Tipus KLMPK
Tipus KLMPK
TINJAUAN PUSTAKA
Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan kefarmasian pada rumah sakit klas B terdiri dari pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan
farmasi klinik. Tenaga kefarmasian terdiri atas:
a) 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit.
b) 4 (empat) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling
sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis kefarmasian.
c) 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8
(delapan) orang tenaga teknis kefarmasian.
d) 1 (satu) orang apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal
2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian.
e) 1 (satu) orang apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2
(dua) orang tenaga teknis kefarmasian.
f) 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang
dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau
rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya
disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit; dan
g) 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat merangkap
melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan
dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan
beban kerja pelayanan kefarmasian rumah sakit.
Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan.
Pelayanan keperawatan dan kebidanan pada rumah sakit klas B meliputi asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan.
Pelayanan Penunjang Klinik
Pelayanan penunjang klinik pada rumah sakit klas B meliputi pelayanan bank
darah, perawatan intensif untuk semua golongan umur dan jenis penyakit, gizi,
sterilisasi instrumen dan rekam medik.
Pelayanan Penunjang Nonklinik
Pelayanan penunjang nonklinik pada rumah sakit klas B meliputi pelayanan
laundry/linen, jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan
limbah, gudang, ambulans, sistem informasi dan komunikasi, pemulasaraan
jenazah, sistem penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik, dan
pengelolaan air bersih.
Pelayanan Rawat Inap.
Pelayanan rawat inap pada rumah sakit klas B dilengkapi dengan fasilitas
sebagai berikut:
a) Jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30% (tiga puluh
persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah.
b) Jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20% (dua puluh
persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta
c) Jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen) dari
seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah dan Rumah Sakit
milik swasta.
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit umum kelas C meliputi:
Pelayanan medik, meliputi:
a) Pelayanan gawat darurat.
b) Pelayanan medik umum.
c) Pelayanan medik spesialis dasar.
d) Pelayanan medik spesialis penunjang.
e) Pelayanan medik spesialis lain.
f) Pelayanan medik subspesialis.
g) Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut.
Tenaga medis rumah sakit kelas C terdiri atas:
a) 9 (sembilan) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
b) 2 (dua) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;
c) 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
dasar;
d) 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
penunjang
e) 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
gigi mulut.
Pelayanan Kefarmasian.
Pelayanan kefarmasian pada rumah sakit klas C terdiri dari pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan
farmasi klinik. Tenaga kefarmasian terdiri atas:
a) 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit.
b) 2 (dua) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling
sedikit 4 (empat) orang tenaga teknis kefarmasian.
c) 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8
(delapan) orang tenaga teknis kefarmasian.
d) 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan
produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di
rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian rumah
sakit.
Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan
Pelayanan keperawatan dan kebidanan pada rumah sakit klas C meliputi asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan.
2) Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya.
Rumah Sakit Khusus harus mempunyai fasilitas dan kemampuan, paling sedikit
meliputi:
a. Pelayanan,
1. pelayanan medik, paling sedikit terdiri dari:
a) pelayanan gawat darurat, tersedia 24 (dua puluh empat) jam sehari terus
menerus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b) pelayanan medik umum;
c) pelayanan medik spesialis dasar sesuai dengan kekhususan;
d) pelayanan medik spesialis dan/atau subspesialis sesuai kekhususan;
e) pelayanan medik spesialis penunjang;
2. pelayanan kefarmasian;
3. pelayanan keperawatan;
4. pelayanan penunjang klinik; dan
5. pelayanan penunjang nonklinik;
2. Rumah Sakit bergerak merupakan Rumah Sakit yang siap guna dan
bersifat sementara dalam jangka waktu tertentu dan dapat
dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain yang dapat berbentuk bus, kapal
laut, karavan, gerbong kereta api, atau kontainer (Permenkes RI No. 56,
2014).
.
1.1.3. Tugas Rumah Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
56/Menkes/Per/I/2014, tugas rumah sakit adalah melaksanakan upaya kesehatan
secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan
dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan. Rumah sakit mempunyai
tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan
Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif (UU No. 44 Tahun 2009, Tentang Rumah Sakit).
2.2 Puskesmas
2.2.1. Definisi Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI, 2014).
A. Tugas Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Depkes RI, 2014).
B. Fungsi Puskesmas
Permenkes No. 75/Menkes/Per/III/2014, puskemas dalam melaksanakan
tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Puskesmas menyelenggarakan fungsi
dalam pasal 5:
a. Pencatatan
Kegiatan puskesmas di dalam dan di luar gedung puskesmas harus dicatat.
Formulir pencatatan puskesmas meliputi rekam kesehatan keluarga, KTPK,
kartu rawat jalan, kartu rawat inap, penderita kusta, penderita paru, indeks
khusus, kartu ibu anak, KMS balita, kartu rumah dan regitrasi harian.
b. Pelaporan
1) Laporan bulanan terdiri dari :
a) LB 1 : data kesakitan
b) LB 2 : data obat-obatan
c) LB 3 : data gizi, KIA, imunisasi dan P2M
d) LB 4 : kegiatan puskesmas
2) Laporan tahunan terdiri dari :
a) LT 1 : data dasar puskesmas
b) LT 2 : data kepegawaian puskesmas
c) LT 3 : data peralatan termasuk pustu dan pusling
3) Laporan Khusus terdiri dari :
a) Laporan KLB
WB1 : KLB dengan rentang waktu kurang dari 24 jam
WB2 : KLB Mingguan
b) Laporan Sentinel
LB1s : Diare
LB2s : ISPA, UKK
4) Pengolahan
Dari data yang diperoleh puskesmas mengolahnya menjadi :
a) Pemantauan wilayang setempat
b) Distribusi penyakit dan kecenderungannya
c) Stratifikasi peskesmas
d) Pemanfaatan
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan
yang lebih tinggi dilakukan apabila:
a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik;
b. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/ atau ketenagaan.
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan
yang lebih rendah dilakukan apabila :
a. permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan
kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya;
b. kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik
dalam menangani pasien tersebut;
c. pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan
pelayanan jangka panjang; dan/atau
d. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.
Pelayanan Pelayanan
Kesehatan Kesehatan
tingkat 3, RS Rujukan horizontal tingkat 3, RS
Pelayanan Pelayanan
Kesehatan Kesehatan
tingkat 2 Rujukan horizontal
tingkat 2
RS kelas C, RS kelas C,
2.3 UKGS
2.3.1 Definisi UKGS
Usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS) adalah suatu upaya kesehatan
masyarakat yang ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan
mulut seluruh peserta didik di sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya
kesehatan perorangan berupa upaya kuratif bagi individu (peserta didik) yang
memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2012).
Pada pelaksanaannya, program dari UKGS di Indonesia hanya diberikan
pada murid-murid sekolah dasar yang mengutamakan kegiatan pencegahan penyaki
gigi dan mulut (preventif) . Keberhasilan program UKGS di sekolah tidak terlepas
dari peran serta guru, orang tua murid, dan murid sebagai sasaran. Serta penerapan
manajemen yang baik dalam pelaksanaanprogram UKGS dilapangan (Depkes,
2009)
b. Ulcus Decubitus
Ulcus dekubitus adalah suatu inflamasi (ulcus) yang disebabkan oleh trauma
atau iritasi tajam yang terjadi secara terus - menerus dan lama. Ulcus diartikan
sebagai defek lokal atau ekskavasi permukaan jaringan atau organ, yang lebih
dalam dari jaringan epitel. Ulcus dekubitus merupakan lesi oral yang sering
dijumpai. Penyebab ulkus dekubitus beragam, meliputi gigi yang patah atau
tajam, penggunaan instrumen dental yang tidak benar, makanan keras, benda
asing tajam, mukosa yang tergigit, dan iritasi. Anak-anak seringkali dijumpai
ulcus decubitus yang disebabkan akar gigi susu terdorong oleh gigi permanen
yang menyebabkan akar gigi susu keluar menembus gusi (Birnbaum dan Dunne,
2010).
b. Periodontitis
Periodontitis secara umum dapat diartikan sebagai inflamasi yang melibatkan
struktur jaringan pendukung gigi. Periodontitis dapat menyebabkan inflamasi yang
berlebihan dengan meningkatnya TNF-α, IL-6, IL-1 memasuki sirkulasi sistem.
Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi yang menyerang gingiva dan
jaringan pendukung gigi lainnya, jika tidak dilakukan perawatan yang tepat dapat
mengakibatkan kehilangan gigi. Akumulasi bakteri plak pada permukaan gigi
merupa kan penyebab utama penyakit periodontal.
Tanda awal dan persisten dari penyakit periodontal adalah kerusakan
jaringan ikat yang terbentuk dari protein ini yang diserang oleh protease yang
berasal dari bakteri atau hospes. Bakteri yang berhubungan dengan penyakit
periodontal dapat memproduksi berbagai enzim proteolitik yang ikut berperan pada
kerusakan jaringan, yaitu; kolagenase dari spesies Bacteroides, Actinobacillus
actinomycetemcomitans dan Spirochaeta. Pada subyek sakit produk kolagenase
pada leher gingiva yang inflamasi atau poket periodontal tentu berbeda dalam
aktifitas dan kadarnya pada leher gingival dan poket periodontal yang sehat
(Carranza dan Newman, 2011).