Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KEPUTUSAN HAKIM
Putusan akhir dalam hukum acara perdatadi bedakan menjadi 3 macam yaitu:
a.Putusan condemnatoir (condemnatoir vonnis,condemnatory judgement)
adalah putusan yang bersifat menghukum.hukuman dalam perkara perdata
berlainan dengan hukum perkara pidana.dalam perkara perdata,hukuman artinya
kewajiban untuk memenuhi prestasi yang di beban kan oleh hakim.menghukum
artinya membebani kewajiban untuk prestasi terhadap lawan nya.prestasi itu dapat
berwujud memberi,bebuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.
Dalam putusan ini ada pengakuan atau pembenaran hak penggugat atas suatu
prestasi yang di tuntutnya ,atau sebaliknya tidak ada pengakuan atau tidak ada
pembenaran atas suatu pertasi yang di tuntutnya.
b.Putusan declratoir (declratoir vonnis,declaratory judgement)
adalah putusan yang bersifat menyatakan hukum ,atau menegaskan suatu keadan
hukum semata-mata.Dalam putusan ini di nyatakan bahwa keadaan hukum tertentu
yang di mohonkan itu ada atau tidak ada.
Setiap putusan hakim yang berupa putusan akhir,harus didahului oleh kepala
putusan yang berbunyi “ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA “. Ini berarti ,setiap hakim yang mengadili dan memutuskan suatu
perkara harus berlaku adil dengan mengingat tanggung jawab diri sendiri dan
tanggung jawab kepada Tuhan yang Maha esa.menurut ketentuan pasal 23 UU 1970-
4,segala putusan pengadilan selain harus memuat alasan-alasan dan dasar-dasar
putusan itu juga harus memuat pasal-pasal tertentu dari peraturan-peraturan yang
bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang di jadikan dasar untuk mengadili.
Selanjutnya dalam pasal 184 HIR-195 R.Bg.ditentukan setiap putusan hakim
harus memuat ringkasan yang nyata dari tuntutan dan jawaban serta alasan putusan
itu,putusan tentang pokok perkara dan banyak nya ongkos perkara,pemberitahuan
tentang hadir tidaknya kedua belah pihak itu pada waktu putusan dijatuhkan.
Dari ketentuan kedua pasal tersebut dapat disimpulkan rincian isi setiap
putusan hakim itu:
1. Rinkasan tuntutan
2. Jawaban para pihak dalam pemeriksaan perkara
3. Alasan-alasan dan dasar putusan
4. Peraturan hukum yang bersangkutan
5. Putusan tentang pokok perkara
6. Banyak nya ongkos perkara
7. Hadir tidak nya kedua belah pihak
8. Tanda tangan hakim dan Panitera
4.Kekuatan Putusan Hakim
HIR dan R.Bg sama sekali tidak memuat ketentuan tentang kekuatan putusan
hakim,kecuai dalam pasal 180 HIR-191 R.Bg.hanya menyebutkan adanya suatu
putusan hakim yang telah menjadi tetap.
Ada dua macam putusan yaitu :
1. Putusan yang belum menjadi tetap adalah putusan yang menurut ketentuan
UU masih terbuka kesempatan untuk menggunakan upaya hukum melawan
putusan itu ,misalnya perlawanan (VERZET),banding(appel) dan kasasi
2. Putusan yang sudah menjadi tetap adalah putusan yang menurut ketentuan
UU tidak ada kesempatan lagi untuk menggunakan upaya hukum bisa
melawan putusan itu.jadi putusan itu tidak dapat lagi diganggu gugat.
Dalam putusan yang sudah menjadi tetap terdapat 3 macam kekuataan yaitu :
1. Kekuatan mengikat bertujuan untuk menetapkan suatu hak atau suatu
hubungan hukum antar pihak-pihak yang berperkara,atau menetapkan suatu
keadaan hukum tertentu,atau untuk melenyapkan suatu keadaan hukum
tertentu,atau untuk melenyapkan keadaan hukum tertentu.
2. Kekuatan bukti sempurna itu berlaku baik antara pihak-pihak yang berpekara
maupun terhadap pihak ketiga
3. Kekuatan untuk dilaksanakan yaitu putusan hakim yang sudah menjadi tetap
,memperoleh kekuatan pasti.
BAB VI
TENTANG BANDING
Syarat untuk dimintakan banding bagi perkara yang telah diputus oleh
Pengadilan Tinggi ialah apabila besarnya nilai gugat dari perkara yang telah diputus
itu lebih dari Rp 100,- (seratus rupiah).jadi jika nilai gugat itu Rp.100,- (seratus
rupiah) atau kurang,putusan Pengadilan Negeri tersebut tidak dapat dimintakan
banding (pasal 6 UU 1947-20 – pasal 96 no. 1 R.O).
Tenggang waktunya tiga puluh hari jika pemohon banding berdiam di laur
daerah hukum tempat pengadilan negeri itu bersidang untuk Jawa dan Madura
,sedangkan untuk luar Jawa dan Madura tenggang waktu tersebut dijadikan enam
minggu .Permohonan banding harus di sertai dengan pembayaran persekot ongkos
perkara banding yang jumlahnya di taksir oleh panitera pengadilan negeri tersebut.