PENDAHULUAN
mortalitas dan mordibitas yang tinggi baik di Negara maju maupun Negara
berkembang. Setiap tahunnya di Amerika Serikat, tidak kurang dari 500 ribu
lebih sebanyak 5 juta orang. Jumlah pasien penderita gagal jantung yang
merupakan penyebab lebih dari 12 juta orang melakukan medical visit setiap
tahunnya dan merupakan diagnosa paling sering pada pasien berumur 65 tahun
1
atau lebih. Di Indonesia, usia pasien gagal jantung relatif lebih muda
dibanding Eropa dan Amerika disertai dengan tampilan klinis yang lebih
berat.1,2
gagal jantung itu sendiri. Tujuan penulisan referrat ini adalah untuk
1
sumbe terbaru dan terpercaya. Harapannya informasi dalam referrat ini dapat
Rumusan Masalah
jantung akut.
Referat ini dibuat dengan mengacu kepada studi pustaka dari berbagai
literatur.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
meningkat seiring dengan meningkatnya usia: 0,7 % (40-45 tahun), 1,3 % (55-
64 tahun), dan 8,4 % (75 tahun ke atas). Lebih dari 40% pasien kasus gagal
jantung memiliki ejeksi fraksi lebih dari 50%. Pada usia 40 tahun, risiko
terjadinya gagal jantung sekitar 21% untuk lelaki dan 20.3 % pada perempuan.3
perempuan 4,7% dan laki-laki 5,1% adalah berhubungan dengan gagal jantung.
Sebagian dari gagal jantung ini adalah dalam bentuk manifestasi klinis berupa
gagal jantung akut, dan sebagian besar berupa eksaserbasi akut gagal jantung
kronik.4
buruk. Dalam satu randomized trial yang besar, pada pasien yang dirawat
9,6%, dan apabila dikombinasi dengan mortalitas dan perawatan ulang dalam
60 hari jadi 35,2%. Angka kematian lebih tinggi lagi pada infark jantung yang
Hal yang sama pada pasien edema paru akut, angka kematian di rumah
sakit 12%, dan mortalitas satu tahun 40%. Prediktor mortalitas tinggi adalah
antara lain tekanan baji kapiler paru (Pulmonary Capillary Wedge Pressure)
3
yang tinggi, sama atau lebih dari 16 mmHg, kadar natrium yang rendah,
dimensi ruang ventrikel kiri yang meningkat, dan konsumsi oksigen puncak
yang rendah.1
etiologi dari gagal jantung baik akut maupun kronik sebagaimana dapat kita
beberapa faktor pencetus dan penyebab gagal jantung akut yang dapat terjadi
4
2. Sindroma koroner akut
5. Krisis hipertensi
6. Diseksi aorta
7. Tamponade jantung
9. Kardiomiopati peripartum
3. Anemia
4. Disfungsi ginjal
5. Ketidakpatuhan berobat
2.3 Patofisiologi
1. Kegagalan pompa
5
Terjadi akibat kontraksi otot jantung yang lemah, tidak adekuat, atau
pengisian ventrikel.
2. Obstruksi aliran
3. Regurgitasi
seperti yang terjadi pada keadaan regurgitasi aorta serta pada regurgitasi
mitral.
6
mendadak atau progresif.
miokard akut).
presentasi klinis:7
Takanan darah sistolik lebih dari 180 mmHg dan diastolik lebih dari
110 mmHg dengan onset cepat terkait kongesti paru dan takikardi
Ditandai dengan takipnea, ronki, orthopnea dan SaO2 yang kurang dari
90%.
4. Syok kardiogenik
Tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg dan produksi urin yang
7
Ditandai dengan udem yang onsetnya bertahap, distensi vena jugularis,
AHF karena acute coronary syndrome ada gejala yang ditemukan pada acute
coronary syndrome seperti nyeri dada dan troponin yang tinggi. Acute right HF
ada disfungsi ventrikel kanan dan kongesti vena sistemik, serta tidak ada udem
pulmonar.
8
Gambar 2.1 Klasifikasi Nohria-Stevenson7
kardiopulmonal pada pasien ini dapat disebabkan oleh faktor selain gagal
Profil B dan C khas pada pasien dengan edema paru akut. Pasien dengan profil
terjadinya volume overload: ronki paru, distensi vena jugularis, dan edema
(“warm”).
9
kelanjutan dari keadaan di atas, namun menggambarkan penurunan perfusi
jaringan (“cold”) akibat cardiac output yang rendah namun tanpa ada tanda-
tanda kongesti vaskular (“dry”). Profil L dapat muncul pada pasien dengan
dilatasi ventrikel kiri dan regurgitasi mitral, dimana pasien tersebut mengalami
sesak nafas saat aktivitas karena tidak mampu menghasilkan cardiac output
yang adekuat.
dan memantau respon pengobatan. Hal berikut yang dapat ditemukan pada
10
Tabel 2.3 Kelainan rontgen toraks yang sering ditemukan pada Gagal Jantung1
Kelainan Penyebab Implikasi Klinis
Kardiomegali Dilatasi ventrikel kiri, Ekhokardiografi, doppler
ventrikel kanan, atria,
efusi perikard
Hipertropi ventrikel Hipertensi, stenosis Ekhokardiografi, doppler
aorta, kardiomiopati
hipertropi
Kongesti vena paru Peningkatan tekanan Gagal jantung kiri
pengisian ventrikel kiri
Edema interstisial Peningkatan tekanan Gagal jantung kiri
pengisian ventrikel kiri
Efusi pleura Gagal jantung dengan Pikirkan diagnosis non
peningkatan pengisian kardiak
tekanan jika ditemukan
bilateral, infeksi paru,
keganasan
2.5.2 Elektrokardiogram
diduga gagal jantung. Abnormalitas EKG sering dijumpai pada gagal jantung.
gagal jantung.1
11
Tabel 2.4 Kelainan EKG yang sering pada gagal jantung1
Kelainan Penyebab Implikasi klinis
Sinus takikardi Gagal jantung yang Penilaian klinis
terdekompensasi, Pemeriksaan
anemia, infeksi, laboratorium
hipertiroidiesme
Sinus bradikardi Obat β bloker, anti Evaluasi terapi obat
aritmia, sick sinus Pemeriksaan
syndrome, laboratorium
hipotiroidisme
Atrial takikardi/ flutter/ Hipertiroidisme, infeksi, Konduksi AV yang
fibrilasi gagal jantung lambat, konversi
terdekompensasi, infark medical, elektroversi,
ablasi kateter,
antikoagulasi
Aritmia ventrikel Iskemia, infark, Pemeriksaan
kardiomiopati, laboratorium
miokarditis, Tes latihan beban
hipokalemiaa, Pemeriksaan perfusi
hipomagnesemi, Angiografi koroner
overdosis digitalis Pemeriksaan
elektrofisiologi, ICD
Isekmia/ Infark Penyakit jantung koroner Ekokardiografi,
troponin, angiografi
koroner, revascularisasi
Gelombang Q Infark, kardiomiopati Ekokardiografi
hipertropi, LBBB, pre- Angiografi koroner
eksitasi
Hipertropi ventrikel kiri Hipertensi, penyakit Ekokardiografi, doppler
katup aorta,
kardiomiopati hipertropi
Blok AV Infark, intoksikasi obat, Evaluasi penggunaan
miokarditis, sarcoidosis obat, pacu jantung,
penyakit sistemik
Mikrovoltage Obesitas, emfisema, Ekokardiografi
efusi perikard, Rontgen tórax
amiloidosis
Durasi QRS > 120 msec Disinkroni elektronik Ekokardiografi, CRT-P,
dengan morfologi CRT-D
LBBB
12
2.5.3 Pemeriksaan Laboratorium
1. Hematologi rutin
terutama, anemia pada pasien gagal jantung lanjut. Anemia juga merupakan
2. Urinalisis
Proteinuria biasa terjadi pada pasien gagal jantung yang dapat dilihat pada
3. Elektrolit serum
gagal jantung.1
4. Profil Lipid
Akibat kerusakan pada gagal jantung dapat terjadi peningkatan enzim hati
13
6. Tes fungsi ginjal
Kadar kreatinin serum dan kadar nitrogen urea pada darah harus
a. Pengobatan ACEI
c. Azotemia pre-renal
Oleh karenanya, pemeriksaan profil tiroid disarankan pada pasien yang baru
8. Peptida natriuretik
yang dapat digunakan sebagai pemeriksaan pada keadaan gawat darurat dan
rawat jalan. Kelompok peptida natriuretik terdiri dari peptida natriuretik atrium,
peptida natriuretik otak (brain natiuretic peptide, BNP), natriuretik tipe-C dari
sistem saraf pusat, urodilatin dari ginjal, dan peptida natriuretik dendroaspis.
proBNP) juga penting dalam diagnosis dan pengobatan gagal jantung. BNP
prognosis.1
14
Tabel 2.5 Kadar peptida natriuretik pada diagnosis gagal jantung1
2.5.4 Ekokardiografi
ini merupakan standar utama untuk menilai gangguan fungsi sistol ventrikel
kiri dan membantu memperkirakan hasil dan kemampuan bertahan kasus gagal
jantung.1
2.5.5 Radionuklir
MUGA scan dilakukan dengan sel berwarna merah yang diberi label
1. Ejeksi fraksi
15
3. Kecepatan pengosongan diastolik
5. Perfusi miokard
7. Stunning miokard
untuk menilai tekanan diastolik akhir dan kateterisasi sisi kanan bermanfaat
16
A. Angiografi koroner
B. Biopsi endomiokard
miokarditis.8
test).8
Selain itu, konsumsi oksigen maksimal adalah pertanda dari prognosis jangka
panjang. 8
penyabab kondisi kesulitan bernafas pada hasil diagnosis. Pada gagal jantung,
17
ekspirasi maksimal, namun demikian, ini tidak seberat penyakit saluran nafas
18
Tabel 2.6 Klasifikasi fungsional NYHA9
Tingkatan Berdasarkan Gejala dan Aktifitas
Kelas I Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktifitas fisik.
Aktifitas fisik sehari-hari tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi
atau sesak napas.
Kelas II Terdapat batasan aktifitas ringan.
Tidak terdapat kluhan saat istirahat, namun aktifitas fisik sehari-
hari menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak napas.
Kelas III Terdapat batasan aktfitas bermakna.
Tidak terdapat keluhan saat istirahat, tetpi aktifitas fisik ringan
menyebabkan kelelahan, palpitai atau sesak napas.
Kelas IV Tidak dapat melakukan aktifitas fisik tanpa keluha.
Terdapat gejala saat istirahat.
Keluhan meningkat saat melakukan aktifitas.
2.7 Tatalaksana
19
Tata laksana awal gagal jantung dimulai dari ditemukannya kecurigaan
temuan yang didapat baik dengan tujuan life saving maupun terapi kausatif
seperti pada algoritma di atas. Dimana Oksigen 2-4 liter/menit, Infus, dan
oksigen, pemberian oksigen, tata laksana jalan nafas, maupun bantuan ventilasi
awal dimulai dari peningkatan volume darah dengan infus cairan, agen
tipe SKA (STEMI, NSTEMI, atau UAP) segera, dilanjutkan pemberian terapi
lain.11
20
2.7.2 Tatalaksana Non-Farmakologi Gagal Jantung Akut
(berat).
(berat).
2. Aktifitas fisik
b. Pada kondisi sedang atau ringan: batasi beban kerja sampai 70 % - 80%
diberikan diantaranya:
simtomatik, batuk dan angioedema. Oleh sebab itu ACEI hanya diberikan pada
21
2. Penyekat Β
sampai berat (kelas fungsional II - IV NYHA), ACEI atau ARB (dan antagonis
aldosteron jika indikasi) sudah diberikan, dan pasien stabil secara klinis.1
3. Antagonis Aldosteron
aldosteron adalah fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %, gejala sedang sampai berat
(kelas fungsional III- IV NYHA), dan dosis optimal penyekat β dan ACEI atau
ARB.1
22
4. Hydralazine Dan Isosorbide Dinitrate (H-ISDN)
ACEI dan ARB, sebagai terapi tambahan ACEI jika ARB atau antagonis
aldosteron tidak dapat ditoleransi, atau jika gejala pasien menetap walaupun
sudah diterapi dengan ACEI, penyekat β dan ARB atau antagonis aldosteron.
Dosis awal: hydralazine 12,5 mg dan ISDN 10 mg, 2-3 x/hari. Jika
toleransi baik, setelah 2-4 minggu, dosis dititrasi naik sampai dosis target
5. Digoksin
digunakan untuk memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun obat lain
dengan irama sinus dan gejala ringan sampai berat (kelas fungsional II-IV
NYHA).
Dosis awal: digoksin 0,25 mg, 1 x/hari pada pasien dengan fungsi ginjal
normal. Pada pasien usia lanjut dan gangguan fungsi ginjal, dosis diturunkan
23
Tabel 2.8 Diuretik Pada Gagal Jantung
6. Diuretik
mencapai status euvolemia (wet and warm) dengan dosis yang serendah
2.8 Prognosis
dari gagal jantung akan jelek bila dasar atau penyebabnya tidak dapat
ditatalaksana dengan baik dapat berlanjut kepada tingkat gagal jantung yang
lebih berat. Gagal jantung yang telah berlanjut ke tingkat yang lebih berat
lagi pada kondisi yang lebih baik seperti pada keadaan sebelumnya.1
24
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
cardiomyopathy.
3. Diagnosis dan terapi gagal jantung yaitu untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas.
ketepatan tatalaksana. Jika gagal jantung akut tidak ditatalaksana dengan baik
3.2 Saran
Untuk mengetahui lebih jauh dan lebih banyak bahkan lebih lengkap
tentang gagal jantung akut, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku –
buku, jurnal-jurnal terbaru yang berhubungan dengan gagal jantung akut. Disini
penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
25
Daftar Pustaka
26