1
7.3 Manfaat Bukti Audit
Mengidentifikasi jenis dan sumber bukti audit merupakan langkah awal yang baik
dan sangat menentukan tingkat ekonomi, efisiensi dan efektivitas audit yang dilakukan.
Dengan demikian, auditor harus mengidentifikasi secara jelas sifat, mutu, dan jumlah bukti
audit yang akan dikumpulkan. Adapun manfaat bukti audit (Agung Rai : 2008) adalah
sebagai berikut :
1. Bukti akan digunakan untuk mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi audit.
Mutu simpulan dan rekomendasi audit sangat bergantung pada bukti audit ini.
2. Bukti-bukti audit mempunyai peran yang sangat penting terhadap keberhasilan
pelaksanaan audit. Oleh karena itu, bukti-bukti audit harus mendapatkan perhatian
auditor sejak tahap perencanaan audit sampai dengan akhir proses audit.
2
Catatan akuntansi seperti jurnal dan buku besar, merupakan sumber data untuk
membuat laporan keuangan. Oleh karena itu, bukti catatan akuntansi merupakan obyek yang
diperiksa dalam audit laporan keuangan. Ini bukan berarti catatan akuntansi merupakan
obyek audit. Obyek audit adalah laporan keuangan. Tingkat dapat dipercayanya catatan
akuntansi tergantung kuat lemahnya struktur pengendalian intern.
4. Konfirmasi
Konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung
dari pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang unsur tertentu yang
berdampak terhadap asersi laporan keuangan. Konfirmasi merupakan bukti yang sangat
tinggi reliabilitasnya karena berisi informasi yang berasal dari pihak ketiga secara langsung
dan tertulis. Konfirmasi sangat banyak menghabiskan waktu dan biaya.. Ada tiga jenis
konfirmasi, yaitu:
a. Konfirmasi positif
b. Blank confirmation
c. Konfirmasi negatif
Konfirmasi yang dilakukan auditor pada umumnya dilakukan pada pemeriksaan:
a. Kas di bank dikonfirmasikan ke bank klien.
b. Piutang usaha dikonfirmasikan ke pelanggan.
c. Persediaan yang disimpan di gudang umum. Persediaan ini dikonfirmasikan ke
penjaga atau kepala gudang.
d. Hutang lease dikonfirmasikan kepada lessor.
5. Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter merupakan bukti yang paling penting dalam audit. Menurut sumber
dan tingkat kepercayaannya bukti, bukti dokumenter dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor secara
langsung
b. Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui
klien
c. Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan oleh klien
Bukti dokumenter kelompok a mempunyai kredibilitas yang lebih tinggi daripada
kelompok b. Bukti dokumenter kelompok b mempunyai kredibilitas yang lebih tinggi
daripada kelompok c. Bukti dokumenter meliputi notulen rapat, faktur penjualan, rekening
koran bank (bank statement), dan bermacam-macam kontrak. Reliabilitas bukti dokumenter
tergantung sumber dokumen, cara memperoleh bukti, dan sifat dokumen itu sendiri. Sifat
3
dokumen mengacu tingkat kemungkinan terjadinya kesalahan atau kekeliruan yang
mengakibatkan kecacatan dokumen. Bukti dokumenter banyak digunakan secara luas dalam
auditing. Bukti dokumenter dapat memberikan bukti yang dapat dipercaya (reliable) untuk
semua asersi.
6. Bukti Surat Pernyataan Tertulis
Surat pernyataan tertulis merupakan pernyataan yang ditandatangani seorang individu
yang bertanggung jawab dan berpengetahuan mengenai rekening, kondisi, atau kejadian
tertentu. Bukti surat pernyataan tertulis dapat berasal dari manajemen atau organisasi klien
maupun dari dari sumber eksternal termasuk bukti dari spesialis.Representation letter atau
representasi tertulis yang dibuat manajemen merupakan bukti yang berasal dari organisasi
klien. Surat pernyataan konsultan hukum, ahli teknik yang berkaitan dengan kegiatan teknik
operasional organisasi klien merupakan bukti yang berasal dari pihak ketiga. Bukti ini dapat
menghasilkan bukti yang reliable untuk semua asersi.
7. Perhitungan Kembali sebagai Bukti Matematis
Bukti matematis diperoleh auditor melalui perhitungan kembali oleh auditor.
Penghitungan yang dilakukan auditor merupakan bukti audit yang bersifat kuantitatif dan
matematis. Bukti ini dapat digunakan untuk membuktikan ketelitian catatan akuntansi klien.
Perhitungan tersebut misalnya:
a. Footing untuk meneliti penjumlahan vertikal
b. Cross-footing untuk meneliti penjumlahan horizontal
c. Perhitungan depresiasi
Bukti matematis dapat diperoleh dari tugas rutin seperti penjumlahan total saldo, dan
perhitungan kembali yang rumit seperti penghitungan kembali anuitas obligasi. Bukti
matematis menghasilkan bukti yang handal untuk asersi penilaian atau pengalokasian dengan
biaya murah.
8. Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia, sehingga
ia mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan lisan. Masalah yang ditanyakan
antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi dokumen dan catatan, pelaksanaan prosedur
akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan adanya utang bersyarat maupun piutang yang
sudah lama tak tertagih. Jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan merupaka bukti lisan.
Bukti lisan harus dicatat dalam kertas kerja audit. Bukti ini dapat menghasilkan bukti yang
berkaitan dengan semua asersi.
9. Bukti Analitis dan Perbandingan
4
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien dengan
anggaran atau standar prestasi, trend industri, dan kondisi ekonomi umum. Bukti analitis
menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam laporan keuangan
dan kewajaran hubungan antar pos-pos dalam laporan keuangan. Keandalan bukti analitis
sangat tergantung pada relevansi data pembanding. Bukti analitis berkaitan erat dengan asersi
keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau pengalokasian.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan
keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun sebelumnya. Perbandingan in
dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi dan untuk menilai penyebabnya.
Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan obyek pemeriksaaan yang
memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.
5
5. Analytical evidence
Bukti yang diperoleh melalui penelaahan analitis terhadap informasi keuangan klien.
Prosedur analitis bisa dilakukan dalam bentuk:
a. Trend (horizontal) analysis, yaitu membandingkan angka-angka laporan
keuangan tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya dan menyelidiki
kenaikan/penurunan yang signifikan baik dalam jumlah rupiah maupun
persentase.
b. Common Size (vertical) Analysis
c. Ratio Analysis, misalnya menghitung menghitung ratio likuiditas, rasio
profitabilitas, rasio leverage, dan rasio manajemen asset.
6. Hearsay evidence
Bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan auditor. Misalnya pertanyaan-pertanyaan auditor mengenai pengendalian
intern, ada tidaknya contigen liabilities, persediaan yang bergerak lambat atau rusak,
kejadian penting sesudah tanggal neraca dan lain-lain.
Berdasarkan fungsinya, bukti audit dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan bukti, yaitu:
1. Bukti Utama (Promary Evidence), yaitu bukti yang dapat menghasilkan kepastian yang
paling kuat atas fakta, misalnya : dikumen asli mengenai perjanjian/komitmen/kontrak
yang ditandatangani.
2. Bukti Tambahan (Secondary Evidence), yaitu bukti yang dapat diterima bila bukti utama
ternyata hilang atau rusak, atau dapat pula diterima bila dapat ditunjukan bahwa bukti ini
merupakan pencerminan yang layak atas bukti utama, misalnya : tembusan dokumen
kontrak.
3. Bukti Langsung (Direct Evidence), yaitu bukti yang menunjukkan fakta tanpa
kesimpulan ataupun anggapan. Bukti ini cenderung untuk menunjukkan fakta atau materi
yang dipersoalkan tanpa melibatkan bukti lain. Suatu bukti dapat dikatakan sebagai bukti
langsung bila dikuatkan oleh pihak-pihak yang mempunyai pengetahuan nyata mengenai
persoalan yang bersangkutan dengan menyaksikan sendiri.
4. Bukti Tidak Langsung (Circumtantial Evidence), yaitu bukti yang cenderung untuk
menetapkan suatu fakta dengan pembuktian fakta lain yang setaraf dengan fakta utama,
misalnya : penerimaan barang yang diselesaikan terlalu singkat oleh Bagian Penerimaan
6
dapat menunjukkan bukti tidak langsung bahwa petugas penerimaan tidak
memeriksa/menghitung penerimaan, atau memeriksa/ menghitungnya tetapi tidak cermat.
5. Bukti Pendukung (Corraborative Evidence), yaitu merupakan bukti tambahan dari suatu
karakter yang berbeda tetapi digunakan untuk tujuan yang sama, misalnya : Pernyataan
bahwa dokumen yang diserahkan kepada auditor merupakan foto copy yang benar dan
tidak dimanupulasi.
7
DAFTAR REFERENSI
Agung Rai, I Gusti. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat BAB
11 Halaman 126.
http://books.google.co.id/books?
id=duY3l7kfkXoC&pg=PA126&lpg=PA126&dq=manfaat+bukti+audit&source=bl&ots=Ww
U8s_8ECp&sig=eGcNW40rXqIXii2F0El1m2WoUYA&hl=id&sa=X&ei=7jleUbWDGYmrr
Aelu4GwCw&ved=0CCkQ6AEwAA#v=onepage&q=manfaat%20bukti%20audit&f=false [
Diakses pada tanggal 5 April 2017]
Halim, Abdul. 2008. Auditing 1 (Dasar-dasar audit laporan keuangan). Yogyakarta : Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen YKPN