Anda di halaman 1dari 8

Precognition

(Pesan dari Masa Depan)

Kata orang, kita tidak bisa mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan, sebelum
kita merasakannya sendiri secara langsung. Semua orang juga pasti berpikir seperti itu. Namun,
hal itu tidak berlaku untuk Rina. Mungkin terdengar gila, atau mungkin orang-orang akan
menganggapnya gila, jika ia mengaku bisa melihat masa depan. Terdengar mengada ada, tapi
memang itu kenyataannya. Ketika berumur 12 tahun, tepatnya di tanggal 15 Maret 2007 Rina
mengalami kecelakaan bersama keluarganya, hal itu membuatnya harus kehilangan kakak yang
sangat ia sayangi, saat itu kakaknya masih berusia 14 tahun. Sejak peristiwa itu, ia mengalami
stress, dan depresi. Rina tidak mau berbaur, dan tidak ingin bertemu dengan orang-orang, dia
hanya mengurung diri di kamar sambil memandangi foto kakaknya. Beberapa tahun kemudian
Rina menginjak usia 17 tahun, dan memasuki kelas 2 SMA, rasa pilu dan kehilangan terhadap
kakaknya sudah mulai memudar, meski tidak akan pernah hilang, tetapi dia sudah mulai
bersikap normal dan menjalankan aktivitas seperti biasa.

Mentari bersinar terang seakan membawa keceriaan untuk hari ini, 15 Maret 2012. Rina
bangun dari tidurnya dan seperti biasa, dia bersiap diri untuk pergi ke sekolah. Setelah selesai
mandi, dan mengenakan pakaian seragam, Rina memandangi bingkai kecil di atas meja
belajarnya yang berisi foto kakaknya, ia tersenyum dan berkata, “hari ini, di hari yang sama,
dan tanggal, bulan yang sama, tepat peringatan 5 tahun kematian kakak, aku rindu sama kakak,
aku sayang kakak”. Rina tersenyum kecil, lalu beranjak pergi. Rina tinggal di rumah yang bisa
dikatakan cukup besar, berlantai dua, dengan halaman di bagian depan rumah. Rina beranjak
pergi dari kamarnya di lantai dua, turun menyusuri tangga, menuju ruang makan, disana sudah
ada kedua orang tuanya yang menunggu untuk sarapan bersama. “Ma, aku buru-buru, aku
berangkat sekarang ya!”,seraya mencium tangan kedua orang tuanya dan berlalu pergi. “Ehh,
tapi kan, sudah mama buatkan sarapan”, kata Ibu Rina sambil tersenyum melihat tingkah putri
semata wayangnya yang sangat bersemangat. Ayahnya, yaitu Pak Mirka, hanya tersenyum
sambil menatap tingkah putrinya yang ceroboh itu. Tidak lama setelah Rina pergi, kedua orang
tua Rina mulai sedikit cemas. “Sudah 5 tahun sejak kepentingan Gio, pasti putri kita sangat
kesepian di rumah sendirian, tapi apa Rina ingat ya, kalau hari ini tepat hari dan tanggal yang
sama dengan waktu kematian Gio”, Ibu Rina menghela nafas agak panjang. “Bapak juga
berpikir begitu, semenjak saat itu, Rina juga tidak pernah mengajak teman-temannya datang
ke rumah, untuk belajar bersama atau untuk sekedar kumpul-kumpul.”, Pak Mirka menyetujui
perkataan istrinya itu.

Di luar, Rina menaiki motor vespa merah kesayangannya, mengenakan helm, lalu pergi
ke sekolah. Sesampainya di sekolah, Rina memarkir vespanya di parkir sekolah, setelah
melepaskan helm, dan turun dari motornya, tiba-tba, ada seseorang yang menarik rambut
panjangnya dari belakang. Tentu saja ia menjerit kesakitan. “Aduh!!, gila, sakit rambut gue!”,
teriak Rina dengan nada marah. Terdengar suara tawa anak laki-laki, yang ternyata adalah
Danny, sahabat Rina sejak pertama kali masuk SMA. “Hahahaha, sorry, Rin, gue sengaja”,
kata Danny sambil melepas jambakannya. “Parah lo, mau bikin gue botak ya?!, narik-narik
rambut gue”, ucap Rina dengan nada kesal. “Ampun, ampun, kan cuma bercanda,” balas
Danny. Rina dan Danny sudah sangat dekat, mereka bersahabat sejak masuk di SMA,
meskipun begitu mereka masih sering bertengkar bahkan hanya untuk hal-hal sepele. Setelah
pertengkaran kecil itu, mereka masuk ke kelas bersama. Hari menjelang sore, Rina mendapat
kelas olahraga di jam pelajaran terakhir. Guru olahraga menyuruh siswanya untuk lari keliling
lapangan, akan tetapi, belum satu putaran berlari, tiba-tiba Rina jatuh pingsan. Hal itu sontak
membuat seluruh murid kaget, terutama Danny, ia belum pernah melihat Rina pingsan seperti
ini. Semua segera membawa Rina ke UKS sekolah, dan jam pelajaran olahraga dihentikan.
Semuanya panik, karena pertama kalinya Rina pingsan di sekolah. Sekitar 15 menit kemudian,
ia siuman, semua siswa tampak lega, tapi tidak dengan Danny, ia masih terlihat sangat panik,
dan langsung memegang tangan Rina. “Lo, gapapa kan?, gue khawatir liat lo pingsan untuk
pertama kalinya.”Akan tetapi, Rina sama sekali tidak menjawabnya, dia hanya menatap Danny
dengan tatapan kosong. Karena merasa aneh, Danny pun mencubit tangan Rina, yang sontak
membuat Rina terlepas dari lamunannya. “Aduh!,lo apa-apaan sih, sakit tau!”ucap Rina dengan
nada kesal. “Yes, cara gue berhasil, lo juga, ngapain coba baru siuman udah bengong, tadi lo
kenapa?, kok bisa pingsan gitu?”, tanya Danny dengan penuh perhatian. Mendengar hal
tersebut, Rani menjadi kebingungan dan berkata, “gue juga gatau, tadi waktu lari keliling
lapangan, mendadak kepala gue pusing, mata gue burem, terus telinga gue gak bisa dengar apa-
apa, badan gue berasa sakit semuanya.”Mungkin lo kecapekan, ya udah, gue anter pulang
ya.”ucap Danny. Danny membantu Rina untuk bangkit dari tempat tidur, dan mengantarnya
pulang ke rumah, anak-anak lain juga bubar dan kembali ke rumah mereka masing-masing.
Danny membonceng Rina pulang dengan motornya, dan vespa milik Rina dititipkan di sekolah.
Dalam perjalanan, Rina membicarakan tentang hal apa yang sebenarnya ia alami tadi. “Gue
ngerasain hal aneh tadi, bener-bener aneh”ucapnya. “Kejadian apa?” tanya Danny penuh
kebingungan. “Pas gue pingsan tadi, gue mimpi, gue mimpi kalau besok lo bakal datang ke
rumah gue, terus lo ngalamin kecelakaan di jalan.” Hal itu tentu membuat Danny sedikit kaget,
tapi ia tidak menanggapinya dengan serius, dan ia berkata, “mungkin karena lo tau, kalau gue
bakal nganter lo pulang sekarang untuk pertama kalinya, makanya lo mimpi gitu, kan selama
ini lo selalu ngelarang gue datang ke rumah lo, padahal gue sering banget lewatin perumahan
lo.”Mendengar jawaban sahabatnya itu, Rina menjadi kesal dan menjawab, “gue ngelarang lo
datang ke rumah gue, karena gue takut lo bakal berantakin rumah gue nanti, udah ah, males
ngomonginnya.”

Sesampainya di rumah, Rina memanggil ibunya, “Ma, mama! Aku pulang!”. Tidak
lama kemudian ibunya pun datang, Ibu Rina nampak kaget karena melihat Rina datang bersama
seseorang untuk pertama kalinya. “Lho, itu siapa, Nak?” tanya Ibu Rina, “oh, dia temen
sekelasku, Ma, namanya Danny” Rina menjawab pertanyaan dari ibunya dan sekaligus
memberi kode ke Danny untuk bersalaman dengan ibunya. “Halo tante, saya Danny” sambil
bersalaman dengan Ibu Rina. “Rani, motor kamu dimana? Tumben kamu ngajak temanmu
kesini,”Ibu Rani bertanya seakan masih tidak percaya bahwa putrinya mengajak teman ke
rumah. “Jadi gini, Ma, tadi aku gak enak badan di sekolah, jadi aku minta Danny buat anterin
aku pulang, terus motorku aku titip di sekolah dulu” ucap Rani. “Ya udah, mending temen
kamu suruh masuk dulu, kasian dia capek, kalian ngobrol aja di dalam, Mama mau keluar
belanja sebentar.” Rina mengantar Danny menuju ruang tamu, dan mempersilahkannya duduk,
sementara itu Rina pergi mengambil minum. Disana Danny melihat beberapa foto anak laki-
laki terpajang di dinding. Beberapa saat kemudian Rina datang sambil membawa minuman,
Danny bertanya, “lo kok gak pernah cerita ke gue, kalau lo punya adik laki-laki?”. Mendengar
hal itu Rina tersentak, dan menjawab dengan lesu, “dia bukan adik gue, dia kakak gue yg
meninggal 5 tahun yang lalu.” Mendengar jawaban sahabatnya itu dan raut wajah yang nampak
sedih, Danny pun merasa bersalah lalu meminta maaf, “maaf Rin, gue gatau soal itu”, “gapapa
kok Dan, udah ah, mending kita bahas masalah tugas di sekolah tadi.” Setelah sekitar satu jam
berbincang-bincang, Danny pamit pulang, dan mereka berencana untuk berangkat sekolah
bersama keesokan harinya. Malam harinya, Rina sedang tidur di kamarnya sambil bermain
ponselnya. Lalu tiba-tiba ia melihat seorang pria sedang duduk membelakanginya di kursi meja
belajar Rina. Hal itu sontak membuat Rina kaget, sampai ia tak sengaja melempar ponselnya.
“Kamu siapa?! Kenapa kamu bisa ada di kamarku?!” ucapnya dengan garang. Pria itu
kemudian beranjak dari tempat duduk, dan membalikkan badannya. Pria itu bertubuh agak
tinggi, berkulit putih, berhidung mancung, dan memiliki tatapan mata sangat tajam. Rina
menjadi semakin takut, “siapa pria ini?, darimana asalnya?, kenapa dia hanya menatapku saja,
kelihatannya dia seumuran denganku” gumam Rina. Rina hanya menatap pria itu sambil
memegang erat selimutnya untuk menutupi rasa takutnya,kemudian pria itu mulai membuka
mulut dan berkata, “kamu tidak perlu tahu siapa aku, darimana asalku, kedatanganku kesini
memiliki tujuan baik” ucap pria itu dengan lembut. Akan tetapi Rina tidak mempercayainya
begitu saja, ia beranjak dari ranjangnya, dan berdiri di sebelah tempat tidur untuk berjaga-jaga
jika sewaktu-waktu pria itu adalah seorang perampok, ia bergumam lagi, “lo kira gue percaya
sama perkataan lo, perampok zaman sekarang emang tambah canggih aja, ngomongnya sok
bijak lagi.” Pria itu kemudian melanjutkan perkataannya lagi, “kamu boleh berpikir apapun
tentang aku, tapi aku hanya ingin menyampaikan pesan untukmu”, pria itu menghela nafas
sejenak dan melanjutkan perkataannya, “besok, temanmu akan kemarin, bukan?, maka dari itu
aku minta kamu menghalangi temanmu untuk datang kemari”. Hal itu tentu membuat Rina
bingung, darimana pria itu bisa mengetahui semua hal tentangnya, dan kenapa dia bisa tahu
kalau Danny akan menjemputnya besok, satu persatu pertanyaan mulai muncul di pikirannya.
“Kamu siapa? memangnya kenapa kalau Danny mau kesini besok? apa urusanmu? ngapain
merintah merintah aku?!”, bentak Rina. Pria itu hanya menatap Rina, tidak beberapa lama
kemudian dia berkata, “untuk apa dan kenapa aku berkata begitu, lebih baik kamu
melakukannya saja sesuai perkataanku, atau nanti kamu akan menyesal.” Lalu tiba-tiba pria itu
menghilang dari pandangan Rina yang membuat Rina menjadi terkejut.

Rina terbangun dari mimpinya, nafasnya tersengal sengal, ia menoleh ke sekeliling


kamarnya dan berkata, “huuuhhh, untung cuma mimpi. Tapi kenapa semuanya terasa begitu
nyata, siapa pria itu? Aku seperti mengenali wajahnya, tapi aku tidak ingat siapa dia dan kapan
aku pernah bertemu dengannya.”Rina melihat ke bawah bantal untuk mengambil ponselnya, ia
kaget melihat jam sudah menunjukkan pukul 06.15, sontak ia beranjak dari kasur dan lari ke
kamar mandi. Setelah selesai mandi, ia buru-buru memakai seragam sambil memggerutu,
“gara-gara mimpi gak jelas itu, gue jadi telat kan”, setelah selesai, Rina mengecek ponselnya,
Danny sudah mengabarinya lewat line, pukul 06.20, “aku otw sekarang”. Rina menjadi agak
kesal, karena sudah pukul 07.00 tapi Danny belum kunjung datang juga, ia pun mengambil
tasnya lalu pergi turun, untuk mengecek jika Danny mungkin menunggunya di luar.
Sesampainya di luar, hasilnya nihil, Danny ternyata belum sampai untuk menjemputnya,
karena takut terlambat, akhirnya Rina memutuskan untuk berangkat ke sekolah sendiri dengan
meminjam mobil ibunya. Rina masuk ke dalam rumah untuk pamit dengan ibunya, “Ma, mama,
aku berangkat sekarang ya!” teriak Rina, lalu ibunya datang dari arah dapur, “iya, Nak, kamu
sudah dijemput sama Danny?” tanya Ibu Rina. “Boro-boro dijemput, batang hidungnya aja gak
nongol, aku mau berangkat sendiri aja, aku pinjam mobil Mama ya” sambil mencium tangan
Ibunya lalu beranjak pergi. Ibu Rina menjadi agak khawatir, karena takut terjadi sesuatu kepada
Danny ataupun Rina. Rina segera menancap gas mobilnya. Dalam perjalanan menuju sekolah,
ia terjebak macet, ada banyak kerumunan orang di tengah jalan, hal itu membuatnya semakin
kesal, namun karena penasaran, ia turun dari mobil untuk memastikan apa yang sebenarnya
membuat orang-orang itu berkerumun di tengah jalan. Rina mendekat ke kerumunan tersebut
dan ia berusaha melewati beberapa orang agar bisa melihat ke tengah kerumunan dengan jelas.
Rina menjadi sangat kaget, dengan apa yang ia lihat di tengah kerumunan tersebut. Ia melihat
Danny tergeletak di atas aspal dengan seragam sekolah yang penuh berlumuran darah. Rina
gemetar, ia menangis sejadi-jadinya, kemudian dengan bantuan orang-orang disana, ia
membawa Danny ke rumah sakit memggunakan mobilnya. Di rumah sakit, Danny langsung
dibawa ke ruang UGD oleh dokter. Rina hanya bisw menunggu di ruang tunggu, ia
menghubungin orang tuanya untuk segera datang ke rumah sakit. Rina menangis dan merasa
sangat menyesal karena telah meminta Danny untuk menjemputnya. Namun, sejenak ada
sesuatu yg terlintas di pikirannya, ia ingat dengan mimpinya semalam, dan mimpi saat ia
pingsan kemarin. Rina bergumam, “semua terasa nyata, sangat nyata, kenapa semua mimpiku
berubah menjadi kenyataan, dan pesan pria itu?, apa kejadian ini yang dimaksud pria itu?, tapi
bagaimana bisa”, pikiran Rina menjadi semakin kacau, ia tidak habis pikir, mengabaikan
mimpinya akan berakibat fatal seperti ini. Lalu tidak beberapa lama kemudian, orang tua Rina
datang, Rina langsung memeluk ibunya, dan menangis histeris. “Kamu gak usah nangis, Nak,
ibu juga sudah menghubungi sekolah, dan kepala sekolah sudah mengabari orang tua Danny,
sebentar lagi mereka juga pasti akan sampai disini”, ucap Ibu Rina. “Ini salahku, Bu, harusnya
aku tidak menyuruh Danny untuk jemput aku tadi”, Rina menjadi semakin histeris, lalu
tubuhnya lemas, dan ia pun tidak sadarkan diri. Orang tua Rina pun menjadi panik, mereka
segera memanggil suster yang ada di sekitar sana untuk segera merawat putrinya tersebut.
Beberapa saat setelah dirawat oleh dokter, akhirnya Rina siuman. Orang tuanya nampak lega
melihat putrinya telah sadarkan diri, akan tetapi ada orang lain berdiri di sebelah kedua orang
tuanya. Melihat putrinya nampak bingung, Pak Mirka langsung menjelaskan kepada Rina,
bahwa yang berdiri di sebelah mereka adalah orang tua Danny, “Rina, perkenalkan, ini
namanya Bu Maya dan Pak Dimas, mereka berdua adalah orang tua Danny. Mengetahui hal
tersebut, Rina menangis, dan meminta maaf kepada kedua orang tua Danny, karena telah
menyebabkan anak mereka menjadi celaka. Namun, dengan penuh perhatian, Bu Maya berkata,
“ini bukan kesalahanmu, Nak, ini memang sudah nasib Danny seperti ini”. Namun, seketika
itu juga Rina tertegun, lagi-lagi ia merasakan nyeri di kepalanya, dan kemudia ia mengingat
sesuatu. “Tante, aku minta maaf, karena gak bisa jagain anak Tante, tapi aku janji, setelah ini
gak akan ada lagi kejadian seperti ini”, ucap Rina. Kata-kata Rina membuat kedua orang tuanya
dan orang tua Danny menjadi bingung, sebenarnya, apa maksud dari kata-katanya itu.

Hari menjelang malam, orang tua Danny meminta agar Rina dan kedua orang tuanya
untuk pulang saja dan beristirahat, karena sudah ada mereka yang menjaga Danny, lagi pula
kondisi Danny sudah lebih membaik, walaupun ia belum siuman. Rina dan kedua orang tuanya
menuruti permintaan orang tua Danny, akhirnya mereka pun kembali ke rumah. Sesampainya
di rumah, Rina langsung masuk ke kamarnya. Disana ia memikirkan kembali hal apa saja yang
telah terjadi kepadanya sejak hari itu. Mulai dari dirinya pingsan, dan bermimpi tentang
kecelakaan Danny, pesan misterius dari pria tersebut, dan kecelakaan yang dialami Danny yang
benar-benar persis seperti mimpinya. Rina berpikir bahwa ini adalah suatu teka-teki, ia
mencoba mengingat-ingat kejadian hari ini. “Iya!”, Rina berhasil mengingatnya, “saat aku
pingsan tadi, aku juga sempat mengingat sekilas pria itu lagi, sekarang berarti semua jawaban
dari teka-teki ini ada pada pria itu, tapi bagaimana caranya aku bertemu dengannya lagi.” Hari
semakin larut malam, karena Rina merasa sangat kelelahan, ia memutuskan untuk tidur. Akan
tetapi, belum saja ia tidur dengan nyenyak, ada suara yang membangunkannya. Saat Rina
merasa membuka matanya, ia sangat kaget melihat ada seorang pria duduk di depan meja
belajarnya, dan ternyata pria yang sama seperti yang kemarin ia lohat di mimpinya. Akan tetapi
kini wajah pria itu nampak marah. Rina bangun dan duduk di tempat tidurnya, lalu berkata,
“kamu lagi? Sebenarnya kamu itu siapa? Kenapa kamu selalu muncul di kamarku? Apa aku
sedang bermimpi lagi?”, Rina mencubit pipinya, “Aw! Kenapa sakit, jadi sekarang bukan
mimpi”,Rina menjadi ketakutan. Pria itu menatap Rina dengan wajah marah, dan berkata, “ini
memang bukan mimpi”. “Kamu!!, karena kamu sekarang Danny sedang sekarat di rumah sakit,
pasti kamu kan yang nyakitin Danny?!”, teriak Rina dengan geram. “Aku sudah
memperingatkanmu, tapi kamu mengabaikannya, maka rasakan sekarang akibatnya!”, sahut
pria itu dengan emosi. “Sebenarnya kamu itu siapa?!, kenapa kamu bisa tau semua hal
tentangku? Tentang apa yang akan terjadi padaku atau pada orang-orang di sekitarku?!, dan
kalau kamu tidak langsung menghalangi hal buruk yang akan terjadi pada Danny?! Kenapa?!!”,
Rina teriak dan akhirnya dia tidak dapat membendung air matanya atas semua yang telah terjadi
pada Danny. Raut wajah pria itu tiba-tiba berubah, ia merasa kasihan dengan Rina. Lalu ia
menceritakan tentang asal usulnya kepada Rina, “aku datang dari masa depan, lebih tepatnya
adalah masa depanmu, aku bisa memberi tahu apa yang akan terjadi pada masa depanmu, dan
aku memcoba untuk memperbaiki hal-hal buruk yang terjadi pada dirimu.” “Apa kamu
semacam pelindungku?”, tanya Rina dengan terisak isak, “anggap saja begitu”, balas pria
tersebut. “Tapi kamu itu siapa? Kenapa kamu mau membantuku?”, tanya Rina dengan
polosnya. Pria itu tersenyum, lalu dia menitikkan air mata. “Sekarang, kamu sudah besar ya”,
jawab pria itu dengan halus. Rina menjadi bingung mendengarnya. Pria itu kemudian meminta
Rina untuk mendekat, awalnya Rina tidak mau, tapi pria itu berhasil meyakinkannya. Rina
berhadap-hadapan dengan pria tersebut, dengan jarak yang sangat dekat. Pria itu kemudian
mengangkat tangannya, dan pria tersebut menyatukan telapak tangannya dengan telapak
tangan Rina. Seketika itu juga, muncul cahaya dari tubuh pria itu, perlahan tubuh pria itu
menjadi lebih kecil, dan pendek, dan ia berubah menjadi anak-anak. Rina kaget sekaget
kagetmya, ia menangis histeris, antara sedih dan bahagia. “Kakak?!, jadi, selama ini, pria ini
adalah kakak?” tanya Rina sambil memegang erat tangan anak itu. “Iya, Dik, ini kakak,
sekarang kamu sudah besar ya, kakak bahagia sekali bisa bertemu denganmu, Dik”jawabnya
pria yang sekarang telah berubah menjadi seorang anak kecil. “Kakak, kak Gio apa kabar
disana?, aku rindu sekali dengan kakak, kakak kenapa tidak pernah kembali lagi kak?”, Rina
menangis hingga tubuhnya lemas, dan ia tidak sanggup untuk berdiri. “Kabar kakak baik, Dik,
kakak selalu ada bersamamu, jadi kamu gak perlu takut, kakak selalu jagain kamu, kakak juga
selalu liatin papa sama mama, tugas kakak itu cuma bantuin kamu, jagain kamu, dan orang-
orang yang kamu sayang, kakak gamau kamu sedih dan kacau lagi kalau kehilangan orang
yang kamu sayang, seperti kamu kehilangan kakak dulu”, jawab Gio dengan haru. “Lalu,
kenapa aku bisa mengetahui hal apa yang akan terjadi di masa depan, Kak?” Rina
menyambung. “Sebenarnya bukan hanya kamu, kakak juga dulu bisa membaca masa depan,
ini disebut dengan Precognition dimana seseorang bisa melihat masa depan melalui mimpinya,
dan diri kakak yang dewasa, yang kamu temui kemarin, itu adalah tubuh reinkarnasi kakak dari
masa depan, dan kakak datang menemui dengan menjelajahi masa lalu kakak, dari tubuh kakak
yang sebelumnya.” “Kalau Kakak juga bisa meramal masa depan, lalu kenapa kakak tidak
melakukan seusatu untuk menghindari kematian Kakak?”, Rina kembali menangis. “Dik,
mungkin kakak tau kapan waktu kakak akan habis, tapi kakak tidak bisa menghindari yang
namanya kematian, itu semua sudah ada yang mengatur, dan kakak hanya bisa menyiapkan diri
dan mental kakak untuk menghadapinya.” Tiba-tiba tubuh gio memudar, seakan akan berubah
menjadi kumpulan kabut yang akan hilang. Rina hanya bisa menangis, mengetahui bahwa
dirinya akan berpisah dari kakakknya lagi, namun sebelum lenyap, Gio sempat berpesan satu
hal untuk Rina, “Ketahuilah, meski sekarang kakak sudah tiada, kakak akan selalu menjagamu,
akan selalu menjadi tugas kakak untuk membahagiakanmu, Dik”. Seketika itu juga Gio lenyap,
dan Rina tidak sadarkan diri di lantai.

Setelah kejadian itu, Rina menjadi sadar, bahwa meskipun raga terpisah, tapi hati tetap
masih menyatu, beberapa minggu setelahnya, Danny sembuh dari kondisi komanya, dan dia
boleh dipulangkan dari rumah sakit. Rina yang dulunya pendiam, kembali menjadi remaja yang
ceria, bahkan dia semakin akrab dengan Danny dan keluarganya. Rina masih bisa melihat masa
depan, dan dia selalu berusaha untuk melindungi orang-orang yang ia sayang. Rina bahkan
semakin sering bertemu dengan kakakknya dalam mimpi, dan ia bahkan bisa merayakan ulang
tahun dari reinkarnasi kakaknya yang ke 17 di tanggal 15 maret 2024. TAMAT

BIODATA PENULIS

Nama saya Ni Kadek Monica Selfiani, biasa dipanggil Monica. Umur saya 16
tahun, dan berasal dari Bali. Tempat tanggal lahir yaitu Denpasar, 18 September 2001.
Alamat saya di Jalan Tanah Sampi (Banjar Beluran), Gang Persawahan Asri, No. 7,
Kerobokan, Kuta Utara, Badung, Bali. Nomer telp di 0823 4099 7745. Saya
bersekolah di SMAN 1 Kuta Utara. Ini adalah cerpen perdana saya, melihat banyak
sekali ada lomba yang memerlukan keahlian dalam menulis, maka saya mencoba
menekuninya. Sosial media :

- Instagram: @monica. Selfiani


- Email. : @monicaselfiani24@gmail.com
- Whats app: 087 761 837 331

Anda mungkin juga menyukai