yang kecil. Pocillopora eydouxi adalah satu diantara sekian banyak
karang yang masuk ke dalam bentukan sub-masif non-Acropora.

Pocillopora eydouxi (googleimages.com)


7. Fire coral (CML)
Pada kategori non-Acropora, karang api mendapat perlakuan istimewa dimana
dia memiliki pembagian khusus untuk dia sendiri. Karang api atau Millepora sp.
mempunyai ciri khas berupa warna yang cerah menyala dengan ujung yang
cenderung menguning serta rasa panas seperti luka bakar apabila kita
menyentuhnya. Salah satu diantara sekian banyak karang api yang ada ialah
Millepora complanata.

Millepora complanata (googleimages.com)

8. Blue coral (CHL)


Sama dengan karang api, karang biru yang bernama latin Heliopora sp. juga
memiliki pembagian khusus untuk dirinya sendiri. Identifikasi karang jenis ini dapat
dilihat dari adanya warna biru yang cerah pada sisi-sisi tubuhnya.Contoh dari karang
biru ini adalah Heliopora coerulea.
Heliopora coreulea (googleimages.com)

Demikian sedikit ilmu mengenai life form atau bentukan formasi karang.
Semoga apa yang saya sampaikan ini bisa menambah wawasan kita tentang
terumbu karang dan meningkatkan kesadaran serta rasa cinta kita terhadap lautan
khususnya laut Indonesia.

Sumber :

Tim Penyusun. 2014. Buku Panduan Ekologi Laut Tropis. Malang : Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Posted 3rd October 2014 by Rifqi Daffa

Labels: Zoologi

2
View comments

1.

Anonymous12 December 2014 at 06:54

wow

Reply

2.

cinta laut5 October 2015 at 23:35


Informasi tentang karang yang sangat bagus, semoga bisa bermanfaat
untuk semua orang.
kunjungi juga informasi terbaru laut Indonesia lainnya di www.ke-
laut-an.blogspot.com.
Terimakasih

Reply

7.

Oct

marineFACTS!

Berdasarkan survey yang dilakukan PPO LIPI (Pusat Penelitian Oseanografi -


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) mulai tahun 2006 hingga 2013 pada 1.135
stasiun, menyebutkan bahwa hanya 5,23% terumbu karang kita yang berada pada
kondisi sangat baik!
Sumber :

Guntur. 2011. Ekologi Karang pada Terumbu Buatan. Bogor : Ghalia Indonesia.

Posted 3rd October 2014 by Rifqi Daffa

Labels: marineFACTS!

View comments

8.

Oct

marineFACTS!

Karang api atau fire coral (Millepora sp.) memang memiliki bentuk dan warna yang
indah, tapi hati-hati! Bila kita terkena kontak dengannya, dapat menyebabkan kulit
mengelupas seperti terbakar api!
Sumber :

http://the-blues.me/fire-coral/

Posted 3rd October 2014 by Rifqi Daffa

Labels: marineFACTS!

Add a comment

9.

Oct

Rusaknya Terumbu Karang dan


Penyebabnya

Indonesia merupakan salah satu negara kelautan terbesar dengan segala


macam keanekaragaman hayati yang tersimpan di dalamnya. Berbagai macam jenis
flora dan fauna yang menjadikan laut sebagai habitat tinggal mereka. Ada yang
hidup soliter, dan ada pula yang hidup membentuk kelompok seperti kumpulan
karang, atau yang biasa kita kenal dengan terumbu karang.
Ekosistem terumbu karang yang berkondisi baik (googleimages.com)

Faktanya, 18% dari seluruh populasi terumbu karang yang tersebar di dunia
ternyata berada di Indonesia. Hal tersebut menempatkan Indonesia sebagai salah
satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar pada ekosistem terumbu
karang yang dimiliki. Akan tetapi, kesadaran masyarakat untuk mengenal,
mempelajari dan merawat terumbu karang masih sangat kurang. Ini dibuktikan
dengan kondisi terumbu karang Indonesia yang mengalami penurunan dari 10%
menjadi 50% selama 50 tahun terakhir. Sedihnya lagi, saat ini hanya sekitar 5,23%
terumbu karang kita yang berada dalam kondisi sangat baik.

Karang adalah suatu biota kecil yang hidup pada suatu wadah kalsium karbonat
yang dinamakan polyp. Hewan ini hidup bersimbiosa dengan mikroalga yang disebut
zooxanthellae. Zooxanthellae merupakan alga bersel satu yang berasal dari jenis
Dinoflagellata. Karang akan menyediakan habitat untuk , sedangkan zooxanthellae
akan memberikan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan bagi karang.
Tentakel-tentakel yang keluar dari polip karang (googleimages.com)

zooxanthellae

Berbicara mengenai fungsi terumbu karang, terdapat banyak sekali kegunaan


yang dimiliki oleh hewan bertentakel ini. Secara ekologis, karang dapat berguna
sebagai pelindung ekosistem pantai dengan kemampuannya untuk memecah energi
gelombang dan arus, serta menjadi rumah bagi banyak organisme laut. Secara
sosial, terumbu karang memiliki potensi sebagai lokasi pariwisata, dan juga menjadi
tempat mayoritas nelayan untuk menggantungkan hidupnya dengan menangkap
ikan-ikan yang tinggal di sekitarnya.

Kerusakan yang terjadi pada terumbu karang tidak serta-merta terjadi begitu
saja. Tentu ada beragam faktor yang menyebabkan karang tersebut bisa rusak dan
bahkan mati. Secara umum, faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu faktor
alam dan faktor manusia.

A. Faktor Alam

1. Naiknya Permukaan Laut


Naiknya permukaan laut dapat menyebabkan karang tidak dapat tumbuh dan
membangun kerangka tulang mereka secara normal apabil mereka tidak mampu
beradaptasi. Karena dengan naiknya permukaan laut, maka akan bertambah pula
kedalaman habitat terumbu karang tersebut yang akan berpengaruh terhadap
faktor-faktor lainnya seperti suhu dan konsentrasi nutrien.
2. Kenaikan Suhu
Spesies karang memiliki batas toleransi terhadap suhu yang berbeda-beda,
tergantung pada lingkungan hidupnya. Perubahan suhu yang terjadi dapat
menyebabkan tidak kondusifnya habitat asli mereka. Selain itu, naiknya suhu
permukaan laut berpengaruh pula terhadap kepekaan zooxanthellae serta
menyebabkan rapuhnya struktur terumbu karang itu sendiri.
3. Berkurangnya Tingkat Pengapuran
Emisi global dari efek rumah kaca dapat meningkatkan konsentrasi CO2 di
atmosfir serta di laut yang dapat mengurangi kemampuan terumbu karang untuk
tumbuh dengan proses pengapuran normal. Hal tersebut berakibat kepada
melemahnya kapabilitas karang untuk pulih dari peristiwa seperti coral bleaching.
4. Perubahan Pola Sirkulasi Lautan
Larva karang selalu bergerak mengikuti arus air laut. Jika pola sirkulasi lautan
mengalami perubahan, dampaknya terdapat pada pola distribusi dan
perkembangan karang di seluruh dunia.
5. Pertambahan Frekuensi Cuaca yang Merusak
Cuaca yang terjadi di sekitar lautan ternyata juga mampu mempengaruhi
kehidupan terumbu karang. Curah hujan dapat berpengaruh kepada kadar salinitas
lingkungan habitat mereka. Badai dan angin topan yang terjadi di laut memiliki
kekuatan yang lebih dari cukup untuk merusak karang. Umumnya, kondisi cuaca
selalu berjalan mengikuti pola yang sama setiap tahunnya. Namun, pola ini bisa
berubah seiring dengan iklim dunia yang berubah pula. Mengakibatkan pada
frekuensi serta intensitas cuaca yang tidak menentu.
6. Predatorisme
Karang, sebagaimana organisme laut lainnya, memiliki predator yang mampu
merusak koloni dan memodifikasi struktur terumbu itu sendiri. Terdapat dua taksa
yang secara umum merupakan predator karang yang paling dominan. Pertama
adalah bintang laut, utamanya spesies Acanthaster planci atau biasa disebut Crown-
of-thorn. Bintang laut dapat meregenerasi diri mereka secara cepat hingga dapat
menjadi wabah bagi karang.

Crown-of-thorn, predator karang paling berbahaya (googleimages.com)


Pemangsa karang yang kedua adalah ikan-ikan yang memangsa koloni-koloni
karang. Ikan paruh kakaktua (Bolbometopon muricatum) adalah salah satu contoh
ikan pemangsa karang. Mereka memiliki gigi yang teradaptasi sehingga dapat
menghancurkan bagian-bagian karang seperti polip dengan mudah. Kerusakan yang
ditimbulkan oleh aktivitas predasi ini umumnya dapat dipulihkan dengan cepat oleh
karang. Namun pemulihan tersebut juga tergantung kepada seberapa parah tingkat
kerusakannya serta ukuran koloni karang itu sendiri.

B. Faktor Manusia

1. Coastal Construction
Pembangunan daerah pesisir yang dilakukan tanpa mempertimbangkan kondisi
lingkungan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup terumbu karang di
sekitarnya. Beberapa diantara dampak dari pembangunan pesisir secara
sembarangan adalah terjadinya sedimentasi, serta pencemaran air laut. Sedimentasi
yang terjadi dapat menyebabkan kurangnya nutrisi yang dibutuhkan karang untuk
hidup. Bahkan dalam beberapa kasus malah dapat menutupi karang atau
mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan. Selain itu, zat-zat
tercemar yang berasal dari pembuangan limbah industru dan rumah tangga dapat
menyebabkan munculnya materi-materi yang beracun bagi kerang. Bahkan,
pencemaran juga berhujung kepada peristiwa blooming algae yang mana populasi
alga di perairan sekitar terumbu karang justru akan melenyapkan koloni-koloni
karangnya.

Pembangunan industri di pesisir yang salah dapat merusak karang (googleimages.com)

2. Pencemaran Laut
Istilah ‘pencemaran laut’ disini bisa berarti kepada pencemaran dari pelabuhan,
tumpahan minyak, pembuangan bangkai kapal, pembuangan sampah dari atas
kapal, serta kontak fisik secara langsung yang dilakukan oleh jangkar kapal. Selama
ini, banyak yang menyangka bahwa kegiatan-kegiatan tersebut tidak akan
memberikan konsekuensi langsung pada karang, namun pada kenyataannya
dampak yang dibawa bersifat lokal dan berarti.
3. Overfishing

Penangkapan ikan dengan bom (googleimages.com)

Overfishing atau kegiatan penangkapan ikan yang berlebihan memberikan


dampak perubahan pada ukuran tingkat kelimpahan dan komposisi jenis ikan. Ikan
merupakan salah satu komponen yang ikut menyeimbangan ekosistem terumbu
karang. Misalkan, terjadi overfishing pada spesies ikan pemakan alga. Hal ini
berakibat kepada meledaknya populasi alga yang secara perlahan akan mampu
menutupi populasi karang yang ada.
Selain itu, kegiatan perikanan yang bersifat merusak, seperti pemakaian bahan
peledak dan jaring insang, dapat membawa kerusakan yang sangat ekstensif pada
terumbu karang. Selain itu, penangkapan dengan cara sejenis ini juga menyebabkan
bertambah tingginya persentase kematian ikan-ikan yang belum dewasa.
4. Coral Bleaching
Pemutihan karang sangat dipengaruhi oleh berubahnya suhu lautan secara
global. Perubahan tersebut terjadi karena semakin maraknya fenomena global
warming yang ditimbulkan oleh efek rumah kaca. Manusia secara langsung maupun
tidak turut berpengaruh terhadap pemanasan global tersebut. Aktivitas-aktivitas
seperti pembuangan limbah dalam bentuk gas yang sembarangan dan berlebihan
merupakan salah satu contohnya. Tidak hanya manusia yang merasakan dampak
dari global warming. Terumbu karang pun merasakannya dalam bentuk fenomena
coral bleaching.

Sumber :
Guntur. 2011. Ekologi Karang pada Terumbu Buatan. Bogor : Ghalia Indonesia.
Posted 1st October 2014 by Rifqi Daffa

Labels: Zoologi

Add a comment

10.

Oct

marineFACTS!

Spektrum cahaya tampak berwarna merah memiliki kemampuan penetrasi ke dalam


laut yang sama dengan spektrum cahaya tampak lainnya. Umumnya, pada
kedalaman 10 meter cahaya ini sudah terserap habis dan tidak tampak berwarna
merah. Itulah mengapa darah yang terlarut ke dalam air laut lama kelamaan akan
terlihat berwarna hitam!

Sumber : Advameg. 2014. http://www.waterencyclopedia.com/La-Mi/Light-


Transmission-in-the-Ocean.html.

Posted 1st October 2014 by Rifqi Daffa

Labels: marineFACTS!

Add a comment













Loading

Copyright by Rifqi Daffa, 2013. Dynamic Views theme. Theme images by konradlew.
Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai