Bahan TP PDF
Bahan TP PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian bahan tambahan pangan secara umum adalah bahan yang biasanya
tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas
makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja
(Cahyadi, 2006).
Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi
pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan
pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat
Menurut FAO di dalam Furia (1980), bahan tambahan pangan adalah senyawa
yang sengaja ditambahkan kedalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan
terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan. Bahan ini
berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta
Menurut Codex, bahan tambahan pangan adalah bahan yang tidak lazim dikonsumsi
2006).
mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih
bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu sebagai
berikut:
dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat
2. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang
tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja,
baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses
produksi, pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu
atau kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi
bahan mentah atau penanganannya yang masih terus terbawa kedalam makanan
yang akan dikonsumsi. Contoh bahan tambahan pangan dalam golongan ini
pengolahan;
batas yang telah ditentukan. Jenis BTP ada 2 yaitu GRAS (Generally Recognized as
Safe), zat ini aman dan tidak berefek toksik misalnya gula (glukosa). Sedangkan jenis
lainnya yaitu ADI (Acceptable Daily Intake), jenis ini selalu ditetapkan batas
konsumen.
diizinkan ditambahkan dan yang dilarang (disebut Bahan Tambahan Kimia) oleh
1. Antioksidan (Antioxidant)
7. Pengawet (Preservative)
9. Pewarna (Colour)
10. Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa (Flavour, Flavour Enhancer)
2. Formalin (Formaldehyd)
4. Kloramfenikol (Chlorampenicol)
6. Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate)
kimia yang dilarang seperti rhodamin B (pewarna merah), methanyl yellow (pewarna
untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman dan makanan
kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki
merupakan sumber kalori bagi tubuh, mengembangkan jenis minuman dan makanan
berat badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama
(Cahyadi, 2006).
Faktor ini sangat bergantung dari sifat kimia bahan pemanis dan kemurniannya.
Dari uji sensoris menunjukkan tingkat mutu rasa manis yang berbeda antara bahan
pemanis satu dengan yang lainnya. Bahan alami yang mendekati rasa manis,
kelompok gula yang banyak dipakai sebagai dasar pembuatan bahan pemanis sintesis
adalah asam-asam amino. Salah satu dipeptida seperti aspartam memiliki rasa manis
dengan mutu yang serupa dengan kelompok gula dan tidak memiliki rasa ikutan.
Sedangkan pada sakarin dan siklamat menimbulkan rasa ikutan pahit yang semakin
terasa dengan bertambah bahan pemanis. Rasa pahit tersebut diduga terkait dengan
Intensitas rasa manis menunjukkan kekuatan atau tingkat dasar kemanisan suatu
bahan pemanis. Intensitas rasa manis berkaitan dengan nilai relatif rasa manis dalam
yang sama maupun yang berbeda antara masing-masing bahan pemanis. Masing-
rasa manis yang ditimbulkan oleh bahan pemanis dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah suhu dan sifat mediumnya (cair atau padat). Harga intensitas rasa
Beberapa contoh jenis rasa manis suatu pemanis sintesis relatif terhadap sukrosa dan
Bahan pemanis ditambahkan dengan tujuan untuk memperbaiki rasa dan bau
bahan pangan sehingga rasa manis yang timbul dapat meningkatkan kelezatan. Dari
dikehendaki. Pada pemanis sintesis seperti sakarin malah tidak dapat menimbulkan
rasa nikmat malah memberikan rasa yang tidak menyenangkan. Tetapi penggunaan
campuran sakarin dan siklamat pada bahan pangan dapat menimbulkan rasa manis
dan tanpa menimbulkan rasa pahit. Meskipun rasa manis yang tepat sangat disukai,
tetapi pemanis yang berlebihan akan terasa tidak enak. Pemanis mempunyai harga
Dilihat dari sumber pemanis dapat dikelompokkan menjadi pemanis alami dan
Pemanis alam biasanya berasal dari tanaman. Tanaman penghasil pemanis yang
utama adalah tebu (Saccharum officanarum L) dan bit (Beta vulgaris L). bahan
Gula umumnya digunakan sebagai padanan kata untuk sakarosa. Secara kimiawi
Gula Granulasi (Gula Pasir): kristal-kristal gula berukuran kecil yang pada umumnya
Gula batu: Gula batu tidak semanis gula granulasi biasa, gula batu diperoleh dari
Kristal bening berukuran besar bewarna putih atau kuning kecoklatan. Kristal bening
dan putih dibuat dari larutan gula jenuh yang mengalami kristalisasi secara lambut.
Gula batu putih memiliki rekahan-rekahan kecil yang memantulkan cahay. Kristal
berwarna kuning kecoklatan mengandung berbagai caramel. Gula ini kurang manis
Rumus kimia sukrosa: C12H22O11 merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari
monomer-monomernya yang berupa unit glukosa dan fruktosa. Senyawa ini dikenal
sebagai sumber nutrisi serta dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme lain
seperti tumbuhan. Sukrosa atau gula dapur diperoleh dari gula tebu atau gula bit
rasa manis dalam makanan, tetapi tidak memiliki nilai gizi (Yuliarti, 2007).
Sekalipun penggunaanya diizinkan, pemanis buatan dan juga bahan kimia lain
tertentu akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia maupun hewan yang
Intake) atau asupan harian yang dapat diterima. ADI merupakan jumlah maksimal
pemanis buatan dalam mg/kg berat badan yang dapat dikonsumsi tiap hari selama
Penetapan jenis pemanis yang diijinkan dan batas ADI di Indonesia lebih
mengacu peraturan yang dikeluarkan oleh US Food and Drug Administration (FDA)
kategori pangan sistem CAC telah dikenal dan digunakan sebagai acuan oleh banyak
digunakan dalam produk makanan, antara lain nilai kalori, tingkat kemanisan, sifat
toksik, pengaruhnya terhadap metabolisme, gula darah, dan organ tubuh manusia.
penggunaan pemanis buatan juga harus disertai dengan batasan jumlah maksimum
Sakarin ditemukan dengan tidak sengaja oleh Fahbelrg dan Remses pada tahun
1897. Ketika pertama kali ditemukan sakarin digunakan sebagai antiseptik dan
pengawet, tetapi sejak tahun 1900 digunakan sebagai pemanis. Sakarin dengan
rumus C7H5NO3S dan berat molekul 183,18 disintesis dari toluen biasanya tersedia
sebagai garam natrium. Nama lain dari sakarin adalah 2,3 dihidro-3-
Sakarin adalah zat pemanis buatan yang dibuat dari garam natrium dari asam
sakarin berbentuk bubuk kristal putih, tidak berbau dan sangat manis. Intensitas rasa
manis garam natrium sakarin cukup tinggi, yaitu kira-kira 200-700 kali sukrosa 10%.
Di samping rasa manis, sakarin juga mempunyai rasa pahit yang disebabkan oleh
kemurnian yang rendah dari proses sintesis. Sakarin secara luas digunakan sebagai
pengganti gula karena mempunyai sifat yang stabil, non karsinogenik, nilai kalori
rendah, dan harganya relatif murah, selain itu sakarin banyak digunakan untuk
mengganti sukrosa bagi penderita diabetes mellitus atau untuk bahan pangan yang
adalah minuman ringan (soft drinks), permen, selai, bumbu salad, gelatin rendah
kalori, dan hasil olahan lain tanpa gula. Selain itu sakarin digunakan sebagai bahan
(penyegar) mulut.
dampak konsumsi sakarin terhadap tubuh manusia masih menunjukkan hasil yang
bahwa konsumsi sakarin oleh orang dewasa sebanyak 1 gram atau lebih rendah tidak
menyebutkan bahwa sakarin dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kanker pada
hewan percobaan. Pada tahun 1977 Canada’s Health Protection Branch melaporkan
bahwa sakarin bertanggung jawab terjadinya kanker kantong kemih. Sejak itu sakarin
dilarang digunakan di Canada, kecuali sebagai pemanis yang dijual di apotek dengan
karena adanya penjelasan bahwa tikus-tikus yang dicoba di Canada diberikan sakarin
dengan dosis yang sangat tinggi, yaitu kira-kira ekuivalen dengan 800 kaleng diet
pangan, bahwa pada pangan dan minuman olahan khusus yaitu berkalori rendah dan
3. Bingung
4. Insomnia
5. Iritasi
6. Asma
7. Hipertensi
8. Diare
9. Sakit perut
10. Alergi
12. Kebotakan
2.4. Aspartam
Aspartam ditemukan secara kebetulan oleh James Schulter pada tahun 1965,
ketika mensintesis obat-obat untuk bisul dan borok. Aspartam adalah senyawa metal
Aspartam atau Aspartil fenilalanin metil ester (APM) dengan rumus kimia
berbentuk tepung kristal berwarna putih, sedikit larut dalam air, dan berasa manis.
Aspartam memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 60 sampai dengan 220 kali
tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori sebesar 0,4 kkal/g atau setara dengan
1,67 kJ/g. Kombinasi penggunaan aspartam dengan pemanis buatan lain dianjurkan
2008).
Aspartam yang dikenal dengan nama dagang equal, merupakan salah satu bahan
tambahan pangan telah melalui berbagai uji yang mendalam dan menyeluruh aman
bagi penderita diabetes mellitus. Sejak tahun 1981 telah diizinkan untuk dipasarkan.
penyimpanan dalam waktu lama akan mengakibatkan turunnya rasa manis. Selain
itu, aspartam tidak tahan panas sehingga tidak baik digunakan dalam bahan pangan
Aspartam tersusun oleh asam amino sehingga didalam tubuh akan mengalami
metabolisme seperti halnya asam amino pada umumnya. Bagi penderita penyakit
dilarang untuk mengkonsumsi aspartam karena adanya fenilalanin yang tidak dapat
PKU diduga dapat menyebabkan kerusakan otak dan pada akhirnya dapat
adalah 40 mg/kg berat badan. Peraturan Menkes No. 722 Tahun 1988 tidak
menyebutkan jumlah aspartam yang boleh ditambahkan kedalam bahan pangan. Hal
2.5. Siklamat
pengujian dalam keamanan untuk senyawa yang muncul ditemukan pada tahun 1967
digunakan dalam bentuk garam kalsium, kalium, dan natrium siklamat. Secara
umum, garam siklamat berbentuk kristal putih, tidak berbau, tidak berwarna, dan
mudah larut dalam air dan etanol, serta berasa manis. Kombinasi penggunaan
siklamat dengan sakarin dan atau acesulfame-K bersifat sinergis, dan kompatibel
dengan pencitarasa dan bahan pengawet. Pemberian siklamat dengan dosis yang
sangat tinggi pada tikus percobaan dapat menyebabkan tumor kandung kemih, paru,
hati, dan limpa, serta menyebabkan kerusakan genetik dan atropi testikular.
bahwa konsumsi siklamat tidak menyebabkan kanker dan non mutagenik. Pada tahun
1984, FDA menyatakan bahwa siklamat tidak bersifat karsinogenik. Meskipun FDA,
Kanada dan USA tidak mengizinkan penggunaan siklamat sebagai bahan tambahan
Tidak seperti sakarin, siklamat berasa manis tanpa rasa ikutan yang kurang
disenangi. Bersifat mudah larut dalam air dan intensitas kemanisannya ± 30 kali
kemanisan sukrosa. Dalam industri pangan natrium siklamat dipakai sebagai bahan
pemanis yang tidak mempunyai nilai gizi (non-nutritive) untuk pengganti sukrosa.
Siklamat bersifat tahan panas, sehingga sering digunakan dalam pangan yang
diproses dalam suhu tinggi misalnya pangan dalam kaleng (BPOM, 2004).
Meskipun memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan rasanya enak (tanpa rasa
pahit) tetapi siklamat dapat membahayakan kesehatan. Hasil penelitian bahwa tikus
yang diberikan siklamat dan sakarin dapat menimbulkan kanker kantong kemih.
itu, ekskresinya melalui urin dapat merangsang pertumbuhan tumor. Penelitian yang
pengecilan testicular dan kerusakan kromosom. Penelitian yang dilakukan oleh para
ahli Academy of science pada tahun 1985 melaporkan bahwa siklamat maupun
promoter. Sampai saat ini hasil penelitian mengenai dampak siklamat terhadap
maksimum asam siklamat yang diperbolehkan dalam pangan dan minuman berkalori
minuman. Dan menurut WHO, batas konsumsi harian siklamat yang aman (ADI)
adalah 11 mg/kg berat badan. Adanya peraturan bahwa penggunaan siklamat dan
relatif murah dibandingkan dengan gula alam. Hal tersebut menyebabkan produsen
pangan dan minuman terdorong untuk menggunakan kedua jenis pemanis buatan
2.6. Sorbitol
Bahan pemanis ini dikenal sebagai D-Sorbitol, D-glucitol, L-gulitol, sorbit atau
sorbol mempunyai berat molekul 182,17. Kemanisannya hanya 0,5 kali gula tebu.
Sorbitol bersifat larut polar seperti air dan alkohol. Sorbitol secara komersial dibuat
dari glukosa dengan hidrogenasi dalam tekanan tinggi maupun reduksi elektrolit
(Cahyadi, 2006).
3,994 K. Kalori setiap gram sama dengan kalori gula tebu yaitu 3,940 K. Tujuh
puluh persen dari jumlah sorbitol yang masuk ke dalam tubuh akan diubah menjadi
CO2 tanpa menunjukkan adanya kenaikan glukosa dalam darah sehingga sangat baik
poliol (1,2,3,4,5,6 dan Hexanehexol) dengan rumus kimia C6H14O6. Sorbitol berupa
senyawa yang berbentuk granul atau kristal dan berwarna putih dengan titik leleh
berkisar antara 89° sampai dengan 101°C, higroskopis dan berasa manis. Sorbitol
kemanisan sukrosa dengan nilai kalori sebesar 2,6 kkal/g atau setara dengan 10,87
kJ/g. Penggunaannya pada suhu tinggi tidak ikut berperan dalam reaksi pencoklatan
(BPOM, 2004).
gigi dan sangat bermanfaat sebagai pengganti gula bagi penderita diabetes dan diet
pangan yang diyakini memberikan konsumsi sorbitol lebih dari 50 g per hari, perlu
efek laksatif “. JECFA menyatakan sorbitol merupakan bahan tambahan pangan yang
pada berbagai produk pangan berkisar antara 500 sampai dengan 200.000
menemukan rasa manis secara tidak sengaja ketika menjilatkan jarinya untuk
pahit hampir seperti sakarin, tetapi sebagian lain tidak merasakannya (Cahyadi,
2006).
tidak berbau, berbentuk tepung kristal berwarna putih, mudah larut dalam air dan
berasa manis dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 200 kali tingkat kemanisan
aspartat dan natrium siklamat bersifat sinergis dalam mempertegas rasa manis gula.
Fungsi lainnya yaitu penegas cita rasa (flavor enhancer) terutama cita rasa buah
(BPOM, 2008).
bersifat non glikemik dan non karsinogenik, sehingga JECFA menyatakan aman
untuk dikonsumsi manusia sebagai pemanis buatan dengan ADI sebanyak 15 mg/kg
pangan berkisar antara 200 sampai dengan 1.000 mg/kg produk. Sementara CFR
pada berbagai produk pangan berkisar antara 200 sampai dengan 3.000 mg/kg
sorbitol dibuat dari sukrosa melalui dua tahap proses enzimatik. Perubahan
molekuler yang terjadi dalam proses tersebut menyebabkan isomalt lebih stabil
kristal berwarna putih, tidak berbau, dan berasa manis dengan tingkat kemanisan
relatif sebesar 0,45 sampai dengan 0,65 kali tingkat kemanisan sukrosa. Nilai kalori
isomalt sebesar 2 kkal/g atau setara dengan 8,36 kJ/kg. Fungsi lainnya yaitu bahan
pengisi (filler), pencita rasa buah, kopi, dan coklat (flavor enhancer) (BPOM RI,
2008).
sehingga aman dikonsumsi manusia, tidak menyebabkan karies gigi, dan tidak
menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes tipe I dan
II. JECFA menyatakan isomalt merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk
produk pangan berkisar antara 30.000 sampai dengan 500.000 mg/kg produk dan
2.9. Alitam
disintesis dari asam amino L-asam aspartat, D-alanin, dan senyawa amida yang
relatif sebesar 2.000 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori 1,4 kkal/g
Alitam dapat dicerna oleh enzim dalam saluran pencernaan dan diserap
oleh usus berkisar antara 78 sampai dengan 93 % dan dihidrolisis menjadi asam
aspartat dan alanin amida. Sedangkan sisa alitam yang dikonsumsi yaitu sebanyak 7
sampai dengan 22% dikeluarkan melalui feses. Asam aspartat hasil hidrolisis
selanjutnya dimetabolisme oleh tubuh dan alanin amida dikeluarkan melalui urin
sebagai isomer sulfoksida, sulfon, atau terkonjugasi dengan asam glukoronat. Oleh
karena itu, CCC menyebutkan alitam aman dikonsumsi manusia. Sedangkan JECFA
sifat toksik terhadap organ reproduksi. Konsentrasi yang tidak menimbulkan efek
negatif pada hewan (level of no adverse effect) adalah sebanyak 100 mg/kg berat
badan. Sementara ADI untuk alitam adalah sebanyak 0,34 mg/kg berat badan(BPOM
RI, 2008).
berkisar antara 40 sampai dengan 300 mg /kg produk. Beberapa negara seperti
Australia, New Zealand, Meksiko, dan RRC telah mengijinkan penggunaan alitam
glucitol dihasilkan dengan mereduksi glukosa dari disakarida laktosa. Laktitol tidak
dihidrolisis dengan laktase tetapi dihidrolisis atau diserap di dalam usus kecil.
asam-asam organik, karbondioksida (CO2) dan sejumlah kecil gas hidrogen (H2).
dalam kondisi asam, basa, dan pada kondisi suhu tinggi, tidak bersifat higroskopis
dan memiliki kelarutan serupa glukosa. Laktitol berasa manis seperti gula tanpa
purna rasa (aftertaste) dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 0,3 sampai dengan
0,4 kali tingkat kemanisan sukrosa. Nilai kalori laktitol sebesar 2 kkal/g atau setara
tidak menyebabkan karies gigi, dan tidak menyebabkan peningkatan kadar glukosa
dan insulin dalam darah bagi penderita diabetes. Hasil evaluasi Scientific Committee
for Food of European Union pada tahun 1984 menyatakan bahwa konsumsi laktitol
berbagai produk pangan berkisar antara 10.000 sampai dengan 30.000 mg/kg produk
glucitol termasuk golongan poliol yang dibuat dengan cara hidrogenasi maltosa yang
diperoleh dari hidrolisis pati. Maltitol berbentuk kristal anhydrous dengan tingkat
higroskopisitas rendah, dan suhu leleh, serta stabilitas yang tinggi. Dengan
pelapisan coklat bermutu tinggi, pembuatan kembang gula, roti coklat, dan es
krim. Maltitol berasa manis seperti gula dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 0,9
kali tingkat kemanisan sukrosa. Nilai kalori laktitol sebesar 2,1 kkal/g atau setara
dengan 8,78 kJ/g. Fungsi lainnya yaitu pencita rasa (flavor enhancer), humektan,
tidak menyebabkan karies gigi, dan tidak menyebabkan peningkatan kadar glukosa
berbagai produk pangan berkisar antara 50.000 sampai dengan 300.000 mg/kg
produk dan sebagian digolongkan sebagai GMP / CPPB (BPOM RI, 2008).
kristal berwarna putih, tidak berbau, larut dalam air, sangat sukar larut di dalam
alkohol dan tidak larut hampir dalam semua pelarut organik. Manitol berasa manis
dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 0,5 sampai dengan 0,7 kali tingkat
kemanisan sukrosa. Nilai kalori manitol sebesar 1,6 kkal/g atau 6,69 kJ/g. Fungsi
lainnya yaitu anti kempal (anticaking agent), pengeras (firming agent), penegas cita
tidak menyebabkan karies gigi, dan tidak menyebabkan peningkatan kadar glukosa
dan insulin dalam darah bagi penderita diabetes. Konsumsi manitol sebanyak 20
pada berbagai produk pangan sebanyak 60.000 mg/kg produk dan sebagian
yang bersih, berbentuk tepung kristal berwarna putih, penegas cita-rasa yang unik
dan memiliki tingkat kelarutan dalam air sama dengan aspartam serta berasa manis
dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 7.000 sampai dengan 13.000 kali tingkat
kemanisan sukrosa. Neotam termasuk pemanis non-nutritif yaitu tidak memiliki nilai
kalori. Penggunaan neotam dalam produk pangan dapat secara tunggal maupun
sukralosa, dan sakarin. Fungsi lainnya yaitu penegas cita rasa (flavor enhancer)
sempurna tanpa akumulasi oleh tubuh melalui metabolisme normal. Hasil kajian
karsinogenik dan tidak berpengaruh terhadap sistem reproduksi. Kajian JECFA pada
bulan Juni tahun 2003 di Roma, Italia menyatakan bahwa ADI untuk neotam
adalah sebanyak 0 sampai dengan 2 mg/kg berat badan (BPOM RI, 2008).
FDA dan FSANZ telah menyetujui penggunaan neotam sebagai pemanis dan
pencita rasa. Penggunaan neotam dalam berbagai produk pangan antara lain
sampai dengan 130 mg/kg produk untuk produk roti, sebanyak 800 sampai dengan
4000 mg/kg produk untuk sediaan, sebanyak 5 sampai dengan 50 mg/kg produk
untuk produk susu), dan sebanyak 10 sampai dengan 1.600 mg/kg produk untuk
dan Pentahydroxipentane) yang secara alami terdapat dalam beberapa buah dan
sayur. Silitol berupa senyawa yang berbentuk bubuk kristal berwarna putih, tidak
berbau, dan berasa manis. Silitol memiliki tingkat kemanisan relatif sama dengan
tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori sebesar 2,4 kkal/g atau setara dengan
tidak menyebabkan karies gigi, menurunkan akumulasi plak pada gigi, dan
merangsang aliran ludah dalam pembersihan dan pencegahan kerusakan gigi. JECFA
menyatakan silitol merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk dikonsumsi
pangan berkisar antara 10.000 sampai dengan 30.000 mg/kg produk, dan sebagian
berbentuk kristal berwarna putih; tidak berbau; mudah larut dalam air, methanol dan
alcohol; sedikit larut dalam etil asetat, serta berasa manis tanpa purna rasa yang tidak
diinginkan. Sukralosa memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 600 kali tingkat
Sukralosa tidak digunakan sebagai sumber energi oleh tubuh karena tidak terurai
sebagaimana halnya dengan sukrosa. Sukralosa tidak dapat dicerna, dan langsung
dikeluarkan oleh tubuh tanpa perubahan. Hal tersebut menempatkan sukralosa dalam
golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi wanita hamil dan menyusui serta anak-
anak segala usia. Sukralosa teruji tidak menyebabkan karies gigi, perubahan genetik,
cacat bawaan, dan kanker. Selanjutnya sukralosa tidak pula berpengaruh terhadap
sebagai pengganti gula bagi penderita diabetes baik tipe I maupun II (BPOM RI,
2010).
untuk dikonsumsi manusia dengan ADI sebanyak 10 sampai dengan 15 mg/kg berat
pangan berkisar antara 120 sampai dengan 5.000 mg/kg produk (BPOM RI, 2008).
merupakan salah satu faktor penyakit jantung yang merupakan penyebab utama
kematian. Untuk orang yang kurang aktif secara fisik disarankan untuk
menyenangkan, oleh karena itu untuk menutupi rasa yang tidak enak dari obat
tersebur biasanya dibuat tablet yang bersalut. Pemanis lebih sering digunakan
menggumpal.
ditambahkan pemanis sintesis karena bahan permen ini mempunyai rasa manis
yang lebih tinggi dari gula, pemakaian dalam jumlah sedikit saja sudah
sintesis ini selain mempunyai tingkat rasa manis yang lebih tinggi juga harganya
khusus bagi penderita diabetes, saat ini penggunaannya semakin meluas pada
berbagai produk pangan secara umum. Beberapa pemanis buatan bahkan tersedia
untuk dapat langsung digunakan atau ditambahkan langsung oleh konsumen kedalam
berat badan, pencegahan kerusakan gigi, dan bagi penderita diabetes dinyatakan
dapat mengontrol peningkatan kadar glukosa dalam darah. Namun demikian, tidak
2006).
laboratorium maupun skala industri. Karena diperoleh melalui proses sintetis dapat
pemanis buatan perlu diwaspadai karena dalam takaran yang berlebih dapat
dan bersifat karsinogenik. Oleh karena itu Organisasi Kesehatan Dunia (World
Daily Intake (ADI) atau kebutuhan per orang per hari, yaitu jumlah yang dapat
Amerika dan juga di Indonesia telah ditetapkan standar penggunaan pemanis buatan
pada produk makanan. Kajian ini dilakukan untuk mengevaluasi penerapan standar
pangan olahan tertentu untuk dikonsumsi oleh kelompok tertentu meliputi bayi,
balita, ibu hamil, ibu menyusui dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas
kesehatannya.
15.000 orang memiliki kelainan tersebut. Orang yang menderita fenilketonuria tidak
merupakan asam amino esensial yang penting untuk kehidupan. Berlebihnya jumlah
Permen karet terbuat dari bahan alami atau sintetis getah sebagai ramuan
utamanya memiliki gizi dan rasa pokok, seperti gula dan zat pengharum, dimana
Permen karet ini pertama kali ditemukan oleh seorang berkebangsaan Amerika
Serikat bernama Thomas Adams, pada tahun 1872. Kisahnya bermula ketika di tahun
1870, si ahli foto bernama Thomas Adams ini mendapatkan sepotong karet yang
biasa dikunyah oleh orang-orang dari suku Indian Meksiko. Dua tahun lamanya
(1870-1872) ia mencoba melakukan penelitian apakah bahan yang kenyal itu bisa
digunakan seperti karet biasa. Ternyata bahan yang kenyal itu tidak dapat digunakan
seperti karet biasa. Usaha Adams sia-sia belaka. Akhirnya Adams mengunyah saja
penemuannya itu ke sebuah perusahaan, namun ditolak. Dari situ Adams mencoba
dan terus berkembang hingga menjadi sebuah perusahaan permen karet terkenal di
Dasar permen karet tersebut adalah campuran getah dari pohon karet yang
potongan bujur atau membentuk butir dimana bersalut gula atau manisan. Aroma dan
pembawa rasa terbuat dari sukrosa, gula, air gula atau pengganti pemanis lainnya dan
kotoran minyak seperti spearmint, peppermint, dll (Belitz dan Grosch, 1986).
2. Permen karet yang sifatnya melekat erat, dapat membersihkan sisa-sisa makanan
produksi air liur yang dapat membersihkan rongga mulut dan gigi dengan lebih
gerakan mengigit, hal ini memperlancar aliran darah dibagian wajah dan juga
melatih otot-otot untuk mengunyah dan menggigit. hasil penelitian seorang ahli
1. Permen karet mengandung gula, dan gula dapat tertinggal di dalam rongga mulut
dalam waktu lama, bakteri didalam mulut akan merubah gula menjadi asam yang
akan mengurai kalsium gigi (email gigi) sehingga menyebabkan kerusakan pada
gigi. para ahli mengajurkan agar memilih permen karet xylitol sebagai pengganti
gula, karena xylitol memiliki rasa dan nilai gizi yang sama dengan gula, namun
bahan tambalan gigi. Oleh karena itu orang yang menggunakan tambalan gigi
dengan bahan air raksa sebaiknya jangan mengunyah permen karet, karena dengan
mengunyah permen karet dapat mengurai senyawa air raksa tersebut, yang
efeknya dapat meningkatkan jumlah kandungan air raksa dalam darah dan air
kemih yang dapat menyebabkan hal negatif terhadap otak, susunan syaraf pusat
dan ginjal.
3. Anak-anak yang mengunyah permen karet dalam waktu lama kemungkinan besar
akan mempunyai kebiasaan menggertakkan gigi pada saat tidur karena otot-otot
mereka. Para ahli menyarankan agar anak-anak tidak mengunyah permen karet
lebih dari 3-4 kali sehari dan tidak melampaui 10-15 menit.
wajah segi empat, karena otot-otot rahang mungkin terlalu terlatih sehingga sangat
cepat pertumbuhannya.
Penelitian jenis dan kadar pemanis buatan pada permen karet dapat dijelaskan
Siklamat
Uji
Kuantitatif
Pemeriksaan Sakarin
Permen
Karet Pemanis
buatan
Tidak
Memenuhi
Syarat
Uji
Kualitatif
Memenuhi
Syarat
Permenkes
RI No.
1168/Menkes
/Per/X/1999