Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual

di pasaran. Menurut Badan Standar Nasional (1998), minuman isotonik

merupakan salah satu produk minuman ringan karbonasi atau nonkarbonasi untuk

meningkatkan kebugaran yang mengandung gula, asam sitrat, dan mineral.

Minuman isotonik sering dikonsumsi oleh atlet berbagai cabang olahraga yang

dipercaya mampu mengembalikan hidrasi tubuhnya secara cepat, menggantikan

elektrolit yang hilang bersama dengan keringat, selain itu sebagai suplai energi

bagi aktifitas tubuh pada saat berolahraga.

Pada penelitian Penggalih (2009), dilakukan pembuatan minuman isotonik

berbasis ekstrak tepung pisang kepok kuning. Karbohidrat yang terkandung di

dalam buah pisang berfungsi mengembalikan kadar glukosa dalam darah untuk

mengembalikan stamina atlet. Pemilihan pisang kepok kuning sebagai bahan

dasar pembuatan Banana Isotonic Drink berdasarkan beberapa kajian bahwa

pisang kepok kuning menghasilkan warna tepung yang lebih putih dibandingkan

dengan pisang jenis lainnya. Pisang kepok kuning yang digunakan untuk

mendapat hasil yang optimum adalah pisang yang berusia 110 hari. Pisang kepok

kuning tersebut kemudian dibuat tepung dan dibuat formulasi dengan

penambahan NaCl dan gula untuk memenuhi persyaratan minuman isotonik yaitu

yang memiliki tingkat osmolaritas lebih rendah dari osmolaritas plasma yakni

kurang dari 280 mOsm (Wesley, 2006). Formulasi Banana Isotonic Drink terdiri

1
dari 320 g tepung pisang kepok, air 1000 ml, gula 40 g, dan garam 1,17 g sehingga

diperoleh minuman isotonik dengan tingkat osmolaritas sebesar 269 mOsm.

Banana Isotonic Drink yang telah memenuhi persyaratan minuman

isotonik, diketahui dalam penelitian Penggalih (2011) berfungsi sebagai rehidrasi

cairan tubuh yang baik pada seseorang yang melakukan aktifitas fisik. Potensi lain

dari BID diteliti lebih lanjut terutama kaitannya untuk mendukung seseorang yang

melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik yang berat pada atlet mengakibatkan

peningkatan produksi radikal bebas dikarenakan terjadinya peningkatan oksigen

reaktif yang menyebabkan terjadinya metabolisme yang kurang sempurna.

Produksi asam laktat meningkat dikarenakan intensitas aktifitas fisik yang berat

dan lama (prolonged exercise) sehingga dapat mengaktifkan radikal bebas

(Clarkson dan Thompson, 2000). Peningkatan oksigen reaktif memiliki peran

dalam mengubah komposisi membran asam lemak, permeabilitas dan kebocoran

enzim, yang semuanya menimbulkan peristiwa metabolisme dan menyebabkan

degradasi serat otot. Olahraga berat dan secara rutin menyebabkan kerusakan

oksidatif dan mengakibatkan cedera otot sehingga diperlukan fase pemulihan

pasca latihan untuk mengembalikan kondisi tubuh seperti sebelum latihan.

Olahraga sendiri memiliki efek yang signifikan terhadap pertahanan

antioksidan dan mempengaruhi kebutuhan antioksidan dalam makanannya

(Blumberg et al., 1995). Tubuh sendiri memiliki pertahanan antioksidan endogen

seperti superoxide dismutase (SOD) yang berperan dalam melawan reaktif

oksygen species (ROS) tetapi SOD ini akan menurun sampai 1-3 hari baru

mengalami pemulihan ke keadaan normal, hal ini terjadi ketika pembentukan

oksigen reaktif terus meningkat pada saat melakukan aktifitas fisik sehingga

diperlukan peranan antioksidan eksogen yang membantu pertahanan tubuh dari

2
radikal bebas yang terbentuk. Peranan antioksidan diperlukan dalam melawan

stres oksidatif karena apabila SOD terus menurun pertahanan antioksidan tubuh

rendah dalam jangka waktu yang panjang radikal bebas tersebut dapat

menyebabkan kerusakan DNA yang akhirnya dapat menyebabkan berbagai

penyakit degeneratif (Haryanto, 2003-a; Halliwei et al., 2000).

Pisang kepok kuning sebagai bahan dalam pembuatan BID diketahui

mengandung antioksidan seperti vitamin A, B, C, E, betakaroten dan senyawa

fenolik seperti catechin, epicatechin, lignin, tanin, flavonoid dan antosianin

(Kanazawa et al., 2000). Senyawa lainnya yang teridentifikasi dalam pisang

adalah gallocatechin (Shinichi et al., 2002). Senyawa fenolik merupakan senyawa

alami yang terkandung dalam makanan dan memiliki efek protektif terhadap

bahaya oksidasi pada tubuh manusia. Pada orang yang melakukan aktifitas fisik

dengan berat terjadi peningkatan oksigen reaktif. Radikal bebas yang terbentuk

akibat aktifitas fisik yang berat memiliki sifat yang sangat reaktif apabila terjadi di

dalam tubuh makhluk hidup akan menimbulkan kerusakan di berbagai bagian sel.

Dengan adanya zat gizi yang berperan sebagai antioksidan mampu menangkap

radikal bebas yang dihasilkan akibat aktifitas fisik yang berat dan pertahanan

antioksidan eksogen yang diperoleh dari asupan makanan dapat menjadikan fase

pemulihan pasca melakukan aktifitas fisik, tetapi untuk mendapat fase pemulihan

yang sempurna perlu diperhatikan pemulihan dari asam laktat yang terbentuk juga

(Muhilal, 1991; Harjanto, 2003-a).

Selain kandungan senyawa fenolik yang memiliki peran protektif sebagai

antioksidan, vitamin C yang terkandung dalam buah pisang juga berperan sebagai

antioksidan. Vitamin C diklasifikasikan sebagai antioksidan yang bersumber dari

makanan. Vitamin C berperan sebagai antioksidan dalam darah dan cairan tubuh.

3
Vitamin C dapat menetralkan superoxide radical dan radikal bebas sebelum dapat

merusak lipid dan DNA (Food and Nutrition Board, 2000).

Peningkatan konsumsi oksigen yang dapat memproduksi radikal bebas

pada saat melakukan aktifitas fisik menyebabkan terjadinya peningkatan

kecepatan metabolisme dan terjadi peningkatan konsumsi oksigen pada otot,

jantung dan organ lainnya. Produk Banana Isotonic Drink direncanakan akan

dilanjutkan studi pemanfaatannya pada atlet sebagai minuman penunjang

recovery. Analisis kandungan antioksidan yang akan dilakukan diharapkan dapat

memberikan nilai tambah bagi minuman tersebut, terutama saat dikonsumsi atlet

nantinya dalam hal menunda kelelahan akibat stress fisik yang tinggi dan

peningkatan produksi radikal bebas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

kadar antioksidan khususnya vitamin C (ascorbic acid) dan total fenolik yang

terdapat dalam Banana Isotonic Drink dibandingkan pula kandungan yang

terdapat dalam bahan baku tepung serta buah pisang sebagai bahan informasi

formulasi lanjutan dari produk ini.

4
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Berapakah kandungan antioksidan vitamin C (ascorbic acid) dan total

fenolik yang terdapat pada Banana Isotonic Drink yang berbasis ekstrak

tepung pisang kepok kuning, tepung pisang kepok kuning, dan pisang

kepok kuning?

2. Apakah ada perbedaan kandungan antioksidan vitamin C (ascorbic acid)

dan total fenolik pada Banana Isotonic Drink yang berbasis ekstrak tepung

pisang kepok kuning, tepung pisang kepok kuning, dan pisang kepok

kuning?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui kandungan antioksidan vitamin C (ascorbic acid) dan total fenolik

yang terdapat pada Banana Isotonic Drink berbasis ekstrak tepung pisang kepok

kuning, tepung pisang kepok kuning, dan pisang kepok kuning.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kandungan antioksidan vitamin C dalam Banana Isotonic Drink

berbasis ekstrak tepung pisang kepok kuning, tepung pisang kepok kuning,

dan pisang kepok kuning.

b. Mengetahui kandungan total fenolik dalam Banana Isotonic Drink berbasis

ekstrak tepung pisang kepok kuning, tepung pisang kepok kuning, dan

pisang kepok kuning.

5
D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan Banana Isotonic Drink sebagai

minuman isotonik yang memiliki berbagai manfaat selain efeknya sebagai

rehidrasi tubuh juga memiliki manfaat dari kandungan antioksidan yang terdapat

di dalamnya.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan

Menambah informasi mengenai manfaat Banana Isotonic Drink yang terbuat

dari pangan lokal pisang kepok kuning dan sebagai dasar dari penelitian

selanjutnya.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Berikut beberapa penelitian serupa dengan penelitian ini yang telah dilakukan

adalah sebagai berikut :

1. Penelitian Penggalih (2011) berjudul Pengembangan Produk Minuman Isotonis

Alami Berbasis Ekstrak Tepung Pisang Kepok Kuning (Musa Paradisiaca

Formal Typical) dan Pengaruhnya Terhadap Dehidrasi. Penelitian ini

merupakan penelitian seri yang terdiri dari dua tahap penelitian yaitu

pengembangan produk minuman isotonik berbasis ekstrak tepung pisang

kepok kuning dan kemudian pengujian minuman tersebut terhadap efek

rehidrasinya. Penelitian tahap pertama menggunakan bahan pisang kepok

kuning yang kemudian di ekstraksi menjadi tepung pisang kepok kuning dan

dilakukan analisis zat gizi nya. Minuman isotonik yang telah memenuhi standar

dilakukan tahap penelitian kedua yaitu uji coba efek dari minuman isotonik ini.

Penelitian tahap dua merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan

6
cross-over design. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok, 1 kelompok kontrol dan

1 kelompok perlakuan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan hasil dari penelitian

tahap pertama yaitu pengembangan minuman isotonik berbasis ekstrak tepung

pisang kepok kuning memiliki osmolaritas 269 mOsm yang telah memenuhi

standar minuman isotonik yaitu kurang dari 280 mOsm. Hasil penelitian tahap

kedua menunjukkan kemampuan rehidrasi yang diukur melalui parameter Hb,

HCT, volume darah, volume urin, pH urin berat jenis urin dan berat badan. Hasil

menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok plain water dan

Banana Isotonik Drink, namun terjadi penurunan kadar Hb dan HCT yang lebih

tinggi daripada kelompok perlakuan dengan Plain Water.

2. Penelitian Kadaryati (2010) yang berjudul Pengembangan Pisang Kepok

Kuning (Musa Balbisiana) sebagai Alternatif Minuman Isotonik Alami. Penelitian

ini merupakan penelitian multitahap yaitu tahap pertama mengetahui

kandungan gizi dalam pisang kepok kuning, tahap kedua membentuk sediaan

pisang kepok kuning sebagai bahan minuman isotonik, tahap ketiga membuat

formulasi sampel dari bahan sediaan yang terbaik, tahap keempat mengetahui

penerimaan secara organoleptik formulasi minuman isotonik yang telah dibuat.

Hasil dari penelitian ini adalah tepung dari pisang kepok kuning mentah tua

dipilih untuk menjadi bentuk sediaan sampel terbaik untuk bahan formulasi

minuman isotonik dan dilakukan penambahan NaCl 20 mmol/liter untuk

memenuhi standar minuman isotonik. Secara keseluruhan tidak ada perbedaan

tingkat kesukaan dari segi rasa dan produk baik formulasi 4% dan 6%.

3. Penelitian Kemalasari (2010) yang berjudul Perbandingan Pengaruh Minuman

Isotonik Dengan Minuman Isopome (Isotonik dan punica granatum L.). Pada

Kebugaran Tubuh. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan

7
kuantitatif mengenai perbandingan pengaruh minuman isotonik dengan

minuman isotonik dari Punica granatum L. pada kebugaran tubuh dengan jenis

penelitian eksperimental dan rancangan penelitian Randomized Controlled Trial

(RCT). Hasil dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan secara

signifikan pada subjek yang diberikan minuman isotonik dan minuman isopome

terhadap peningkatan kebugaran tubuh responden.

4. Penelitian Shinichi et al., (2002) yang berjudul Antioxidant compounds from

bananas (Musa Cavendish). Penelitian ini menguji kandungan antioksidan

dalam pisang (Musa Cavendish) dan mengidentifikasi senyawa antioksidan

dalam pisang. Kandungan gallocatechin di kulit dan buah pisang diukur dengan

membandingkan dengan standar masing-masing. Gallocatechin lebih banyak

di kulit buah pisang (158 mg/100 g berat kering) dibandingkan dalam buah (29,6

mg/100 g berat kering). Hasil ini konsisten dengan jumlah analisis fenolik dan

aktivitas antioksidan.

5. Penelitian Sandhiutami (2006) yang berjudul Uji Aktivitas Antioksidan Minyak

Buah Merah (Pandanus conoideus LAM) secara in vitro dan in vivo Pada Tikus

Yang Diberi Aktifitas Fisik Maksimal. Penelitian ini menguji antioksidan secara

in vitro dengan menguji aktifitas antioksidan menggunakan metode DPPH (2,2-

difenil-1 pikril hidrazil). Dan uji aktivitas antioksidan secara in vivo dilakukan

dengan menggunakan 24 ekor tikus putih jantan galur wistar dengan pre-post

tes control group design. Tikus dibagi kedalam 4 kelompok dengan satu

kelompok kontrol dan tiga kelompok yang diberi minyak buah naga merah

dengan dosis yang berbeda. Sebelum dilakukan pemberian minyak buah naga

merah dilakukan pengukuran kadar MDA dan tokoferol dalam darah. Pada hari

ke-10 kemudian tikus tersebut diberikan beban aktifitas maksimal yaitu dengan

8
berenang sampai terlihat tikus kelelahan yang kemudian diangkat dan

dilakukan pengambilan darah dan dilakukan pengukuran kadar MDA dan

tokoferol kembali. Hasil uji in vitro, nilai IC50 minyak buah merah adalah 451,51

µg/ml. Hasil pengujian secara in vivo diperoleh perbedaan pemberian dosis

sebesar 0,15 ml/kgBB, kadar MDA darah menurun 5,22%, dan kadar tokoferol

darah meningkat 15, 46%. Pada dosis 0,3 ml/kgBB, kadar MDA darah menurun

11,96%, dan kadar tokoferol darah meningkat 22,19%. Pada dosis 0,6 ml/kgBB

kadar MDA darah menurun 8,19% dan kadar tokoferol darah meningkat

50,60%. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan kadar

tokoferol dalam darah pada saat mengkonsumsi minyak buah naga merah

dengan dosis yang semakin tinggi, tetapi tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara peningkatan kadar tokoferol dalam darah dengan penurunan

kadar MDA dalam darah.

Pada penelitian ini akan mengidentifikasi kadar antioksidan vitamin C

(ascorbic acid) dan total fenolik pada produk Banana Isotonic Drink : Berbasis

Ekstrak Tepung Pisang Kepok Kuning (Musa paradisiaca formal typical), Tepung

Pisang Kepok Kuning (Musa paradisiaca formal typical), dan Pisang Kepok Kuning

(Musa paradisiaca formal typical). Seluruh bahan adalah berasal dari buah pisang

kepok kuning usia 110 hari. Penelitian ini merupakan penelitian Laboratorium

dengan analisa kandungan antioksidan vitamin C (ascorbic acid) dan total fenolik.

Penelitian ini memiliki variabel terikat dan bebas yang berbeda dengan penelitian

sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai