Anda di halaman 1dari 5

Adakah Pacaran Dalam Islam ?

Kecintaan terhadap lawan jenis merupakan fitrah yang ada pada setiap manusia yang
sempurna. Inilah hikmah diciptakannya manusia dengan jenis yang berbeda, berupa laki-laki
dan wanita.

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)“. (Q.S. Ali Imran: 14).

Namun kecintaan kepada lawan jenis, harus diletakkan pada tempatnya sesuai aturan syari’at.
Jika tidak, maka di sinilah manusia akan hidup seperti binatang, bahkan lebih keji lagi. Cara
dan tipsnya yang syar’i, bina dan tumbuhkan cinta ini dalam rumah tangga melalui gerbang
nikah, bukan sebelum berumah tangga, karena ini terlarang dalam agama kita.

Kecintaan terhadap lawan jenis inilah yang menjadi alasan dua anak manusia terjerumus
dalam perkara haram, hina dan keji dengan menjalin hubungan, memadu kasih, mengukir
kisah asmara dan berjanji setia sehidup dan semati, atau lebih akrab disebut dengan istilah
“pacaran” !!!

Betapa banyak harta yang terbuang karenanya, betapa banyak manusia menjadi gila karena
ulahnya, betapa banyak kemaksiatan yang terjadi karena melakukannya, dan jiwapun
melayang disebabkan olehnya. Namun sangat sedikit manusia yang mau mengambil
pelajaran.

Lalu kenapa produk barat yang bermerek “pacaran” ini masih menjadi “virus” yang
menjangkiti hampir semua kalangan, mulai dari Sekolah Dasar, SMP, SMA, sampai di
bangku kuliahan. Mereka merasa malu, bila masih sendiri alias belum punya pacar. Semua ini
disebabkan karena hawa nafsu yang sudah berkuasa pada diri seseorang, kurangnya perhatian
orang tua, dan jauhnya mereka dari agama.

Berbagai macam dalih dan beribu merek alasan yang sering dilontarkan untuk menghalalkan
produk haram ini. Yah, “alasanya mengikuti perkembangan zaman“, “cara untuk mencari dan
memilih pasangan hidup, agar bisa saling mengenal karakter dan sifat masing-masing
sebelum menjalani bahtera kehidupan rumah tangga”. Ini adalah jerat-jerat setan. Lalu
sampai di mana kalian akan saling mengenal pasangan? Apakah sampai harus melanggar
batasan-batasan Allah !!? Ini adalah pintu kebinasaan yang akan menghinakan dirimu.

Dalil Haramnya Pacaran

Allah -Azza wa Jalla- Yang Maha Penyayang kepada hamba-Nya telah menutup segala celah
yang bisa membinasakan hamba-Nya, di antaranya adalah zina, dan segala pengantar menuju
zina. Allah –Azza wa Jalla- berfirman:

“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji. dan suatu jalan yang buruk“. (QS. Al-Isra’ : 32)

Allah telah melarang hamba-Nya untuk mendekati perzinaan, karena zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. Maka segala hal yang bisa mengantarkan
kepada bentuk perzinaan telah diharamkan pula oleh Allah. Sedangkanpacaran adalah
sebesar-besar perkara yang bisa mengantarkan ke pintu perzinaan !!! Data dan realita telah
membuktikan; tak perlu kita sebutkan satu-persatu kisah buruk dan menjijikkan, dua insan
yang dimabuk asmara.

Jika Allah dalam ayat ini mengharamkan pengantar menuju zina (diantaranya pacaran), maka
tentunya Allah mengharamkannya karena hal itu akan menimbulkan mafsadah (kerusakan) di
atas permukaan bumi, seperti kerusakan nasab, harga diri, rumah tangga, dunia, dan akhirat.

Para Pembaca yang budiman, Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah menjelaskan
firman Allah di atas, kenapa Allah mengharamkan pacaran? Jawabnya, berdasarkan hadits-
hadits yang ada, bahwa pacaran mengandung beberapa perkara maksiat lainnya; satu dengan
lainnya saling mengundang, seperti:

Memandang Lawan Jenis yang Bukan Mahram


Saling memandang antara satu dengan yang lainnya sudah menjadi perkara yang lumrah bagi
dua insan yang dimabuk cinta. Sementara memandang lawan jenis bisa membangkitkan
syahwat apalagi bila sang wanita berpakaian ketat yang menampakkan lekuk-lekuk tubuhnya.
Oleh karena itu “bohong” bila seorang laki-laki tidak tergiur dengan penampilan wanita yang
menampakkan lekuk-lekuk tubuhnya, apa lagi sang wanita tergila-gila kepadanya dan tiap
hari berada di sisinya. Sebenarnya sang laki-laki bejat tinggal menunggu waktu dan
kesempatan saja untuk bisa melampiaskan nafsu setannya. Setelah itu terjadilah apa yang
terjadi… naudzu billahi min dzalik.

Oleh karena itu, hendaknya seorang muslim menjaga matanya dari memandang perkara-
perkara yang diharamkan untuk dilihat. Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan


pandanganya, dan memelihara kemaluannya (dari hal yang haram); yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka
perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya (dari yang haram)“. (QS. An-Nur: 30-31).

Jarir bin Abdillah -radhiyallahu ‘anhuma- berkata,

ُ‫سأَ ْلت‬ َُ ‫للا َرس ْو‬


َ ‫ل‬ ُ‫ه‬ ‫صلَّى‬ ُ‫ه‬
َ ‫للا‬ ُ‫علَ ْي ه‬
‫ه‬ َ ‫و‬ َُ َّ ‫سل‬
َُ ‫م‬ ُْ ‫ع‬
َ ‫ن‬ ُ‫جأَ ه‬
ُ‫ة نَظَ ه‬
َ ‫ر‬ ْ ‫ف‬ ْ ‫ل؟‬
َ ‫ال‬ َُ ‫قا‬ َ ‫ف‬
َ ‫ف‬: ُْ ‫ر‬ ْ ‫ك اه‬
ُ‫ص ه‬ َُ ‫ص َر‬
َ َ‫ب‬

“Aku bertanya kepada Rasulallahi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- tentang pandangan yang
tiba-tiba (tanpa sengaja)? Maka beliau bersabda, “Palingkan pandanganmu“. [HR. Muslim
(2159), Abu Dawud (2148), At-Tirmidziy (2776)]

Memandang wanita yang tidak halal untuk dipandang (bukan mahram), meskipun tanpa
syahwat, maka ia adalah zina mata. Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

ُ‫ب‬ َ ‫علَى ك هت‬


َ ‫ن‬ُ‫م ا ْب ه‬ َ َ‫صيْبهُ ا‬
َُ ‫د‬ ‫ن نَ ه‬ َُ ‫م‬ ‫ك م ْد هركُ ه‬
‫الزنَا ه‬ َُ ‫ل ذله‬َُ ‫ة‬ َُ َ‫حال‬ َ ‫م‬َ :‫ن‬ُ‫ع ْي َنا ه‬ ْ ‫ما‬
َ ‫ال‬ َ ‫النظَرُ َزنَاه‬
َّ ،
ْ
ُ‫ما َواْلذنَ ه‬
‫ان‬ َ ‫ماعُ هزنَاه‬ ْ
ْ ‫ال‬، ُ‫سان‬
َ ‫سته‬ َ ‫ك ََلمُ هزنَاهُ َوالله‬ ْ ْ
َ ‫ال‬، ُ‫البَطشُ هزنَاهُ َواليَد‬، ُ‫جل‬ ْ ْ ْ ‫الر‬
‫و ه‬ َ ُ‫هزنَاه‬
َ‫الخطا‬، ْ ُ‫ق ْلب‬ ْ ‫وى َو‬
َ ‫ال‬ ْ
َ ‫منى يَه‬َّ َ ‫ َويَ َت‬، ُ‫دق‬ َ ‫ك َوي‬
‫ص ه‬ َ ْ
َُ ‫و الفرجُ ذله‬َ ْ ْ َ
ُ ‫ذبهُ أ‬ ‫يك ه‬َ

“Telah ditulis bagi setiap bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia akan melakukannya,
kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lidah
(lisan) zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah
melangkah, sementara qalbu berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluanlah yang
membenarkan (merealisasikan) hal itu atau mendustakannya“. [HR. Al-Bukhoriy (5889) dari
Ibnu Abbas, dan Muslim (2657) dari Abu Hurairah]

Saling Merayu, dan Menggoda dengan Suara Lembut


Lalu bagaimana lagi jika yang dilakukan bukan hanya sekedar memandang, tapi juga
dibumbui dengan cumbu rayu, berbalut suara yang mengundang syahwat dan sejuta godaan
dusta!! Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,

“Maka janganlah kamu tunduk (bersuara lembut) dalam berbicara sehingga


berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang
baik“. (QS. Al-Ahzab:32).

Al-Hafizh Ibnu Katsir-rahimahullah- berkata menafsirkan ayat ini, “Maknanya hal ini,
seorang wanita berbicara (di balik tirai dan penghalang, -pent) dengan orang lain dengan
ucapan yang di dalamnya tak terdapat kemerduan suara, yakni seorang wanita tidak berbicara
dengan orang lain sebagaimana ia berbicara dengan suaminya (dengan penuh kelembutan)”.
[Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-Karim (3/636)]

Jadi, seorang lelaki atau wanita terlarang untuk saling menggoda, merayu, dan bercumbu
dengan ucapan-ucapan yang membuat salah satu lawan jenis tergoda, dan terbuai sehingga
pada gilirannya membuka jalan menuju zina, baik itu zina kecil (seperti memandang, saling
memikirkan, dan lainnya), maupun zina besar !!

Menemui Wanita Tanpa Mahram, dan Tanpa Pembatas


Sehari bagaikan sepekan, sepekan bagaikan sebulan, dan sebulan bagaikan setahun bila
sepasang anak manusia yang sedang dimabuk cinta tidak bertemu. Ketika mereka bertemu,
pastilah berduaan. Sang pria berusaha sebisa mungkin menemui si wanita, tanpa ada mahram,
dan tanpa pembatas berupa tirai yang melindungi mereka dari pandangan syahwat. Rasulullah
-Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

ُ‫م‬ْ ‫ل إَيَّاك‬ ُّ ‫علَى َو‬


َُ ‫الدخ ْو‬ َ ‫سا هُء‬
َ ‫النه‬. ‫ل‬
َُ ‫قا‬ َ ُ‫ن َرجل‬
َ ‫ف‬ َُ ‫م‬ َ ‫اْل َ ْن‬:
‫صا هُر ه‬ ْ ‫ت‬ َُ ‫ف َرأَ ْي‬
َ َ ‫و؟ أ‬ ْ ‫ح‬
َ ‫م‬ ْ ‫ل‬
َ ‫أل‬ َ : ُ‫مو‬
َُ ‫قا‬ ْ ‫ح‬ ْ
َ ‫ال‬
ُ‫م ْوت‬
َ ‫ال‬ ْ

“Hati-hatilah kalian dari masuk menemui wanita”. Seorang lelaki dari kalangan Ashar
berkata, “Bagaimana pendapatmu dengan kerabat suami?” Maka Rasulullah -Shollallahu
‘alaihi wasallam- bersabda, “Mereka adalah kematian (kebinasaan)“. [HR. Al-Bukhoriy
(5232), Muslim (2172), dan At-Tirmidziy (1171)]

Berduaan antara Pria dan Wanita


Lebih para lagi, jika pria dan wanita yang berpacaran ini saling berduaan, karena setan sudah
hampir berhasil menjerumuskan keduanya dalam zina. Makanya, kasus zinanya orang yang
berpacaran, itu terjadi di saat mereka berduaan; saat mereka bebas mengungkap isi hatinya,
dan syahwatnya yang bergejolak kepada lawan jenisnya. Sebab itu, kedua pasangan yang
haram ini berusaha mencari tempat yang tersembunyi, dan jauh dari jangkauan manusia; ada
yang pergi ke daerah wisata Malino, Bantimurung, tepi pantai; ada yang lebih elit lagi sewa
hotel, villa, dan lainnya. Untuk apa? Agar bebas berduaan melampiaskan birahinya yang keji
!!! Di lain sisi, sebagian wanita tak sadar jika ia akan dihinakan dengan perbuatan itu, karena
hanya sekedar janji-janji muluk dan dusta. Sadarlah wahai kaum wanita, jika seorang lelaki
yang mengungkapkan cintanya kepadamu, tanpa melalui pintu nikah, maka ketahuilah bahwa
itu adalah “cinta palsu“, dan “janji dusta“

Seorang dilarang berduaan dengan lawan jenisnya yang bukan mahramnya, karena hal itu
akan membuat setan lebih leluasa menggoda dan menjerumuskan seseorang dalam zina, dan
pengantarnya. Rasulllah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

َُّ ‫و‬
ُ‫ن َل‬ ْ َ‫م ي‬
َ ‫خل‬ َ َ‫ام َرأَةُ أ‬
ُْ ‫حدك‬ َُّ ‫فإه‬
ْ ‫ن به‬ َ ‫ان‬
َُ َ‫الشيْط‬
َّ َ ‫ثَالهثه‬
‫ما‬

“Jangan sekali-sekali salah seorang di antara kalian (kaum pria) berduan dengan seorang
wanita, karena setan adalah pihak ketiganya“. [HR. At-Tirmidziy (2165), dan Ahmad (114).
Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Al-Irwa’ (6/215)]

Memegang dan Menyentuh Pacar


Pacaran tidaklah lepas dari bersentuhan, entah dengan cara berjabat tangan, berboncengan di
atas kendaraan, atau berpegangan, berpelukan, berciuman dan lainnya. Ketahuilah bahwa
memegang dan menyentuh wanita yang bukan mahram kita adalah perbuatan yang
diharamkan dalam agama kita. Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

ْ َ‫ن َْل‬
ُ‫ن‬ َ ‫ط‬
َُ ‫ع‬ ُ‫خيَطُ َرجلُ َر ْأ ه‬
ْ ‫س فهيُْ ي‬ ْ ‫م‬ ُْ ‫م‬
‫ن به ه‬ ‫د ْيدُ ه‬ َ ُ‫ن لَه‬
َ ُ‫خيْر‬
‫ح ه‬ ُْ ‫م‬ ُْ َ‫س أ‬
‫ن ه‬ َ َ‫ام َرأَةُ ي‬
َُّ ‫م‬ ْ ‫ل‬ ُُّ ‫ح‬
َُ ‫ل‬ ‫لَهُ تَ ه‬

“Andaikan kepala seseorang di cerca dengan jarum besi, itu lebih baik (ringan) baginya
dibandingkan menyentuh seorang wanita yang tak halal baginya“. [HR. Ar-Ruyaniy dalam
Al-Musnad (227/2), dan Ath-Thobroniy dalam Al-Kabir (486, & 487)]

Al-Allamah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy-rahimahullah- berkata setelah


menguatkan sanad hadits diatas dalam Ash-Shohihah (1/1/448), “Dalam hadits ini terdapat
ancaman yang keras bagi orang yang menyentuh wanita yang tak halal baginya. Jadi, di
dalamnya juga ada dalil yang menunjukkan haramnya berjabat tangan dengan para wanita
(yang bukan mahram), karena berjabat tangan dicakup oleh kata “menyentuh”, tanpa syak.
Perkara seperti ini telah menimpa kebanyakan kaum muslimin di zaman ini. (Namun sayang),
di antara mereka ada yang berilmu andaikan ia ingkari dalam hatinya, maka masalahnya
sedikit agak ringan. Cuman mereka ini berusaha menghalalkannya dengan berbagai jalan, dan
takwil. Telah sampai suatu berita kepada kami bahwa ada seorang tokoh besar di Al-Azhar
telah disaksikan oleh sebagian orang sedang berjabat tangan dengan para wanita !! Hanya
kepada Allah tempat kita mengadu dari keterasingan Islam“.

Nasihat bagi Orang Tua


Suatu perkara yang membuat kita sedih, orang tua tidak peduli lagi dengan anak gadisnya
ketika keluar rumah bersama laki-laki yang bukan mahramnya. Keluar dengan berpakaian
serba ketat, kemudian dibonceng,. Tidak tahu kemana anak gadisnya dibawa pergi. Lalu
terjadilah apa yang terjadi. Si gadis terkadang pulang larut malam, namun orang tua hanya
membiarkan kemungkaran terjadi di dalam rumah tangga, dan keluarganya. Inilah Dayyuts
yang diharamkan baginya jannah (surga). Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

ُ َ‫د ثَ ََلث‬
‫ة‬ َ ‫م‬
ُْ ‫ق‬ َُ ‫ح َّر‬ ‫علَي ه‬
َ ُ‫ْهمُ للا‬ َُ ‫ج َّن‬
َ ‫ة‬ ْ : ُ‫من‬
َ ‫ال‬ ‫ر م ْد ه‬
ُ‫م ه‬ ْ ‫و‬
َ ‫ال‬
ْ ‫خ‬ ُُّ ‫ع‬
َُ ‫اق‬ ْ ‫و‬
َ ‫ال‬ َُ ُ‫الديُّ ْوث‬
َّ ‫ي‬ ‫ر ال َّ ه‬
ُْ ‫ذ‬ ُُّ ‫ق‬
‫ه فهيُْ ي ه‬ ْ َ‫أ‬
ُ‫هله ه‬
َُ ‫الخب‬
‫ْث‬ ْ

“Ada tiga golongan yang sungguh Allah haramkan baginya surga: pecandu khomer, orang
yang durhaka (kepada orang tuanya), dan dayyuts yang membiarkan perbuatan keji dalam
keluarganya“. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/69/no. 5372). Hadits ini di-shohih-kan oleh
Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih Al-Jami’ (3047)]

Jika kita melirik ke arah yang lain, ternyata ada juga wanita yang berbusana muslimah dan
pria memakai gamis jatuh ke dalam jerat setan ini. Mereka sebut dengan istilah “pacaran
islami“. Tentunya ini justru lebih berbahaya karena jalan menuju perzinaan yang telah
dibungkus dengan label “islami”. Padahal sungguh agama Islam yang suci ini telah berlepas
diri dari perbuatan ini.

Pacaran yang merupakan pos dan gerbang menuju zina ini, jika dianggap “islami” -padahal
itu haram berdasarkan ayat yang lalu-, maka kami khawatirkan akan muncul generasi yang
akan menghalalkan perkara-perkara haram lainnya, karena dipoles dan dihiasi dengan label
“islami” sehingga mereka nantinya akan membuat istilah “musik islami”, “khomer islami”,
“mencuri islami”, “riba islami”, “judi islami”, dan lain sebagainya. Padahal musik, khomer,
mencuri, riba, dan judi adalah perkara-perkara haram, namun dihalalkan oleh mereka hanya
karena permaiman kata yang licik. Na’udzu billah min dzalik !!

Akhirnya kami nashihatkan kepada kaum yang dilanda asmara agar segera bertaubat kepada
Allah sebelum nyawa meregang. Hentikan pacaran yang akan menjatuhkan kalian dalam
jurang kenistaan. Jagalah kehormatan kalian yang suci dengan tameng ketaqwaan kepada
Allah -Ta’ala-

Anda mungkin juga menyukai