Anda di halaman 1dari 16

TUTORIAL MEMBUAT MODEL TERRAIN / SURFACE

Sebelum membuat terrain kita harus membatasi area yang akan dibuat model terrainnya dengan
membuat closed polyline yang membatasi semua point yang ada.
2.1. Surface
Ikuti langkah-langkah berikut :
1-6. Diasumsikan bahwa pada gambar sudah ada data-data point.
7. BUAT polyline dengan mengetik PLINE kemudian pilih titik-titik terluar dari point yang ada, kemudian
untuk mengakhirinya ketik CLOSE.
8. Selanjutnya kita mulai membuat model terrain dengan cara, klik menu Terain>Terrain Model
Explorer…
9. Pada window Terrain Model Explorer klik kanan di bagian Terrain kemudian klik Create New Surface.
10. Akan terbentuk Surface1, selanjutnya kita akan membuat batasan-batasan pada surface tersebut, klik
tanda + di depan Surface1.
11. Klik kanan pada Point Groups, klik Add Point Group…
12. Pada window Add Point Group pilih Data Ukur, kemudian klik Ok.
13. Kemudian klik kanan pada Boundaries, klik Add Boundary Definition.
14. Pada Select polyline for boundary : klik pada gambar BOUNDARY.
15. Pada Boundary Name <Boundary0> : Tekan Enter.
16. Pada Boudnary Type (Show/Hide/Outer) <Outer> : Tekan Enter.
17. Pada Make breaklines along edge? (Yes/No) <Yes> : Tekan Enter 2x.
18. Kemudian klik kanan pada Surface1, klik Build…
19. Pada window Build Surface1, contreng pada Use point group data,
20. Contreng Apply boundaries. Klik Ok.
21. Kemudian klik Ok, sehingga tampak sbb :
2.2. Kontur
22. Selanjutnya kita akan membuat kontur dari surface yang sudah di buat tadi, caranya klik menu
Terrain>Contour Style Manager…
23. Pada window Contour Style Manager pilih Tab Contour Appearance,
24. Kemudian pilih Contour and Grips pada Contour Display.
25. Pilih Label and Grips pada Label Display.
26. Pilih Add Vertices pada Smoothing Options.
27. Set Bar pada nilai 10.
28. Kemudian pada window Contour Style Manager pilih Tab Text Style.
29. Pada bagian Text Properties pilih Standar pada Style.
30. Pilih ByLayer pada Color.
31. Pilih m pada Suffix.
32. Ketik 2 pada Height.
33. Ketik 0 pada Precision.
34. Kemudian klik Ok.
35. Selanjutnya klik menu Terrain>Create Contours…
36. Pada window Create Contour pilih Surface1 pada Surface.
37. Pada Elevation Range Ketik 20 pada from dan 47 pada to.
38. Pilih Both Minor and Major pada Intervals.
39. Ketik 1 pada Minor Interval dan pilih CONT-MNR pada layer.
40. Ketik 5 pada Major Interval dan pilih CONT-MJR pada layer.
41. Pilih Contour Objects pada Properties.
42. Pilih Standar pada Contour Style.
43. Klik Ok. Kemudian tekan Enter.

2.3. Label Kontur


44. Garis kontur tergambar di layar.
45. Selanjutnya kita akan memberi label elevasi, klik menu Terain>Contour Labels>Group End.
46. Pada window Contour Labels – Increaments ketik 1.0 pada Elevation Increament.
47. Kemudian klik Ok.

48. Pada Rotation Angle : tekan Enter.


49. Pada start point : klik diujung kiri.
50. Pada end point : klik di ujung kanan sehingga melewati garis kontur.
51. Ulangi langkah 49-50 di atas sehingga seluruh garis kontur sudah berlabel.
52. Agar kita bisa membedakan gambar kontur major dan minor maka warna layer-nya harus diganti,
ketik LAYER kemudian ganti warna layer CONT-MNR dengan abu-abu, kemudian klik Ok.

TUTORIAL MEMBUAT ALINYEMEN HORIZONTAL


Langkah pertama adalah menentukan PI terlebih dahulu kemudian menentukan jenis lengkung yang
akan digunakan seperti FC, S-S atau S-C-S.
1.1. Lengkung Horizontal
Ikuti langkah-langkah berikut :
1-6. Hubungkan point berikut dengan line :
PI-awal : (198006.574;9480659.921)
PI-1 : (198102.169;9480777.699)
PI-2 : (198658.277;9480956.189)
PI-akhir : (199124.166;9480994.373)
7. Pada gambar terlihat 3 buah line dengan 4 buah PI yang terdiri dari PI-awal, PI-1, PI-2, dan PI-akhir.
Line tersebut memakai layer PI. Sekarang kita akan merencanakan lengkung pada PI-1 berupa S-C-S dan
PI-2 berupa FC.

8. Zoom pada PI-1, dengan cara ketik “ZOOM” kemudian klik di kiri-atas sekitar PI-1 kemudian klik di
kanan-bawah sekitar PI-1. Direncanakan PI-1 berupa lengkung S-C-S dengan Radius (R) = 150m, dan
panjang lengkung (Ls) =40m.
9. Klik menu Lines/Curves>Create Spirals>Fit Tangent-Tangent…
10. Pada window Fit Spirals – Tangent to Tangent pilih Spiral-Curve-Spiral pada Description,
11. Kemudian klik Ok.

12. Pada select line (or points) : klik LINE 1.


13. Pada select line (or points) : klik LINE 2.
14. Pada enter radius (or degrees) : ketik “150”, kemudian Enter.
15. Pada spiral A in (or length) : ketik “L” , kemudian Enter.
16. Pada spiral Length (or A) : ketik “35”, kemudian Enter 3x.
17. Zoom pada PI-2, dengan cara ketik “ZOOM” kemudian klik di kiri-atas sekitar PI-2 kemudian klik di
kanan-bawah sekitar PI-2. Direncanakan PI-2 berupa lengkung FC dengan Radius (R) = 500m.
18. Ketik “FILLET”, kemudian Enter.
19. Ketik “R” untuk memasukan nilai Radius, kemudian Enter.
20. Ketik “500”, kemudain Enter.
21. Pada select first object : klik LINE 2.
22. Pada select second object : klik LINE 3.
1.2. Menentukan Alinyemen
23. Setelah semua lengkung horizontal dibuat, langkah selanjutnya adalah menentukan Alinyemen. Klik
menu Alignments>Define from Objects.
24. Pada Select entity : klik pada PI-AWAL.
25. Pada Select object : klik semua object yang ada, kemudian Enter.
26. Pada Select reference point : tekan Enter.
27. Pada window Define Alignment ketik “CL1” pada Alignment Name.
28. Ketik “Jl. Sersan Bajuri-Lembang” pada Description, klik Ok.

29. Sehingga pada layar command akan tampak sbb :

30. Selanjutnya kita akan setting format penulisan STA, sebagai contoh untuk STA 500 akan ditulis STA
0+500, untuk STA 1500.25 akan ditulis STA 1+500.250 dengan tiga angka dibelakang koma. Untuk itu klik
menu Alignments>Station Display Format…
31. Pada window Edit Station Format ketik “3” pada Decimal Precision.
32. Centang pada Drop decimal for event values.
33. Centang pada Use Station Format.
34. Atur sehingga Station Base Value bernilai 1000.
35. Klik Ok.

1.3. Offset Alinyemen


36. Selanjutnya kita akan membuat lebar jalan dan bahu, dengan data Lebar =7m dan Bahu = 2m. Klik
menu Alignments>Create Offsets…
37. Pada window Alignment Offset Settings, Centang pada Second offset, ketik “5.5” pada Left offset dan
Right offset.
38. Centang pada Inner offset, ketik “3.5” pada Left offset dan Right offset.
39. Klik Ok.

1.4. Label Alinyemen


40. Selanjutnya kita akan membuat label pada alinyemen, klik menu Alignments>Station Label Settings…
41. Pada window Alignment Station Label Settings ketik “50” pada Station Label Increment, ketik “25”
pada Station tick increment, ketik “6” pada station label offset. Klik Ok.

42. Klik menu Alignments >Create Station Labels.


43. Kemudian tekan Enter 3x.

Tutorial Membuat Potongan Melintang / Cross Section


POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION)
Kita akan membuat potongan melintang (cross section), baik eksiting maupun rencana perkerasan jalan
termasuk bahu jalan, saluran samping, dan bentuk lereng samping di daerah timbunan maupun galian.
I. Sampling dari Surface: Ikuti langkah-langkah berikut :
1-6. Buka file yang akan buat cross section-nya.
7. Klik menu Cross Sections>Surfaces>Set Current Surface.
8. Pada window Select Surface klik Surface1. Klik Ok.
9. Klik menu Cross Sections>Existing Ground>Sample From Surface.
10. Pada Select Alignment : tekan Enter.
11. Pada window Alignment Librarian pilih CL1. Klik Ok.
12. Pada window Section Sampling Setting pada bagian Swath Widths ketik 25 pada Left dan Right.
13. Pada bagian Sample Increment ketik 50 pada Tangents, Curves dan Spirals.
14. Contreng pada Alignment Start dan Alignment End. Kemudian klik Ok.
15. Pada Beginning station <0.000> : tekan Enter
16. Pada Ending Station <12.000> : tekan Enter.

II. Menggambar Template Cross Section :


17. Template adalah tipikal cross section, pada latihan ini kita akan merencanakan perkerasan jalan
dengan data sbb :
- Lebar perkerasan = 7.0m, material AC=15cm, Aggregat A=20cm, Agregat B=30cm, grade -2%.
- Lebar bahu = 1.5m, material Agregat B=15cm. grade -4%.
18. Klik menu Cross Sections>Set Template Path.
19. Pada menu Template path ketik cross_template pada bagian path, kemudian klik Ok.

Sekarang kita akan menggambar untuk bagian perkerasan aspal (normal surface), Klik menu Cross
Sections>Draw Template.
20. Pada starting point : klik di tengah layar.
21. Pada select point : ketik G.
22. Pada grade (%) : ketik -2.
23. Pada change in offset : ketik -3.5.
24. Pada grade (%) : ketik R.
25. Pada change in offset : ketik 0.
26. Pada change in elev : ketik -0.15.
27. Pada change in offset : ketik G.
28. Pada grade (%) : ketik 2.
29. Pada change in offset : ketik 3.5.
30. Pada grade (%) : ketik X.
31. Pada starting point : tekan enter untuk keluar.

Sekarang kita akan menggambar untuk bagian bahu (subassembly surface), Klik menu Cross
Sections>Draw Template.
32. Pada starting point : klik di ujung kiri-atas aspal.
33. Pada select point : ketik G.
34. Pada grade (%): ketik -4.
35. Pada change in offset : ketik -1.5.
36. Pada grade (%): ketik R.
37. Pada change in offset : ketik 0.
38. Pada change in elev : ketik -0.15.
39. Pada change in offset : ketik G.
40. Pada grade (%): ketik 4.
41. Pada change in offset : ketik 1.5.
42. Pada grade (%): ketik C.
43. Pada starting point : tekan Enter untuk keluar.

Sekarang kita akan menggambar untuk bagian agregat A (normal surface), Klik menu Cross
Sections>Draw Template.
44. Pada starting point : klik di ujung kanan-bawah aspal.
45. Pada grade (%) : ketik 2.
46. Pada change in offset : ketik -3.5.
47. Pada grade (%) : ketik R.
48. Pada ghange in offset : ketik 0.
49. Pada change in elev : ketik -0.20.
50. Pada change in offset : ketik G.
51. Pada grade (%) : ketik 2.
52. Pada change in offset : ketik 3.5.
53. Pada grade (%) : tekan Enter.
Sekarang kita akan menggambar untuk bagian agregat B (normal surface).
54. Pada starting point : klik di ujung kanan-bawah agregat A.
55. Pada grade (%) : ketik -2.
56. Pada change in offset : ketik -3.5.
57. Pada grade (%) : ketik R.
58. Pada ghange in offset : ketik 0.
59. Pada change in elev : ketik -0.30.
60. Pada change in offset : ketik G.
61. Pada grade (%) : ketik 2.
62. Pada change in offset : ketik 3.5.
63. Pada grade (%) : tekan Enter.
64. Pada starting point : tekan Enter untuk keluar.

III. Mendefinisikan Template Cross Section


65. Sebelumnya kita buat Tabel Material dahulu, klik menu Cross Sections> Templates>Edit Material
Table.
66. Pada window Material Table Selection Status klik Yes, untuk membuat tabel baru.
67. Pada window New Surface Material Table ketik Material pada Table Name. kemudian klik Ok.
68. Pada window New Material Surface ketik AC pada Material, kemudian klik Ok.
69. Pada window Material Table Editor klik New di bagian materials.
70. Pada window New Material Surface ketik “Agregat A” pada Material.
71. Ulangi langkah 69-70 di atas untuk material “Agregat B”, sehingga akan didapat sbb :
72. kemudian klik Ok.

Sekarang kita akan mendefinisikan bahu (subassembly).


73. Klik menu Cross Sections>Templates>Define Subassembly.
74. Pada Pick connection point in : klik di ujung kanan-atas bahu.
75. Pada window Surface Material Names klik Agregat B.
76. Kemudian klik Ok.
77. Pada pick entity : klik di gambar bahu.
78. Pada Pick connection point out : klik di ujung kiri-atas bahu.
79. Pada pick datum points : klik di ujung kiri-atas bahu.
80. Pada pick datum points : klik di ujung kiri-bawah bahu.
81. Pada pick datum points : klik di ujung kanan-bawah bahu.
82. Pada pick datum points : tekan Enter.
83. Pada save subassembly [Yes/No] ? : klik Enter.
84. Pada subassembly name : ketik Bahu.
85. Pada Define another subassembly [Yes/No] : ketik N, kemudian Enter.

Sekarang kita akan mendefinisikan perkerasan cross-section (template).


86. Klik menu Cross Sections>Templates>Define Template…
87. Pada Pick finish ground reference point : klik di ujung kanan-atas aspal.
88. Pada Is template symmetrical [Yes/No] ? : ketik Y.
89. Pada select object : klik kiri-atas kemudian,
90. Klik kanan-bawah sehingga semua gambar terpilih.
91. Pada select object : Tekan Enter.

92. Di gambar tampak bahwa bagian aspal saja yang bergaris putus-putus, maka pada Surface type
[Normal/Subgrade] ? : ketik N, kemudian Enter.
93. Pada window Surface Material Name pilih AC, kemudian klik Ok.
94. Di gambar tampak bahwa sekarang bagian bahu saja yang bergaris putus-putus, maka pada Surface
type [Normal/Subgrade] ? : ketik N, kemudian Enter.
95. Pada window Surface Material Name pilih Agregat B, kemudian klik Ok.
96. Di gambar tampak bahwa sekarang bagian Agregat A saja yang bergaris putus-putus, maka pada
Surface type [Normal/Subgrade] ? : ketik N, kemudian Enter.
97. Pada window Surface Material Name pilih Agregat A, kemudian klik Ok.
98. Di gambar tampak bahwa sekarang bagian Agregat B saja yang bergaris putus-putus, maka pada
Surface type [Normal/Subgrade] ? : ketik N, kemudian Enter.
99. Pada window Surface Material Name pilih Agregat B, kemudian klik Ok.
100. Pada pick connection point out : klik di ujung kiri atas aspal.
101. Pada Datum number <1> : tekan Enter.
102. Pada pick datum points : klik di ujung kiri-bawah aspal.
103. Pada pick datum points : klik di ujung kiri-bawah agregat B.
104. Pada pick datum points : klik di ujung kanan-bawah agregat B.
105. Pada pick datum points : tekan Enter.
106. Pada window Subassembly Attachments, di bagian Left ketik BAHU pada Fill Shoulder dan Cut
Shoulder.
107. Di bagian Right ketik BAHU pada Fill Shoulder dan Cut Shoulder, kemudian klik Ok.
108. Pada save template [Yes/No] ? : tekan Enter.
109. Pada template name : ketik bajuri-lembang.
110. Pada define another template [Yes/No] : ketik N.

Sekarang kita akan mendefinisikan superelevasi pada template tersebut sehingga bisa ikut berputar
mengikuti besarnya superelevasi pada tikungan.
111. Klik menu Cross Sections>Templates>Edit Template…
112. Pada window Template Librarian klik bajuri-lembang, kemudian klik Ok.
113. Pada Pick insertion point : klik di daerah yang kosong.
114. Pada Edsrf/SAve/eXit/ASsembly/Display/SRfcon/Redraw : ketik SR.
115. Pada Connect/Datum/Redraw/Super/Topsurf/Transition/eXit : ketik S.
116. Pada outer left superelevation point : klik ujung kiri-atas aspal.
117. Pada inner superelevation reference point : klik ujung tengah-atas aspal.
118. Pada outter rollover point : klik di ujung kiri-atas bahu.
119. Pada outer right superelevation point : klik ujung kanan-atas aspal.
120. Pada inner superelevation reference point : klik ujung tengah-atas aspal.
121. Pada outter rollover point : klik di ujung kanan-atas bahu.
122. Pada Connect/Datum/Redraw/Super/Topsurf/Transition/eXit : ketik X.
123. Pada Edsrf/SAve/eXit/ASsembly/Display/SRfcon/Redraw : ketik SA.
124. Pada save template [Yes/No] ? : tekan Enter.
125. Pada template name : tekan Enter.
126. Pada Template exists. Overwrite [Yes/No] ? : tekan Enter.
127. Pada Edsrf/SAve/eXit/ASsembly/Display/SRfcon/Redraw : tekan Enter.

IV. Desain Saluran dan Kemiringan Lereng


Pada latihan ini direncanakan dimensi saluran dan kemiringan lereng pada daerah timbunan dan galian
dengan data sbb :
- Dimensi Saluran : lebar atas 1.5 m, lebar bawah 0.5 m, kedalaman 1.0 m, kemiringan saluran 2:1.
- Dimensi Lereng Galian : kemiringan 2:1, tipe berjenjang (stepped) dengan tinggi maksimum 2.0 m dan
lebar jenjang 1.0 m.
- Dimensi Lereng Timbunan : kemiringan 2:3, tipe berjenjang (stepped) dengan kedalamam maksimum
2.0 m dan lebar jenjang 1.0 m.

128. Klik menu Cross Sections>Design Control>Stepped Slopes…


129. Pada window Stepped Control Editor klik Hinge to Match pada bagian Stepped direction.
130. Isikan 1, 1.5, 0.5, 1, 0 untuk (Depth, Fill, Cut, Width, Grade) pada baris 1.
131. Isikan 3, 1.5, 0.5, 1, 0 untuk (Depth, Fill, Cut, Width, Grade) pada baris 2.
132. Isikan 5, 1.5, 0.5, 1, 0 untuk (Depth, Fill, Cut, Width, Grade) pada baris 3.
133. Kemudian klik Ok.
134. Klik menu Cross Sections>Design Control>Edit Design Control…
135. Pada window Enter Station Range tekan Enter.
136. Pada window Design Control klik Template Control…
137. Pada window Template Control klik Select… pada Template.
138. Pada window Template Librarian pilih bajuri-lembang, kemudian klik Ok.
139. Pada window Template Control klik Select… pada Datum.
140. Pada window Datum Librarian pilih 1, kemudian klik Ok.
141. Pada window Template Control pilih Center pada Pivot, kemudian ketik -0.2, 0, -0.2 masing-masing
pada Left, Center, Right.
142. Klik Rollover dan ketik 0.1 dan pilih Left pada Side.
143. Pilih none pada Subgrade Superelevation Method.
144. Kemudian klik Ok.
145. Pada window Design Control klik Ditches…
146. Pada window Ditch Control pilih Cut pada Type di bagian Left dan Right.
147. Contreng Foreslope dan ketik 0.5 di bagian Left dan Right.
148. Contreng Depth dan ketik 1 di bagian Left dan Right.
149. Contreng Depth from hinge di bagian Left dan Right.
150. Pada Base Width ketik 0.5 di bagian Left dan Right.
151. Kemudian klik Ok.
152. Pada window Design Control klik Slopes…
153. Pada window Slope Control pllih Simple pada Fill Type, kemudian ketik 1.5 pada Typical dan
Maximum. Lakukan ini pada bagian Left dan Right.
154. Pllih Stepped pada Cut Type, kemudian ketik 0.5 pada Typical dan Maximum. Lakukan ini pada
bagian Left dan Right.
155. Kemudian klik Ok.
156. Pada window Design Control klik Benches…
157. Pada window Bench Control contreng Use left cut bench, ketik 2.0, 1.0, dan 0.0 pada Height, Width
dan Grade. Lakukan ini pada Left cut bench dan Right cut bench.
158. Contreng Use left fill bench, ketik 2.0, 1.0, dan 0.0 pada Height, Width dan Grade. Lakukan ini pada
Left fill bench dan Right fill bench.
159. Kemudian klik Ok.
160. Pada window Design Control klik Ok,
161. Pada window Process Status klik Ok.

V. Superelevasi
Pada latihan ini direncanakan tikungan horisontal dengan data sbb :
- PI-1 (S-C-S) : V = 40km/jam, e = 6.0 %, Ls = 35 m, Lc = 51.76 m.
- PI-2 (FC) : V = 40km/jam, e = 2.0 %, Ls’ = 35 m, Lc = 114.4 m.
Parameter-parameter tersebut akan kita masukkan dalam perhitungan sehingga nantinya didapat
gambar cross-section beserta superelevasinya.
162. Klik menu Cross Sections>Design Control>Superelevation Parameters…
163. Pada window Superelevation Control contreng pada Superelevation calculations dan Crown removal
by runout distance.
164. Kemudian klik Edit Data…
165. Pada window Superelevation curve edit pilih A pada Method.
166. Ketik 0.06 pada E value, pilih Right pada Direction.
167. Ketik 8.75, 26.25 dan 100 pada Runout, Runoff dan %runoff untuk Transition in maupun Transition
out.
168. Kemudian klik Next.
169. Pada window Superelevation curve edit pilih A pada Method.
170. Ketik 0.02 pada E value, pilih Right pada Direction.
171. Ketik 17.50, 5.833 dan 100 pada Runout, Runoff dan %runoff untuk Transition in maupun Transition
out.
172. Kemudian klik Ok.
173. Pada window Superelevation Control klik Save.
174. Kemudian klik Ok.
175. Pada window Superelevation Section Sampling contreng pada Sample these stations.
176. Klik Select…
177. Pada window select surface pilih surface1.
178. Kemudian klik Ok 3x untuk kembali ke gambar.

VI. Plot Section di Model


Sekarang kita tinggal plotting cross-section di Model dengan ketentuan sbb :
- Skala Horisontal = 1 : 100
- Skala Vertikal = 1 : 100
- Ukuran Kertas = 594 x 841
179. Untuk itu klik menu Projects>Drawing Setup.
180. Pada window Drawing Setup klik tab Scale.
181. Pada Drawing Scale pilih 1:100 untuk Horizontal.
182. Pada Drawing Scale pilih 1:100 untuk Vertical.
183. Pada Sheet Size pilih 594 x 841.
184. Kemudian klik Ok.
185. Klik menu Cross Sections >Section Plot>Settings.
186. Pada window Cross Section Plotting Settings contreng pada semua pilihan.
187. Kemudian klik Section Layout…
188. Pada window Section Layout ketik 5, 2, 0, 3, 1 pada Offset inc, Offset lbl inc, Offset prec, FG lbl prec,
dan Rows below datum.
189. Kemudian ketik 1, 2, 0, 2, 1 pada Elevation inc, Elevation lbl inc, Elevation prec, EG lbl prec dan Rows
above max.
190. Kemudian klik Ok.
191. Pada window Cross Section Plotting Settings klik Page Layout…
192. Pada window Page Layout ketik 594, 50, 25, 4, 4 pada Sheet height, Left margin, Top margin,
Column spacing, dan Vertical sheets.
193. Ketik 841, 2, 25, 4 pada Sheet width, Right margin, Bottom margin, dan Row spacing.
194. Kemudian klik Ok 2x.
195. Kemudian klik menu Cross Sections>Section Plot>Page.
196. Pada Page import type : ketik M, kemudian Enter.
197. Pada Import section into current drawing : ketik Y kemudian Enter.
198. Pada beginning station : tekan Enter.
199. Pada ending station : tekan Enter.
200. Pada sheet origin point : klik di area yang kosong.

VII. Volume Galian Timbunan


Sekarang kita akan plotting volume galian dan timbunan di model dengan ketentuan sbb :
- Perhitungan volume menggunakan type Prismoidal,
- Menggunakan koreksi kurva.
- Menggunakan Faktor Volume Galian = 0.9
- Menggunakan Faktor Volume Timbunan = 1.1
201. Klik menu Cross Sections>Total Volume Output>Volume Table.
202. Pada Computation type : ketik P.
203. Pada Use of curve corection : ketik Y.
204. Pada Use of volume adjustment factors : ketik Y.
205. Pada Cut adjustment factor : ketik 0.9.
206. Pada Fill adjustment factor : ketik 1.1.
207. Pada Beginning station : klik Enter.
208. Pada Ending station : ketik Enter.
209. Pada Pick insertion point : klik di area yang kosong.

VIII. Volume Template


Sekarang kita akan plotting volume template yang terdiri dari AC, Agregat A dan Agregat B , volume ini
tidak bisa di plot di gambar model jadi kita save ke file text ASCII.
210. Klik menu Cross Sections>Surface Volume Output>Template Surface.
211. Pada Volume Computation type : ketik P.
212. Pada Use of curve corection : ketik Y.
213. Pada Use of volume adjustment factors : ketik Y.
214. Pada Cut adjustment factor : ketik 0.9.
215. Pada Fill adjustment factor : ketik 1.1.
216. Pada Output File name: ketik output.txt.
217. Pada Beginning station : klik Enter.
218. Pada Ending station : ketik Enter.
TUTORIAL MEMBUAT SHEET MANAGER
SHEET STANDAR
Dalam latihan ini kita akan membuat Sheet untuk Gambar Profil dan Potongan Memanjang (Plan &
Profil) pada kertas ukuran A3. Ikuti langkah-langkah berikut.

1. Buat File Baru, Beri Nama “Plan-Profil-Sheet.dwg”, Buat Project Baru beri nama “Sheet Standar”, isi
Description dengan “Latihan Membuat Sheet Standar”

2. Pada window Load Settings klik Next, pada Window Unit pilih Meter, Degrees, North Azimuths, pada
bagian Display Precision masing-masing isi dengan ”3”, kemudian klik Next. Pada window Scale isi
Drawing Scale Horizontal dengan 1:1000, Vertical dengan 1:100, Sheet Size dengan 594x841, klik Next.
Pada window zone untuk Categories pilih Indonesia, pada Available Coordinat System pilih Indonesia,
Java West;West of 108 deg East, Djakarta datum, klik Next. Pada window Orientation klik Next. Pada
window Text Style klik Next. Pada window Border pilih None kemudian klik Next. Pada window Save
Settings isi Profile Name dengan “Sheet Standar”, klik Save kemudian klik Finish.

3. Di sini kita akan mulai membuat Sheet Standar, untuk itu pindahkan dari Model Space ke Paper
Space dengan meng-klik Tab Layout1 di bagian bawah kiri. Buat Layer BORDER, LEGEND, VIEWPORT,
FRAME, GRID.
Buat garis batas Rectangle Polyline ukuran 400x280 dengan layer BORDER. Di sini mungkin akan terlihat
bahwa ukuran kertas lebih kecil dari pada ukuran BORDER, untuk itu kita perlu mengatur ukuran kertas.

4. Klik File>Page Setup Manager, klik New, ketik “A3” di New Page Setup Name, klik Ok. Atur
Printer/Plotter, Pilih Paper Size dengan A3, Plot Area dengan Extents, ketik Plot Scale 1 mm : 1 units, Plot
offset Centang Center the plot, Set Plot Style table ke monocrome.stb, Set Drawing Orientation ke
Landscape. Klik Ok.

Pada Window Page Setup Manager Pilih A3, klik Set Current kemudian klik Close. Sekarang ukuran
BORDER sudah muat dalam kertas ukuran A3.

5. Selanjutnya kita akan membuat direktori database style. Klik menu Sheet Manager>Setting. Pada
Window Setting, di sebelah kanan Style Database Path klik Set. Kemudian pada Path ketik
“SHEET_STANDAR\”, klik Ok.

Pada window Setting, Layers Label Frames ketik “FRAME”, pada Sheet Options Layout Page Setup Name
pilih A3. Kemudian pastikan terdapat tanda √ di depan Use Fixed Profile Stations, Draw MS Match Lines,
Draw Grid on Label Draw, dan Adjust Grid View.
6. Langkah berikutnya kita akan membuat Legenda untuk Keterangan Gambar, Skala Gambar, Nama
Proyek dan sebagainya. Buatlah Rectangle Polyline ukuran 75x270 dengan layer LEGEND, simpan di
sebelah kanan gambar dengan jarak 5 mm dari BORDER.

7. Selanjutnya kita akan membuat Viewport-Plan dengan layer VIEWPORT. Klik menu Sheet
Manager>Sheet Styles>Create Viewport. Gambar viewport dengan ukuran 310x120. Tempatkan viewport
di bagian kiri atas dengan jarak 5 mm dari BORDER.

8. Sekarang kita akan mengeset kategori viewport ini untuk plan. Klik menu Sheet Manager>Sheet
Styles>Set Viewport Category. Pilih gambar viewport tadi kemudian pada Window Edit View Data pilih
Plan untuk Category dan isikan 1.00 pada View Scale. Klik Ok.

9. Berikutnya kita akan membuat frame dengan layer FRAME untuk Viewport-Plan di atas. Klik menu
Sheet Manager>Sheet Style>Create/Edit Frame. Karena kita akan membuat Frame baru maka tekan
Enter.
Pada window Edit Frame Data, ketik “FRAME” pada Layer, kemudian klik Pick Origin/Size <<. Klik bagian
kiri bawah Viewport-Plan untuk Pick Lower Left (Origin) Point, kemudian klik bagian kanan atas Viewport-
Plan untuk Pick Upper Right (Origin) Point.
Pada window Edit Frame Data, Pilih Plan pada Type dan View pada Category, klik Ok.

10. Langkah berikutnya kita akan membuat Viewport-Profil dengan layer VIEWPORT. Klik menu Sheet
Manager>Sheet Styles>Create Viewport. Gambar viewport dengan ukuran 280x130. Tempatkan
Viewport-Profil ini di bawah sehingga midpoint sisi atasnya berhimpit dengan midpoint sisi bawah
Viewport-Plan.

11. Sekarang kita akan mengeset kategori viewport ini untuk Profil. Klik menu Sheet Manager>Sheet
Styles>Set Viewport Category. Pilih gambar Viewport-Profil tadi kemudian pada Window Edit View Data
pilih Profile untuk Category dan isikan 1.00 pada View Scale, klik Ok.

12. Berikutnya kita akan membuat frame untuk Viewport-Profil di atas. Klik menu Sheet Manager>Sheet
Style>Create/Edit Frame. Tekan Enter untuk membuat Frame baru.
Pada window Edit Frame Data, ketik “FRAME” pada Layer, kemudian klik Pick Origin/Size <<. Klik bagian
kiri bawah Viewport-Profil untuk Pick Lower Left (Origin) Point, kemudian klik bagian kanan atas
Viewport-Profil untuk Pick Upper Right (Origin) Point. Pilih Profile pada Type, dan View pada Category.
Sekarang kita akan membuat grid untuk frame tersebut. Klik Grid, klik Add pada window Edit Attached
Grid, ketik “Grid Profil” pada Style Name, klik Edit. Pada window Edit Grid Style pilih Vertical pada Line
Direction, ketik “5” pada Spacing, ketik “GRID“ pada layer, klik Add’. Kemudian pilih Horizontal pada Line
Direction, ketik “5” pada Spacing, ketik “GRID“ pada layer, klik Add, klik Ok 4x.
13. Selanjutnya kita akan membuat Frame Label untuk elevasi profil yang akan diletakan di sebelah kiri
dan kanan Viewport-Profil. Sekarang kita buat Frame untuk sebelah Kanan. Klik menu Sheet
Manager>Sheet Style>Create/Edit Frame. Tekan Enter untuk membuat Frame baru.
Pada window Edit Frame Data, ketik “FRAME” pada Layer, kemudian klik Pick Origin/Size <<. Klik bagian
kanan bawah Viewport-Profil untuk Pick Lower Left (Origin) Point, kemudian klik bagian kanan bawah
Viewport-Plan untuk Pick Upper Right (Origin) Point. Pilih Profile pada Type dan Label pada Category.
Sekarang kita akan menentukan Text-nya. Klik Text di bagian Attached Labels. Klik Add pada window Edit
Attached Text Label, Ketik “Profile Elevasi” pada window Select Style di bagian Style Name, klik Edit. Pada
window Text Label Properties pilih 5mm untuk Text Style, Middle Center untuk Justify, ketik “2.25” untuk
Height, ketik “0” untuk Rotation Angle, ketik “FRAME” untuk Layer.
Untuk menentukan format text-nya klik Edit. Pada window Edit Text Format pilih Profile untuk Code
Category, pilih Elevation untuk Codes, kemudian klik Add Code to Text Format. Untuk format angkanya
klik Numeric Format, pada window Edit Numeric Format isikan “0” pada bagian Decimal Precision, klik
Ok 4x hingga muncul window Edit Attached Text Label. Pilih Profile Elevasi pada Currently Attached, pilih
Profile|Elevation pada Design Data Point, pilih Incremental pada Label Location, pilih Frame Middle pada
Frame Justification, ketik “2” pada Label Increment, klik Ok 2x.
Selesai sudah kita membuat frame label elevasi profil untuk sebelah kanan. Untuk frame sebelah kiri kita
tinggal meng-copy frame yang baru saja dibuat.

14. Selanjutnya kita akan membuat Frame Label untuk elevasi rencana yang akan diletakan di bagian
bawah Viewport-Profil. Klik menu Sheet Manager>Sheet Style>Create/Edit Frame. Tekan Enter untuk
membuat Frame baru.
Pada window Edit Frame Data, ketik “FRAME” pada Layer, ketik “280” pada Width, ketik “7.5” pada
Height, Pilih Profile pada Type dan Label pada Category. Klik Text di bagian Attached Labels. Klik Add
pada window Edit Attached Text Label, Ketik “Elevasi Rencana” pada window Select Style di bagian Style
Name, klik Edit. Pada window Text Label Properties pilih 5mm untuk Text Style, Middle Center untuk
Justify, ketik “1.25” untuk Height, ketik “90” untuk Rotation Angle, ketik “FRAME” untuk Layer.

Untuk menentukan format text-nya klik Edit. Pada window Edit Text Format pilih FG Center Line untuk
Code Category, pilih Elevation untuk Codes, kemudian klik Add Code to Text Format. Klik Numeric
Format, pada window Edit Numeric Format isikan “3” pada bagian Decimal Precision, klik Ok 4x hingga
muncul window Edit Attached Text Label. Pilih Elevasi Rencana pada Currently Attached, pilih FG Center
Line|Elevation pada Design Data Point, pilih Incremental pada Label Location, pilih Frame Middle pada
Frame Justification, ketik “50” pada Label Increment, ketik “1” pada Label Offset Horizontal, klik Ok.
Sekarang kita akan membuat garis tegak lurus untuk frame tersebut. Klik Grid, klik Add pada window Edit
Attached Grid, ketik “Garis Tegak” pada Style Name, klik Edit. Pada window Edit Grid Style pilih Vertical
pada Line Direction, ketik “50” pada Spacing, ketik “FRAME“ pada layer, klik Add, klik Ok 4x.

Selesai sudah kita membuat frame label elevasi rencana. Letakan frame tersebut di bagian bawah
Viewport-Profil.
15. Selanjutnya kita akan membuat Frame Label untuk elevasi eksisting yang akan diletakan di bagian
bawah frame elevasi rencana. Klik menu Sheet Manager>Sheet Style>Create/Edit Frame. Tekan Enter
untuk membuat Frame baru.
Pada window Edit Frame Data, ketik “FRAME” pada Layer, ketik “280” pada Width, ketik “7.5” pada
Height, Pilih Profile pada Type dan Label pada Category. Klik Text di bagian Attached Labels. Klik Add
pada window Edit Attached Text Label, Ketik “Elevasi Eksisting” pada window Select Style di bagian Style
Name, klik Edit. Pada window Text Label Properties pilih 5mm untuk Text Style, Middle Center untuk
Justify, ketik “1.25” untuk Height, ketik “90” untuk Rotation Angle, ketik “FRAME” untuk Layer.
Untuk menentukan format text-nya klik Edit. Pada window Edit Text Format pilih EG Center untuk Code
Category, pilih Elevation untuk Codes, kemudian klik Add Code to Text Format. Klik Numeric Format,
pada window Edit Numeric Format isikan “3” pada bagian Decimal Precision, klik Ok 4x hingga muncul
window Edit Attached Text Label. Pilih Elevasi Eksisting pada Currently Attached, pilih EG Center|
Elevation pada Design Data Point, pilih Incremental pada Label Location, pilih Frame Middle pada Frame
Justification, ketik “50” pada Label Increment, ketik “-1” pada Label Offset Horizontal, klik Ok.
Sekarang kita akan membuat gridline tegak lurus untuk frame tersebut. Klik Grid, klik Add pada window
Edit Attached Grid, klik Garis Tegak pada Style List, klik Ok 3x.
Selesai sudah kita membuat frame label elevasi eksiting. Letakan frame tersebut di bagian bawah frame
elevasi rencana.

16. Selanjutnya kita akan membuat Frame Label untuk stasion (STA) yang akan diletakan di bagian
bawah frame elevasi eksisting. Klik menu Sheet Manager>Sheet Style>Create/Edit Frame. Tekan Enter
untuk membuat Frame baru.
Pada window Edit Frame Data, ketik “FRAME” pada Layer, ketik “280” pada Width, ketik “5” pada Height,
Pilih Profile pada Type dan Label pada Category. Klik Text di bagian Attached Labels. Klik Add pada
window Edit Attached Text Label, Ketik “Stasioning” pada window Select Style di bagian Style Name, klik
Edit. Pada window Text Label Properties pilih 5mm untuk Text Style, Middle Center untuk Justify, ketik
“2” untuk Height, ketik “0” untuk Rotation Angle, ketik “FRAME” untuk Layer.
Untuk menentukan format text-nya klik Edit. Pada window Edit Text Format pilih Alignment untuk Code
Category, pilih Station untuk Codes, kemudian klik Add Code to Text Format. Klik Numeric Format, pada
window Edit Numeric Format isikan “0” pada bagian Decimal Precision, beri tanda √ di depan Use Station
Format klik Ok 4x hingga muncul window Edit Attached Text Label. Pilih Stasioning pada Currently
Attached, pilih Alignment|Station pada Design Data Point, pilih Incremental pada Label Location, pilih
Frame Middle pada Frame Justification, ketik “50” pada Label Increment, klik Ok 2x.
Selesai sudah kita membuat frame label stasion. Letakan frame tersebut di bagian bawah frame elevasi
eksisting.

17. Selanjutnya save gambar sheet tersebut agar bisa digunakan. Klik Sheet Manager>Sheet Style>Save
Sheet Style. Ketik “sheet-plan-profil-dinx”. Klik Ok.

Anda mungkin juga menyukai