Oleh :
Arrum Kusuma Wardani
NIM 20140210096
Prodi Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salak pondoh adalah komoditas asli Indonesia dari Desa Soka Kabupaten
Sleman, Yogyakarta (Tjahjadi, 1988). Bertanam salak pondoh mempunyai
prospek yang bagus dan cerah karena permintaan buah salak yang semakin
meningkat. Adapun faktor yang menyebabkan permintaan meningkat antara lain :
1) buah salak dinikmati oleh anak-anak sampai orang tua karena saat matang
rasanya manis, tidak masir dan aroma yang khas, 2) mengandung nilai gizi tinggi
bila dibandingkan dengan papaya, nanas, dan pisang, 3) dikembangkan di daerah
yang menjadi objek wisata, dan 4) mendistribusian salak tidak hanya cukup
sampai di pasar, akan tetapi sudah masuk kios pinggir jalan, kios daerah wisata
bahkan masuk ke restoran bertaraf internasional (Soetomo, 1989). Permintaan
buah salak yang semakin meningkat, produksi salak juga terus ditingkatkan untuk
memeuhi kebutuhan konsumen. Produksi salak pondoh dari tahun ke tahun
cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2010 produksi 57801 ton, pada tahun
2011 mengalami penurunan menjadi 25801 ton, tahun 2012 produksi naik menjadi
40261 ton, dan tahun 2013 produksi mencapai 68219 ton (BPS, 2014).
Kelebihan buah salak yang mendukung permintaan selain di atas adalah
kemampuannya untuk berbunga sepanjang tahun. Hal ini tentu dengan perawatan
dan pemeliharaan, oleh karena itu, sepanjang tahun kita dapat mengkonsumsi
buah salak. Waktu panen buah salak sendiri dilakukan tiga kali dalam satu tahun,,
seperti buah pada umumnya, salak juga termasuk buah musiman. Pola panen buah
salak pondoh dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu tahun. Pertama panen raya
umunya bulan November - Februari, panen sedang bulan Mei – Agustus, dan
panen kecil bulan Maret, April, September, Oktober (Soetomo, 1989).
Pada saat panen raya umumnya terjadi saat musim hujan. Buah salak
pondoh yang di panen jumlahnya berlebih. Panen berlebih pada akhirnya
membuat petani mengambil jalan untuk menjual salak pondoh dengan harga
murah, bahkan terkadang para petani membiarkan buah salak sampai busuk.
Akibatnya dari hal ini, petani mengalami kerugian.
1
2
Permasalahan timbul pada saat panen raya tiba, persediaan produksi yang
melimpah yang pada akhirnya membuat petani mengambil jalan untuk menjual
salak pondoh dengan harga murah, bahkan terkadang banyak yang tidak terjual
dan busuk. Akibatnya, dengan hal seperti ini para petani mengalami kerugian.
Tetapi kini buah salak pondoh selain bisa dijual dalam bentuk buah segar dan
dengan sedikit inovasi yang didukung oleh peralatan mesin yang cukup canggih,
masyarakat Sleman kini juga mulai mengelola buah salak pondoh segar menjadi
kripik, sirup dan dodol salak pondoh, sehingga kerugian yang dulu dialami para
petani kini dapat berkurang
B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab panen yang berlebih?
2. Apa akibat dari pascapanen yang berlebih?
3. Bagaimana cara mengatasi pascapanen yang berlebih?
Berdasarkan rumusan masalah maka Penulis menentukan masalah yang
dianggap penting dalam karya ilmiah ini adalah cara mengatasi pascapanen yang
berlebih.
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang diambil, penulisan makalah
ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui cara memanfaatkan (mengolah) buah salak agar tidak terbuang
percuma.
2. Mengurangi kerugian yang dialami petani, terutama saat panen raya.
3. Meningkatkan nilai jual salak pondoh dengan mengolahnya menjadi berbagai
produk baru.
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
4
dapat dilakukan di pasar tradsional, mini market, restoran, dan lain-lain. Dengan
penanganan proses pascapanen yang baik diharapkan buah salak dapat terjaga
kualitasnya sampai ke tangan konsumen (Rusli dan Nawan, 1992).
dalam buah salak tidak cukup banyak. Daging salak pondoh yang telah dicuci,
dihaluskan dengan blender tanpa menambahkan air karena buah salak sudah
mengandung air yang cukup banyak. Bila semua daging telah dihaluskan,
kemudian kompor atau tungku dan wajan disiapkan.
Pertama yang dimasukkan dalam wajan adalah santan. Santan yang
dihasilkan dari 5,5 buah kelapa. Kemudian tepung ketan sebanyak 7,84 ons,
tepung beras 3,38 ons, gula pasir 2,8 kg, cairan gula jawa 1 kg dan salak yang
sudah dihaluskan. Semua bahan tersebut diaduk terus selama + 1 jam hingga
menyatu. Setelah itu mentega dicampurkan dan diaduk lagi hingga rata. Bila
adonan sudah tampak masak dan berwarna kecoklatan, diangkat dari tungku.
Adonan didinginkan dengan menggunakan loyang plastik. Pendinginan dilakukan
selama + 12 jam. Langkah yang terakhir adalah pengemasan dodol salak,
pemotongan ukuran dodol salak lebih enak mengginakan “solet” plastik (Kaliky
dkk., 2005).
6
IV. PEMBAHASAN
7
8
Dalam pemasaran dodol salak seperti jenang dodol lainnya (dodol sirsak
dodol strawberi, nanga, danl lain-lain). Dodol salak lebih pantas untuk dijadikan
makanan oleholeh khas Yogyakarta ataupun Sleman. Hal ini mengingat salak
pondoh merupakan buah khas dari Sleman atau juga melakukan pemasaran pada
pusat oleh-oleh, media internet, dan swalayan (Dwatuadeg, 2008).
Selain menguntungkan dodol buah salak juga memiliki nilai gizi yang
baik, tidak kalah dengan makanan lain. Menurut analisa yang dilakukan oleh
BPTP Yogyakarta pada tahun 2004 yang terdapat dalam Kaliky (2005)
menyebutkan mengenai komposisi kimia yang terdapat pada dodol salak pondoh.
Komposisi yang terdapat dalam dodol salak pondoh antara lain kadar air sebanyak
18,5%, kadar abu sebanyak 1,93%, lemak sebanyak 4,50%, protein 2,66%, seat
kasar 1,51%, dan vitamin C sebanyak 65,97%. Selain dodol salak pondoh, BPTP
juha melakukan analisa mengenai komposisi kimia dodol salak lokal. Dodol salak
lokal memiliki komposisi, seperti kadar air 20,28%, kadar abu 3,39%, lemak
3,81%, protein 2,73%, serat kasar 1,92% dan vitamin C sebesar 56,66%. Melihat
dari perbandingan data tersebut dapat dilihat bahwa kandungan lemak dan vitamin
C dodol salak pondoh lebih besar. Bagi konsumen yang ingin meningkatkan
kekebalan tubuh, atau mengurangi sariawan, menambah cadangan lemak, dan
lain-lain.
V. SIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
11