Anda di halaman 1dari 11

Praktik Profesi Keperawatan Jiwa

LAPORAN PENDAHULUAN
“HARGA DIRI RENDAH”

Disusun oleh:

MUHNIA
C121 13 008

PRESEPTOR INSTITUSI PRESEPTOR LAHAN

(Andriani, S.Kep, Ns, M.Kes) ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
1. KASUS (MASALAH UTAMA)
Harga diri rendah
2. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Definisi
Harga diri rendah merupakan perasaan negative terhadap diri sendiri,
termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak
berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa. Gangguan harga diri
adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampaun diri yang
negatf yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.
Harga diri rendah adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative dan dipertahankan dalam waktu yang lama.
b. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah
Gangguan harga diri dapat terjadi secara:
1) Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja dan lain-lain. Pada
pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang
kurang diperhatikan: pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan perianal dan
lain-lain.), harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak
menghargai.
2) Maturasional
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan maturasi adalah (1)
bayi/usia bermain/prasekolah. Berhubungan dengan kurang stimulasi
atau kedekatan, perpisahan dengan orang tua, evaluasi dari orang tua,
tidak adekuat dukungan orang tua, ketidakmampuan mempercayai
orang terdekat. (2) usia sekolah: berhubungan dengan kegagalan
mencapai tingkat atau peringkat objektif, kehilangan kelompok sebaya,
umpan balik negative berulang. (3) remaja pada usia remaja penyebab
harga diri rendah, jenis kelamin, gangguan hubungan teman sebagai
perubahan dalam penampilan masalah-masalah pelajaran kehilangan
orang terdekat. (4) usia sebaya; berhubungan dengan perubahan yang
berkaitan dengan penuaan. (5) lansia: berhubungan dengan kehilangan
(orang, financial, pensiun)
3) Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berangsung lama, yaitu
sebelum sakit/ dirawat. Pasien mempunyai cara berpikir yang negative.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap
dirinya.
c. Etiologi
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu
yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya
sistem keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal. Harga diri
rendah diakibatakan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
megakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan
yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini
menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal.
Factor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang
tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang
tidak realistis.
Factor presipitasi adalah kehilangan bagian tubuh. Perubahan
penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun.
Ssecara umum gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi
secara situasional atau kronik. Secara situasioanl misalnya karena trauma
yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan,
perkosaan atau dipenjara termasuk di rawat dirumah sakit bisa
menyebabkan harga diri yang rendah disebabkan karena penyakit fisik atau
pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman.
d. Tanda dan Gejala
1) Data subjektif
 Mengkritik diri sendiri
 Perasaan tidak mampu
 Sikap negatif terdap diri sendiri
 Sikap pesimis pada kehidupan
 Penolakan terhadap kemampuan diri
 Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
 Merasa diri lebih penting
 Mengungkapkan kegagalan pribadi
 Rasa bersalah
 Keluhan-keluhan fisik
 Pandangan hidup terpolarisasi
 Mengingkari kemampuan diri sendiri
 Mengejek diri sendiri
 Mencederai diri sendiri
 Khawatir
 Ketegangan peran
 Ketidak mampuan menentukan tujuan
2) Data Objektif
 Produktivitas menurun
 Perilaku destruktif pada diri sendiri dan orang lain
 Penyalahgunaan zat
 Menarik diri dari hubungan sosial
 Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
 Menunjukkan tanda depresi
 Tampak mudah tersinggung/mudah marah
e. Rentang respon

1) Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
2) Konsep diri positif: apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal–hal positif maupun
yang negative dari dirinya
3) Harga diri rendah: individu cenderung untuk menilai dirinya negative
dan merasa lebih rendah dari orang lain
4) Identitas kacau: kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek
identitas masa kanak – kanak ke dalam kematangan aspek psikososial
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis
5) Depersonalisasi: perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
f. Akibat
HDR dapat beresiko terjadinya isolasi sosial, dan menarik diri.
Isolasi menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada
tingkah laku yang mal adaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial.
Isolasi sosial menarik diri sering ditunjukkan dengan perilaku antara
lain :
1. Data subjektif
 Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan/pembicaraan
 Mengungkapkan persaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
 Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
2. Data Objektif
 Kurang spontan ketika di ajak berbicara
 Apatis
 Ekspresi wajah kosong
 Menurun/tidak adanya komunikasi verbal
 Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara.
g. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Diri
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang
mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan
ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin
ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :
 Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan kejadian yang megancam.
 Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalami frustrasi.
Ada tiga jenis transisi peran :

 Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang


berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-
norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk penyesuaian diri.
 Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
 Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan
sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh
kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan
dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.
3. a. Pohon Masalah

Isolasi sosial

Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

b. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

Faktor Predisposisi

1) Penolakan.
2) Kurang penghargaan.
3) Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu
dituntut.
4) Persaingan antara keluarga.
5) Kesalahan dan kegagalan berulang.
6) Tidak mampu mencapai standar.
Faktor Presipitasi
1) Trauma.
2) Ketegangan peran.
3) Transisi peran perkembangan.
4) Transisi peran situasi.
5) Transisi peran sehat-sakit.
Perilaku

1) Mengkritik diri sendiri/orang lain.


2) Produktivitas menurun.
3) Gangguan berhubungan.
4) Merasa diri paling penting.
5) Destruktif pada orang lain.
6) Merasa tidak mampu.
7) Merasa bersalah dan khawatir.
8) Mudah tersinggung/marah.
9) Perasaan negatif terhadap tubuh.
10) Ketegangan peran.
11) Pesimis menghadapi hidup.
12) Keluhan fisik.
13) Penolakan kemampuan diri.
14) Pandangan hidup bertentangan.
15) Destruktif terhadap diri.
16) Menarik diri secara sosial.
17) Penyalahgunaan zat.
18) Menarik diri dari realitas.
4. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1) Harga Diri Rendah
2) Isolasi Sosial
5. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tindakan Keperawatan pada Pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.
5) Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.
b. Tindakan keperawatan
SP1P
1) Mengidenfikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2) Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan
3) Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien
4) Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
5) Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
6) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP2P
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Melatih kemampuan kedua
3) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Tindakan Keperawatan pada Keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki.
2) Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang sesuai kemampuan.
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan
latihan yang dilakukan.
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien.
b. Tindakan keperawatan
SP1K
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah
SP2K
1) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga
diri rendah
2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien
harga diri rendah
SP3K
1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning)
2) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Evaluasi
a. Kemampuan yang diharapkan dari pasien.
1) Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien.
2) Pasien dapat membuat rencana kegiatan harian.
3) Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
b. Kemampuan yang diharapkan dari keluarga.
1) Keluarga membantu pasien dalam melakukan aktivitas.
2) Keluarga memberikan pujian pada pasien terhadap kemampuannya
melakukan aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa : Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. (2011). Keperawatan Kesehatan
Jiwa Komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Kusumawati Farida dan Hartono Yudi, 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa., Jakarta,
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai