Anda di halaman 1dari 75

Kata Pengantar

Terimakasih kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah membantu kami
untuk menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Karena tanpa
pertolongan tuhan yang maha esa kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah
ini dengan baik.
Makalah ini sengaja di buat oleh kami untuk muenambah pengetahuan
pembaca mengenai RENEWABLE ENERGY. Penyusun mengambil isi pokok
pembahasan dalam makalah ini dari berbagai sumber. Tetapi yang pada dasarnya
mempunyai tujuan yang sama yaitu menambah pengetahuan pembaca mengenai
RENEWABLE ENERGY.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah memberikan
tugas kepada kami karena dengan tugas tersebut penyusun jadi lebih mengetahui
mengenai RENEWABLE ENERGY.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan
kepada pembaca, meskipun makalah ini ada kelebihannya dan kekurangannya kami
mohon kritik dan saranya agar kami bisa memperbaikiya.

Jombang, 22 Oktober 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI
BIOGAS .................................................................................................................. 4
1. Proses Pencernaan Anaerob ......................................................................... 5
2. Teknologi Digester ..................................................................................... 10
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesuksesan Pemanfaatan Biogas
Kotoran Ternak .................................................................................................. 12
GEOTHERMAL ................................................................................................... 16
1. Prinsip Kerja Panas Bumi .......................................................................... 21
2. Karakteristik Sumber Panas Bumi ............................................................. 23
3. Potensi Panas Bumi .................................................................................... 24
4. Pembangkit listrik geothermal ................................................................... 24
5. Masa Depan Listrik PanasBumi ................................................................. 27
6. Keuntungan Tenaga Panas Bumi ............................................................... 27
BIOMASSA .......................................................................................................... 28
1. Biomassa sebagai sumber energi ............................................................... 29
2. Pemanfaatan energi biomassa .................................................................... 30
3. Dampak Pemanfaatan Energi Biomassa .................................................... 39
4. Strategi Pengembangan Energi Biomassa di Indonesia ............................. 41
SEL SURYA ......................................................................................................... 43
1. Mekanisme Konversi Energi ...................................................................... 44
2. Struktur Umum Sel Surya .......................................................................... 45
3. Cara Kerja Sel Surya .................................................................................. 46
4. Efisiensi Sel Surya ..................................................................................... 52
PICOHYDRO ....................................................................................................... 54
1. Prinsip-prinsip Dasar PLTP ....................................................................... 54
2. Komponen PLTP ........................................................................................ 57
ANGIN .................................................................................................................. 61
1. Metoda pengukuran .................................................................................... 62
2. Metoda ekstrapolasi untuk penaksiran kecepatan angin ............................ 63
3. Daya dan energi angin di lokasi ................................................................. 65

ii
4. Metoda weibull untuk penaksiran energy aktual di lokasi ......................... 66
5. Metoda frekuensi (bin) untuk penaksiran energi angin.............................. 72
6. Potensi angin .............................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 75

iii
BIOGAS
Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan oleh proses
fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup
dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa
diproses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat,
cair) homogen seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak cocok untuk
sistem biogas sederhana. Di daerah yang banyak industri pemrosesan makaan
antara lain tahu, tempe, ikan, pindang atau brem bisa menyatukan saluran
limbahnya ke dalam sistem biogas, sehingga limbah industri tersebut tidak
mencemari lingkungan di sekitarnya. Hal ini memungkinkan karena limbah industri
tersebut diatas berasal dari bahan organik yang homogen.
Bahan bakar biogas tidak menghasilkan asap merupakan suatu pengganti
yang unggul untuk menggantikan bahan bakar minyak atau gas alam. Gas ini
dihasilkan dalam proses yang disebut pencernaan anaerob, merupakan gas
campuran metan (CH4) , karbondioksida (CO2), dan sejumlah kecil nitrogen,
amonia, sulfur dioksida, hidrogen sulfida, dan hidrogen. Secara alami, gas ini
terbentuk pada limbah pembuangan air, tumpukan sampah, dasar danau atau rawa.
Mamalia termasuk manusia menghasilkan biogas dalam sistem pencernaannya,
bakteri dalam sistem pencernaan menghasilkan biogas untuk proses mencerna
selulosa. Biomassa yang mengandung kadar air yang tinggi seperti kotoran hewan
dan limbah pengolahan pangan cocok digunakan untuk bahan baku pembuatan
biogas.
Limbah peternakan merupakan salah satu sumber bahan yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas, sementara perkembangan atau
pertumbuhan industri peternakan menimbulkan masalah bagi lingkungan karena
menumpuknya limbah peternakan. Polutan yang dihasilkan dari dekomposisi
kotoran ternak yaitu BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemichal
Oxygen Demand), bakteri patogen, polusi air, debu, dan polusi bau. Di banyak
negara berkembang kotoran ternak, limbah pertanian, dan kayu bakar digunakan
sebagai bahan bakar. Hal inilah yang menjadi perhatian karena emisi metan dan
karbondioksida yang menyebabkan efek rumah kaca dan mempengaruhi perubahan
iklim global.

4
Jika dilihat dari segi pengolahan limbah, proses anaerob juga memberikan
beberapa keuntungan yaitu menurunkan nilai COD dan BOD, total solid, volatile
solid, nitrogen nitrat, dan nitrogen organik. Bakteri caliform dan patogen lainnya,
telur insek, parasit, bau juga dihilangkan atau menurun. Di daerah pedesaan yang
tidak terjangkau listrik, penggunaan biogas memungkinkan untuk belajar dan
melakukan kegiatan komunitas di malam hari. Kesetaraan biogas dengan sumber
energi lain dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Kesetaraan biogas dengan beberapa sumber energi lain
0.46 Kg LPG
1 m3 Biogas 0.62 liter Minyak tanah
3.5 Kg Kayu bakar
Sumber : Departemen Petanian (2009) [1]
Beberapa alasan lain mengapa biogas dapat dimanfaatkan sebagai energi
alternatif dan semakin mendapat perhatian yaitu :
(a) harga bahan bakar yang terus meningkat,
(b) dalam rangka usaha untuk memperoleh bahan bakar lain yang dapat
diperbarui,
(c) dapat diproduksi dalam skala kecil di tempat yang tidak terjangkau listrik
atau energi lainnya,
(d) dapat diproduksi dalam kontruksi yang sederhana.

1. Proses Pencernaan Anaerob


Proses pencernaan anaerob, yang merupakan dasar dari reaktor biogas
yaitu proses pemecahan bahan organik oleh aktivitas bakteri metanogenik dan
bakteri asidogenik pada kondisi tanpa udara[2]. Bakteri ini secara alami terdapat
dalam limbah yang mengandung bahan organik, seperti kotoran binatang,
manusia, dan sampah organik rumah tangga. Proses anaerob dapat berlangsung
di bawah kondisi lingkungan yang luas meskipun proses yang optimal hanya
terjadi pada kondisi yang terbatas.

5
Tabel Kondisi pengoperasian pada proses pencernaan anaerob
Parameter Nilai
Temperatur
Mesofilik 35o C
Termofilik 54o C
pH 7-8
Alkalinitas 2500 mg/L Minimum
Waktu retensi 10-30 hari
Laju terjenuhkan 0.15-0.35 kg.VS/m3/hari
Hasil biogas 4.5-11 m3/kg.VS
Kandungan metana 60-70 %

Pembentukan biogas meliputi tiga tahap proses yaitu :


(a) Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah
larut dan pencernaan bahan organik kompleks menjadi sederhana,
perubahan bentuk strukutur polimer menjadi monomer;
(b) Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana)
yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bakteri
asam. Produk akhir dari perombakan gula-gula sederhana ini yaitu asam
asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas
karbondioksida, hidrogen dan amonia.
(c) Metanogenik, pada tahp ini terjadi proses pembentukan gas metan. Bakteri
pereduksi sulfat juga terdapat dalam proses ini, yaitu untuk mereduksi sulfat
dan komponen sulfur lainnya menjadi hidrogen sulfida.

6
Untuk lebih jelasnya proses pembentukan biogas dapat dilihat pada diagram
alir di bawah ini :

Selulosa

1. Hidrolisis (C6H10O5)n + nH2O n(C6H12O6)


Selulosa Glukosa

Glukosa

2. Pengasaman (C6H12O6)n + nH2O CH3CHOHCOOH


Glukosa Asam Laktat
CH3CH2CH2COOH + CO2 + H2
Asam Butirat
CH3CH2OH + CO2
Etanol
Asam Lemak dan Alkohol

4H2 + CO2 2H2O + CH4


3. Metanogenik CH3CH2OH + CO2 CH3COOH + CH4
CH3COOH + CO2 CO2 + CH4
CH3CH2CH2COOH + 2H2 + CO2 CH3COOH + CH4
Metan
Metana + CO2

Gambar Diagram alur proses fermentasi anaerobik

Bakteri yang berperan dalam proses pencernaan anaerobik yaitu bakteri


hidrolitik yang memecah bahan organik menjadi gula dan asam amino, bakteri
fementatif yang mengubah gula dan asam amino menjadi asam organik, bakteri
asidogenik merubah asam organik menjadi hidrogen, karbondioksida dan asam
asetat, dan bakteri metanogenik yang menghasilkan gas metan dari asam asetat,
hidrogen, dan karbondioksida. Bakteri metanogenik akan menghasilkan biogas
yang bagus (kandungan gas metan tinggi) pada suhu 25o-30o C. Di dalam
digester biogas terdapat dua jenis bakteri yang sangat berperan yaitu bakteri
asidogenik dan bakteri metanogenik. Kedua bakteri ini harus dipertahankan
jumlahnya seimbang. Bakteri-bakteri inilah yang merubah bahan organik
menjadi gas metan dan gas lainnya dalam siklus hidupnya.

7
Kandungan gas metan dalam biogas yang dihasilkan tergantung pada
jenis bahan baku yang dipakai. Sebagai contoh komposisi biogas dapat dilihat
pada:
Tabel Kompisisi gas (%) dalam biogas yang berasal dari kotoran ternak dan sisa
pertanian
Campuran Kotoran
Jenis Gas Kotoran Sapi Sapi dan Sampah
Pertanian
Metana (CH4) 65.7 55-70
Karbondioksida (CO2) 27.0 27-45
Nitrogen (N2) 2.3 0.5-3.0
Karbonmonoksida
0.0 0.1
(CO)
Oksigen (O2) 0.1 6.0
Propan (C3H8) 0.7 -
Hidrogen Sulfida
Tidak Terukur Sedikit sekali
(H2S)
Nilai Kalor (kkal/m3) 6513 4800-6700

Kegagalan proses pencernaan anaerobik dalam digester biogas bisa


dikarenakan tidak seimbangnya populasi bakteri metanogenik terhadap bakteri
asam yang menyebabkan lingkungan menjadi sangat asam (pH kurang dari 7)
yang selanjutnya menghambat kelangsungan hidup bakteri metanogenik.
Kondisi keasaman yang optimal pada pencernaan anaerobik yaitu sekitar pH 6,8
sampai 8, laju pencernaan akan menurun pada kondisi pH yang lebih tinggi atau
rendah.
Bakteri yang terlibat dalam proses anaerobik membutuhkan beberapa
elemen sesuai dengan kebutuhan organisme hidup seperti sumber makanan dan
kondisi lingkungan yang optimum. Bakteri anaerob mengkonsumsi karbon
sekitar 30 kali lebih cepat dibanding nitrogen. Hubungan antara jumlah karbon
dan nitrogen dinyatakan dengan rasio karbon/nitrogen (C/N), rasio optimum
untuk digester anaerobik berkisar 20 - 30. Jika C/N terlalu tinggi, nitrogen akan

8
dikonsumsi dengan cepat oleh bakteri metanogen untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhannya dan hanya sedikit yang bereaksi dengan karbon akibatnya gas
yang dihasilnya menjadi rendah. Sebaliknya jika C/N rendah, nitrogen akan
dibebaskan dan berakumulasi dalam bentuk amonia (NH 4) yang dapat
meningkatkan pH. Jika pH lebih tinggi dari 8,5 akan menunjukkan pengaruh
negatif pada populasi bakteri metanogen. Kotoran ternak sapi mempunyai rasio
C/N sekitar 24. Hijauan seperti jerami atau serbuk gergaji mengandung
persentase karbon yang jauh lebih tinggi, dan bahan dapat dicampur untuk
mendapatkan rasio C/N yang diinginkan. Rasio C/N beberapa bahan yang umum
digunakan sebagai bahan baku biogas disajikan pada tabel 2.3.
Tabel Rasio karbon dan nitrogen (C/N) dari beberapa bahan baku
Bahan Rasio C/N
Kotoran bebek 8
Kotoran manusia 8
Kotoran ayam 10
Kotoran kambing 12
Kotoran babi 18
Kotoran domba 19
Kotoran sapi/kerbau 24

Slurry kotoran sapi mengadung 1,8 - 2,4% nitrogen, 1,0 - 1,2% fosfor
(P205), 0,6 - 0,8% potassium (K 20), dan 50 - 75% bahan organik. Kandungan
solid yang paling baik untuk proses anaerobik yaitu sekitar 8%. Untuk limbah
kotoran sapi segar dibutuhkan pengenceran 1 : 1 dengan air. Teknologi
pencernaan anaerob bila digunakan dalam sistem perencanaan yang matang,
tidak hanya mencegah polusi tetapi juga menyediakan energi berkelanjutan,
pupuk dan rekoveri nutrien tanah. Untuk itu proses ini dapat mengubah limbah
dari suatu masalah menjadi suatu yang menguntungkan.

9
Tabel Potensi produksi gas dari berbagai jenis kotoran hewan
Jenis Kotoran Produksi Gas per Kg (m3)
Sapi/Kerbau 0.023-0.040
Babi 0.040-0.059
Unggas 0.065-0.116
Manusia 0.020-0.028

2. Teknologi Digester
Saat ini berbagai bahan dan jenis peralatan biogas telah banyak
dikembangkan sehingga dapat disesuaikan dengan karakteristik wilayah, jenis,
jumlah dan pengelolaan kotoran ternak. Secara umum terdapat dua teknologi
yang digunakan untuk memperoleh biogas. Pertama, proses yang sangat umum
yaitu fermentasi kotoran ternak menggunakan digester yang didesain khusus
dalam kondisi anaerob. Kedua, teknologi yang baru dikembangkan yaitu dengan
menangkap langsung gas metan dari lokasi tumpukan sampah tanpa harus
membuat digester khusus. Peralatan dan proses pengolahan dan pemanfaatan
biogas ditampilkan pada gambar berikut.

Gambar Peralatan dan proses pengolahan dan pemanfaatan biogas


Sumber : Departemen Pertanian (2009)

Beberapa keuntungan kenapa digester anaerobik lebih banyak digunakan


antara lain :
1. Keuntungan pengolahan limbah
(a) Digester anaerobik merupakan proses pengolahan limbah yang alami

10
(b) Membutuhkan lahan yang lebih kecil dibandingkan dengan proses
kompos aerobik ataupun penumpukan sampah
(c) Memperkecil volume atau berat limbah yang dibuang
(d) Memperkecil rembesan polutan
2. Keuntungan energi
(a) Proses produksi energi bersih
(b) Memperoleh bahan bakar berkualitas tinggi dan dapat diperbaharui
(c) Biogas dapat dipergunakan untuk berbagai penggunaan
3. Keuntungan lingkungan .
(a) Menurunkan emisi gas metan dan karbondioksida secara signifikan
(b) Menghilangkan bau
(c) Menghasilkan kompos yang bersih dan pupuk yang kaya nutrisi
(d) Memaksimalkan proses daur ulang
(e) Menghilangkan bakteri coliform sampai 99% sehingga memperkecil
kontaminasi sumber air
4. Keuntungan ekonomi
Lebih ekonomis dibandingkan dengan proses lainnya ditinjau dari siklus
ulang proses
Bagian utama dari proses produksi biogas yaitu tangki tertutup yang
disebut digester. Desain digester bermacam-macam sesuai dengan jenis bahan
baku yang digunakan, temperatur yang dipakai dan bahan konstruksi. Digester
dapat terbuat dari cor beton, baja, bata atau plastik dan bentuknya dapat berupa
seperti silo, bak, kolam dan dapat diletakkan di bawah tanah. Sedangkan untuk
ukurannya bervariasi dari 4-35 m3. Biogas dengan ukuran terkecil dapat
dioperasikan dengan kotoran ternak 3 ekor sapi, 7 ekor babi atau 500 ekor
unggas.

11
Gambar Beberapa macam digester
Sumber : Departemen Pertanian (2009)

Biogas yang dihasilkan dapat ditampung dalam penampung plastik atau


digunakan langsung pada kompor untuk memasak, menggerakan generator
listrik, patromas biogas, penghangat ruang/kotak penetasan telur dll.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesuksesan Pemanfaatan Biogas


Kotoran Ternak
Untuk memanfaatkan kotoran ternak menjadi biogas, diperlukan
beberapa syarat yang terkait dengan aspek teknis, infrastruktur, manajemen dan
sumber daya manusia. Bila faktor tersebut dapat dipenuhi, maka pemanfaatan
kotoran ternak menjadi biogas sebagai penyediaan energi dipedesaan dapat
berjalan dengan optimal.
Terdapat sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi optimasi
pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas yaitu : (Dede Sulaeman, 2009)
1. Ketersediaan ternak
Jenis, jumlah dan sebaran ternak di suatu daerah dapat menjadi potensi
bagi pengembangan biogas. Hal ini karena biogas dijalankan dengan
memanfaatkan kotoran ternak.Kotoran ternak yang dapat diproses menjadi
biogas berasal dari ternak ruminansia dan non ruminansia seperti sapi potong,
sapi perah dan babi; serta unggas.
Jenis ternak mempengaruhi jumlah kotoran yang dihasilkannya. Untuk
menjalankan biogas skala individual atau rumah tangga diperlukan kotoran
ternak dari 3 ekor sapi, atau 7 ekor babi, atau 500 ekor ayam.

12
2. Kepemilikan Ternak
Jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak menjadi dasar pemilihan jenis
dan kapasitas biogas yang dapat digunakan. Saat ini biogas kapasitas rumah
tangga terkecil dapat dijalankan dengan kotoran ternak yang berasal dari 3 ekor
sapi atau 7 ekor babi atau 500 ekor ayam. Bila ternak yang dimiliki lebih dari
jumlah tersebut, maka dapat dipilihkan biogas dengan kapasitas yang lebih besar
(berbahan fiber atau semen) atau beberapa biogas skala rumah tangga.
3. Pola Pemeliharaan Ternak
Ketersediaan kotoran ternak perlu dijaga agar biogas dapat berfungsi
optimal. Kotoran ternak lebih mudah didapatkan bila ternak dipelihara dengan
cara dikandangkan dibandingkan dengan cara digembalakan.
4. Ketersediaan Lahan
Untuk membangun biogas diperlukan lahan disekitar kandang yang
luasannya bergantung pada jenis dan kapasitas biogas. Lahan yang dibutuhkan
untuk membangun biogas skala terkecil (skala rumah tangga) adalah 14 m2 (7m
x 2m). Sedangkan skala komunal terkecil membutuhkan lahan sebesar 40m2 (8m
x 5m).
5. Tenaga Kerja
Untuk mengoperasikan biogas diperlukan tenaga kerja yang berasal dari
peternak/pengelola itu sendiri. Hal ini penting mengingat biogas dapat berfungsi
optimal bila pengisian kotoran ke dalam reaktor dilakukan dengan baik serta
dilakukan perawatan peralatannya.
Banyak kasus mengenai tidak beroperasinya atau tidak optimalnya
biogas disebabkan karena: pertama, tidak adanya tenaga kerja yang menangani
unit tersebut; kedua, peternak/pengelola tidak memiliki waktu untuk melakukan
pengisian kotoran karena memiliki pekerjaan lain selain memelihara ternak.
6. Manajemen Limbah/Kotoran
Manajemen limbah/kotoran terkait dengan penentuan komposisi padat
cair kotoran ternak yang sesuai untuk menghasilkan biogas, frekuensi
pemasukan kotoran, dan pengangkutan atau pengaliran kotoran ternak ke dalam
raktor. Bahan baku (raw material) reaktor biogas adalah kotoran ternak yang
komposisi padat cairnya sesuai yaitu 1 berbanding 3. Pada peternakan sapi perah

13
komposisi padat cair kotoran ternak biasanya telah sesuai, namun pada
peternakan sapi potong perlu penambahan air agar komposisinya menjadi sesuai.
Frekuensi pemasukan kotoran dilakukan secara berkala setiap hari atau
setiap 2 hari sekali tergantung dari jumlah kotoran yang tersedia dan sarana
penunjang yang dimiliki. Pemasukan kotoran ini dapat dilakukan secara manual
dengan cara diangkut atau melalui saluran.
7. Kebutuhan Energi
Pengelolaan kotoran ternak melalui proses reaktor an-aerobik akan
menghasilkan gas yang dapat digunakan sebagai energi. Dengan demikian,
kebutuhan peternak akan energi dari sumber biogas harus menjadi salah satu
faktor yang utama. Hal ini mengingat, bila energi lain berupa listrik, minyak
tanah atau kayu bakar mudah, murah dan tersedia dengan cukup di lingkungan
peternak, maka energi yang bersumber dari biogas tidak menarik untuk
dimanfaatkan. Bila energi dari sumber lain tersedia, peternak dapat diarahkan
untuk mengolah kotoran ternaknya menjadi kompos atau kompos cacing
(kascing).
8. Jarak (kandang-reaktor biogas-rumah)
Energi yang dihasilkan dari reaktor biogas dapat dimanfaatkan untuk
memasak, menyalakan petromak, menjalankan generator listrik, mesin
penghangat telur/ungas dll. Selain itu air panas yang dihasilkan dapat digunakan
untuk proses sanitasi sapi perah.
Pemanfaatan energi ini dapat optimal bila jarak antara kandang ternak,
reaktor biogas dan rumah peternak tidak telampau jauh dan masih
memungkinkan dijangkau instalasi penyaluran biogas. Karena secara umum
pemanfaatan energi biogas dilakukan di rumah peternak baik untuk memasak
dan keperluan lainnya.
9. Pengelolaan Hasil Samping Biogas
Pengelolaan hasil samping biogas ditujukan untuk memanfaatkannya
menjadi pupuk cair atau pupuk padat (kompos). Pengeolahannya relatif
sederhana yaitu untuk pupuk cair dilakukan fermentasi dengan penambahan
bioaktivator agar unsur haranya dapat lebih baik, sedangkan untuk membuat
pupuk kompos hasil samping biogas perlu dikurangi kandungan airnya dengan

14
cara diendapkan, disaring atau dijemur. Pupuk yang dihasilkan tersebut dapat
digunakan sendiri atau dijual kepada kelompok tani setempat dan menjadi
sumber tambahan pandapatan bagi peternak.
10. Sarana Pendukung
Sarana pendukung dalam pemanfaatan biogas terdiri dari saluran
air/drainase, air dan peralatan kerja. Sarana ini dapat mempermudah operasional
dan perawatan instalasi biogas. Saluran air dapat digunakan untuk mengalirkan
kotoran ternak dari kandang ke reaktor biogas sehingga kotoran tidak perlu
diangkut secara manual. Air digunakan untuk membersihkan kandang ternak dan
juga digunakan untuk membuat komposisi padat cair kotoran ternak yang sesuai.
Sedangkan peralatan kerja digunakan untuk mempermudah/meringankan
pekerjaan/perawatan instalasi biogas.
Selain sepuluh faktor di atas, kemauan peternak/pelaku untuk,
menjalankan instalasi biogas dan merawatnya serta memanfaatkan energi biogas
menjadi modal utama dalam pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas. Tanpa
adanya kemauan peternak untuk secara aktif mengoptimalkan biogas, maka
faktor-faktor lain tidak akan cukum membantu dalam optimalisasi pemanfaatan
biogas.

15
GEOTHERMAL
Geothermal berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata yaitu geo
yang berarti bumi dan thermal yang artinya panas, berarti geothermal adalah panas
yang berasal dari dalam bumi. Proses terbentuknya energi panas bumi sangat
berkaitan dengan teori tektonik lempeng yaitu teori yang menjelaskan mengenai
fenomena-fenomena alam yang terjadi seperti gempa bumi, terbentuknya
pegunungan, lipatan, palung, dan juga proses vulkanisme yaitu proses yang
berkaitan langsung dengan geothermal. Berdasarkan penelitian gelombang seismik,
para peneliti kebumian dapat mengetahui struktur bumi dari luar sampai ke dalam,
yaitu kerak pada bagian luar, mantel, dan inti pada bagian paling dalam. Semakin
ke dalam bumi (inti bumi), tekanan dan temperature akan meningkat. Untuk kita
ketahui, Temperature pada inti bumi berkisar ± 4200 C. Panas yang terdapat pada
inti bumi akan ditransfer ke batuan yang berada di bagian mantel dan kerak bumi.
Batuan yang memiliki titik lebur lebih rendah dari temperature yang diterima dari
inti bumi akan meleleh dan lelehan dari batuan tersebutlah yang kita kenal dengan
magma. Magma memiliki densitas yang lebih rendah dari batuan, otomatis batuan
yang telah menjadi magma tadi akan mengalir ke permukaan bumi. Jika magma
sampai ke permukaan maka magma tersebut berubah nama dengan sebutan lava
(contoh lava yang sering kita lihat jika terjadi erupsi (letusan) gunung api.

Energi panas bumi adalah energi yang diekstraksi dari panas yang tersimpan
di dalam bumi. Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi
yang terjadi sejak planet ini diciptakan. Panas ini juga berasal dari panas matahari
yang diserap oleh permukaan bumi. Energi ini telah dipergunakan untuk
memanaskan (ruangan ketika musim dingin atau air) sejak peradaban Romawi,
namun sekarang lebih populer untuk menghasilkan energi listrik. Sekitar 10 Giga
Watt pembangkit listrik tenaga panas bumi telah dipasang di seluruh dunia pada
tahun 2007, dan menyumbang sekitar 0.3% total energi listrik dunia.
Energi panas bumi cukup ekonomis dan ramah lingkungan, namun terbatas
hanya pada dekat area perbatasan lapisan tektonik. Pangeran Piero Ginori Conti
mencoba generator panas bumi pertama pada 4 July 1904 di area panas bumi
Larderello di Italia. Grup area sumber panas bumi terbesar di dunia, disebut The
Geyser, berada di California, Amerika Serikat. Pada tahun 2004, lima negara (El

16
Salvador, Kenya, Filipina, Islandia, dan Kostarika) telah menggunakan panas bumi
untuk menghasilkan lebih dari 15% kebutuhan listriknya.
Secara singkat geothermal didefinisikan sebagai panas yang berasal dari
dalam bumi. Sedangkan energi panas bumi adalah energi yang ditimbulkan oleh
panas tersebut. panas bumi menghasilkan energi yang bersih (dari polusi) dan
berkesinambungan atau dapat diperbarui. Sumberdaya energi panas bumi dapat
ditemukan pada air dan batuan panas di dekat permukaan bumi sampai beberapa
kilometer di bawah permukaan Bahkan jauh lebih dalam lagi sampai pada sumber
panas yang ekstrim dari batuan yang mencair atau magma. Untuk menangkap panas
bumi tersebut harus dilakukan pemboran sumur seperti yang dilakukan pada sumur
produksi minyakbumi. Sumur tersebut menangkap air tanah yang terpanaskan,
kemudian uap dan air panas dipisahkan. Uap air panas dibersihkan dan dialirkan
untuk memutar turbin. Air panas yang telah dipisahkan dimasukkan kembali ke
dalam reservoir melalui sumur injeksi yang dapat membantu untuk menimbulkan
lagi sumber uap. Menurut Undang-undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang panas
bumi, geothermal adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas,
uap air dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik
semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan untuk
pemanfaatannya diperlukan proses penambangan. Panas bumi mengalir secara
kontinyu dari dalam bumi menuju kepermukaan yang manifestasinya dapat berupa:
gunung berapi, mata air panas, dan geyser.

17
Struktur lapisan bumi

Secara struktur, lapisan bumi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kerak bumi
(crush), selimut (mantle), dan inti bumi (core). Suhu di bagian bawah kerak bumi
mencapai 1.100oC. Lapisan kerak bumi dan bagian di bawahnya hingga kedalaman
100 km dinamakan litosfer. Selimut bumi memiliki tebal mencapai 2.900 km dan
merupakan lapisan batuan padat. Suhu di bagian bawah selimut bumi mencapai
3.000 oC. Inti bumi terdiri dari material cair yang terdapat pada kedalaman 2900-
5200 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang suhunya mencapai 4.500
oC. Secara universal, setiap penurunan 1 km kedalaman ke perut bumi temperatur
naik sebesar 25 – 30ºC. Atau setiap kedalaman bertambah 100 meter temperatur
naik sekitar 2,5 sampai 3ºC. Jadi semakin jauh ke dalam perut bumi suhu batuan
akan makin tinggi Bila suhu di permukaan bumi adalah 27ºC maka untuk
kedalaman 100 meter suhu bisa mencapai sekitar 29,5ºC. Pertambahan panas ini
disebut gradien geothermal.
Di dalam kulit bumi, ada kalanya aliran air berada dekat dengan batu-batuan
panas yang temperaturnya bisa mencapai 148°C. Air tersebut tidak menjadi uap
(steam) karena tidak ada kontak dengan udara. Bila air panas tersebut keluar ke

18
permukaan bumi melalui celah atau retakan di kulit bumi, maka akan timbul air
panas yang biasa disebut dengan hot spring. Air panas alam (hot spring) ini biasa
dimanfaatkan untuk kolam air panas dan banyak pula yang sekaligus dijadikan
tempat wisata.
Apabila air panas alam mengalami kontak dengan udara karena fraktur atau
retakan, maka semburan akan keluar melalui retakan tersebut dalam bentuk air
panas dan uap panas (steam). Air panas dan steam inilah yang kemudian
dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik. Agar energi geotermal
dapat dikonversi menjadi energi listrik, tentunya diperlukan sebuah sistem
pembangkitan listrik (power plants). Apabila air panas alam mengalami kontak
dengan udara karena fraktur atau retakan, maka semburan akan keluar melalui
retakan tersebut dalam bentuk air panas dan uap panas (steam). Air panas dan steam
inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik.
Agar energi geotermal dapat dikonversi menjadi energi listrik, tentunya diperlukan
sebuah sistem pembangkitan listrik (power plants). Teknologi yang digunakan
dalam pembangkit listrik ini adalah Dry Steam Power plant, Flash Steam Power
plant, dan Bynary-cycle Power Plant.
Pada prinsipnya, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sama dengan
Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP). Yang membedakannya adalah
pada PLTU uap dibuat dipermukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP
uap berasal dari reservoir panas bumi. Pembangkit yang digunakan untuk merubah
panas bumi menjadi tenaga listrik secara umum mempunyai komponen yang sama
dengan power plant lain yang bukan berbasis panas bumi, yaitu terdiri dari
generator, heat exchanger, chiller, pompa, dsb.
Seperti halnya pencarian bahan tambang yang lain, untuk sampai kepada
tahap produksi perlu dilakukan survei atau eksplorasi. Cara untuk memperoleh
sumber panas bumi adalah dengan eksplorasi yang harus dilakukan dalam beberapa
tahap. Tahapan survei eksplorasi sumber panas bumi adalah seperti berikut:
1. Survei pendahuluan dengan interpretasi dan analisa foto udara dan citra satelit
Kajian kegunungapian atau studi volkanologi
2. Pemetaan geologi dan strutur geologi
3. Survei geokimia

19
4. Survei geofisika
5. Pemboran eksplorasi
Faktor penting yang sangat mempengaruhi keberhasilan produksi tenaga
listrik dari energi panas bumi adalah besarnya gradien geotermal serta besarnya
panas yang dihasilkan. Semakin besar gradien geotermal maka akan semakin
dangkal sumur produksi yang dibutuhkan, dan semakin tinggi temperatur yang
dapat ditangkap sampai ke permukaan, maka akan semakin mengurangi biaya
produksi di permukaan.
Energi panas bumi dapat menyediakan sumber tenaga yang bersih dan
terbarukan serta dapat memberikan keuntungan yang signifikan. Emisi energi panas
bumi tak mengandung polutan kimiawi atau tak mengeluarkan limbah dan hanya
mengandung sebagian besar air yang diinjeksikan kembali kedalam bumi. Energi
panas bumi adalah sumber tenaga yang andal yang dapat mengurangi kebutuhan
impor bahan bakar fosil. Panas bumi juga dapat terbarukan karena praktis sumber
panas alami dari dalam bumi tidak ada batasnya.
Beberapa keunggulan sumber energi panas bumi adalah:
1. Menyediakan tenaga listrik yang andal dengan pembangkit yang tidak
memakan tempat
2. Terbarui dan berkesinambungan
3. Memberikan tenaga beban dasar yang konstan
4. Memberikan keuntungan ekonomi secara lokal
5. Dapat dikontrol secara jarak jauh
6. Tersedia melimpah
7. Nyaris tanpa polusi
8. Menghasilkan karbon dioksida 65 kali lebih kecil dari batubara
Faktor yang masih menghambat perkembangan industri listrik tenaga panas
bumi di Indonesia antara lain adalah mahalnya biaya eksplorasi terutama untuk
pemboran eksplorasi. Besarnya biaya pemboran eksplorasi berbanding secara
eksponensial dengan kedalaman, padahal untuk mendapatkan temperatur yang
tinggi harus membor lebih dalam. Konsekuensinya sumur eksplorasi panas bumi di
Indonesia masih terlalu sedikit sehingga tingkat ketidak-pastian keberhasilan masih
tinggi. Kendala yang lain adalah investor ragu dengan proyek di Indonesia karena

20
biaya eksplorasi dan pengembangan harus ditanggung dan tidak kembali sampai
energi terjual kepada pelanggan.
Menurut Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM), saat ini
diperkirakan total potensi energi panas bumi Indonesia sebesar 27000 MW Potensi
ini setara dengan 40% dari cadangan panas bumi dunia. Lokasi panas bumi di
Indonesia tersebar di 252 tempat mengikuti jalur gunung api yang membentang dari
Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi sampai Maluku. Dari 252 lokasi panas
bumi yang ada, baru 31% yang telah dilakukan survei secara rinci. Sehingga jumlah
potensi tersebut akan berubah sesuai dengan hasil survey.

1. Prinsip Kerja Panas Bumi


Uap hasil penguapan air tanah yang terdapat di dalam tanah akan tetap
berada di dalam tanah jika tidak ada saluran yang menghubungkan daerah
tempat keberadaan uap dengan permukaan. Uap yang terkurung akan memiliki
nilai tekanan yang tinggi dan apabila pada daerah tersebut kita bor sehingga ada
saluran penghubung ke permukaan, maka uap tersebut akan mengalir keluar.
Uap yang mengalir dengan cepat dan mempunyai entalpi inilah yang kita
mamfaatkan dan kita salurkan untuk memutar turbin sehingga dihasilkanlah
energi listrik (tentunya ada proses-proses lain sebelum uap memutar turbin).
Setelah uap memutar turbin dan uap telah kehilangan tekanan dan entalpi maka
uap tersebut akan mengalami proses pengembunan sehingga uap akan berubah
kembali menjadi air. Air hasil pendinginan (condensattion) yang didinginkan
dengan condensator akan dikumpulkan dan akan diinjeksikan kembali ke dalam
tanah, sehingga volume air tanah tidak akan berkurang secara drastis. Salah
satunya Karena proses injeksi inilah kenapa energi geothermal disebut dengan
energi yang terbarukan (renewable) dan energi yang ramah lingkungan.
Energi panas bumi yang ada di Indonesia pada saat ini dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Energi panas bumi “uap basah”
Pemanfaatan energi panas bumi yang ideal adalah bila panas bumi yang
keluar dari perut bumi berupa uap kering, sehingga dapat digunakan
langsung untuk menggerakkan turbin generator listrik. Namun uap kering

21
yang demikian ini jarang ditemukan termasuk di Indonesia dan pada
umumnya uap yang keluar berupa uap basah yang mengandung sejumlah air
yang harus dipisahkan terlebih dulu sebelumdigunakan untuk menggerakkan
Uap basah yang keluar dari perut bumi pada mulanya berupa air panas
bertekanan tinggi yang pada saat menjelang permukaan bumi terpisah
menjadi kira-kira 20 % uap dan 80 % air. Atas dasar ini maka untuk dapat
memanfaatkan jenis uap basah ini diperlukan separator untuk memisahkan
antara uap dan air. Uap yang telah dipisahkan dari air diteruskan ke turbin
untuk menggerakkan generator listrik, sedangkan airnya disuntikkan kembali
ke dalam bumi untuk menjaga keseimbangan air dalam tanah.
2. Energi panas bumi “air panas”
Air panas yang keluar dari perut bumi pada umumnya berupa air asin
panas yang disebut “brine” dan mengandung banyak mineral. Karena
banyaknya kandungan mineral ini, maka air panas tidak dapat digunakan
langsung sebab dapat menimbulkan penyumbatan pada pipa-pipa sistim
pembangkit tenaga listrik. Untuk dapat memanfaatkan energi panas bumi
jenis ini, digunakan sistem biner (dua buah sistem utama) yaitu wadah air
panas sebagai sistem primemya dan sistem sekundernya berupa alat penukar
panas (heat exchanger) yang akan menghasilkan uap untuk menggerakkan
turbin. Energi panas bumi “uap panas” bersifat korosif, sehingga biaya awal
pemanfaatannya lebih besar dibandingkan dengan energi panas bumi jenis
lainnya.
3.Energi panas bumi “batuan panas”
Energi panas bumi jenis ini berupa batuan panas yang ada dalam perut
bumi akibat berkontak dengan sumber panas bumi (magma). Energi panas
bumi ini harus diambil sendiri dengan cara menyuntikkan air ke dalam
batuan panas dan dibiarkan menjadi uap panas, kemudian diusahakan untuk
dapat diambil kembali sebagai uap panas untuk menggerakkan turbin.
Sumber batuan panas pada umumnya terletak jauh di dalam perut bumi,
sehingga untuk memanfaatkannya perlu teknik pengeboran khusus yang
memerlukan biaya cukup tinggi.

22
2. Karakteristik Sumber Panas Bumi
Langkah awal dalam rangka penyiapan konservasi energi panas bumi
adalah studi sistem panas bumi itu sendiri terutama melalui pemahaman
terhadap karakteristik sumber panas bumi sebagai bagian penting dalam sistem,
diantaranya berkaitan dengan:
a. Dapur magma sebagai sumber panas bumi

b. Kondisi hidrologi

c. Manifestasi panas bumi

d. Reservoir

e. Umur (lifetime) sumber panas bumi.

f. Dapur magma sebagai sumber panas bumi

Pada dasarnya energi panas yang dihasilkan oleh suatu wilayah


gunungapi mempunyai kaitan erat dengan sistem magmatik yang mendasarinya,
dan salah satu karakteristik penunjang potensi panas bumi adalah letak dapur
magmanya di bawah permukaan sebagai sumber panas (heat source).
Terutama di daerah-daerah yang terletak di jalur vulkanik-magmatik,
ukuran dapur magma itu sendiri berhubungan erat dengan kegiatan vulkanisma.
Dalam perjalanannya menuju permukaan, magma akan mengalami proses
diferensiasi dan berevolusi menghasilkan susunan kimiawi yang berbeda sesuai
kedalaman. Dapur magma yang terbentuk pada kedalaman menengah
kemungkinan terkontaminasi oleh bahan-bahan kerak bumi yang kaya akan
silika dan gas, sehingga bersifat lebih eksplosif. Volumenya dapat diperkirakan
dari kenampakankenampakan fisik berupa ukuran kaldera, distribusi lubang
kepundan, pola rekahan, pengangkatan topografi dan hasil erupsi gunungapi;
atau melalui cara identifikasi dengan metoda geofisika (bayangan seismik atau
anomali geofisika lainnya.
Magma akan mengalirkan sejumlah panas yang signifikan ke dalam
batuan-batuan pembentuk kerak bumi; makin besar ukuran dapur magma maka
semakin besar pula sumber daya panasnya, dimana secara ekonomis menjadi
ukuran jumlah energi yang dapat dimanfaatkan dari suatu sumber panas bumi.

23
3. Potensi Panas Bumi
Potensi panas bumi Indonesia dapat dibagi dalam 2 (dua) kelas, yaitu:
sumber daya dan cadangan; yang masing-masing dibagi lagi menjadi subkelas-
subkelas.
a. Kriteria sumber daya terdiri dari:
1) Spekulatif, dicirikan oleh terdapatnya manifestasi panas bumi aktif
dimana luas reservoir dihitung dari data geologi yang tersedia dan rapat
dayanya berdasarkan asumsi.
2) Hipotesis, dicirikan oleh manifestasi panas bumi aktif dengan data dasar
hasil survei regional geologi, geokimia dan geofisika. Luas daerah
prospek ditentukan berdasarkan penyebaran manifestasi dan batasan
geologi, sementara penentuan suhu berdasarkan geotermometer.
b. Kriteria cadangan terdiri dari:
1) Terduga, dibuktikan oleh data pemboran landaian suhu dimana estimasi
luas dan ketebalan reservoir serta parameter fisika batuan dan fluida
dilakukan berdasarkan data ilmu kebumian terpadu, yang digambarkan
dalam bentuk model tentatif.
2) Mungkin, dibuktikan oleh sebuah sumur eksplorasi yang berhasil dimana
estimasi luas dan ketebalan reservoir didasarkan pada data sumur dan
hasil penyelidikan ilmu kebumian rinci terpadu. Parameter batuan, fluida
dan suhu reservoir diperoleh dari pengukuran langsung dalam sumur.
3) Terbukti, dibuktikan oleh lebih dari satu sumur eksplorasi yang berhasil
mengeluarkan uap/air panas, dimana estimasi luas dan ketebalan reservoir
didasarkan kepada data sumur dan hasil penyelidikan ilmu kebumian rinci
terpadu. Parameter batuan dan fluida serta suhu reservoir didapatkan dari
data pengukuran langsung dalam sumur dan atau laboratorium.
4. Pembangkit listrik geothermal
Pembangkit yang digunakan untuk meng-konversi fluida geothermal
menjadi tenaga listrik secara umum mempunyai komponen yang sama dengan
power plants lain yang bukan berbasis geothermal, yaitu terdiri dari gene-rator,
turbin sebagai penggerak generator, heat exchanger, chiller, pompa, dan
sebagainya. Saat ini terdapat tiga macam teknologi pembangkit panas bumi

24
(geothermal power plants) yang dapat mengkonversi panas bumi menjadi
sumber daya listrik, yaitu dry steam, flash steam, dan binary cycle. Ketiga
macam teknologi ini pada dasarnya digunakan pada kondisi yang berbeda-beda.
1. Dry Steam Power Plants

Pembangkit tipe ini adalah yang pertama kali ada. Pada tipe ini uap
panas (steam) lang-sung diarahkan ke turbin dan mengaktifkan generator
untuk bekerja menghasilkan listrik. Sisa panas yang datang dari production
well dialirkan kembali ke dalam reservoir melalui injection well.
Pembangkit tipe tertua ini per-tama kali digunakan di Lardarello, Italia,
pada 1904 dimana saat ini masih berfungsi dengan baik. Di Amerika Serikat
pun dry steam power masih digunakan seperti yang ada di Geysers,
California Utara.
2. Flash Steam Power Plants

25
Panas bumi yang berupa fluida misalnya air panas alam (hot spring)
di atas suhu 1750 C dapat digunakan sebagai sumber pembangkit Flash
Steam Power Plants. Fluida panas tersebut dialir-kan kedalam tangki flash
yang tekanannya lebih rendah sehingga terjadi uap panas secara cepat. Uap
panas yang disebut dengan flash inilah yang menggerakkan turbin untuk
meng-aktifkan generator yang kemudian menghasil-kan listrik. Sisa panas
yang tidak terpakai ma-suk kembali ke reservoir melalui injection well.
Con-toh dari Flash Steam Power Plants adalah Cal-Energy Navy I flash
geothermal power plants di Coso Geothermal field, California, USA.
3. Binary Cycle Power Plants (BCPP)

BCPP menggunakan teknologi yang berbeda dengan kedua


teknologi sebelumnya yaitu dry steam dan flash steam. Pada BCPP air panas
atau uap panas yang berasal dari sumur produksi (production well) tidak
pernah menyentuh turbin. Air panas bumi digunakan untuk memanaskan
apa yang disebut dengan working fluid pada heat exchanger. Working fluid
kemu-dian menjadi panas dan menghasilkan uap berupa flash. Uap yang
dihasilkan di heat exchanger tadi lalu dialirkan untuk memutar turbin dan
selanjutnya menggerakkan genera-tor untuk menghasilkan sumber daya
listrik. Uap panas yang dihasilkan di heat exchanger inilah yang disebut
sebagai secondary (binary) fluid. Binary Cycle Power Plants ini sebetulnya
merupakan sistem tertutup. Jadi tidak ada yang dilepas ke atmosfer.
Keunggulan dari BCPP ialah dapat dioperasikan pada suhu ren-dah
yaitu 90-1750C. Contoh pene-rapan teknologi tipe BCPP ini ada di
Mammoth Pacific Binary Geothermal Power Plants di Casa Di-ablo

26
geothermal field, USA. Diper-kirakan pembangkit listrik panas bumi BCPP
akan semakin banyak digunakan dimasa yang akan datang.
5. Masa Depan Listrik PanasBumi
Meningkatnya kebutuhan energi dunia ditambah lagi dengan se-makin
tingginya kesadaran akan kebersihan dan keselamatan lingkungan, maka panas
bumi (geothermal) akan mempunyai masa depan yang cerah. Program EGS
(enhanced geothermal systems) yang dilakukan Amerika Serikat misalnya,
adalah suatu program besar-besaran untuk menjadikan geothermal sebagai
salah satu primadona pembangkit listrik pada 2050 yang akan datang.
Indonesia sendiri sebetulnya sangat ber-peluang untuk melakukan
pemanfaatan geo-thermal sebagai pembangkit listrik, bahkan berpotensi
sebagai negara pengekspor listrik bila ditangani secara serius. Hal ini tidak
berlebihan, mengingat banyaknya sumber geothermal yang sudah siap
diekploitasi di sepanjang Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Untuk mempermudah
pelaksanaannya tidak ada sa-lahnya bila kita bekerja sama dengan negara maju
asalkan kepentingan kita yang lebih dominan. Misalnya kita bekerja sama
dengan US Department of Energy (DOE) untuk men-dapat berbagai hasil riset
mereka dalam EGS (Gilbert Hutauruk – SBTI-Direktorat Umum & SDM).
6. Keuntungan Tenaga Panas Bumi
Pembangkit listrik tenaga Panas Bumi hampir tidak menimpulkan polusi
atau emisi gas rumah kaca. Tenaga ini juga tidak berisik dan dapat diandalkan.
Pembangkit listik tenaga geothermal menghasilkan listrik sekitar 90%,
dibandingkan 65-75 persen pembangkit listrik berbahan bakar fosil.
Salah satu limbah yang dihasilkan dari kegiatan operasional PLTPB CGI
adalah drill cutting dari kegiatan pengeboran (drilling). Limbah drill cutting
dapat dimanfaatkan sebagai pengganti agregat halus untuk konstruksi beton
ringan. Untuk itu, perusahaan melakukan kajian guna memastikan pemanfaatan
drill cutting tersebut tidak akan merusak kualitas lingkungan. Limbah drill
cutting dapat dimanfaatkan untuk saluran drainase, blok beton, dan batako.
Produk tersebut dipilih karena telah mengalami proses solidifikasi sehingga
aman lingkungan. Komposisi campuran untuk memperoleh produk yang
memenuhi SNI juga telah diupayakan.

27
BIOMASSA
Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi yang besar untuk
biomassa hal ini dikarenakan Indonesia banyak ditumbuhi oleh tumbuhtumbuhan
yang dapat dimanfaatkan sebagai biomassa baik saat masih hidup maupun sudah
mati, berdasarkan studi yang dilakukan sebuah lembaga riset di Jerman (Zentrum
for rationalle Energianwendung und Umwelt, ZREU) pada tahun 2008
mengestimasi potensi biomassa Indonesia sebesar 146,7 juta ton per tahun. Sumber
utama dari energi biomassa berasal dari residu padi (potensi energi sebesar 150
GJ/tahun), kayu rambung/kayu karet (120 GJ/tahun), residu gula (78GJ/tahun),
residu kelapa sawit (67 GJ/tahun dan residu kayu lapis dan irisan kayu/veneer,
residu penebangan, residu kayu ulin, residu kelapa dan sampah pertanian lain
(kurang dari 20 GJ/ tahun).

Gambar 1.2 Potensi Biomassa di Indonesia (DEPHUT 2000)


Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui pross fotosintetik,
baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman,
pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran ternak.
Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan pangan, pakan ternak, miyak
nabati, bahan bangunan dan sebagainya, biomassa juga digunakan sebagai sumber
energi (bahan bakar). Umum yang digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa
yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk
primernya.

28
Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain
merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable) sehingga dapat
menyediakan sumber energi secara berkesinambungan
Di Indonesia, biomassa merupakan sumber daya alam yang sangat penting
dengan berbagai produk primer sebagai serat, kayu, minyak, bahan pangan dan lain-
lain yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik juga diekspor dan
menjadi tulang punggung penghasil devisa negara.
1. Biomassa sebagai sumber energi
Potensi biomassa di Indonesia yang bisa digunakan sebagai sumber
energi jumlahnya sangat melimpah. Limbah yang berasal dari hewan maupun
tumbuhan semuanya potensial untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan
perkebunan menghasilkan limbah yang cukup besar, yang dapat dipergunakan
untuk keperluan lain seperti bahan bakar nabati. Pemanfaatan limbah sebagai
bahan bakar nabati memberi tiga keuntungan langsung. Pertama, peningkatan
efisiensi energi secara keseluruhan karena kandungan energi yang terdapat pada
limbah cukup besar dan akan terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan. Kedua,
penghematan biaya, karena seringkali membuang limbah bisa lebih mahal dari
pada memanfaatkannya. Ketiga, mengurangi keperluan akan tempat
penimbunan sampah karena penyediaan tempat penimbunan akan menjadi lebih
sulit dan mahal, khususnya di daerah perkotaan.
Selain pemanfaatan limbah, biomassa sebagai produk utama untuk
sumber energi juga akhir-akhir ini dikembangkan secara pesat. Kelapa sawit,
jarak, kedelai merupakan beberapa jenis tanaman yang produk utamanya sebagai
bahan baku pembuatan biodiesel. Sedangkan ubi kayu, jagung, sorghum, sago
merupakan tanaman-tanaman yang produknya sering ditujukan sebagai bahan
pembuatan bioethanol.

29
2. Pemanfaatan energi biomassa
Agar biomassa bisa digunakan sebagai bahan bakar maka diperlukan
teknologi untuk mengkonversinya. Terdapat beberapa teknologi untuk konversi
biomassa, dijelaskan pada Gambar 2. Teknologi konversi biomassa tentu saja
membutuhkan perbedaan pada alat yang digunakan untuk mengkonversi
biomassa dan menghasilkan perbedaan bahan bakar yang dihasilkan.

30
Secara umum teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu pembakaran langsung, konversi termokimiawi dan
konversi biokimiawi. Pembakaran langsung merupakan teknologi yang paling
sederhana karena pada umumnya biomassa telah dapat langsung dibakar.
Beberapa biomassa perlu dikeringkan terlebih dahulu dan didensifikasi untuk
kepraktisan dalam penggunaan. Konversi termokimiawi merupakan teknologi
yang memerlukan perlakuan termal untuk memicu terjadinya reaksi kimia dalam
menghasilkan bahan bakar. Sedangkan konversi biokimiawi merupakan
teknologi konversi yang menggunakan bantuan mikroba dalam menghasilkan
bahan bakar.
a. Biobriket
Briket adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengkonversi
sumber energi biomassa ke bentuk biomassa lain dengan cara dimampatkan
sehingga bentuknya menjadi lebih teratur. Briket yang terkenal adalah
briket batubara namun tidak hanya batubara saja yang bisa di bikin briket.
Biomassa lain seperti sekam, arang sekam, serbuk gergaji, serbuk kayu, dan
limbah-limbah biomassa yang lainnya. Pembuatan briket tidak terlalu sulit,
alat yang digunakan juga tidak terlalu rumit. Di IPB terdapat banyak jenis-

31
jenis mesin pengempa briket mulai dari yang manual, semi mekanis, dan
yang memakai mesin.

b. Gasifikasi
Secara sederhana, gasifikasi biomassa dapat didefinisikan sebagai
proses konversi bahan selulosa dalam suatu reaktor gasifikasi (gasifier)
menjadi bahan bakar. Gas tersebut dipergunakan sebagai bahan bakar motor
untuk menggerakan generator pembangkit listrik. Gasifikasi merupakan
salah satu alternatif dalam rangka program penghematan dan diversifikasi
energi. Selain itu gasifikasi akan membantu mengatasi masalah penanganan
dan pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan kehutanan. Ada tiga
bagian utama perangkat gasifikasi, yaitu : (a) unit pengkonversi bahan baku
(umpan) menjadi gas, disebut reaktor gasifikasi atau gasifier, (b) unit
pemurnian gas, (c) unit pemanfaatan gas.

c. Pirolisa
Pirolisa adalah penguraian biomassa (lysis) karena panas (pyro)
pada suhu yang lebih dari 150oC. Pada proses pirolisa terdapat beberapa
tingkatan proses, yaitu pirolisa primer dan pirolisa sekunder.

32
Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku
(umpan), sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas
partikel dan gas/uap hasil pirolisa primer. Penting diingat bahwa pirolisa
adalah penguraian karena panas, sehingga keberadaan O2 dihindari pada
proses tersebut karena akan memicu reaksi pembakaran.
d. Liquification
Liquification merupakan proses perubahan wujud dari gas ke cairan
dengan proses kondensasi, biasanya melalui pendinginan, atau perubahan
dari padat ke cairan dengan peleburan, bisa juga dengan pemanasan atau
penggilingan dan pencampuran dengan cairan lain untuk memutuskan
ikatan. Pada bidang energi liquification tejadi pada batubara dan gas
menjadi bentuk cairan untuk menghemat transportasi dan memudahkan
dalam pemanfaatan.
Pemanfaatan energi biomassa yang lain adalah dengan cara proses
biokimia. Contoh proses yang termasuk ke dalam proses biokimia adalah
hidrolisis, fermentasi dan an-aerobic digestion. An-aerobic digestion adalah
penguraian bahan organik atau selulosa menjadi CH4 dan gas lain melalui
proses biokimia. Adapun tahapan proses anaerobik digestion adalah
diperlihatkan pada Gambar:

33
Selain anaerobic digestion, proses pembuatan etanol dari biomassa
tergolong dalam konversi biokimiawi. Biomassa yang kaya dengan karbohidrat
atau glukosa dapat difermentasi sehingga terurai menjadi etanol dan CO2. Akan
tetapi, karbohidrat harus mengalami penguraian (hidrolisa) terlebih dahulu
menjadi glukosa. Etanol hasil fermentasi pada umumnya mempunyai kadar air
yang tinggi dan tidak sesuai untuk pemanfaatannya sebagai bahan bakar
pengganti bensin. Etanol ini harus didistilasi sedemikian rupa mencapai kadar
etanol di atas 99.5%.
Biomassa adalah satu-satunya sumber energi terbarukan yang dapat
diubah menjadi bahan bakar cair - biofuel – untuk keperluan transportasi
(mobil, truk, bus, pesawat terbang dan kereta api). Di antara jenis biofuel yang
banyak dikenal adalah biogas, biodiesel dan bioethanol.
1. Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki
sifat menyerupai minyak diesel atau solar. Bahan bakar ini ramah
lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih baik
dibandingkan dengan diesel/solar, yaitu bebas sulfur, bilangan asap (smoke
number) yang rendah; memiliki cetane number yang lebih tinggi sehingga
pembakaran lebih sempurna (clear burning); memiliki sifat pelumasan
terhadap piston mesin; dan dapat terurai (biodegradabe) sehingga tidak
menghasilkan racun (non toxic). Menurut hasil penelitian BBPT, biodiesel

34
bisa langsung digunakan 100% sebagai bahan bakar pada mesin diesel tanpa
memodifikasi mesin dieselnya atau dalam bentuk campuran dengan solar
pada berbagai konsentrasi mulai dari 5%. Keuanggulan biodiesel
diantaranya:
a. Angka Cetane tinggi (>50), yakni angka yang menunjukan ukuran baik
tidaknya kualitas Solar berdasarkan sifaf kecepatan bakar dalm ruang bakar
mesin. Semakin tinggi bilangan Cetane, semakin cepat pembakaran
semakin baik efisiensi termodinamisnya.
b. Titik kilat (flash point) tinggi, yakni temperatur terendah yang dapat
menyebabkan uap Biodiesel menyala, sehingga Biodiesel lebih aman dari
bahaya kebakaran pada saat disimpan maupun pada saat didistribusikan dari
pada solar.
c. Tidak mengandung sulfur dan benzene yang mempunyai sifat
karsinogen, serta dapat diuraikan secara alami
d. Menambah pelumasan mesin yang lebih baik daripada solar sehingga
akan memperpanjang umur pemakaian mesin
e. Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai
komposisi dan tidak memerlukan modifikasi mesin apapun
f. Mengurangi asap hitam dari gas asap buang mesin diesel secara
signifikan walaupun penambahan hanya 5% - 10% volume biodiesel
kedalam solar

Vegetable Oil Production Productivity Areas


(ton) (kg/ha/year) (ha)

Palm Oil/Kelapa Sawit 19,324,293 3,487 8,248,328

Jatropha curcas/Jarak 147,403 494.45 5,673


Pagar
Source: Ministry of Agriculture RI (2009)
Biodiesel membutuhkan bahan baku minyak nabati yang dapat
dihasilkan dari tanaman yang mengandung asam lemak seperti kelapa sawit
(Crude Palm Oil/CPO), jarak pagar (Crude Jatropha Oil/CJO), kelapa

35
(Crude Coconut Oil/CCO), sirsak, srikaya, kapuk, dll. Indonesia sangat
kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
biodiesel. Kelapa sawit merupakan salah satu sumber bahan baku minyak
nabati yang prospektif dikembangkan sebagai bahan baku biodiesel di
Indonesia, mengingat produksi CPO Indonesia cukup besar dan meningkat
tiap tahunnya. Tanaman jarak pagar juga prospektif sebagai bahan baku
biodiesel mengingat tanaman ini dapat tumbuh di lahan kritis dan
karakteristik minyaknya yang sesuai untuk biodiesel.
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pertanian, total kebutuhan biodiesel saat ini mencapai 4,12 juta
kiloliter per tahun. Sementara kemampuan produksi biodiesel pada tahun
2006 baru 110 ribu kiloliter per tahun. Pada tahun 2007 kemampuan
produksi diperkirakan mencapai 200 ribu kiloliter per tahun. Produsen-
produsen lain merencanakan juga akan beroperasi pada 2008 sehingga
kapasitas produksi akan mencapai sekitar 400 ribu kiloliter per tahun. Cetak
biru (blueprint) Pengelolaan Energi Nasional mentargetkan produksi
biodiesel sebesar 0,72 juta kiloliter pada tahun 2010 untuk menggantikan
2% konsumsi solar yang membutuhkan 200 ribu hektar kebun sawit dan 25
unit pengolahan berkapasitas 30 ribu ton per tahun dengan nilai investasi
sebesar Rp. 1,32 triliun; hingga menjadi sebesar 4,7 juta kiloliter pada tahun
2025 untuk mengganti 5% konsumsi solar yang membutuhkan 1,34 juta
hektar kebun sawit dan 45 unit pengolahan berkapasitas 100 ribu ton per
tahun dengan investasi mencapai Rp. 9 triliun.
2. Bioetanol
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi
gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme.

Gambar Rumus Bangun Bioetanol

36
Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki
sifat menyerupai minyak premium. Untuk pengganti premium, terdapat
alternatif gasohol yang merupakan campuran antara bensin dan bioetanol.
Adapun manfaat pemakaian gasohol di Indonesia yaitu: memperbesar basis
sumber daya bahan bakar cair, mengurangi impor BBM, menguatkan
security of supply bahan bakar, meningkatkan kesempatan kerja, berpotensi
mengurangi ketimpangan pendapatan antar individu dan antar daerah,
meningkatkan kemampuan nasional dalam teknologi pertanian dan industri,
mengurangi kecenderungan pemanasan global dan pencemaran udara
(bahan bakar ramah lingkungan) dan berpotensi mendorong ekspor
komoditi baru. Untuk pengembangan bioetanol diperlukan bahan baku
diantaranya:
a. Nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira
kelapa, nira aren, nira siwalan, sari-buah mete.
b. Bahan berselulosa (lignoselulosa): kayu, jerami, batang pisang, bagas,
dll.
c. Bahan berpati: tepung-tepung sorgum biji, jagung, cantel, sagu,
singkong/ gaplek, ubi jalar, ganyong, garut, suweg, umbi dahlia.
Pemanfaatan Bioetanol:
Sebagai bahan bakar substitusi BBM pada motor berbahan bakar
bensin; digunakan dalam bentuk neat 100% (B100) atau diblending dengan
premium (EXX) Gasohol s/d E10 bisa digunakan langsung pada mobil
bensin biasa (tanpa mengharuskan mesin dimodifikasi). Pengujian pada
kendaraan roda empat di laboratorium BPPT menunjukkan bahwa tingkat
emisi karbon dan hidrokarbon Gasohol E-10 yang merupakan campuran
bensin dan etanol 10% lebih rendah dibandingkan dengan premium dan
pertamax. Pengujian karakteristik unjuk kerja yaitu daya dan torsi
menunjukkan bahwa etanol 10% identik atau cenderung lebih baik daripada
pertamax. Etanol mengandung 35% oksigen sehingga meningkatkan
efisiensi pembakaran.

37
3. Biogas
Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik
dengan bantuan bakteri anaerob pada lingkungan tanpa oksigen bebas.
Energi gas bio didominasi gas metan (60% - 70%), karbondioksida (40% -
30%) dan beberapa gas lain dalam jumlah lebih kecil. Gas metan termasuk
gas rumah kaca (greenhouse gas), bersama dengan gas karbon dioksida
(CO2) memberikan efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya
fenomena pemanasan global. Pengurangan gas metan secara lokal ini dapat
berperan positif dalam upaya penyelesaian permasalahan global.

Sources Waste Potential

Padi Sekam dan gabah 280 kg/ton padi

Jagung Batang dan daun 3,46 ton/ha

Tebu Pucuk tebu 0,14 ton/ton tebu


Ampas tebu (baggase) 100 ton/ha
Tetes tebu 0,05 ton/ton tebu

Kopi Kulit buah 1,8 ton/ha

Kakao Kulit buah 5,8 ton/ha

Kelapa Sawit Pelepah kelapa sawit 22 ton/ha


Tandan kosong 200-250 kg/ton buah
Limbah cair 0,6-0,7 ton/ton
sawit mentah

Karet Kayu karet 40 m³/ha

Sapi Kotoran 10-15 Kg/hari/ekor

Kerbau Kotoran 10-15 Kg/hari/ekor

Babi Kotoran 4,5-5,3 Kg/ekor/hari

Ayam Kotoran 0,06 kg/hari/ekor

38
3. Dampak Pemanfaatan Energi Biomassa
Semua jenis energi di alam baik itu yang tak terbarukan maupun
terbarukan pastinya tak lepas dari dampak yang ditimbulkan. Begitu juga dengan
energi biomassa tentu mempunyai dampak baik itu dampak positif maupun
negatif.
b. Dampak Positif
Ada banyak sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan.
Biomassa pun bisa dijadikan salah satu alternatif yang menjanjikan.
Pemanfaatan energi biomassa sebagai sumber energi khususnya sebagai
bahan baku produksi energi listrik mempunyai kelebihan atau dampak positif,
antara lain:
1) Merupakan sumber energi paling murah karena jumlahnya melimpah
tersedia di alam bisa dikatakan gratis
2) Dapat diperoleh dengan mudah misalnya sampah atau limbah disekitar
kita
3) Biaya operasional sangat rendah, hal ini karena bahan baku tersedia
melimpah dan gratis
4) Tidak mengenal problem limbah karena dari limbah justru akan diperoleh
energi biomasa
5) Proses produksinya lebih ramah lingkungan karena proses
pembakarannya lebih sempurna, tidak meninggalkan residu atau sisa
pembakaran semisal co2.
6) Tidak menyebabkan efek rumah kaca atau global warming
7) Tidak terpengaruh kenaikkan harga bahan bakar (Jarass,1980).
8) Mengurangi polusi udara; pembakaran biomassa dari limbah pertanian
dilakukan di dalam ruang bakar menggunakan boiler untuk mengurangi
efek polusi asap karena pembakaran dalam industri menggunakan
peralatan kendali polusi untuk mengendalikan asap, sehingga lebih
efisien dan bersih daripada pembakaran langsung.
9) Mengurangi hujan asam dan kabut asap; Melalui pembakaran biomassa
efek hujan asam ini akan direduksi, karena pembakaran biomassa akan
menghasilkan partikel emisi asam sulfur (SO2) dan nitrogen oksida (NOx)

39
yang lebih sedikit dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil.
Pembakaran biomasa lebih efisien dan sempurna bila diproses melalui
karbonisasi karena akan menghasilkan bahan bakar yang terbebas dari
volatile matter atau gas mudah terbakar.(www.kamase.org)
c. Dampak Negatif
1) Ekonomi
Dari segi ekonomi terutama biomassa yang diperoleh dari bahan
baku pangan semisal gandum, tebu dan jagung akan memberikan
dampak samping salah satunya naiknya harga bahan baku pangan.
Penyebabnya macam-macam. Di Jerman misalnya, produksi listrik
biomassa mendapat subsidi pemerintah kata ahli biologi Dr. Andre
Baumann: “Ini memicu persaingan antar petani yang menanam gandum
untuk pangan dan petani biomassa. Selama ini, produsen gandum untuk
biomassa mendapat keuntungan lebih besar daripada petani biasa. Baru
belakangan ini, dengan naiknya harga untuk susu dan gandum, petani
biasa dapat bersaing dengan petani biomassa. Produsen biogas tak lagi
dapat membeli bahan dasar gandum dengan harga murah seperti dalam
lima tahun terakhir “. Di Jerman, 100 kilogram gandum menghasilkan
energi biomassa seharga 25 Euro. Tapi bila gandum tersebut dijual
sebagai bahan baku pangan, harganya hanya 18 Euro. Kini di sejumlah
negara muncul kekuatiran bahwa para petani bahan pangan beralih ke
produksi tanaman untuk biomassa. Padahal, produksi bahan pangan saat
ini saja belum mencukupi untuk menutup kebutuhan pangan dunia.
(www.dw-world.de)
2) Lingkungan
Dampak lain penanaman produk pertanian untuk biomassa adalah
kerusakan pada alam. Andre Baumann yang menjabat ketua Organisasi
Lingkungan Hidup Jerman NABU menegaskan produksi tanaman untuk
biomassa harus memenuhi standar amdal: “Biomassa sudah digunakan
selama ratusan tahun. Tapi dulu produk biomassa tidak diangkut dengan
truk atau pesawat sampai tempat tujuan. Sekam gandum atau sisa
tanaman lainnya digunakan di pertanian yang sama sehingga membentuk

40
lingkaran yang tertutup. Tapi sekarang, manusia memakai truk dan kapal
laut untuk mengangkut kelapa sawit dari kawasan tropis ke Eropa, ini
menyebabkan siklus penggunaan biomassa tidak lagi tertutup “.
Contohnya di Benua Hitam Afrika. Pakar lingkungan dari Institut
Pertanian untuk Kawasan Tropis dan Subtropis Universitas Hohenheim
Joachim Sauberborn menjelaskan „Di Afrika sumber daya alam yang
dapat diperbarui luas digunakan. Banyak warga masih memakai kayu
untuk memasak. Namun, dampak negatifnya adalah kerusakan kawasan
hutan karena penebangan yang tidak terkontrol. Hilangnya vegetasi
hutan menyebabkan pengikisan lapisan tanah yang subur. Akibatnya,
lahan pertanian pun makin berkurang “
Untuk mendapatkan lahan pertanian baru, penduduk Afrika
membuka hutan. Akibatnya siklus kerusakan alam terus berlanjut.
Penebangan pohon-pohon untuk lahan pertanian menyebabkan
karbondioksida dilepaskan ke udara. Padahal karbondioksida atau CO2
adalah salah satu gas rumah kaca penyebab pemanasan global.
(www.dw-world.de)
4. Strategi Pengembangan Energi Biomassa di Indonesia
Berdasar atas kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya
mengembangkan dan meningkatkan peran energi biomassa khususnya pada
produksi energi listrik, maka beberapa strategi yang mungkin diterapkan, antara
lain:
a) Meningkatkan kegiatan studi dan penelitian yang berkaitan dengan;
pelaksanaan identifikasi setiap jenis potensi sumber daya energi biomassa
secara lengkap di setiap wilayah; upaya perumusan spesifikasi dasar dan
standar rekayasa sistem konversi energinya yang sesuai dengan kondisi di
Indonesia; pembuatan "prototype" yang sesuai dengan spesifikasi dasar dan
standar rekayasanya; perbaikan kontinuitas penyediaan energi listrik;
pengumpulan pendapat dan tanggapan masyarakat tentang pemanfaatan
energi biomassa tersebut.
b) Menekan biaya investasi dengan menjajagi kemungkinan produksi massal
sistem pembangkitannya, dan mengupayakan agar sebagian komponennya

41
dapat diproduksi di dalam negeri, sehingga tidak semua komponen harus
diimport dari luar negeri. Penurunan biaya investasi ini akan berdampak
langsung terhadap biaya produksi.
c) Memasyarakatkan pemanfaatan energi terbarukan sekaligus mengadakan
analisis dan evaluasi lebih mendalam tentang kelayakan operasi sistem di
lapangan dengan pembangunan beberapa proyek percontohan
d) Meningkatkan promosi yang berkaitan dengan pemanfaatan energi dan
upaya pelestarian lingkungan.
e) Memberi prioritas pembangunan pada daerah yang memiliki potensi sangat
tinggi, baik teknis maupun sosio-ekonomisnya.
f) Memberikan subsidi silang guna meringankan beban finansial pada tahap
pembangunan. Subsidi yang diberikan, dikembalikan oleh konsumen
berupa rekening yang harus dibayarkan pada setiap periode waktu tertentu.
Dana yang terkumpul dari rekening tersebut digunakan untuk mensubsidi
pembangunan sistem pembangkit energi listrik di wilayah lain.

42
SEL SURYA
Photovoltaic (PV) adalah suatu sistem atau cara langsung (direct) untuk
mentransfer radiasi matahari atau energi cahaya menjadi energi listrik. Sistem
photovoltaic bekerja dengan prinsip efek photovoltaic. Efek photovoltaic pertama
kali ditemukan oleh Henri Becquerel pada tahun 1839. Efek photovoltaic adalah
fenomena dimana suatu sel photovoltaic dapat menyerap energi cahaya dan
merubahnya menjadi energi listrik. Efek photovoltaic didefinisikan sebagai suatu
fenomena munculnya voltase listrik akibat kontak dua elektroda yang dihubungkan
dengan sistem padatan atau cairan saat diexpose di bawah energy cahaya.
Energi solar atau radiasi cahaya terdiri dari biasan foton-foton yang
memiliki tingkat energi yang berbeda-beda. Perbedaan tingkat energi dari foton
cahaya inilah yang akan menentukan panjang gelombang dari spektrum cahaya.
Ketika foton mengenai permukaan suatu sel PV, maka foton tersebut dapat
dibiaskan, diserap, ataupun diteruskan menembus sel PV. Foton yang terserap oleh
sel PV inilah yang akan memicu timbulnya energi listrik.

Sel PV adalah suatu perangkat yang mengkonversi energi radiasi matahari


menjadi energi listrik. Sistem sel PV pada dasarnya terdiri dari pn junction atau
ikatan antara sisi positif dan negatif di dalam sebuah sistem semikonduktor. Sel PV
juga dikenal dengan nama solar cell atau sel surya. Namun, perbedaannya terletak
pada sumber cahaya yang digunakan. Pada sel PV sumber cahaya lebih umum dan
tidak disebutkan secara jelas. Sedangkan pada sel surya energi cahaya berasal dari
radiasi sinar matahari.

43
1. Mekanisme Konversi Energi
Pada dasarnya mekanisme konversi energi cahaya terjadi akibat adanya
perpindahan elektron bebas di dalam suatu atom. Konduktifitas elektron atau
kemampuan transfer elektron dari suatu material terletak pada banyaknya
electron valensi dari suatu material.
Sel surya pada umumnya menggunakan material semikonduktor sebagai
penghasil electron bebas. Material semikonduktor adalah suatu padatan (solid)
dan seperti logam, konduktifitas elektriknya juga ditentukan oleh elektron
valensinya. Namun, berbeda dengan logam yang konduktifitasnya menurun
dengan kenaikan temperatur, material semikonduktor konduktifitasnya akan
meningkat secara significant.
Ketika foton dari suatu sumber cahaya menumbuk suatu elektron valensi
dari atom semikonduktor, hal ini mengakibatkan suatu energi yang cukup besar
untuk memisahkan elektron tersebut terlepas dari struktur atomnya. Elektron
yang terlepas tersebut menjadi bebas bergerak di dalam bidang kristal dan
electron tersebut menjadi bermuatan negatif dan berada pada daerah pita
konduksi dari material semikonduktor.
Sementara itu akibat hilangnya elektron mengakibatkan terbentuknya
suatu kekosongan pada struktur kristal yang disebut dengan “hole” dan
bermuatan positif. Skema sederhana terjadinya elektron bebas pada material
semikonduktor diilustrasikan pada Gambar.

44
Daerah semikonduktor dengan elektron bebas dan bersifat negatif
bertindak sebagai donor elektron. Daerah ini disebut negatif type (n-type).
Sedangkan daerah semikonduktor dengan hole, bersifat positif dan bertindak
sebagai penerima (acceptor) elektron. Daerah ini disebut dengan positive type
(p-type).
Ikatan dari kedua sisi positif dan negatif (p-n junction) menghasilkan
energi listrik internal yang akan mendorong elektron bebas dan hole untuk
bergerak ke arah yang berlawanan. Elektron akan bergerak menjauhi sisi negatif,
sedangkan hole bergerak menjauhi sisi positif. Ketika p-n junction ini
dihubungkan dengan sebuah beban (lampu) maka akan tercipta sebuah arus
listrik.
2. Struktur Umum Sel Surya
Struktur inti dari sel surya pada umumnya terdiri dari satu atau lebih jenis
material semikonduktor dengan dua daerah berbeda yaitu, daerah positif dan
negatif. Dua sisi yang berlainan ini berfungsi sebagai elektroda. Untuk
menghasilkan dua daerah muatan yang berbeda umumnya digunakan dopant
dengan golongan periodik yang berbeda. hal ini dimaksudkan agar dopant pada
daerah negatif akan berfungsi sebagai pendonor elektron, sedangkan dopant
pada daerah positif akan berfungsi sebagai acceptor elektron.
Sebagai contoh, pada solar sel konvensional digunakan material silikon
(golongan IV pada tabel periodik) sebagai semikonduktor. Untuk menghasilkan
dua muatan yang berbeda, maka pada satu sisi diberi dopant dari golongan
periodik V yang mempunyai elektron valensi lima. Hal ini mengakibatkan

45
silikon mempunyai kelebihan elektron (n-type). Sedangkan pada sisi yang
berlainan digunakan dopant dari golongan periodik III yang mengakibatkan
silikon kekurangan elektron (ptype). Dikarenakan untuk membentuk suatu
struktur yang stabil dibutuhkan empat elektron, maka kekurangan satu elektron
akan didapat dari donor n-type [5].
Selain itu pada sel surya terdapat lapisan antirefleksi, dan substrat logam
sebagai tempat mengalirnya arus dari lapisan tipe-n (elektron) dan tipe-p (hole).

3. Cara Kerja Sel Surya


Sebagaimana diketahui bahwa cahaya baik yang tampak maupun yang
tidak tampak memiliki dua buah sifat yaitu dapat sebagai gelombang dan dapat
sebagai partikel yang disebut dengan foton. Penemuan ini pertama kali
diungkapkan oleh Einstein pada tahun 1905. Energi dengan frekuensi υ
dipancarkan oleh sebuah cahaya dengan panjang gelombang foton λ
dirumuskan dengan persamaan:
E = h.c / λ (7)

46
Dengan h adalah konstanta Planck (6,62 x 10-34 J.s) dan c adalah
kecepatan cahaya dalam vakum (3,00 x 108 m/s). Persamaan di atas juga
menunjukkan bahwa foton dapat dilihat sebagai sebuah partikel energi atau
sebagai gelombang dengan panjang gelombang dan frekuensi tertentu. Dengan
menggunakan sebuah perangkat semikonduktor yang memiliki permukaan yang
luas dan terdiri dari rangkaian dioda tipe p dan n, cahaya yang datang akan
mampu dirubah menjadi energi listrik.
Proses pengubahan atau konversi cahaya matahari menjadi listrik ini
dimungkinkan karena bahan material yang menyusun sel surya berupa
semikonduktor. Lebih tepatnya tersusun atas dua jenis semikonduktor; yakni
jenis n dan jenis p. Semikonduktor merupakan bahan dasar untuk komponen
aktif dalam alat elektronika. Semikonduktor yang digunakan pada sel surya
adalah semikonduktor ekstrinsik, yang dibuat dari campuran bahan
semikonduktor intrinsik dengan atom unsur dari kelompok III atau kelompok V
dalam susunan berkala. Semikonduktor jenis n merupakan semikonduktor yang
memiliki kelebihan elektron, sehingga kelebihan muatan negatif, (n = negatif).
Sedangkan semikonduktor jenis p memiliki kelebihan hole, sehingga disebut
dengan p (p = positif) karena kelebihan muatan positif. Caranya, dengan
menambahkan unsur lain ke dalam semikonduktor, maka kita dapat mengontrol
jenis semikonduktor tersebut, sebagaimana diilustrasikan pada gambar di bawah
ini.

Gambar Semikonduktor yang ditambahkan unsur lain.


Pada awalnya, pembuatan dua jenis semikonduktor ini dimaksudkan
untuk meningkatkan tingkat konduktivitas atau tingkat kemampuan daya hantar
listrik dan panas semikonduktor alami. Di dalam semikonduktor alami (disebut
dengan semikonduktor intrinsik) ini, elektron maupun hole memiliki jumlah

47
yang sama. Kelebihan elektron atau hole dapat meningkatkan daya hantar listrik
maupun panas dari sebuah semikoduktor.
Misalkan semikonduktor intrinsik yang dimaksud ialah Silikon (Si).
Semikonduktor jenis p, biasanya dibuat dengan menambahkan unsur Boron (B),
Aluminum (Al), Gallium (Ga) atau Indium (In) ke dalam Si. Unsur-unsur
tambahan ini akan menambah jumlah hole. Sedangkan semikonduktor jenis n
dibuat dengan menambahkan Nitrogen (N), Fosfor (P) atau Arsen (As) ke dalam
Si. Dari sini, tambahan elektron dapat diperoleh. Sedangkan, Si intrinsik sendiri
tidak mengandung unsur tambahan. Usaha menambahkan unsur tambahan ini
disebut dengan doping yang jumlahnya tidak lebih dari 1 % dibandingkan
dengan berat Si yang hendak di-doping. Dua jenis semikonduktor n dan p ini jika
disatukan akan membentuk sambungan p-n atau dioda p-n (istilah lain
menyebutnya dengan sambungan metalurgi/metallurgical junction) yang dapat
digambarkan sebagai berikut. Semikonduktor jenis p dan n sebelum disambung.

Gambar Semikonduktor jenis p dan n

Sesaat setelah dua jenis semikonduktor ini disambung, terjadi


perpindahan elektron-elektron dari semikonduktor n menuju semikonduktor p,
dan perpindahan hole dari semikonduktor p menuju semikonduktor n.
Perpindahan elektron maupun hole ini hanya sampai pada jarak tertentu dari
batas sambungan awal.

48
Gambar Penyambungan semikonduktor jenis p dan n.
Elektron dari semikonduktor n bersatu dengan hole pada semikonduktor
p yang mengakibatkan jumlah hole pada semikonduktor p akan berkurang.
Daerah ini akhirnya berubah menjadi lebih bermuatan negatif. Pada saat yang
sama. hole dari semikonduktor p bersatu dengan elektron yang ada pada
semikonduktor n yang mengakibatkan jumlah elektron di daerah ini berkurang.
Daerah ini akhirnya lebih bermuatan positif.

Gambar Pembentukan daerah deplesi.


Daerah negatif dan positif ini disebut dengan daerah deplesi (depletion
region) ditandai dengan huruf W. Baik elektron maupun hole yang ada pada
daerah deplesi disebut dengan pembawa muatan minoritas (minority charge
carriers) karena keberadaannya di jenis semikonduktor yang berbeda.
Dikarenakan adanya perbedaan muatan positif dan negatif di daerah deplesi,
maka timbul dengan sendirinya medan listrik internal E dari sisi positif ke sisi
negatif, yang mencoba menarik kembali hole ke semikonduktor p dan elektron
ke semikonduktor n. Medan listrik ini cenderung berlawanan dengan
perpindahan hole maupun elektron pada awal terjadinya daerah deplesi.Dibawah
pengaruh medan ini elektron dan lubang akan bergerak dalam arah berlawanan.

Gambar Munculnya medan listrik.

49
Adanya medan listrik mengakibatkan sambungan pn berada pada titik
setimbang, yakni saat di mana jumlah hole yang berpindah dari semikonduktor
p ke n dikompensasi dengan jumlah hole yang tertarik kembali kearah
semikonduktor p akibat medan listrik E. Begitu pula dengan jumlah elektron
yang berpindah dari smikonduktor n ke p, dikompensasi dengan mengalirnya
kembali elektron ke semikonduktor n akibat tarikan medan listrik E. Dengan kata
lain, medan listrik E mencegah seluruh elektron dan hole berpindah dari
semikonduktor yang satu ke semikonduktor yang lain.
Pada sambungan p-n inilah proses konversi cahaya matahari menjadi
listrik terjadi. Untuk keperluan sel surya, semikonduktor n berada pada lapisan
atas sambungan p yang menghadap kearah datangnya cahaya matahari, dan
dibuat jauh lebih tipis dari semikonduktor p, sehingga cahaya matahari yang
jatuh ke permukaan sel surya dapat terus terserap dan masuk ke daerah deplesi
dan semikonduktor p.

Gambar Semikonduktor jenis p dan n.


Ketika sambungan semikonduktor ini terkena cahaya matahari, maka
elektron mendapat energi dari cahaya matahari untuk melepaskan dirinya dari
semikonduktor n, daerah deplesi maupun semikonduktor. Terlepasnya elektron
ini meninggalkan hole pada daerah yang ditinggalkan oleh elektron yang disebut
dengan fotogenerasi elektron-hole (electron-hole photogeneration) yakni,
terbentuknya pasangan elektron dan hole akibat cahaya matahari.

50
Gambar Fotogenerasi elektron-hole.
Cahaya matahari dengan panjang gelombang yang berbeda, membuat
fotogenerasi pada sambungan pn berada pada bagian sambungan pn yang
berbeda pula. Spektrum merah dari cahaya matahari yang memiliki panjang
gelombang lebih panjang, mampu menembus daerah deplesi hingga terserap di
semikonduktor p yang akhirnya menghasilkan proses fotogenerasi di sana.
Spektrum biru dengan panjang gelombang yang jauh lebih pendek hanya
terserap di daerah semikonduktor n. Selanjutnya, dikarenakan pada sambungan
pn terdapat medan listrik E, elektron hasil fotogenerasi tertarik ke arah
semikonduktor n, begitu pula dengan hole yang tertarik ke arah semikonduktor
p. Apabila rangkaian kabel dihubungkan ke dua bagian semikonduktor, maka
elektron akan mengalir melalui kabel. Jika sebuah lampu kecil dihubungkan ke
kabel, lampu tersebut menyala dikarenakan mendapat arus listrik, dimana arus
listrik ini timbul akibat pergerakan elektron.

51
Gambar: (a) Aliran elektron pada sel. Surya
(b) Skema cara kerja sel surya zat warna.
Pada siang hari panel surya menerima cahaya matahari yang kemudian
diubah menjadi listrik melalui proses photovoltaic. Listrik yang dihasilkan oleh
panel surya dapat langsung disalurkan ke beban ataupun disimpan dalam
Electric Box System (EBS), sebelum digunakan ke beban seperti lampu, radio,
TV, dll. Pada malam hari, dimana panel surya tidak menghasilkan listrik. Listrik
yang sudah tersimpan dalam Electric Box System (EBS) akan dapat digunakan.
Untuk menyalakan peralatan listrik terutama lampu penerangan, dll. Adapun
rumus untuk efisiensi konversi energinya berbentuk:
η= V .I
ρ. A
Dimana: η = efisiensi konversi;
V = tegangan yang dibangkitkan sel surya; I = arus sel surya;
ρ = rapat daya matahari yang jatuh pada sel surya; A = luas permukaan sel
surya.
4. Efisiensi Sel Surya
Daya listrik yang dihasilkan oleh sel surya ketika mendapat cahaya
dihitung dari kemampuan untuk memproduksi tegangan ketika diberi beban dan
arus melalui beban pada waktu yang sama. Hal tersebut sebagaimana
direpresentasikan dalam kurva arus-tegangan (I-V).

52
Efisiensi adalah sifat terpenting yang menjadi tolak ukur performa pada
sebuah perangkat sel surya. Nilai efisiensi suatu sel surya dihitung dengan
besarnya daya yang dihasilkan sel suya dibagi dengan daya cahaya yang datang:
ℑ. Vm FF. Isc.Voc η = p Light = p Light
Dimana Voc adalah tegangan maksimum saat open-circuit, Im adalah
arus maksimun saat closecircuit, dan Titik pada kurva I-V yang menghasilkan
arus dan tegangan maksimum disebut titik daya maksimum (m).
Sedangkan FF adalah fill factor dengan persamaan:
Vm. ℑ
FF = Voc.Isc

53
PICOHYDRO
Pikohidro atau (PLTP) merupakan pembangkit listrik dalam skala yang
lebih kecil dari mikrohidro. Tetapi secara garis besar sebenarnya banyak keasamaan
antara mikrohidro dan pikohidro. Perbedaannya hanya pada daya keluarannya,
turbin yang digunakan pada pikohidro hanya dapat menghasilkan daya lebih kecil
dari 10 kW (<10kW).
1. Prinsip-prinsip Dasar PLTP
Pada umumnya PLTP yang dibangun adalah jenis run of river dimana
tinggi jatuhan yang diperoleh tidak dengan cara membangun bendungan besar,
melainkan mengalihkan aliran air ke satu sisi dari sungai dan menjatuhkannya
lagi ke sungai pada suatu tempat dimana beda tinggi yang diinginkan sudah
diperoleh. Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatiakan saat ingin
membangun sebuah PLTP:
a. Debit Sungai
Untuk sungai yang dikelola dengan baik, biasanya telah tersedia data
yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui variasi debit, data ini bisa
diperoleh dari Dinas Sumber Daya Air di kabupaten setempat. Dari data
tersebut kemudian dibuatlah Flow Duration Curve (FDC), yaitu
mengelompokkan data berdasarkan besar debit untuk selanjutnya dibuat
grafik terhadap total waktu pengukuran 100%. Sebagai contoh, pada Gambar
dibawah menjelaskan bahwa selama 23 % waktu dalam satu tahun, debit air
adalah lebih dari 10 m3/s. Kurva ini penting sebagai data bagi perancangan
PLTP. Jika tidak didasarkan pada data yang mantap maka hasil rancangannya
pun akan sangat spekulatif.

54
Gambar Flow Duration Curve

Sedangkan untuk sungai yang belum tersedia data variasi ketersediaan


air, maka diharuskan mengukur dan merekam debit air setiap hari minimal
selama satu tahun untuk mendapatkan kurva sebagai berikut:

Gambar Contoh Flow Duration Curve dalam Satu Tahun


Pengukuran debit sungai dapat dilakukan dengan menggunakan
metode rasional, persamaannya:
Q = C x DAS x CH
dengan:
Q = debit sungai (m3/s)
C = koefisien run off (tanpa satuan)
DAS = luas daerah aliran sungai (km2)
CH = intensitas curah hujan tahunan (mm/tahun)

55
b. Tinggi Terjunan (Head)
Penentuan head pada PLTP dapat dilakukan dengan menggunakan
peta topografi atau dengan pengukuran secara langsung di lokasi tinjauan.
Head adalah tinggi jatuhan dari permukaan air pada bendung sampai ke
turbin di rumah pembangkit. Tinggi jatuhan bersih dapat dihitung dengan
cara mengurangi tinggi jatuhan kotor yang telah diperkirakan dengan
kehilangan energi yang ditunjukkan dalam satuan meter. Kehilangan energi
ini terjadi antara lain disebabkan timbulnya gesekan dan turbulensi.
Salah satu cara untuk menghitung head adalah menggunakan metode
selang transparan. Metode ini digunakan untuk lokasi head rendah, selain itu
murah dan ketepatannya dapat diterima secara rasional. Untuk mendapatkan
ketinggian dari dua titik, dilakukan pengukuran perbedaan level air dari air
yang diisikan ke dalam selang transparan pada dua titik. Head ditentukan
dengan mengukur ketinggian dari tanah ke A2 (Gambar 3). Sementara head
total adalah penjumlahan head di setiap pengukuran.

Gambar Pengukuran Head dengan Selang secara Bertahap

56
c. Daya Terbangkitkan
Daya listrik dihasilkan dari adanya beda potensial akibat tinggi
terjunan dan debit air yang cukup. Daya yang dihasilkan dapat dinyatakan
dalam persamaan berikut:
P=ρxgxQxHxη
dengan:
P= daya yang dihasilkan (W)
ρ= massa jenis air (kg/m3)
g= percepatan gravitasi (m/s2)
Q= debit rancangan (m3/s)
H= tinggi terjunan (m)
η= efisiensi total
2. Komponen PLTP
Komponen PLTP secara umum dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Mekanikal
Mekanikal diantaranya adalah turbin dan transmisi mekanik. Turbin
air berperan untuk mengubah energi potensial, tekanan dan energi kinetik
menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros. Putaran poros turbin
akan diubah oleh generator menjadi energi listrik. Turbin dibuat dalam
berbagai ukuran yang bervariasi sesuai dengan head-nya. Secara umum besar
turbin yang sering digunakan untuk PLTP adalah turbin pelton and turge,
crossflow, dan open flume (propeller).

Gambar Jenis-jenis Turbin pada PLTP

57
Komponen-komponen transmisi mekanik terdiri dari sabuk (belt),
pulley, kopling, dan bantalan (bearing). Sistem transmisi mekanik ini
berfungsi untuk meneruskan energi mekanik rotasi dari poros turbin ke
generator sekaligus menaikkan kecepatan putar sesuai dengan spesifikasi
generator.

Gambar Skema Pulley, Belt, Bearing dan Generator


b. Elektrikal
Elektrikal meliputi generator, panel control, ballast load, jaringan
transmisi dan distribusi. Generator adalah suatu peralatan yang berfungsi
mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Generator memiliki bagian
yang tetap yaitu stator dan bagian yang berputar yaitu rotor. Ada dua jenis
generator, yaitu generator sinkron dan generator asinkron.
Sistem kontrol yang digunakan pada perencanaan PLTP
menggunakan pengaturan beban sehingga jumlah output daya generator
selalu sama dengan beban. Apabila terjadi penurunan beban di konsumen,
maka beban tersebut akan dialihkan ke sistem udara (air heater) atau pemanas
air (water heater) yang dikenal sebagai ballast load.
Ballast load adalah elemen pembuang daya. Apabila produksi daya
melebihi dari penggunaannya maka selisih daya tersebut dibuang ke ballast
load. Berdasarkan media pembuangannya, terdapat dua jenis ballast load,
yaitu ballast load yang menggunakan pemanas air dan ballast load yang
menggunakan pemanas udara.

58
c. Bangunan Sipil
Bangunan sipil meliputi bendung (weir), pintu pengambilan (intake),
saluran pembawa (head race), bak pengendap (forebay), saluran pelimpah
(spillway), pipa pesat (penstock), rumah pembangkit (power house) dan
saluran pembuang (tail race) lihat contoh layout

Gambar Layout PLTP

Bendung pada PLTP berfungsi untuk meninggikan muka air, bukan


menampung air. Bendung dilengkapi dengan bangunan penangkap pasir atau
lumpur dan juga dilengkapi dengan pintu (stoplog) untuk membuang kotoran
atau lumpur yang mengendap tersebut. Pada PLTP jenis run of river
dibangun berdekatan dengan bendung.
Pintu pengambilan berfungsi untuk membagi air dan mengambil
sebagian air untuk disalurkan ke turbin. Bangunan ini dinamakan pula
sebagai bangunan pembagi karena berfungsi untuk membagi air. Saluran
yang dipakai untuk menyalurkan air ke tubin biasanya saluran terbuka,
kemudian saluran tersebut disambungkan ke pipa pesat (penstock), lihat
Gambar Dari pipa pesat ini air disambungkan ke turbin.
Saluran pembawa berfungsi untuk mengalirkan air yang diambil dari
intake menuju bak pengendap. Ada berbagai macam saluran pembawa,
antara lain terowongan, saluran terbuka dan saluran tertutup. Konstruksi
saluran pembawa dapat berupa pasangan batu kali atau hanya berupa tanah

59
yang digali. Pada saluran pembawa yang panjang perlu dilengkapi saluran
pelimpah untuk setiap jarak tertentu. Jika terjadi banjir pada saluran
pembawa, kelebihan air akan terbuang melalui saluran pelimpah.
Bak pengendap adalah ujung dari saluran pembawa. Bak pengendap
berfungsi mengendapkan pasir atau lumpur sehingga air yang masuk ke
turbin relatif bersih. Bak pengendap biasanya dibuat dengan memperdalam
dan memperlebar sebagian saluran penghantar. Bak pengendap dilengkapi
dengan saluran pelimpah (spillway) untuk menjaga tinggi muka air dan
saluran penguras untuk membersihkan kotoran yang mengendap. Pipa pesat
(penstock) adalah pipa yang berfungsi untuk mengalirkan air dari bak
pengendap (forebay) ke turbin.
Rumah pembangkit merupakan tempat komponen elektrikal dan
mekanikal seperti turbin beserta transmisi mekanik, generator, panel kontrol
dan ballast load. Setiap pembangunan PLTP pada dasarnya berusaha
mendapatkan head yang maksimum. Konsekuensinya lokasi rumah
pembangkit berada pada tempat yang serendah mungkin. Lantai rumah
pembangkit harus selalu lebih tinggi dibandingkan permukaan sungai. Data
dan informasi ketinggian pada waktu banjir sangat diperlukan dalam
menentukan lokasi rumah pembangkit.
Pada kasus turbin impuls, air yang dilepas oleh runner secara langsung
ke dalam udara di saluran pembuang. Permukaan air di bawah turbin akan
bergelombang, oleh karena itu jarak bebas antara rumah pembangkit dengan
permukaan air di tail race harus dijaga minimal 30-50 cm.

60
ANGIN
Sejak zaman dahulu, orang telah memanfaatkan energi angin.Lebih dari
5.000 tahun yang lalu, orang Mesir kuno menggunakan angin untuk berlayar kapal
di Sungai Nil.Kemudian, orang-orang membangun kincir angin untuk menggiling
gandum dan bijibijian lainnya.Naskah tertua tentang kincir angin terdapat dalam
tulisan Arab dari abad ke-9 Masehi yang menjelaskan bahwa kincir angin yang
dioperasikan di perbatasan Iran dan Afganistan sudah ada sejak beberapa abad
sebelumnya, kadang disebut Persian windmill.Kincir angin dikenal paling awal
adalah di Persia (Iran).Awal kincir angin ini tampak sepertiroda dayung
besar.Berabad-abad kemudian, orang-orang Belanda meningkatkan desain dasar
kincir angin mereka.Masyarakat Belanda memberikannya pisau baling-baling-
jenis, yang masih dibuat dengan layar. Kualitas kreatifitas masyarakat Belanda akan
aplikasi kincir ngin, membuat Belanda menjadi terkenal dengan kincir anginnya.
Sedangkan koloni Amerika menggunakan kincir angin untuk menggiling gandum
dan jagung, untuk memompa air, dan memotong kayu di penggergajian.Pada akhir
tahun 1920-an, Amerika menggunakan kincir angin kecil untuk menghasilkan
listrik di daerah pedesaan yang hidup tanpa layanan listrik.Ketika kabel listrik mulai
digunakan untuk transportasi listrik di daerah pedesaan di tahun 1930-an, kincir
angin local menjadi semakin jarang digunakan.Meskipun demikian, kincir angin
tersebut masih dapat dilihat pada beberapa peternakan di daerah barat.
Kekurangan minyak pada 1970-an mengubah gambaran mengenai energi
untuk negaradan dunia. Ini menciptakan suatu kepentingan sumber energi
alternative baru, membuka jalanbagi masuknya kembali kincir angin untuk
menghasilkan listrik Pada awal 1980-an energiangin menjadi sangat luar biasa di
California, sebagian besar karena kebijakan negara yangmendorong sumber energi
terbarukan. Dukungan untuk pembangunan angin telah menyebarke negara lain,
tapi pada saat itu California masih dapat memproduksi sebanyak lebih daridua kali
energi angin apapun di negara lain.
Kincir angin jenis Persian windmill juga digunakan di Cina untuk
menguapkan air lautdalam memproduksi garam. Terahir masih digunakan di
Crimea, Eropa dan Amerika Serikat.Selanjutnya sejarah berkembang menjadi
manipulasi fungsi.Kincir angin yang pertama kalidigunakan untuk membangkitkan

61
listrik, dibangun oleh P. La Cour dari Denmark diakhirabad ke-19.Setelah perang
dunia I, kincir angin diterapkan pada layar dengan penampangmelintang
menyerupai sudut propeler pesawat yang pada masa ini disebut type propeler
atauturbin.Eksperimen kincir angin sudut kembar dilakukan di Amerika Serikat
tahun 1940, berukuran sangat besar.Mesin raksasa ini disebut mesin Smith-Putman,
karena salah satuperancangnya bernama oleh Palmer Putman. Kapasitasnya 1,25
MW yang dibuat olehMorgen Smith Company dari York Pensylvania. Diameter
propelernya 175 ft (55m) beratnya16 ton dan menaranya setinggi 100 ft (34m).
Tapi dikemudian hari salah satu batangpropelernya patah pada tahun 1945.
1. Metoda pengukuran
Metoda pengukuran data angin dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Tidak langsung
1) Pengamatan fenomena alam di lokasi yang dapat ditaksir secara
kuantitatif, misalnya dengan menggunakan Skala Beaufort.
2) (ii) Kondisi ekologi suatu lokasi.
b. Langsung
Pengukuran langsung data angin primer (kecepatan dan arah angin)
di lokasi. Kecepatan angin diukur dengan anemometer, dan arah angin
dengan sensor arah angin. Syarat pengukuran adalah sebagai berikut:
1) Pengukuran kecepatan dan arah angin dilakukan pada ketinggian standar
WMO (World Meteorological Organization) = 10 m, atau pada
ketinggian yang dirancang untuk tinggi aktual menara turbin angin.
2) Menggunakan peralatan standar (anemometer analog atau digital) yang
dilengkapi dengan data logger.
3) Pengukuran arah angin dilakukan dengan alat ukur arah angin (tipe
mekanis atau elektris), yang dapat digabung atau terpisah dengan
anemometer. Arah angin acuan adalah utara (0 derajat). Dengan
menggunakan data logger, semua parameter dicuplik (sampling) setiap
10 menit dan dicatat sebagai nilai rata-rata, deviasi standar, maksimum
dan minimum. Data tersebut dicatat secara berurutan (serial).
4) Pengukuran minimum dilakukan dalam satu tahun

62
2. Metoda ekstrapolasi untuk penaksiran kecepatan angin
Untuk ketinggian H diatas referensi (misalnya tinggi aktual menara
turbin), kecepatan angin dapat ditaksir dengan membandingkan terhadap
kecepatan referensi dengan menggunakan rumus,
V = Vr (H / Hr) α
dengan V = kecepatan pada suatu ketinggian H (m/detik), Vr = kecepatan pada
ketinggian referensi Hr, dan α adalah suatu konstanta yang nilainya adalah
sebagai berikut:
α = ½ untuk V < 5 mph; α = 1/5 untuk V = 5 - 35 mph; α = 1/7 untuk V > 35
mph dan α = 1/7 untuk permukaan rata. Penentuan nilai α yang tepat dilakukan
dengan melakukan pengukuran kecepatan angin pada 2 atau 3 ketinggian
yangberbeda pada sebuah menara dan kemudian menggunakan persamaan (1)
untuk menentukan nilai α tersebut.
Energi kinetik dari angin ditangkap melalui turbin angin (kincir angin)
yang diubah menjadi energi mekanis dan selanjutnya dikonversikan menjadi
energi listrik melalui generator listrik. Besarnya energi kinetik angin adalah:
EK = 0,5 d A v2
Dimana:
d = density (kerapatan) udara [dudara = 1,225 kg/m3]
 D2
A = luas area putar baling-baling kincir angin = [m2]
4
D = diameter swept area [m]
v = kecepatan angin [m/detik]
sehingga energi kinetik yang bisa didapati dari angin adalah:
1  D2 2
EK  d v
2 4
Daya yang didapat dari turbin angin pada suatu unit waktu adalah energi kinetik
(EK) dan jara yang ditempuh oleh angin pada waktu tersebut atau kecepatannya,
sehingga daya yang dihasilkan oleh angin adalah:
 1  D2 2  1
P  ( EK )  v   d v   v  d D 2 v 3 [Watt]
2 4  8

63
Secara sederhana sketsa kincir angin dapat diihat pada Gambar berikut:

Dalam hal ini turbin angin berfungsi untuk menangkap energi angin.
Rancangan turbin angin meliputi perhitungan tinggi menara dari permukaan
tanah, jumlah blade/kincir angin, dan diameter blade. Parameter tersebut sangat
menentukan berapa besarnya energi listrik yang akan dihasilkan, sesuai dengan
persamaan di atas. Tinggi tower dari turbin angin lebih tinggi lebih baik, karena
kecepatan angin pada letak yang lebih tinggi umumnya lebih besar. Posisi dan
ketinggian yang tepat akan dapat menghasilkan kecepatan angin yang
maksimal. Ketinggian yang memadai untuk pemasangan di daerah pantai
adalah sekitar 20-30 meter. Jumlah blade atau baling-baling tergantung pada
kecepatan angin, untuk daerah yang termasuk low-speed lebih cocok apabila

64
menggunakan multi-blade, tetapi untuk daerah yang kecepatan anginnya cukup
tinggi turbin angin dengan 3 blade lebih efisien.
Tabel Kondisi Angin yang Berpotensial untuk Energi Angin

3. Daya dan energi angin di lokasi


Daya angin di lokasi dinyatakan oleh Rapat Daya (WPD-Wind Power
Density) dalam W/m2, sedangkan energi (WED – wind energy density) dalam
kWh/m2 dan ditaksir untuk 1 tahun yang disebut energy angin tahunan (AkWh-
Annual KiloWatt hour) per m2.
a. Rapat Daya (WPD - Wind Power Density); W/m2
Rapat daya di lokasi (W/m2) dapat ditaksir dengan menggunakan
persamaan,
1
𝑃= 𝜌𝑉 3
2
Rapat massa udara ρ merupakan fungsi tekanan atmosfer dan
temperatur dan diambil sebesar 1,225 – 1,3 kg/m3. Untuk Indonesia, nilai
pendekatan adalah ρ = 1,225 kg/m3.
b. Energi angin spesifik (WED-Wind Energy Density); kWh/m2

65
Energi angin spesifik dalam 1 tahun di sebuah lokasi merupakan perkalian
antaradaya dan waktu dalam 1 tahun. Dari persamaan (3) diperoleh, rapat
energy angin atau energi angin spesifik (kWh/m2) di lokasi adalah
Rapat Energi =P x 8,760 m2
dengan t = 8760 jam adalah jumlah jam dalam 1 tahun. Maka energi angin
yang tersedia di lokasi (disebut AkWh- Annual Kilo watt hour) dalam
kWh/m2 adalah:
AkWh = ½ ρ V3 (8,760)
4. Metoda weibull untuk penaksiran energy aktual di lokasi
Energi angin aktual di suatu lokasi dengan kondisi topografi tertentu
adalah:
E = (EPF) x AkWh
dengan EPF (Energy Pattern Factor) adalah sebuah parameter yang diperoleh
dari distribusi kecepatan angin dan dinyatakan oleh nilai sebuah faktor yaitu
faktor Weibull k yang memberikan bentuk kurva distribusi kecepatan angin di
sebuah lokasi selama 1 bulan atau 1 tahun (dikenal sebagai kurva distribusi
Weibull); atau secara numerik berdasarkan data pengukuran tiap jam selama
seluruh periode pengukuran.
Nilai EPF dapat ditentukan dengan 2 cara berikut:

Gambar Kurva distribusi Weibull

66
Dari kurva distribusi Weibull (Gambar 2) yaitu distribusi kecepatan
angin selama 1 tahun di suatu lokasi. Kurva tersebut memberikan bentuk kurva
distribusi tertentu (bentuk lonceng) yang memberikan nilai k (faktor bentuk
Weibull) dan memiliki hubungan tertentu dengan EPF.
Hubungan antara EPF dan k diperlihatkan pada Tabel dan Gambar
k 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2 2.4 2.6 2.8 3.0 3.2 3.5 4.5 5.0
EPF 3.99 3.03 2.48 2.14 1.91 1.75 1.63 1.53 1.46 1.40 1.36 1.30 1.23 1.15

Gambar Kurva hubugan antara k dan EPF


Berdasarkan pengukuran setiap jam selama periode total pengukuran

𝑁 𝑁 3
1 𝑖
𝐸𝑃𝐹 = ( ∑ 𝑉𝑛3 ) / ( ∑ 𝑉𝑛 )
𝑁 𝑁
𝑛=1 𝑛=1

dengan N = jumlah jam pengamatan dalam 1 tahun dan V = kecepatan angin


pada jam ke– n. Nilai Vn diperoleh dari tabel pengukuran setiap jam selama
N jam pengukuran.
Contoh hasil pengolahan data dengan kurva distribusi Weibull atau nilai k
diperlihatkan pada Gambar 4.

67
Gambar Kurva distribusi kecepatan angin (Distribusi Weibull)
Photovoltaic pada umumnya mempunyai hambatan parasitik seri dan hambatan
shunt yang berpengaruh pada penurunan efisiensi, seperti ditunjukkan pada
gambar

Gambar Model dioda tunggal untuk rangkaian ekivalen PV.


Persamaan model dioda tunggal yang digunakan untuk menggambarkan arus
operasional yang dihasilkan modul PV dinyatakan dengan persamaan:

68
  V  I RS   V  I RS
I  I L  I 0  exp    1 

  N S n I Vt   RSh
  V  I RS   V  I RS
 I L  I 0  exp    1 

  m Vt   RSh

dengan IL arus yang dibangkitkan cahaya (A), I0 arus jenuh balik pada
sambungan dioda p-n (A), RS hambatan seri pada sel PV (Ω), RSh hambatan
shunt sel PV (Ω), NS jumlah sel yang tersusun seri, nI faktor ideal dioda, dan m
= NS nI parameter tunggal dan Vt tegangan termal (V) yang dinyatakan sebagai:
K TC
Vt  (23)
q
dengan TC temperatur sel (K), k konstanta Boltzmann (JK-1) dan q muatan
elektron (C). Hambatan shunt atau hambatan paralel RSh menunjukan arus yang
bocor (leakage) pada sambungan p-n dioda, dimana nilainya untuk PV modul
silikon sekitar 0.1 – 10 Ωm2.
Produksi energi dari sistem PV ditentukan berdasarkan estimasi arus dan
tegangan yang dihasilkan modul PV, dimana daya keluaran PV tergantung pada
karakteristik teknis dan parameter lingkungan. Oleh karena itu, model PV
meliputi parameter listrik pada kondisi standar dan μI,SC koefisien temperatur
short circuit current, ISC dan μV,OC koefisien temperatur open circuit voltage,
VOC. Nilai ISC dan VOC ditentukan berdasarkan persamaan dengan meninjau
parameter lingkungannya:
G
I SC  I SC ,ref   I , SC (TC  TC ,ref )
G ref

 G 
VOC  VOC ,ref  m Vt ln    V ,OC (TC  TC ,ref )
G 
 ref 
Berdasarkan definisi, efisiensi konversi PV dinyatakan sebagai rasio antara
energi keluaran yang dihasilkan (energi listrik) terhadap energi Matahari yang
sampai dipermukaan PV, sehingga efisiensi energi maksimum dinyatakan
sebagai:
VOC I SC
 en 
A ST

69
dengan VOC (V) menyatakan open circuit voltage, ISC short circuit current (A),
ST radiasi global Matahari jam-an (W/m2), dan A luas permukaan modul PV
(m2).
a. Analisis efisiensi energi
Berdasarkan definisi, efisiensi energi dinyatakan sebagai rasio energi total
(termal dan elektrik) terhadap energi matahari yang jatuh pada permukaan
antara energi keluaran yang dihasilkan (energi listrik) terhadap energi matahari
yang sampai dipermukaan PV:
E n

ST A
dalam hal ini Ėn menyatakan laju energi (W) yang dinyatakan sebagai jumlah
energi listrik dan energi termal yang dihasilkan. Ungkapan untuk laju energi
dinyatakan sebagai:

E n  Eel  Q  VOC I SC  hca A Tsel  Tamb 

dengan Tsel suhu sel (0C), Tamb suhu ambient (0C), serta hca koefisien transfer
panas konvektif yang dinyatakan:

hca  5.7  3.8v

dengan v kelajuan angin (m/s).


b. ANALISIS EFISIENSI EKSERGI
Efisiensi eksergi didefinisikan sebagai perbandingan eksergi dari sistem
terhadap eksergi dari radiasi matahari yang jatuh pada permukaan modul PV
dinyatakan dalam bentuk:
E x
  
Ex solar
Dengan Ėx (W) menyatakan eksergi dan Ėxsolar (W) menyatakan eksergi
matahari:
 T 
E x  Vm I m  1  am b  hca A Tsel  Tam b 
 Tsel 

70
 T 
E x solar  1  am b  S T A
 Tsolar 
dimana Vm dan Im menyatakan tegangan (V) dan arus yang diamati (A) yang
dihasilkan dan disimpan pada baterai, serta Tsolar menyatakan suhu matahari
(5777 K).
Analisis eksergi yang masuk (radiasi matahari) dan eksergi keluar, selanjutnya
dinyatakan sebagai bentuk peningkatan potensial eksergetik (the exergetic
improvement potential, IP) dalam bentuk efisiensi eksergi:
IP  1   Exmasuk  Exkeluar 
Distribusi arah angin dinyatakan oleh sektor arah datangnya angin. Sesuai arah
mata angin distribusi arah angin terdiri atas 12 sektor masing masing 30 derajat
dengan Utara adalah arah 0 (nol). Contoh distribusi arah angin (disebut wind
rose) diperlihatkan pada Gambar 5.

Gambar Wind rose

71
5. Metoda frekuensi (bin) untuk penaksiran energi angin
Energi yang dihasilkan di suatu lokasi secara aktual diverifikasi pada
basis ratarata 10 menit. Untuk hal ini, proporsi waktu total bertiupnya angin
pada suatu nilai kecepatan angin tertentu dalam rentang waktu yang berbeda
harus diketahui. Jumlah jam terjadinya suatu kecepatan dalam 1 tahun adalah,
Jumlah jam = f (8760) dengan f = persentase jumlah jam dalam 1 tahun yang
menghasilkan suatu kecepatan angin tertentu yang terjadi dalam interval
kecepatan atau bin yang telah ditetapkan (misalnya lebar bin 0,5 m/detik atau
1,0 m/detik) dan 8760 adalah jumlah jam dalam 1 tahun. Standar IEC-1400-12
mensyaratkan penggunaan interval kecepatan angin (bin) 0,5 m/detik
sedangkan bin yang lebih lebar akan menghasilkan ketelitian yang lebih rendah.
Data berdasarkan interval kecepatan angin (bin) dapat diperoleh dari
histogram/kurva distribusi frekuensi kecepatan angin di lokasi dengan lebar bin
0,5 m/detik atau 1,0 m/detik yang disajikan dalam format table.
Tabel Penakksiran dengan Metoda Bin (dalam 1 tahun)

72
6. Potensi angin
Potensi Energi Aplikasi Angin dengan mengasumsikan bahwa angin bertiup
selama 8jam/hari dirumuskan sebagai (Moertini, 2002):

dengan ρ = massa jenis udara (kg/m3), u = kecepatan angin (m/s), al = luas


lahan yang dibutuhkan untuk 1 turbin angin (m2), at = luas tangkapan angin
1
(m2) = 4 ᴫ D2

D = diamater rotorblade, LWP = luas WP, P = prosentase luas WP yang


dipergunakan untuk menangkap angin.
Asumsi berikut ini selanjutnya digunakan untuk menyederhanakan perhitungan:
1. Diameter rotor blade = 3 m sehingga luas tangkapan angin untuk 1 (satu)
buah turbin angin adalah seluas 7.065 m2.
2. Luas daerah yang dibutuhkan untuk 1 (satu) turbin angin adalah seluas 5 x 5
m2 .
3. P = 1%.
Sehingga potensi aplikasi angin (kWh/tahun) untuk suatu WP menjadi:

Energi kinetik dari angin ditangkap melalui turbin angin (kincir angin) yang
diubah menjadi energi mekanis dan selanjutnya dikonversikan menjadi energi
listrik melalui generator listrik.
Besarnya energi kinetik angin adalah EK= 0,5 dA v2
Dengan:
d = density (kerapatan) udara [dudara = 1,225 kg/m3]
ᴫ 𝐷2
A = luas area putar baling-baling kincir angin = (m2)
4

D = diameter swept area [m]


v = kecepatan angin [m/detik]
sehingga energi kinetik yang bisa didapati dari angin adalah:

73
2
1 𝜋𝐷 𝑣
𝐸𝐾 = 𝑑 ( )
2 4

Daya yang didapat dari turbin angin pada suatu unit waktu adalah energi kinetik
(EK) dan jara yang ditempuh oleh angin pada waktu tersebut atau kecepatannya,
sehingga daya yang dihasilkan oleh angin adalah:

3
1 𝜋𝐷 𝑣 𝜋
𝑃 = (𝐸𝐾)𝑥 𝑉 = 𝑑 ( ) = 𝑑 𝐷2 𝑉 2 [Watt]
2 4 8

74
DAFTAR PUSTAKA
www.scribd.com
www.slideshare.com
http://petualangankudiduniamaya.blogspot.com/2011/04/energi-biomassa-
1.html

http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2012/01/21/potensi-biomassa-
adalahsumber- energi-di-hari-esok/

http://ksikundip.wordpress.com/news-2/news/potensi-biomassa-adalah-
sumberenergi-di-hari-esok/

http://www.agussuwasono.com/artikel/iptek/523-mengenal-energi-
biomassa.html
“Cara Kerja Sel Surya” https://teknologisurya.wordpress.com/dasar-teknologi-sel-
surya/prinsipkerja-sel-surya

E-book Performa Sel Surya oleh Wulan Handini


[1] Waluyo, 11/11/2013, Pico Hydro Power,
http://waluhyo.blog.com/2013/11/11/picohydro-power/

75

Anda mungkin juga menyukai