Makalah Proses Belajar Mengajar
Makalah Proses Belajar Mengajar
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil‘alamin, tiada kata lain yang patut untuk penulis
ungkapkan selain ucapan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan, kesehatan dan kemampuan kepada penulis sehingga tugas makalah ini
dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada baginda Muhammad
SAW, para sahabat dan seluruh keluarga beliau serta para pengikut beliau hingga
akhir zaman.
Selama penyusunan makalah ini, penulis telah mendapat bantuan dari
berbagai pihak, terutama dari Drs.H. Syafei Firdaus, M.M.Pd selaku dosen pengasuh
mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Serta ucapan terima kasih juga penulis
persembahkan kepada semua pihak yang baik secara langsung ataupun tidak
langsung ikut terlibat dalam penyelesaian makalah ini.
Akhirnya, mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekhilafan. Penulis
mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun guna lebih menyempurnakan
makalah-makalah penulis selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................. ............................................... i
Daftar Isi.......................................................... ............................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 3
D. Manfaat/ Tujuan ............................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Pembelajaran Efektif ..................... ............................................... 3
B. Karakteristik Belajar Yang Efektif ............................................................ 5
C. Kondisi yang Efektif Dalam Proses Pembelajaran .................................... 6
D. Bagaimanakah Suasana Pembelajaran Efektif .......................................... 9
E. Memelihara Kondisi Dan Suasana Belajar Yang Efektif ......................... 11
F. Strategi Pembelajaran Efektif ..................................................................... 14
G. Manajemen Pengajaran Efektif ................................................................... 15
H. Mengajar Yang Efektif ................................................................................. 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kenyataan yang kita lihat di sekolah-
sekolah, seringkali guru terlalu aktif di dalam proses pembelajaran, sementara siswa
dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses
pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru,
maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai. Untuk menciptakan kondisi
pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu mengelola proses
pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau dan
mampu belajar. Untuk bisa belajar efektif setiap orang perlu mengetahui apa arti
belajar sesungguhnya. Belajar adalah sebuah tindakan aktif untuk memahami dan
mengalami sesuatu. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Jadi, proses belajar terjadi jika anak merespon stimulus (rangsangan) yang
diberikan guru, selain itu untuk meraih pembelajaran yang efektif peserta didik juga
dapat dibimbing oleh Guru dari pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang
tersimpan dalam ingatan dan pemikiran mereka (Kognitif) dengan menggunakan
teori dan metode pembelajaran dengan tepat. Jika hal itu belum terjadi maka proses
pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan optimal Tanpa menyiapkan
sejumlah perangkat pembelajaran yang tepat.
Makalah ini membahas bagaimana menerapkan pembelajaran yang efektif
ditinjau dari hakikat sebenarnya, sehingga dengan demikian akan terwujud suatu
pembelajaran yang menghasilkan pembelajaran yang optimal sesuai tujuan yang
akan dicapai.
A. Rumusan Masalah
Untuk memudahakan pembahasan masalah tentang Belajar dan Pembelajaran.
Maka, perlu adanya Perumusan Masalah diantaranya:
1) Bagaimana Hakikat Pembelajaran Efektif ?
2) Bagaimana Karakteristik Belajar Yang Efektif ?
3) Bagaimanakah Kondisi Efektif Dalam Proses Pembelajaran ?
4) Bagaimanakah Suasana Pembelajaran Efektif ?
5) Apa Saja Upaya Memelihara Kondisi Dan Suasana Belajar Yang Efektif ?
6) Apa Saja Strategi Pembelajaran Efektif ?
7) Bagaimanakah Manajemen Pengajaran Efektif ?
8) Bagaimanakah Mengajar Yang Efektif itu ?
B. Pembatasan Masalah
Setiap makhluk di dunia mempunyai keterbatasan baik itu pendengaran,
penglihatan, penciuman dan lain-lain. Begitu juga dengan saya selaku penyusun yang
mempunyai kelemahan dan keterbatasan waktu, biaya, pengetahuan dan lain-lain.
Maka dari itu, Penyusun membahas makalah ini sampai Bagaimanakah Mengajar
Yang Efektif itu.
C. Manfaat / Tujuan
Adapun manfaat/tujuan yang dapatdiambil dari isi makalah ini adalah
1. menambah wawasan pengetahuan tentang mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
2. sebagai sumber bacaan dan pengetahuan bagi yang membutuhkan.
3. sebagai bahan diskusi/pembahasan mahasiswa fakultas tarbiyah sebagai penambah
khazanah ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses pembelajaran.
Pada hakikatnya pembelajaran yang efektif merupakan proses belajar mengajar
yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana
proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik,
kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan
prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari kondisi dan suasana
serta upaya pemeliharaannya, maka guru selaku pembimbing harus mampu
melaksanakan proses pembelajaran tersebut secara maksimal. Selain itu untuk
menciptakan suasana dan kondisi yang efektif dalam pembelajaran harus adanya
factor factor pendukung tertentu seperti lingkungan belajar, keahlian guru dalam
mengajar, fasilitas dan sarana yang memadai serta kerjasama yang baik antara guru
dan peserta didik.
Upaya-upaya yang tersebut merupakan usaha dalam menciptakan sekaligus
memelihara kondisi dan suasana belajar yang kondusif, optimal dan menyenangkan
agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan
pembelajaran prestasi dapat dicapai dengan maksimal.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat saya sampaikan adalah
1) Agar para pembaca dapat mempelajari makalah yang kami buat dan mengerti isi
serta ruang lingkupnya sehingga dapat diambil pelajaran dan diterapkan dalam
kehidupan, Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya.
2) semoga para pembaca dapat mengkaji dengan baik dan bias melengkapi
kekurangan makalah yang kami buat
3) kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata lengkap dan
sempurna. Masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam hal sisitematika makalah
maupun isinya. Maka dari itu, kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari teman-teman dan dosen mata kuliah BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN demi perbaikan dalam penyusunan makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada ALLAH SWT. Karena telah memberikan kita
kesehatan dan kemampuan sehingga sampai sekarang kita masih bisa menghirup udara
segar yang penuh akan nikmatNYA dan karena rahman rohim NYA lah kita bisa
menyelesaikan tugas makalah ini.
Sholawat serta salam tetap kita curahkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW. Karena dengan perjuangan dan jihad dari dakwah beliau sekarang kita
bisa merasakan nikmatnya iman dan islam dari agama yang beliau sebarkan. Dan semoga
kelak kita menjadi umat yang beliau syafaati di padang tandus yang tidak kita temui
syafaat selain dari beliau.
Makalah ini dibuat dengan judul “Guru dan proses belajar mengajar” sebagaimana
kita sebgai calon guru seyogyanya mengetahui bagaimanakah proses belajar mengajar
yang menyenangkan bagi peserta didik dan bagaimanakah fungsi guru didalamnya serta
karakteristik guru yang bagaimanakah yang digolongkan sebagai guru yang profesional.
Makalah ini masih sangat sederhana dan masih banyak sekali ditemukan
kekurangan baik isi, atau kata yang kurang tepat dalam penyajiannya dan kami sangat
mengharap kritik dan saran untuk mrnyempurnakan makalah ini. Walaupun demikian
makalah ini juga sangat bermanfaat bagi kita karena dengan membaca makalah ini kita
mengetahui tentang karakteristik kepribadian guru, kompetensi profesionalisme guru,
hubungan guru dalam proses belajar mengajar dan skiil pengajaran. Demikian sebagai
pengantar makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik kepribadian guru.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah guru yang profesional itu
3. Untuk mengetahui hubungan guru dengan proses belajar mengajar.
4. Untuk mengetahui skill pengajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
3.2 Saran
Dalam makalah ini kita telah membahas tentang kepribadian seorang guru,
kompetensi profesionalisme guru, hungngan guru dengan proses belajar mengajar, skill
pengajaran dan cara-cara menciptakan kelas yang kondusif dan diharapkan bagi para
mahasiswa untuk membaca makalah ini karena makalah ini dapat membantu dalam
perkuliahan psikologi pendidikan, sehingga mereka menguasai dan mengetahui tentang
materi-materi tersebut. Ketika menguasai makalah ini sebagai calon guru mereka sudah
mengetahui bagaimanakah cara menjadi seorang guru yang profesional, bagaimana
menanamkan kepribadian yang baik bagi para peserta didik ketika mengajar dan
bagaimana pula menciptakan suasan kelas yang kondusif.
Makalah ini merupakan resume dari berbagai sumber, untuk lebih mendalami isi
makalah kiranya dapat merujuk pada sumber aslinya yang tercantum dalam daftar pustaka.
Kritik dan saran yang membangun tentunya sangat diharapkan untuk kesempurnaan
makalah ini. Dengan mengetahui karakteristik kepribadian yang baik bagi seorang guru
maka kita para calon guru akan lebih muda untuk menanamkam pada diri kita sejak dini
karakteristik tersebut sehingga kita bisa menumbuhkan suasana kelas yang sangat kondusif
dan untuk menjadi pribadi guru yang profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Dede Rosyada. (2004). Paradigma pendidikan demokratis: sebuah model
pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Jakarta: Prenada Media
Depdiknas. 2009. Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas: Jakarta,
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Drs. Moh. Uzer Usman. 2011. Tugas Guru. Diakses
dari http://www.scribd.com/doc/24413957/TUGAS-GURU tanggal 4 Desember
2011 pukul 16:22.
Drs. Nur Kholiq. Tt. Peran Dan Teladan Wali Kelas dalam Mendidik Karakter
Siswa Kelas Binaan. Diakses dari http://www.scribd.com/doc/49790720/Peran-wali-
kelas-dlm-membentuk-karakter-siswa tanggal 4 Desember 2011 pukul 16:41.
Ensiklopedi Bebas Wikipedia. 2011. Guru. Diakses dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Guru tanggal 4 Desember 2011 pukul 14:01.
Ensiklopedi Bebas Wikipedia. 2011. Konselor Pendidikan. Diakses
dari http://id.wikipedia.org/wiki/Konselor_pendidikan tanggal 4 Desember 2011
pukul 16:47.
Harahap, Baharuddin. (1983). Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan oleh
Guru, Kepala Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Damai Jaya.
Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan dengan pendidikan baru: Bandung,
PT Remaja Rosdakarya.
http://karakteristik guru.com
http:// skiil pengajaran.com
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN TEORI
b. Dalam Pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan
sebagai:
1) Pengambil insiatif, pengarah dan penilai kegiatan
2) Wakil masyarakat
3) Ahli dalam bidang mata pelajaran
4) Penegak disiplin
5) Pelaksana administrasi pendidikan
c. Sebagai Pribadi
Sebagai dirinya sendiri guru harus berperan sebagai:
1) Petugas sosial
2) Pelajar dan ilmuwan
3) Orang tua
4) Teladan
5) Pengaman
d. Secara Psikologis
Peran guru secara psikologis adalah:
1) Ahli psikologi pendidikan
2) Relationship
3) Catalytic/pembaharu
4) Ahli psikologi perkembangan
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat mengambil beberapa
kesimpulan, diantaranya :
1) Peran guru sebagai demonstrator dalam PBM guru hendaknya senantiasa menguasai
bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya
dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini
akan sangat menetukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
2) Dalam kapasitasnya sebagai penglola kelas, seorang guru dituntut untuk bisa
menjadikan suasana kelas menjadi kondusif sehingga proses belajar mengajara atau
penyampaian pengetahuan dari guru ke murid atau proses pertukaran ilmu dan
pengetahuan diantara siswa yang satu dengan yang lainnya bisa berjalan dengan baik.
3) Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih
mengefektifkan proses belajar-mengajar.
4) Setiap kegiatan belajar mengajar hendaknya guru senantiasa melakukan evaluasi atau
penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan,
penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.
4.2 Saran
Untuk tercapainya tujuan pokok pendidikan hendaklah peran pendidik tidak hanya
berorientasi pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif saja, melainkan
juga berorientasi pada bagaimana seorang anak didik bisa belajar dari lingkungan dari
pengalaman dan kehebatan orang lain, dari kekayaan luasnya hamparan alam, sehingga
dengan pementapan adanya tugas dan peran guru dalam dunia pendidikan khususnya
dalam kegiatan proses belajar mengajar diharapkan guru dapat mengetahui tugas dan
tanggungjawabnya sebagai pendidik dan diharapkan terjalinnya hubungan yang harmonis
dengan para peserta didiknya sehingga harapan tercapainya tujuan pendidikan bisa dengan
mudah terwujudkan.
1. Pengertian Belajar
Sebelum mengetahui pengertian keberhasilan belajar mengajar maka terlebih
dahulu mengetahui pengertian belajar, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan (
Moh. Surya, 1992, 23). Morgan, seperti dikutip Tim Penulis Psikologi Pendidikan (1993:
60) ringkasnya mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Siswa
mengalami suatu proses belajar. Dalam proses belajar tesebut, siswa menggunakan
kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar. Kemampuan-kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotorik yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi
semakin rinci dan menguat. Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan-
penguatan, adanya evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebaban siswa semakin sadar,
akan kemampuan dirinya (Dimyati dan Mudjiono, 2002:22).
Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu tindakan
sadar yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan dalam diri mereka atas
stimulasi lingkungan dan proses mental mereka sehingga bertambah pengetahuannya.
2. Pengertian Mengajar
Jerome S. Brunner dalam bukunya Toward a theory of instruction mengemukakan bahwa
mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana
sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa (Uzer Usman dan Lilis Setyawati, 1993: 5).
Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (1998: 150)
mengemukakan yang dimaksud dengan mengajar ialah memberikan pengetahuan atau
melatih kecakapan-kecakapan atau keterampilan-ketrampilan kepada anak-anak. Jadi,
mengajar bukan sekedar proses penyampaian ilmu pengetahuan, melainkan mengandung
makna yang lebih luas dan kompleks, yaitu terjadinya komunikasi dan interaksi manusiawi
dengan berbagai aspeknya.
3. Pengertian Keberhasilan Belajar Mengajar
Keberhasilan Belajar Mengajar menurut Moh Uzer Usman dan Lilis Setyawati dalam buku
Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (1993: 7-8) mengemukakan sebagai
berikut. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil,
bahwa setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filosofinya. Namun
untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat
ini yang telah disempurnakan antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang
suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila TIK tersebut dapat tercapai. Untuk
mengetahui tercapai tidaknya TIK, guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai
menyajikan satu satuan bahasan kepada siswa. Indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur
dalam menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil.
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil,
setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun, untuk
menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini
yang telah disempurnakan, antara lain bahwa ''Suatu proses belajar mengajar tentang Suatu
bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK)-nya dapat
tercapai".
Untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK, guru perlu mengadakan tes formatif setiap
selesai menyajikan satu pembahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan instruksional khusus (TIK) yang
ingin dicapai. Fungsi penilaian ini adalah untuk memberikan umpan batik kepada guru
dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial
bagi siswa yang belum berhasil.
Karena itulah, suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran
dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan instruksional khusus dari bahan
tersebut. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian keberhasilan belajar mengajar
adalah tercapainya tujuan instuksional khusus yang Sudah direncanakan/dibuat
sebelumnya.
B. Indikator Keberhasilan Belajar Mengajar
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah
hal-hal sebagai berikut:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik
secara individual maupun kelompok.
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah
dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
1. Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu
dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok
bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
bahan tertentu dalam waktu tertentu.
2. Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu
tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoJeh gambaran tentang daya serap siswa untuk
meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa .Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan daJam menentukan nilai rapor.
3. Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok
bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran.
Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau tarafkeberhasilan belajar siswa dalam
suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan
kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang
dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai.
Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa
tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Istimewa/ maksimal: Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai
oleh siswa
2. Baik sekali/ optimal: Apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang
diajarkan dapat dikuasai olehsiswa.
3. Baik/minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75%
saja dikuasai oleh siswa.
4. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.
Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam pelajaran
dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai TIK terse but, dapatlah diketahui
keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan siswa dan guru.
E. Program Perbaikan
Taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar dapat dimanfaatkan untuk
berbagai upaya. Pada taraf atau tingkat keberhasilan proses belajar mengajar yang baru
saja dilaksanakan, hendaknya didasarkan pada aspek berikut.
1. Apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar atau mencapai
taraf keberhasilan minimal, optimal, atau bahkan maksimal, maka proses belajar mengajar
berikutnya dapat membahas pokok bahasan yang baru.
2. Apabila 75% atau lebih dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar
mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah taraf minimal), maka proses belajar
mengajar berikutnya hendaknya bersifat perbaikan (remedial).
Pengukuran tentang taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar ini
temyata berperan penting. Karena itu, pengukurannya harus betul-betul shahih (valid),
andal (reliabel), dan lugas (objective). Hal ini mungkin tercapai bila alat ukurannya
disusun berdasarkan kaidah, aturan, hukum atau ketentuan penyusunan butir tes.
Pengajaran perbaikan biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Mengulang pokok bahasan seluruhnya.
b) Mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai.
c) Memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal bersama-sama.
d) Memberikan tugas-tugas khusus.
Jika ada guru yang mengatakan bahwa dia tidak ingin berhasil dalam mengajar, itu
adalah ungkapan seorang guru yang sudah putus asa dan jauh dari kepribadian seorang
guru. Mustahil setiap guru tidak ingin berhasil dalam mengajar. Apalagi jika guru itu hadir
ke dalam dunia pendidikan berdasarkan tuntutan hati nurani. Panggilan jiwanya pasti
merintih atas kegagalan mendidik dan membina anak didiknya.
1. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan
belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar berpangkal tolak dari
jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan
pengajaran.
Karena sebagai pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam setiap
kali kegiatan belajar mengajar, maka guru selalu diwajibkan merumuskan tujuan
pembelajarannya. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) adalah wakil dari Tujuan
Pembelajaran Umum (TPU). Maka perbuatanTPK harus berpedoman pada TPU. Agar
TPK dapat mewakili terhadap TPU perlu dipikirkan beberapa petunjuk (indikator) suatu
TPU. lndikator suatu TPU itu banyak, namun dalam hal ini hendaknya yang dipilih yang
betul-betul penting sehingga dapat mewakili (representatif) TPU.
Akhirnya, tujuan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasiIan belajar
mengajar dalam setiap kali pertemuan kelas.
2. Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada
anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya.
Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang
cerdas.
Pandangan guru terhadap anak didik akan mempengaruhi kegiatan mengajar guru di
kelas. Guru yang memandang anak sebagai makhluk individual dengan segala perbedaan
dan persamaannya, akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai
makhluk sosial. Perbedaan pandangan dalam memandang anak didik ini akan melahirkan
pendekatan yang berbeda pula. Tentu saja, hasil proses belajar mengajarnya pun berlainan.
Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar adalah dua aspek yang
mempengaruhi kompetensi seorang guru di bidang pendidikan dan pengajaran. Guru
pemula dengan latar belakang pendidikan keguruan lebih mudah menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekolah. Karena dia sudah dibekali dengan seperangkat teori sebagai
pendukung pengabdiannya. Kalaupun ditemukan kesulitan hanya pada aspek-aspek
tertentu. Hal itu adalah suatu hal yang wajar. Jangankan bagi guru pemula, bagi guru yang
sudah berpengalaman pun tidak akan pernah dapat menghindarkan diri dari berbagai
masalah di sekolah. Hanya yang membedakannya adalah tingkat kesulitan yang
ditemukan. Tmgkat kesulitan yang ditemukan guru semakin hari semakin berkurang pada
aspek tertentu seiring dengan bertambahnya pengalaman sebagai guru.
Guru yang bukan berlatar belakang pendidikan keguruan dan ditambah tidak
berpengalaman mengajar, akan banyak menemukan masalah di kelas. Terjun menjadi guru
mungkin dengan tidak membawa bekal berupa teori-teori pendidikan dan keguruan.
Seperti kebanyakan guru pemula jiwanya juga labil, emosinya mudah terangsang dalam
bentuk keluhan dan berbagai bentuk sikap lainnya, tetapi dengan semangat dan penuh ide
untuk suatu tugas.
3. Anak Didik
Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah. Orang tuanyalah
yang memasukkannya untuk dididik agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di
kemudian hari. Kepercayaan orang tua anak diterima oleh guru dengan kesadaran dan
penuh keikhlasan. Maka jadilah guru sebagai pengemban tanggungjawab yang diserahkan
itu.
Tanggungjawab guru tidak hanya terdapat seorang anak, tetapi dalam jumlah yang
cukup banyak. Anak yang dalam jumlah yang cukup banyak itu tentu saja dari latar
belakang kehidupan sosial keluarga dan masyarakat yang berlainan. Karenanya, anak-anak
berkumpul di sekolah pun mempunyai karakteristik yang bermacam-macam. Kepribadian
mereka ada yang pendiam, ada yang periang, ada yang suka bicara, ada yang kreatif, ada
yang keras kepala, ada yang manja, dan sebagainya. Intelektual mereka juga dengan
tingkat kecerdasan yang bervariasi. Biologis mereka dengan struktur atau keadaan tubuh
yang tidak selalu sama. Karena itu, perbedaan anak pada aspek biologis, intelektual, dan
psikologis ini mempengaruhi kegiatan belajar mengajar.
Anak yang dengan ciri-ciri mereka masing-masing itu berkumpul di dalam kelas, dan
yang mengumpulkannya tentu saja guru atau pengelola sekolah. Banyak sedikitnya jumlah
anak didik di kelas akan mempengaruhi pengelolaan kelas. jumlah anak didik yang banyak
di kelas, misalnya 30 sampai 45 orang, cenderung lebih sukar dikelola, karena lebih mudah
terjadi konflik di antara mereka. Hal ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar
mengajar. Apalagi bila anak-anak yang dikumpulkan itu sudah terbiasa kurang disiplin.
Anak yang menyenangi pelajaran tertentu dan kurang menyenangi pelajaran yang lain
adalah perilaku anak yang bermula dari sikap mereka karena minat yang berlainan. Hal ini
mempengaruhi kegiatan belajar anak. Biasanya pelajaran yang disenangi, dipelajari oleh
anak dengan senang hati pula. Sebaliknya, pelajaran yang kurang disenangi jarang
dipelajari oleh anak, sehingga tidak heran bila isi dari pelajaran itu kurang dikuasai oleh
anak. Akibatnya, hasil ulangan anak itu jelek.
Sederetan angka yang terdapat di buku rapor adalah bukti nyata dari keberhasilan
belajar mengajar. Angka-angka itu bervariasi dari angka lima sampai angka sembilan. Hal
itu sebagai bukti bahwa tingkat penguasaan anak terhadap bahan pelajaran berlainan untuk
setiap bidang studi Daya serap anak bermacam-macam untuk dapat menguasai setiap
bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Karena itu, dikenallah tingkat keberhasilan yang
maksimal (istimewa), optimal (baik sekali), minimal (baik), dan kurang untuk setiap bahan
yang dikuasai oleh anak didik.
Dengan demikian, dapat diyakini bahwa anak didik adalah unsur manusiawi yang
mempengaruhi kegiatan belajar mengajar berikut hasil dari kegiatan itu, yaitu keberhasilan
belajar mengajar.
4. Kegiatan Pengajaran
Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak
didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang belajar.
Maka guru adalah orang yang menciptakan Iingkungan belajar bagi kepentingan belajar
anak didik. Anak didik adalah orang yang digiring ke dalam lingkungan belajar yang telah
diciptakan oleh guru.
Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan yang guru ambil akan menghasilkan
kegiatan anak didik yang bermacam-macam. Guru yang menggunakan pendekatan
individual, misalnya berusaha memahami anak didik sebagai makhluk individual dengan
segala persamaan dan perbedaannya. Guru yang menggunakan pendekatan kelompok
berusaha memahami anak didik sebagai makhluk sosial. Dari kedua pendekatan tersebut
lahirlah kegiatan belajar mengajar yang berlainan, dengan tingkat keberhasilan belajar
mengajar yang tidak sama pula. Perpaduan dari kedua pendekatan itu malah akan
menghasilkan hasil belajar mengajar yang lebih baik.
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah
dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan pelajaran itu sudah
dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak didik. Setiap anak didik
dan guru wajib mempunyai buku paket tersebut guna kepentingan kegiatan belajar
mengajar di kelas.
Bila tiba masa ulangan, semua bahan yang telah diprogramkan dan harus selesai
dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan item-item soal
evaluasi. Gurulah yang membuatnya dengan perencanaan yang sistematis dan dengan
penggunaan alat evaluasi. Alat-alat evaluasi yang umumnya digunakan tidak hanya benar-
salah (true-false) dan pilihan ganda (multiple-choice), tapijuga menjodohkan (matching),
melengkapi (completion), dan essay.
Maraknya tindakan spekulatif pada anak didik barangkali salah satu faktor
penyebabnya adalah teknik penilaian yang berlainan dengan rumus penilaian menurut
kesepakatan para ahli. Untuk tes objektif mempunyai rumus penilaian masing-masing.
Jadi, ke sanalah rujukan standar penilaian itu, bukan membuat rumus penilaian yang
cenderung mendatangkan sikap dan tindakan spekulatif pada anak didik. Bahkan
pembuatan soal pun harus bergerak dari yang mudah, sedang, hingga ke yang sukar,
dengan proporsi tertentu.
Berbagai permasalahan yang telah dikemukakan tersebut mempengaruhi keberhasilan
belajar mengajar. Validitas dan reliabilitas data dari hasil evaluasi itulah yang
mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Bila alat tes itu tidak valid dan tidak
reliable, maka tidak dapat dipercaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar
mengajar.
6. Suasana Evaluasi
Selain faktor tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, serta bahan dan alat
evaluasi, faktor suasana evaluasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar mengajar. Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas. Semua anak
didik dibagi menurut kelas masing-masing. Kelas I, kelas II, dan kelas III dikumpulkan
menurut tingkatan masing-masing. Besar kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan di
dalam kelas akan mempengaruhi suasana kelas. Sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi
yang dilaksanakan.
Karena sikap mental anak didik belum semuanya siap untuk berlaku jujur, maka
dihadirkanlah satu atau dua orang pengawas atau guru yang ditugaskan untuk
mengawasinya. Selama pelaksanaan evaluasi, selama itu juga seorang pengawas
mengamati semua sikap, gerak-gerik yang dilakukan oleh anak didik. Pengawasan yang
dilakukan itu tidak hanya duduk berlama-lama di kursi, tapi dapat berjalan dari muka ke
belakang sewaktu-waktu, sesuai keadaan.
Dampak di kemudian hari dari sikap pengawas yang demikian itu, adalah
mengakibatkan anak didik kemungkinan besar malas belajar dan kurang memperhatikan
penjelasan guru ketika belajar mengajar berlangsung, Hal inilah yang seharusnya tidak
boleh terjadi pad a diri anak didik. Inilah dampak yang merugikan terhadap keberhasilan
belajar mengajar.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah tersebut diatas maka kami dapat menyimpulkan bahwa:
1. Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila
hasilnya memenuhi tujuan instruksional khusus dari bahan tersebut. Maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengertian keberhasilan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan
instuksional khusus yang Sudah direncanakan/dibuat sebelumnya oleh guru.
2. Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal-
hal sebagai berikut:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik
secara individual maupun kelompok.
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah
dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
3. Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan
melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang Iingkupnya, tes prestasi belajar
dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut: Tes Formatif, Tes Subsumatif,
dan Tes Sumatif.
4. Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi
adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan
dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau
taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
Istimewa/ maksimal, Baik sekali/ optimal, Baik/minimal, dan Kurang.
5. Pengajaran perbaikan biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Mengulang pokok bahasan seluruhnya.
b) Mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai.
c) Memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal bersama-sama. d)
Memberikan tugas-tugas khusus.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar adalah tujuan, guru, anak
didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi, dan suasana evaluasi.
INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR
Makalah
Nama kelompok:
Nurhasanah 12214240086
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Interaksi Belajar Mengajar” yang
alhamdulillah tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan mengenai beberapa poin kompetensi seorang guru yang terbagi
menjadi beberapa bagian terutama dalam kaitannya dengan kompetensi kepribadian serta
menjelaskan upaya-upaya dalam meningkatkan kompetensi kepribadian yang diperlukan
bagi kehidupan siswa.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu didalam
penyusunan makalah ini diantaranya:
1. Ibu Siti Zulaikha S.Ag. M.ag. selaku dosen pembimbing mata kuliah Strategi dan
Metode Pembelajaran yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis.
2. Orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan berupa dukungan materi
maupun nonmateri.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran
sangat diharapkan oleh penulis dari pembaca sekalian untuk perbaikan dimasa yang akan
datang.
Akhir kata dari penulis, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang sangat besar
bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca sekalian. Sekian dan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI. ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 1
2. Rumusan Masalah 1
3. Tujuan Penulisan. 2
4. Metode Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN. 3
1. Kesimpulan . 10
DAFTAR PUSTAKA. 11
LAMPIRAN FOTO 12
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk
mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Lingkungan ini diatur
serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan berfungsi
membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi,
kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun
lingkungannya.
Dalam proses pembelajaran antara pendidik dan peserta didik harus ada interaksi.
Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan lingkungan
belajar yang serasi bagi peserta didik yang dapat menghantarkan peserta didik ke tujuan. Di sini
tentu saja tugas guru sebagai pendidik berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan
dan menyenangkan bagi peserta didik. Guru sebagai pendidik tidak mendominasi kegiatan,
tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan
bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya, melalui interaksi
belajar mengajar.
Oleh karena itu untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru harus
memahami apa yang ada di dalam interaksi belajar mengajar, baik dari tujuan, faktor,
unsur dan pola interaksi belajar mengajar. Dengan demikian, diharapkan hasil belajar lebih
baik lagi sehingga terjadi keseimbangan keaktifan baik dipihak guru maupun dipihak
siswa.
1. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud interaksi belajar mengajar?
2. Unsur-unsur apa saja yang ada di dalam interaksi belajar mengajar?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar?
4. Bagaimana pola interaksi belajar mengajar?
2. Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian interaksi belajar mengajar.
2. Mengetahui dan memahami unsur-unsur interaksi belajar mengajar.
3. Memahami faktor-faktor interaksi belajar mengajar
4. Mengetahui apa saja pola interaksi mengajar.
3. Metode Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Interaksi Sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris Social Interaction
yang berarti saling bertindak, interaksi sosial merupakan hubungan sosial
yang dinamis, bersifat timbal balik antara individu, antara kelompok dan
antara individu dengan kelompok. Apabila dua orang bertemu dan terjadi
keadaan saling mempengaruhi diantara mereka.
2. Pengertian Belajar
3. Pengertian Mengajar
Dalam setiap interaksi pendidikan akan senantiasa mengandung dua unsur pokok, yakni:
1. Unsur Normatif
Dalam interaksi normatif, antara guru dan peserta didik harus berpegang pada norma yang
diyakini bersama. Pengajaran sebagai bagian dari pendidikan, sedangkan pendidikan itu
sifatnya normatif. Maka dalam proses pengajaran mesti mencerminkan interaksi yang
bersumber pada sumber-sumber norma yakni agama, falsafah hidup dan kesulitan.
2. Unsur Teknis
Pendidikan dapat dirumuskan pula secara teknis. Pada hakikatnya pendidikan merupakan
suatu peristiwa yang merupakan kegiatan praktis yang berlangsung dalam satu masa,terikat
dalam situasi, serta terarah pada satu tujuan.
Jika pendidikan diformulasikan usaha pembentukan manusia susila,pancasila
sejati,manusia beragam, dan sebagainya adalah normatif dalam formulasinya. Adapun
peristiwa atau rangkaian peristiwa menuju kepada pembentukan itu sendiriadalah suatu
proses teknis.
Secara teoritis pemisahan pembahasan mengenai aspek normatif dan aspek teknis lazim
terjadi. Namun secara praktiknya merupakan suatu kesulitan bahkan mustahil untuk
memisahkan kedua unsur tersebut. Karena pendidikan merupakan satu senyawa terhadap
suatu persoalan dasar yang sama.
1. Faktor Tujuan
Terdapat istilah tujuan, baik yang bersifat umum maupun khusus dengan rincian sebagai
berikut:
Aims sebagai suatu statemen umum yang memberikan gambaran dan arah yang akan
dituju, ia menjadi pangkal tolak, ide/inspirasi dan pengarahan . Sifat umum dan luas dari
aims mengharuskan untuk dijabarkan/dijelaskan secara nyata dan terarah. Maka dikenal
istilah goals.
Goals lebih menyatakan suatu aktivitas. Dari atu rumusan aims dapat dijabarkannya dan
dikembangkan beberapa rumusan goals. Goals lebih bersifat operasional, praktis, dan
realistik daripada aims.
Dalam gambaran objectives tertulis suatu kegiatan peserta didik setelah menjalani interaksi
pengajaran. Kegiatn yang tertulis dalam tujuan khusus ini sering dinyatakan dalam bentuk
kelakuan yang dalam istilah lain disebut behavior. Maka tujuan khusus sering disebut
behavioral objactives.
Dalam memantapkan rumusan tujuan khusus , maka berhubungan dengan dua hal yaitu
“kesesuaian ” dan “kegunaan. Istilah kesesuian menunjukan bahwa tujuan khusus mesti
sesuai dengan keadaan dan masalah yang dihadapi. Sedangkan istilah kegunaan
menunjukan bahwa tujuan khusus mesti berguna serta mencerminkan nilai kegunaan
dalam interaksi pengajaran.
Tujuan pendidikan yang bersifat umum maupun khusus, umumnya berkisar pada tiga jenis,
yakni:
Penguasaan materi oleh guru seyogyanya mengarah pada spesifik atas kecakapan yang
diajarkannya. Mengingat isi, sifat dan luasnya ilmu, maka guru harus mampu menguraikan
ilmu atau kecakapan dan apa—apa yang akan diajarkannya kedalam bidang ilmu yang
bersangkutan.
Guru dan peserta didik adalah dua subjek dalam interaksi pembelajaran. Guru sebagai
pengarah dan pembimbing berdasarkan tujuan yang telah ditentukan, sedangkan peserta
didik sebagai yang langsung menuju pada arah tujuan melalui aktivitas dan berinteraksi
langsung dengan lingkungan sebagai sumber belajar atas bimbingan guru.
Imam Ghazali pernah mengatakan bahwa tugas seorang pengajar/guru itu sesuatu yang
mulia. Kemuliaan ini mengandung dua kemanfaatan.
1. Bagi orang yang mengajar (guru) yang menyampaikan ilmu pengetahuan maka ia
akan semakin bertambah pengetahuan dan pengalamannya.
2. Bagi orang yang diberi ilmu pengetahuan (peserta didik) akan semakin bertambah
pula pengetahuan dan pengalamnanya hingga mereka dapat mengambil manfaat
dari ilmu tersebut.
Peran guru adalah ganda, disamping ia sebagai pengajar adalah sekaligus sebagai pendidik.
Dengan demikian dalam waktu bersamaan ia harus mengemban dua tugas utama yaitu
mengajar dan mendidik. Dalam rangka mengemban peran ganda tersebut maka secara
garis besar guru harus harus memiliki persyaratan kepribadian sebagai guru yang
dikemukakan oleh Zakiah Daradjat yang disimpulkan menjadi 3 kompetensi yakni:
1. Kompetensi individual
2. Kompetensi sosial
3. Kompetensi profesional
Bagi peserta didik juga berlaku pada dirinya tugas dan kewajiban. Setidaknya ada 4 hal
yang perlu diperhatikan peserta didik.
4. Faktor Metode
Metode adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum. Ia berfungsi sebagai alat
untuk mencapai suatu tujuan dan tujuan yang akan dicapai tersebut merupakan faktor
utama yang menentukan suatu metode.
5. Faktor situasi
Yang dimaksud situasi adalah suasana belajar atau suasana kelas pengajaran. Termasuk
dalam pengertian ini adalah suasana yang berkaitan dengan peserta didik, seperti faktor
kelelahan dan semangat belajar. Juga keadaan cuaca, keadaan guru, keadaan sarana dan
prasarana yang memadai yang mungkin mengganggu atau menghambat dalam proses
pembelajaran.
Diantara keadaan tersebut ada yang dapat diperhitungkan dan ada pula yang tidak dapat
diperhitungkan sebelumnya. Terhadap situasi yang dapat diperhitungkan, guru dapat
menyediakan alternatif metode—metode mengajar dengan mengingat kemungkinan—
kemungkian perubahan situasi.
Sedangkan terhadap situasi yang tidak dapat diperhitungkan yang disebabkan perubahan
secara tiba-tiba/mendadak diperlukan kecekatan untuk mengambil keputusan dengan
segera mengenai cara/metode yang digunakan.
Dalam proses interaksi antara guru dan siswa memiliki pola yang meliputi sebagai berikut:
Dalam pola dasar interaksi belum terlihat unsur pembelajaran yang meliputi unsur guru, isi
pembelajaran dan siswa yang semuanya belum ada yang mendominasi proses interaksi
dalam pembelajaran. Dijelaskan bahwa adakalanya guru mendominasi proses interaksi,
adakalanya isi yang lebih mendominasi, adakalanya juga siswa yang mendominasi
interaksi tersebut atau bahkan adakalanya antara guru dan siswanya secara seimbang saling
mendominasi.
Dalam proses pembelajaran terdapat kegiatan guru mengajarkan isi pembelajaran disatu
sisi dan siswa mempelajari isi pembelajaran tersebut disisi lain, namun kegiatan tersebut
masih berpusat pada isi/materi pembelajaran.
Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata bepusat pada guru, pada umumnya
terjadi proses yang bersifat penyajian atau penyampaian isi atau materi pembelajaran.
Dalam praktik pembelajaran semacam ini, kegiatan sepenuhnya ada dipihak guru yang
bersangkutan, sedangkan siswa hanya menerima dan diberi pembelajaran yang disebut
juga siswa pasif.
4. Pola interaksi berpusat pada siswa
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Interaksi belajar mengajar adalah hubungan timbal balik antara seorang guru yang
berupaya memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar melalui proses
perubahan, perilaku akibat adanya komunikasi guru dan siswa.
Interaksi belajar mengajar mengandung 2 unsur, yaitu unsur normatif dan unsur teknis.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar meliputi:
Faktor tujuan:
Tujuan afektif; tujuan yang berhubungan dengan usaha merubah minat, setiap nilai
dan alasan
DAFTAR PUSTAKA
Cipta.
Prima.