Anda di halaman 1dari 16

METODOLOGI PENELITIAN

“MODEL PENGEMBANGAN ASSURE”

Oleh:

ILMA HAYATIL HUSNA (17175017)

Pendidikan Fisika RB

Dosen Pembimbing :

1. Dr. Ahmad Fauzi, M.Si.


2. Dr. Hj. Djusmaini Djamas, M.Si.

PENDIDIKAN FISIKA PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Menurut pengertian sumber
belajar dari AECT dan Banks dalam Komalasari (2010:108) dinyatakan bahwa salah
satu komponen sumber belajar adalah bahan. Bahan merupakan perangkat lunak
(software) yang mengandung pesan-pesan belajar, yang biasanya disajikan
menggunakan peralatan tertentu. Contoh bahan ajar tersebut misalnya buku teks,
modul, film, transparansi (OHT), program kaset audio, dan program video. Bahan ajar
disamakan dengan materi ajar sebagaimana berdasar pada makna harfiah bahan dan
materi dalam bahasa Inggris. Bahan dalam bahasa Inggris berarti material. Begitu
pula materi dalam bahasa Inggris juga berarti material. Sebagaimana dikutip dari Kim
bahwa bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar
terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang harus dipelajari siswa dalam
rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Sedangkan dalam
permendiknas no. 41 tahun 2007 dinyatakan materi ajar memuat fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator pencapaian kompetensi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
atau materi ajar merupakan bagian dari sumber belajar dimana terdiri dari
pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau perangkat lunak yang mengandung pesan
pembelajaran yang disajikan menggunakan peralatan tertentu.
Bahan ajar berdasarkan kecanggihan teknologi yang digunakan dibagi menjadi
4 jenis. Bahan ajar tersebut meliputi: bahan ajar cetak, audio, audio visual, multimedia
interaktif, dan bahan ajar berbasis web. Bahan ajar cetak meliputi bahan ajar yang
dicetak pada lembaran seperti buku teks/ buku ajar, modul, handout, LKS, brosur,
leaflet, dll. bahan ajar audio berupa kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk
audio. Bahan ajar audio visual meliputi video compact disk, film. Bahan ajar
multimedia interaktif meliputi CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk
(CD), multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based
learning materials).
Berdasarkan jenis bahan ajar di atas, buku teks atau buku ajar merupakan
bagian dari bahan ajar berbentuk cetak atau tertulis. Sugiarto (2011) menyatakan buku
ajar adalah buku yang disusun untuk kepentingan proses pembelajaran baik yang
2
bersumber dari hasil-hasil penelitian atau hasil dari sebuah pemikiran tentang sesuatu
atau kajian bidang tertentu yang kemudian dirumuskan menjadi bahan pembelajaran.
Tarigan (1986:13) menyatakan buku teks sebagai buku pelajaran dalam bidang studi
tertentu yang disusun oleh para pakar dalam bidang tersebut yang digunakan untuk
menunjang pembelajaran. Akbar (2010:183) menyatakan buku ajar adalah buku teks
yang digunakan sebagai rujukan standar pada materi pelajaran tertentu.
Komalasari (2010:43) menyatakan buku teks merupakan buku pelajaran dalam
bidang studi tertentu yang merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar
dalam bidang itu dengan maksud dan tujuan instruksional, dilengkapi dengan sarana-
sarana pembelajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di
sekolah-sekolah dan pergururan tinggi sehingga dapat menunjang suatu program
pembelajaran.
Bahan Pembelajaran merupakan komponen isi pesan dalam kurikulum yang
harus disampaikan kepada siswa. Komponen ini memiliki bentuk pesan yang
beragam, ada yang berbentuk fakta, konsep, prinsip/kaidah, prosedur, problema, dan
sebagainya. Komponen ini berperan sebagai isi atau materi yang harus dikuasai oleh
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Ruang lingkup materi pembelajaran telah
tersusun secara sistematis dalam struktur organisasi kurikulum dalam hal ini adalah
standar isi.
Sifat materi yang tersusun dalam standar isi hanya bersifat pokok-pokok
materi, maka untuk kelancaran dalam pelaksanaan pembelajaran, materi pembelajaran
perlu dikembangkan terlebih dahulu dengan cara melengkapinya dalam bentuk bahan
pembelajaran yang utuh. Pada saat pembelajaran akan dilaksanakan, hendaknya
seorang tenaga pendidik yang profesional harus memahami karakteristik ini pesan
pembelajaran yang akan disampaikan, agar tidak salah dalam memilih bahan
pembelajaran yang akan digunakan.
Dalam mengembangkan bahan pembelajaran perlu diperhatikan model-model
pengembangan guna memastikan kualitasnya, seperti yang diungkapkan oleh Syaiful
Sagala (2005:136), penggunaan model pengembangan bahan pembelajaran yang
pengembangan pengajaran secara sistematik dan sesuai dengan teori akan
menjamin kualitas isi bahan pembelajaran. Model-model tersebut antara lain, model
ADDIE, ASSURE, Hannafin dan Peck, Gagne and Briggs serta Dick and Carry. Dari
beberapa model tersebut tentu memiliki karakteristik masing-masing yang perlu lebih
dalam lagi dipahami. Maka dari itu kita peroleh bahwa pemilihan bahan pembelajaran
3
perlu diperhatikan dalam kesesuaian dengan standar isi dan lebih-lebih pemilihan
bahan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Oleh karena itu, pada
makalah ini akan membahasas mengenai salah satu model pengembangan bahan ajar
yang dianggap penting diketahui untuk mengembangkan bahan ajar, yaitu model
Assure.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan model pengembangan Assure?
2. Bagaimanakah prosedure model pengembangan Assure??
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan model pengembangan Assure?
2. Untuk mengetahui prosedure model pengembangan Assure?
D. Manfaat Penulisan
1. Dapat dijadikan referensi bacaan bagi pembaca.
2. Membantu mahasiswa memahami tentang bagaimana model pengembangan
bahan ajar dan prosedur pengembangan bahan ajar assure.

4
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Model Pengembangan


Model pengembangan diartikan sebagai proses desain konseptual dalam upaya
peningkatan fungsi dari model yang telah ada sebelumnya, melalui penambahan
komponen pembelajaran yang dianggap dapat meningkatkan kualitas pencapaian
tujuan (Sugiarta, 2007:11). Pengembangan model dapat diartikan sebagai upaya
memperluas untuk membawa suatu keadaan atau situasi secara berjenjang kepada
situasi yang lebih sempurna atau lebih lengkap maupun keadaan yang lebih baik.
Pengembangan disini artinya diarahkan pada suatu program yang telah atau sedang
dilaksanakan menjadi program yang lebih baik. Hal ini seiring dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Adimiharja dan Hikmat, 2001:12 (dalam Sugiarta A.N, 2007:24)
bahwa “Pengembangan meliputi kegiatan mengaktifkan sumber, memperluas
kesempatan, mengakui keberhasilan, dan mengintergrasikan kemajuan”.
Pengembangan model disusun berdasarkan pengalaman pelaksanaan program yang
baru dilaksanakan, kebutuhan individu atau kelompok, dan disesuaiakan dengan
perkembangan dan perubahan lingkungan belajar warga belajar.

B. Klasifikasi Model Pengembangan Pembelajaran


Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh
para ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam
model berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model
prosedural. Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain
pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau
lebih. Contohnya adalah model ASSURE.
Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk
menghasilkann suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video
pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh modelnya adalah model
hannafin and peck. Satu lagi adalah model beroreintasi sistem yaitu model desain
pembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas,
seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah, dll. contohnya adalah model
ADDIE. Selain itu ada pula yang biasa kita sebut sebagai model prosedural dan model

5
melingkar. Contoh dari model prosedural adalah model Dick and Carrey sementara
contoh model melingkar adalah model Kemp.
Adanya variasi model ini sebenarnya juga dapat menguntungkan kita,
beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan salah
satu model desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di
lapangan, selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan
dari model-model yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan
mengembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki. Kesemua
model tersebut juga dapat dimodifikasi untuk melakukan pengembangan bahan ajar.
C. Pengertian Model Pengembangan Assure
Model ASSURE adalah jembatan antara peserta didik, materi, dan semua
bentuk media berbasis teknologi dan bukan teknologi. Menurut Pribadi (2010:116)
model ASSURE merupakan model desain sistem pembelajaran yang bersifat praktis
dan mudah diimplementasikan untuk mendesain aktivitas pembelajaran yang bersifat
individual maupun klasikal. Model ini memastikan pengembangan pembelajaran
untuk membantu pendidik mengatur proses belajar dan melakukan penilain hasil
belajar peserta didik.
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi
untuk kegiatan pembelajaran atau disebut juga model berorientasi kelas. Model
ASSURE adalah salah satu petunjuk dan perencanaan yang bisa membantu untuk
bagaimana cara merencanakan, mengidentifikasi, menentukan tujuan, memilih
metode dan bahan, serta evaluasi. Model ini mengasumsikan belajar bukan hanya di
dalam kelas seperti pertemuan kuliah/buku teks, tetapi juga menggabungkan
pembelajaran di luar kelas dan teknologi yang digunakan. Selain itu, model
ini menekankan Pengajaran kepada siswa dengan gaya belajar yang berbeda, dan
konstruktivis belajar di mana siswa diwajibkan untuk berinteraksi dengan lingkungan
mereka dan tidak secara pasif menerima informasi.
D. Prosedur Pengembangan dengan Model ASSURE
Menurut Amri (2013:262) ada enam langkah pengembangan model ASSURE
yaitu: Analyze Learners, State objective, Select intructional methods, media and
materials, utilize media and materials, require learner participation, evaluate and
resive. Untuk lebih memahami model ASSURE, berikut ini dikemukakan deskripsi
dari setiap langkah pengembangan model ASSURE:

6
1. Analyze Learners

Langkah pertama adalah mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik


siswa yang sesuai dengan hasil-hasil belajar. Analisis terhadap karakteristik siswa
meliputi beberapa aspek penting, yaitu karakteristik umum, kompetensi spesifik
yang telah dimiliki siswa sebelumnya, dan gaya belajar siswa.
a. General characteristict ( Karakteristik Umum )
Karakteristik umum meliputi faktor-faktor usia, tingkat pendidikan,
pekerjaan/posisi, kebudayaan dan sosial ekonomi. Dengan analisis pembelajar
akan membantu pemilihan metode dan media pembelajaran yang sesuai.
Sebagai contoh: pembelajar yang lemah dalam keterampilan membaca, lebih
tepat diberi media non cetak. Jika pembelajar kurang tertarik dengan materi
yang disajikan, maka media yang tepat misalnya videotape, simulasi, atau
kegiatan-kegiatan yang berbasis teknologi. Bila pembelajar pertama kali
belajar suatu konsep baru, maka dibutuhkan pengalaman belajar langsung dan
konkrit seperti karyawisata atau latihan bermain peran (mengacu pada kerucut
peran Edgar Dale)
b. Spesifik entri competencies ( kompetensi tertentu )
Sebuah komponen penting dari merancang pelajaran adalah untuk
mengidentifikasi kompetensi spesifik dari siswa. Kita dapat melakukan ini
melalui cara-cara informal (seperti di kelas mempertanyakan) atau cara formal
lebih (seperti meninjau hasil tes standar). Tes kemampuan awal merupakan
penilaian, baik formal maupun informal, yang diperlukan. Dengan
menganalisis kemampuan yang telah dimiliki pembelajar, guru dapat memilih
metode dan media yang sesuai.
c. Learning Style ( Gaya belajar )
Gaya belajar berkenaan dengan pengelompokan sifat-sifat psikologis
yang menentukan bagaimana seseorang individu merasakan berinteraksi dan
merespon secara emosional pada lingkungan belajar. Gardner (1999)
mengemukakan 3 jenis gaya belajar seseorang yaitu : visual, auditory, dan
kinestetik. Teori Gardner mengimplikasikan bahwa guru yang efektif perlu
sadar akan adanya gaya belajar yang berbeda di antara para pebelajar. Cara
yang terbaik untuk mengatasinya yaitu dengan memberikan variasi
pembelajaran. Guru, Perancang kurikulum, dan spesialis media harus

7
bekerjasama mendesain kurikulum sehingga pembelajar memiliki kesempatan
mengembangkan perbedaan gaya belajar. Variabel gaya belajar dapat
dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu:
1) Kekuatan persepsi
Pendukung pentingnya variabel ini mengatakan bahwa sebagian besar
pembelajar tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk menangkap
pelajaran melalui pendengaran dan menyangsikan keluasan penggunaan
metode guru. Pembelajar yang agak lambat belajar cenderung menyukai
pengalaman taktil atau kinestetik, duduk dan mendengarkan sukar baginya.
2) Kebiasaan memproses informasi
Variabel ini berkaitan dengan bagaimana kecenderungan pebelajar
memproses informasi. Model Gregore (dalam Molenda, dkk, 2005) tentang
‘gaya belajar’ yaitu 4 kategori utama pada gaya berfikir :
a) Pembelajar kategori berurutan kongkrit, lebih suka pengalaman langsung
dan penyampaian dengan urutan yang logis. Golongan ini lebih cocok
belajar dengan buku kerja, demonstrasi, pembelajaran terprogram, dll.
b) Pembelajar katagori acak konkrit, lebih senang pendekatan coba-coba
(trial & error), membuat kesimpulan cepat dari pengalaman yang terjadi.
Golongan ini lebih suka metode-metode seperti permainan, simulasi ,
discovery, dll
c) Pembelajar kategori berurutan abstrak. Kelompok ini terampil menyandi
pesan verbal dan simbolik khususnya bila disajikan dalam urutan yang
logis. Golongan ini lebih suka membaca dan menyimak .
d) Pembelajar kelompok acak abstrak, menunjukan kemampuannya untuk
menangkap makna dan presentasi yang disajikan, merespon nada dan gaya
pembicara sebaik menangkap pesannya . Golongan ini baik untuk belajar
dalam diskusi kelompok, kuliah dengan tanya jawab, videotape, dan
televisi.
3) Faktor-Faktor motivasional
Berbagai faktor emosional sangat berpengaruh pada perhatian
terhadap sesuatu, berapa lama memperhatikan, seberapa jauh usaha
memahami pelajaran, dan bagaimana perasaan ikut ambil bagian dalam
kegiatan belajar. Cara yang baik untuk mendiskripsikan motivasi belajar
yaitu : Atensi, berkenaan dengan apakah pembelajar merasa bahwa
8
pembelajaran menarik dan berguna untuk dipertimbangkan. Relevan,
berkaitan dengan apakah pembelajar merasa bahwa pembelajaran berkaitan
dengan tujuannya. Confidence, berkenaan dengan apakah pembelajar
mengharapkan kesuksesan berdasarkan pada usahanya sendiri.
Satisfaction, berkaitan dengan penghargaan yang diterima pembelajar dari
pembelajaran itu
2. State Standards and Objactives
Langkah berikutnya adalah merumuskan tujuan pembelajaran sekhusus
mungkin. Tujuan ini dijabarkan mungkin dari silabus, buku teks, kurikulum atau
dikembangkan sendiri oleh gurunya . Suatu pernyataan tujuan, bukan apa yang
direncanakan oleh guru dalam pembelajaran melainkan apa yang harus dicapai
pembelajar dengan pembelajaran itu. Suatu tujuan merupakan pernyataan tentang
apa yang akan dicapai, bukan bagaimana tujuan itu akan dicapai . Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam perumusannya adalah :
a. Tetapkan ABCD.
Teknik ABCD untuk menyatakan tujuan (Mager, 1997): A (Audience)
instruksi yang kita ajukan harus fokus kepada apa yang harus dilakukan/
dikerjakan oleh pembelajar bukan apa yang harus dilakukan pengajar, B
(Behavior) kata kerja yang mendeskripsikan kemampuan baru yang harus
dimiliki pembelajar setelah melalui proses pembelajaran dan harus dapat
diukur, C (Conditions) pernyataan tujuan yang meliputi kondisi dimana unjuk
kerja itu diamati, D (Degree) pernyataan tujuan yang mengidentifikasi standar
atau kriteria yang menjadi dasar pengukuran tingkat keberhasilan pembelajar.
b. Mengklasifikasikan Tujuan
Pengelompokan tujuan sangat penting karena pemilihan metode dan
media serta cara mengevaluasi tergantung pada jenis tujuan yang diterapkan.
Suatu tujuan mungkin diklasifikasikan menurut jenis belajar utama yang akan
dicapai. Meskipun ada rentangan pendapat mengenai cara terbaik untuk
mendiskripsikan dan menorganisasikan jenis-jenis belajar, ada 3 kategori
(domain) yang secara luas diterima yaitu: keterampilan kognitif, afektif, dan
psikomotor. Molenda (2005) menambahkan ketrampilan interpersonal, karena
ketrampilan ini sangat penting dalam suatu kerja tim.
Domain kognitif, belajar meliputi susunan kemampuan intelektual
yang dikelompokkan sebagai informasi verbal/visual atau ketrampilan
9
intelektual . Keterampilan intelektual mengajak pembelajar untuk memberikan
respon pada stimulus tertentu termasuk di dalamnya mengingat atau
menyebutkan kembali fakta-fakta. Di sisi lain, ketrampilan intelektual juga
mengharapkan pebelajar berfikir dan memanipulasi data. Dalam Domain
afektif, melibatkan perasaan dan nilai. Tujuan afektif memiliki rentangan
misalnya menstimulasi minat dalam pelajaran di sekolah, meningkatkan
kepedulian sosial dll. Kalau dalam Domain psikomotor, kegiatan belajar
meliputi atletik, pekerjaan tangan, dan ketrampilan-ketrampilan fisik lain.
Keterampilan interpersonal merupakan ketrampilan yang berpusat pada orang
(people-centered) yang memerlukan untuk berhubungan dengan orang lain
secara efektif.
c. Perbedaan Individu
Berkaitan dengan kemampuan individu pembelajar dalam
menuntaskan atau memahami sebuah materi yang diberikan. Pembelajar yang
tidak memiliki kesulitan belajar dengan pembelajar yang memiliki kesulitan
belajar pasti memiliki waktu ketuntasan terhadap materi yang berbeda. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka timbullah mastery learning (kecepatan dalam
menuntaskan materi tergantung dengan kemampuan yang dimiliki tiap
individu).
3. Select Strategies, Technology, Media , and Materials
Rencana untuk penggunaan media dan teknologi, pertama-tama tentu saja
menuntut pemilihan yang sistematis. Proses memilih ada 3 tahap yaitu:
a. Menentukan metode yang sesuai untuk suatu tugas belajar
Dalam menentukan atau memilih metode yakinlah bahwa tidak ada
satu metode pun yang paling baik untuk semua kegiatan belajar. Untuk
suatu kegiatan pembelajaran mungkin diperlukan gabungan metode satu
dengan yang lainnya untuk tujuan yang berbeda pada pelajaran yang
berbeda pula. Misalnya suatu pelajaran menggunakan metode simulasi
untuk menambah perhatian dan menimbulkan minat pada awal pelajaran ,
kemudian menggunakan demonstrasi untuk menampilkan informasi baru,
selajutnya memberikan latihan komputer untuk memprektekkan
ketrampilan baru tersebut.
b. Memilih bentuk media yang cocok dengan metode yang akan disajikan

10
Bentuk media adalah bentuk fisik yang akan membawakan pesan
yang akan disajikan. Bentuk media misalnya, bagan lembaran balik
(gambaran diam dan teks), slide (proyeksi diam), audio (suara dan musik),
video (gambaran bergerak pada layar TV), dan multimedia computer
(grafik, teks, dan gambaran bergerak pada monitor). Tiap bentuk itu
memiliki kelemahan dan kekurangan dalam hal jenis pesan yang direkam
maupun ditampilkan. Memilih bentuk media merupakan tugas yang
kompleks, mempertimbangkan banyaknya media yang tersedia, variasi
belajar, dan tujuan yang ditetapkan.
Dalam memilih media memang agak rumit, tetapi banyak cara
yang diajukan oleh para ahli untuk memilih media yaitu dengan
mengajukan model-model pemilihan media. Model pemilihan media
untuk setting pembelajaran, misalnya : kelompok besar, kelompok kecil,
atau pembelajaran mandiri. Untuk variabel pebelajar, misalnya: pembaca,
non pembaca, auditif, dan untuk hakekat tujuan, misalnya : kognitif ,
afektif, psikomotor, atau interpersonal. Selain itu juga harus
mempertimbangkan kemampuan penyajian tiap bentuk media, misalnya
visual diam, visual gerak, kata-kata tercetak, atau kata-kata terucap. Tidak
lupa yang perlu dipertimbangkan yakni kita harus memperhatikan
karakteristik media, karakteristik siswa, aspek ekonomi, aspek
lingkungan, sifat materi yang akan diajarkan dan yang terpenting juga
harus memperhatikan kemampuan tiap bentuk media dalam memberikan
balikan kepada pebelajar.
c. Mendapatkan materi khusus
Sebagian besar guru menggunakan materi yang siap pakai yang
disediakan oleh sekolah-sekolah atau juga bisa dari internet atau dari
sumber-sumber lain. Guru seharusnya memperbarui konten-konten bidang
studi dengan meteri-materi mutakhir. Keputusan untuk memilih materi
pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Hasil riset terbaru oleh
McAlpin dan Weston, 1994 (dalam Molenda, 2005) mengemukakan
kriteria tertentu yang penting dalam penilaian media. Pertanyaan-
pertanyaan berikut ini perlu dipertanyakan untuk tiap jenis media :
1) Apakah sesuai dengan kurikulum?
2) Apakah akurat dan baru?
11
3) Apakah isinya jelas dan bahasanya singkat ?
4) Akankah memotivasi dan mempertahankan minat ?
5) Apakah mempersiapkan partisipasi belajar ?
6) Apakah kualitas teknisnya baik ?
7) Adakah bukti keefektifannya ?
8) Apakah bebas dari bias iklan ?
9) Adakah petunjuk pengguna ?
d. Memodifikasi materi yang ada
Apabila pengajar dalam mengajar tidak dapat menemukan materi
yang sesuai maka pengajar perlu memodifikasi materi yang ada. Dan hal
tersebut merupakan tantangan pengajar dan memerlukan kreativitas.
Misalnya : dalam suatu SMK peralatan prakteknya tidak memadai dengan
menggunakan terminologi yang rinci dan kompleks, solusi yang mungkin
untuk memecahkan masalah ini adalah menggunakan gambar tetapi
memodifikasi caption dan menyederhanakan atau menghilangkan
labelnya.
e. Merancang materi baru
Dalam memilih materi, memang lebih mudah dan efisien dari segi
biaya bila menggunakan materi yang tersedia, dengan atau tanpa
modifikasi , daripada mulai menyusun materi baru. Memang lebih banyak
waktu yang dibutuhkan untuk mendesain materi yang dibuat sendiri.
Namun bila ingin menyusun materi baru, perlu mempertimbangkan unsur-
unsur dasar tertentu , yaitu :
1) Pebelajar
 Bagaiman karakteristik pembelajar ?
 apakah memerlukan keterampilan dan prasyarat untuk
mempelajari materi ?
2) Biaya
Cukupkah dana yang tersedia, yang diperlukan untuk menyiapkan
materi itu (misal videotape, audiotape dll).
3) Keahlian teknis. Apakah diperlukan keahlian untuk mendesain dan
memproduksi materi yang akan digunakan ?

12
4. Utilize Tachnology, Media, and Material
Perubahan peradigma pembelajaran dari teacher-centered ke student-
centered, yang lebih memungkinkan m memanfaatkan materi, baik secara mandiri
maupun kelompok kecil daripada mendengarkan presentasi guru secara klasikal.
Untuk mengaplikasikan media dan materi, baik untuk teacher-centered maupun
student-centered, perlu melakukan 5 P yaitu :
a. Preview the materials (mengkaji bahan ajar)
Seorang pengajar tidak pernah menggunakan materi tanpa melakukan
pengkajian awal dahulu. Selama proses pemilihan, harus menentukan apakah
materi itu sesuai untuk pembelajar dan tujuan yang telah ditetapkan.
b. Prepare the materials (siapkan bahan ajar)
Pengajar perlu menyiapkan media dan materi untuk mendukung
kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan. Langkah pertama adalah
menyiapkan seluruh materi dan peralatan yang dibutuhkan oleh pembelajar,
dan menentukan urutan apakah yang akan digunakan untuk memanfaatkan
media dan materi tersebut. Apakah yang akan dilakukan pembelajar ? Guru
membuat daftar urutan materi dan perlengkapan yang diperlukan untuk tiap
pelajaran dan urutan presentasi kegiatan.
c. Prepare Environment (siapkan lingkungan)
Dimanapun kegiatan pembelajaran dilakukan, fasilitas harus ditata
terlebih dahulu sebelum pembelajar mengunakan media dan materi
pembelajaran. Faktor-faktor yang sering dianggap perlu dalam situasi
pembelajaran tertentu, seperti tempat duduk yang nyaman, ventilasi yang
baik misal suhu udara, pencahayaan dll.
d. Prepare the learners (siapkan pembelajar)
Banyak hasil riset menunjukkan bahwa belajar dari suatu kegiatan
tergantung pada bagaimana pembelajar disiapkan untuk kegiatan
pembelajaran. Beberapa fungsi seperti, mengarahkan perhatian,
meningkatkan motivasi, menjelaskan secara rasional dalam mempelajarai
suatu materi, merupakan kegiatan untuk menyiapkan pebelajar, naik kelas
yang teacher-centered maupun student-centered.
e. Provide the learning experience (tentukan pengalaman belajar)
13
Jika materi itu berpusat pada guru, maka guru harus menyajikan
sebagai seorang professional. Jika pengalaman yang akan diberikan kepada
pebelajar student-centered, guru harus berperan sebagai fasilitator atau
pembimbing, yang membantu pebelajar menggali topik dari internet,
mendiskusikan isi, menyiapkan materi portofolio, atau menyajikan informasi
kepada teman sekelas.
5. Require Learner Participation

Tahapan selanjutnya adalah melibatkan siswa dalam kegiatan


pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif menunjukkan apakah media yang
digunakan efekif atau tidak. Pembelajaran harus didesain agar membuat aktivitas
yang memungkinkan siswa menerapkan pengetahuan atau kemampuan baru dan
menerima umpan balik mengenai kesesuaian usaha mereka sebelum dan sesudah
belajar.
Pendidik yang merealisasikan partisipasi aktif dalam pembelajaran, maka
akan meningkatkan kegiatan belajar. Menurut John Dewey pada tahun 90’an,
telah menemukakan pertisipasi tersebut. Perkembangan selanjutnya muncul teori
belajar kognitif yang menekankan pada proses mental, juga mendukung
partisipasi aktif tersebut. Kaus behavioris menyarankan bahwa individu harus
melakukan sesuatu, jadi belajar merupakan suatu proses untuk mencoba berbagai
perilaku dengan hasil yang menyenangkan. Dengan pendekatan ini berarti
perancang pembelajaran harus mencari cara agar pembelajar melakukan sesuatu.
Dari sudut pandang psikologi kognitif disarankan bahwa pebelajar membangun
skematamental ketika otaknya secara aktif mengingat atau mengaplikasikan
beberapa konsep atau prinsip. Kaum konstruktivis seperti juga behavioris
memandang belajar sebagai proses aktif . Tetapi penekanannya berbeda. Aliran
konstruktifistik lebih menekankan pada proses mental, bukan pada kegiatan fisik.
Peran pembelajar adalah hal terpenting dalam proses pembelajaran. Gagne
berpendapat bahwa belajar efektif dapat terjadi jika pebelajar dilibatkan dan
memiliki peran serta didalamnya.
6. Evaluate and Revise
a. Menilai hasil pembelajar
Pernyataan tentang hasil tujuan akan membantu untuk
mengembangkan kriteria guna mengevaluasi unjuk kerja pebelajar baik

14
individual maupun kelompok. Cara menilai pencapaian hasil belajar
tergantung pada hakekat tujuan ini. Ada tujuan yang menuntut keterampilan
kognitif, misalnya mengingat hukum OHM, membedakan kata sifat dengan
kata keterangan, menyimpulkan sesuatu .
b. Menilai motode dan media

Evaluasi juga menilai metode dan media pembelajaran . Apakah materi


pembelajarn efektif? Dapatkah meningkatkan pembelajaran? apakah penyajian
membutuhkan waktu yang lebih banyak daripada apa yang seharusnya?
Analisis reaksi pebelajar pada metode pembelajaran dapat membantu untuk
memperoleh data dengan cara yang halus. Misalnya : diskusi guru dengan
pebelajar mengindikasikan bahwa pebelajar lebih suka belajar mandiri pada
waktu presentasi kelompok. Percakapan dengan spesialis media akan
memutuskan perhatian pada nilai khusus media dalam suatu unit
pembelajaran, yang diperlukan untuk meningkatkan pembelajaran dimasa
mendatang.

c. Revisi
Langkah terakhir adalah melihat kembali hasil data evaluasi yang
dikumpilkan. Adakah kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa
yang terjadi. Apakah pebelajar mencapai suatu tujuan ? Bagaiman pebelajar
mereaksi materi dan media yang disajikan? Apakah pengajar puas dengan nilai
materi yang dipilih? Pengajar seharusnya melekukan refleksi pelajaran dan
tiap komponen di dalamnya. Buat catatan segera sebelum
mengimplementasikan pelajaran lagi. Bila dari hasil data evaluasi
menunjukkan ada kelemahan pada komponen tertentu, kembalilah pada bagan
itu dengan merencanakan dan merevisinya.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Model ASSURE merupakan model desain sistem pembelajaran yang bersifat
praktis dan mudah diimplementasikan untuk mendesain aktivitas pembelajaran
yang bersifat individual maupun klasikal.
2. Ada enam langkah pengembangan model ASSURE yaitu: Analyze Learners, State
objective, Select intructional methods, media and materials, utilize media and
materials, require learner participation, evaluate and resive.
B. Saran
Model-model pengembangan memiliki karakteristik dan keunggulan masing-
masing. Untuk itu kita bisa memanfaatkan langkah-langkah teoritis model-model
tersebut atau memodifikasi langkah-langkah yang terdapat pada model tersebut yang
disesuaikan dengan kebutuhan kita untuk mengembangkan bahan ajar kita sendiri.

16

Anda mungkin juga menyukai