Anda di halaman 1dari 7

Undang-undang nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal

Undang-undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat
Nomor : KEP-718/KM.17/1998[2]. Bhawa berdasarkan Keputusan
Dewan Komisaris no. 013/KEP/DK/2002 tanggal 29 November 2002
tentang Penggantian Auditor PT Telkom Tahun Buku 2002
menyetujui dan mengesahkan KAP Eddy Pianto, sebagai auditor
utama PT Telkom tahun buku 2002.
Bahwa berdasarkan Surat Bapepam kepada KAP Eddy Pianto
Nomor : S-1381/PM/2003 tanggal 16 Juni 2003 perihal Kewajiban
untuk Tidak Melakukan Kegiatan Usaha di Bidang Pasar Modal,
Bapepam mewajibkan Eddy Pianto Simon, partner KAP Eddy Pianto,
untuk tidak melakukan kegiatan usaha di pasar modal terhitung
sejak tanggal surat ini sampai diputuskan lebih lanjut oleh
Bapepam. Karena first layer tidak diggunakan maka jasa audit ini
merosot dan berimbas pada persaingan jasa audit.
Pelanggaran Pasal 107 Undang-undang nomor 8 Tahun 1995 Oleh KAP Haryanto Sahari Dan

Rekan

Dalam Pasal 107,[9]

“Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau merugikan Pihak lain atau

menyesatkan Bapepam, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan, mengubah,

mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari Pihak yang memperoleh izin,

persetujuan, atau pendaftaran termasuk Emiten dan Perusahaan Publik diancam dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar

rupiah).”

SA Seksi 543
Bagian Audit Dilaksanakan oleh Auditor Independen Lain

Seorang auditor yang bertindak sebagai auditor utama harus


memperhatikan apakah ia telah melakukan semua pekerjaan
selain sebagian kecil pekerjaan, atau bagian audit yang
signifikan yang telah dilakukan oleh auditor lain.

Jika auditor utama memutukan memikul tanggung jawab


atas pekerjaan auditor lainn, sepanjang pekerjaan tersebut
berkaitan dengan pernyataan pendapat auditor utama atas
laporan keuangan secara keseluruhan, tidak ada pengacuan
yang harus dibuat mengenai pekerjaan atau laporan auditor
lain.

Setelah transaksi penggabungan kepentingan dilaksanakan,


seorang auditor dapat diminta untuk membuat laporan atas
laporan keuangan yang disajikan kembali untuk satu tahun
sebelumnya atau lebih, yang auditor lain telah melakukan
audit atas satu atau lebih entitas yang tercakup didalam
laporan keuangan tersebut. Auditor dapat memutuskan
bahwa ia belum mengauditbagian memadai laporan
keuangan untuk tahun-tahun sebelumnya yang dapat
memungkinnya bertindak sebagai auditor utama.

Paragraf 10 SA Seksi 543 [PSA No. 38] Bagian audit


dilaksanakan oleh Auditor Independen Lain menyebutkan
bahwa auditor utama “harus memakai cara-cara memadai
untuk menjamin koordinasi kegiatannya dengan kegiatan
auditor lain dalam upaya untuk me-review dengan tepat
mengenai hal-hal yang memengaruhi pengkonsolidasian atau
penggabungan akun-akun di dalam laporan keuangan.
KAP EP menjadi korban atas pelanggaran pasal 107 Undang-undang
nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Awalnya, ketika menerima penugasan sebagai auditor PT


Telkom (2002), tak ada persoalan yang dialami Eddy Pianto.
Termasuk dengan Hadi Sutanto, yang pada saat bersamaan
menjadi auditor PT Tekomsel (anak perusahaan Telkom).
Pada Januari dan Februari 2003, kedua belah pihak saling
komunikasi, dan tukar-menukar dokumen. Eddy Pianto
mengirimkan Audit Instructions kepada Hadi Sutanto.
Sebaliknya, HS mengirimkan laporan-laporan yang diminta
Eddy Pianto sesuai Audit Instructions. Hadi Sutanto juga
mengirim dokumen yang menyatakan, sebagai auditor
Telkomsel, Hadi Sutanto independen.
Eddy Pianto memberi tahu Hadi Sutanto bahwa laporan audit
Telkom akan dikeluarkan. Eddy Pianto menyatakan akan
melakukan reference terhadap hasil audit Telkomsel. Disinilah,
hubungan Eddy Pianto dan Hadi Sutanto kelihatan tidak sehat.
Menjawab surat Eddy Pianto itu, Hadi Sutanto menyatakan,
tidak memberi izin kepada Eddy Pianto untuk me-refer hasil
auditnya atas Telkomsel.

Anehnya, pada 25 Maret 2003, Hadi Sutanto mengirimkan


copy audit report Telkomsel untuk dikonsolidasikan ke LK
Telkom. Dalam surat pengantarnya, Hadi Sutanto
menyatakan, “At the date of this letter, we fully stand behind our
opinion as far as they relate to the financial statements of Telkomsel
for the year ended December 31, 2002.” Pada surat tersebut,
Hadi Sutanto sama sekali tidak menyebut kata-kata yang
tidak mengizinkan Eddy Pianto menggunakan hasil auditnya
atas Telkomsel sebagai acuan dalam LK Telkom konsolidasi.
Namun, pada tanggal 31 Maret, Hadi Sutanto kembali
menegaskan surat tanggal 24 Maret. Hadi Sutanto juga
mengirim surat yang bernada sama kepada Presiden
Komisaris dan Ketua Komite Audit Telkomsel, pada 9 April.
“AU 543 para 10 (c) (i) also makes it clear that the principal
auditor (KAP Eddy Pianto, red) should have our permission
before referring to our audit report on PT Telkomsel in their own
audit report on Telkom,” tulis Hadi Sutanto.
Perihal surat-surat tersebut, kepada Ketua IAI, Eddy Pianto
memberi dua catatan. Pertama, Hadi Sutanto melakukan
miss-interpretation atas United State Auditing Standard AU 543
(AU 543), yakni para 10 (c) (i), yang menjadi dasar penolakan
HS memberi izin kepada EP. Aturan SEC itu berbunyi,
(10) Whether or not the principal auditor decides to make reference
to the audit of the other auditor, he should make inquiries…. These
inquiries and other measures may include such as the following: (c)
Ascertain through communication with the other auditor: (i) that he
is aware that the financial statements of the components he is
auditing are to be included in the financial statements on which the
principal auditor will report and that the other auditors report will
be relied upon (and referred to) by the principal auditor.
Kedua, Hadi Sutanto dalam suratnya tanggal 31 Maret,
mencampuradukkan antara “izin agar Eddy Pianto dapat
mengacu pekerjaan Hadi Sutanto” dengan “izin agar Telkom
dapat memasukkan opini Hadi Sutanto di dalam laporan 20-F”.
Dalam surat tanggal 31 Maret, Hadi Sutanto menyatakan, izin
tersebut berhubungan dengan laporan Form 20-F. Padahal,
akuntan tahu, izin untuk Form 20-F seharusnya ditujukan
kepada manajemen Telkom, bukan kepada auditornya, Eddy
Pianto. Kenapa surat tertanggal 31 Maret itu ditujukan kepada
Eddy Pianto, kalau bukan memberi izin kepada Eddy Pianto
untuk menggunakan hasil audit Hadi Sutanto sebagai acuan
dalam memberikan opini pada LK Telkom 2002 (audited)?

Tetapi, karena surat Hadi Sutanto tanggal 24 Maret –yang


menolak memberi izin– itulah, pada 5 Juni, SEC mengirim
surat kepada manajemen Telkom. Isinya, antara lain
menyatakan, karena tidak ada izin dari Hadi Sutanto,
seharusnya Eddy Pianto melakukan qualifikasi atau
disclaimer terhadap LK Telkom 2002. SEC juga menyatakan,
Eddy Pianto tidak mendemonstrasikan kompetensinya dalam
menerapkan US GAAS. Karena alasan itu, SEC menolak
laporan Form 20-F.

Keputusan SEC itu membuat Eddy dan partnernya Grant


Thornton Indonesia bingung. Karena, sebelum mengirim surat
ke manajemen Telkom itu, SEC sudah minta dilakukan
credentialling review terhadap Eddy Pianto, pada 22 Mei.
Heinz & Associates LLP dari Denver, Colorado, AS ditunjuk
sebagai pelaksana. Dan, Heinz berkesimpulan: “We found the
firm’s (KAP Eddy Pianto) conclusion in connection with this
matter (US GAAS AU Section 543) to have merit and
generally consistent with practices we have observed by other
auditing firm.”
Berdasarkan uraian diatas dapat pula diuraikan jalannya
komunikasi antar akuntan publik :

31 Desember 2002 : KAP Eddy Pianto memilih untuk


mengacu kepada hasil audit perusahaan anak PT. Telkom
yang dijelaskan dalam Audit Instruction , diserahkan kepada
empat auditor anak perusahaan termasuk KAP Hadi Sutanto.
15 Januari 2003 : KAP Hadi Pianto telah
menerima Audit Instruction.
20 Januari 2003 : KAP Hadi Sutanto telah
mengeluarkan Acknowledgment Letter kepada KAP Eddy
Pianto yang menyatakan sanggup untuk melaksanakan
pekerjaan sesuai Audit Instruction.
18 Februari 2003 : KAP Hadi Sutanto telah menyerahkan
Laporan Audit atas PT. Telkomsel kepada KAP Eddy Pianto.

19 Februari 2003 : Hadi Sutanto mengirimkan laporan


yang diminta Eddy Pianto sesuai Audit Instructions, termasuk
dokumen yang menyatakan bahwa Hadi Sutanto independen.
17 Maret 2003 : Eddy Pianto mengirim surat ke Hadi
Sutanto untuk menyerahkan opini audit PT. Telkomsel.
Laporan audit (Telkom) direncanakan keluar pada tanggal 25
Maret 2003.

24 Maret 2003 : Hadi Sutanso membalas surat ke


Eddy Pianto 17 Maret 2003. Hadi Sutanto menyatakan, tidak
memberi izin kepada Eddy Pianto untuk menggunakan
opininya atas LK 2002 (audited) Telkomsel untuk dijadikan
acuan dalam LK 2002 (audited) Telkom.
25 Maret 2003 : KAP Hadi Sutanto melalui surat yang
menyatakan tidak dapat memberikan ijin hasil auditnya atas
Laporan Keuangan PT. Telkomsel Tahun Buku 2002 diacu
dalam rangka filing Form 20-F
31 Maret 2003 : Hadi Sutanto kembali mengingatkan
Eddy Pianto bahwa Hadi Sutanto tidak mengizinkan Eddy
Pianto menggunakan opini atas LK 2002 (audited) Telkomsel
dalam Form 20 F dari LK Telkom 2002.
9 April 2003 : Hadi Sutanto mengirim surat ke
Preskom dan Ketua Komite Audit Telkomsel, menjelaskan
keputusannya tidak memberi izin kepada EP menggunakan
opini audit LK 2002 Telkomsel. Bahwa tindakan itu telah
sesuai dengan AU 543.

22 Mei 2003 : SEC menyetujui dilakukannya


credentialling review terhadap Eddy Pianto sehubungan
pelaksanaan AU 543. Heinz & Associates LLP dari Denver,
Colorado, AS ditunjuk sebagai pelaksana.. Kesimpulan Heinz
& Associates LLP adalah: “We found the firm’s (KAP Eddy
Pianto) conclusion in connection with this matter (US GAAS AU
Section 543) to have merit and generally consistent with practices
we have observed by other auditing firm.”
5 Juni 2003 : SEC mengirim surat kepada Telkom.
SEC menyatakan, Eddy Pianto tidak mendemonstrasikan
kompetensinya dalam menerapkan US GAAS, dan karenanya
SEC menolak laporan 20-F Telkom.

21 Juni 2003 : Eddy Pianto mengirim surat ke SEC


untuk menjelaskan mengenai interpretasi yang benar atas AU
543.

25 Juni 2003 : Eddy Pianto melakukan teleconference


dengan SEC, juga untuk menjelaskan mengenai interpretasi
yang benar atas AU 543. Dalam diskusi itu, tidak ada
sanggahan dari SEC mengenai interpretasi yang disampaikan
Eddy Pianto.

Anda mungkin juga menyukai