Anda di halaman 1dari 5

DOKTRIN ALLAH

Oleh: Tiopan Manihuruk

I. Kenapa perlu mengetahui doktrin ini?


1. Melalui pengenalanan akan Allah seseorang dapat masuk ke dalam hidup
kekal.(Yoh 17:3; 1Kor 2:14.
2. Dengan mengenal Allah kita dapat mengenal diri sendiri. Yes 6:5; Luk 8:8
3. Pengetahuan akan Allah membuat kita mengetahui dunia ini
4. Mengenal Allah merupakan jalan satu-satunya untuk hidup suci. Yer 9:23-24
5. Mengenal Allah membuat kita dan gereja menjadi kuat. Dan 11:32

II. Eksistensi/ Keberadaan Allah


Untuk mengetahui bahwa Allah ada atau tidak dan bagaimana keberadaannya
ada berbagai pendekatan yang dilakukan antara lain teologi natural (pengetahuan
yang antroposentris yang bergerak dari kemanusiaan sampai ke Allah, bersifat
perbandingan, berubah dan atau kesimpulan yang berbeda pada orang atau
kebudayaan tertentu dan dapat direisi); filsafat (pandangan orang tertentu dan tidak
bersifat absolut) dan teologi biblis.
Secara filsafat bukti-bukti tradisional eksistensi Allah dapat digolongkan ke
dalam empat jenis argumentasi:
1. The cosmological argument: setiap benda yang ada di dunia ini harus ada
penyebabnya. Karena itu alam semesta juga ada penyebabnya dan hal itu
adalah Allah
2. The theological argument: merupakan sub-kategori dari kosmologi argumen
yang menfokuskan pada harmoni, keteraturan dan rancang alam semesta.
Design alam ini memberikan bukti dan tujuan (telos/Yunani berarti ‘akhir’, ‘goal’
dan ‘tujuan’). Karena itu pastilah ada Allah yang menciptakan sedemikian rupa
dengan tujuan tertentu.
3. The ontological argument: diawali dengan ide akan Allah yang didefinisikan
sebagai yang lebih besar dari pada yang dapat dibayangkan. Karena itu ciri
yang sedemikian itu pasti dimiliki sebuah pribadi atau makhluk (such a being).
Ontological berarti being.
4. The Moral argument: dimulai dari rasa benar dan salah oleh manusia serta
keinginan untuk melaksanakan keadilan. Karena itu pastilah ada seorang Allah
sebagai sumber yang benar dan salah yang pada suatu hari akan mengadili
manusia.
Semua gambaran di atas ada benarnya, akan tetapi eksistensi Allah dinyatakan di
dalam wahyu-Nya, Alkitab. Orang Kristen menerima eksistensi Allah dengan iman,
tetapi bukanlah iman yang buta melainkan yang dibantu dengan bukti di dalam
Alkitab sebagai , Alkitab. Orang Kristen menerima eksistensi Allah dengan iman,
tetapi bukanlah iman yang buta melainkan yang dibantu dengan bukti di dalam
Alkitab sebagai , Alkitab. Orang Kristen menerima eksistensi Allah dengan iman,
tetapi bukanlah iman yang buta melainkan yang dibantu dengan bukti di dalam

1
Alkitab sebagai firman yang diwahyukan dan juga melalui wahyu Allah dalam alam
semesta. Jadi wahyu Allah merupakan dasar utama akan eksistensi Allah.
Ada banyak pihak atau aliran yang menolak eksistensi Allah misalnya ________
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
______________________
Alkitab tidak menyusun suatu teori untuk membuktikan keberadaan Allah yang
ada hanyalah pemberitahuan atas kesaksian atas keberadaan / kehadiran dan
pekerjaan-pekerjaan-Nya (Kej 1:1; Yoh 1:1-3). Sama seperti ada banyak hal dalam
dunia ini yang tidak perlu dibuktikan atau diperdebatkan keberadaannya, namun
keberadaannya tetap diterima dan dipercayai (misalnya tenaga atom, energi, dll),
demikianlah keberadaan Allah tetap diterima dan dipercayai. Sebagai contoh tanpa
bukti dan pengertian kita dapat percaya kepada sebuah pengumuman atau
pemberitahuan.

III. Beberapa Konsep dan Bukti Keberadaan Allah


1. Dalam pikiran dan kebudayaan serta agama manusia
Konsep Allah terdapat dalam setiap kebudayaan, pikiran dan agama manusia
(misalnya Jawa menyebutnya ‘Gusti’, Batak dengan sebutan ‘Debata Mula Jadi
Nabolon’) dengna penyebutan yang berbeda walau kebenarannya belum tentu
benar. Bd Rom1:9

2. Keberadaan alam semesta


Adanya alam semesta membuktikan bawa adanya kepastian asal-usul nya
atau yang menyebabkannya (pencipta) bd.Maz 19:2; Rom 1:19-20; Kis 17:25-
28

3. Wahyu dalam Alkitab


Alkitab sebagai ilham Allah adalah buku yang mencatat wahyu Allah tentang
diriNya sendiri, walau disadari bahwa Allah yang kita percayai lebih besar
daripada apa yang dicatat dalam Alkitab karena dibatas oleh bahasa dan
tulisan manusia, namun Allah yang kita percayai adalah Dia yang diilhamkan
dalam Alkitab. Alkitab menulis tentang keberadaan Allah: “ Aku adalah Aku”
(Kel 3:14) bd Allah hidup dari, untuk dan oleh sendiri (Yoh 5:26). Allah itu Roh
dan kekal adanya (Yoh 4:23-24) maka Dia melampaui waktu dan ruang sebab
waktu ada karena ada ruang dan ruang ada karena diciptakan oleh oknum
yang sebelumnya (Kej 1:1; Yoh 1:1-3)

4. Mengenal Allah dalam Diri Yesus Kristus


Mengenal Yesus berarti mengenal Allah Bapa (Yoh 14:7, 10-11; 1:18; 10:30;
Kol 2:2-3,9)

IV. Sifat Allah

2
Istilah ‘sifat’ adalah menurut pengertian manusia untuk lebih mengerti Allah walau
sebenarnya bahasa manusia juga terbatas sehingga tidak mungkin mampu
menentukan definisi tentang sifat Allah secara sempurna (1Kor 2:11, 1Kor 13:12). Di
satu sisi Allah juga memakai konsep manusia akan diriNya agar manusia dapat
mengenal Dia, misalnya cara antropomorfisme). bd Yes 59:1-2. Setiap sifat Allah
yang ada pada dirinya adalah Allah sendiri dan Allah diekspresikan sepenuhnya
dalam sifat-sifatNya tersebut. Untuk melihat sifat Allah kita dapat melihatnya dalam 3
segi:
1. Dari sifat manusia yang dapat dimengerti manusia itu sendiri. Bandingkan
manusia sebagai ‘imago deo’ (Kej 1:26-27). Dari manusia yang bersifat kasih
kita tahu Allah bersifat kasih, dari manusia yang mencari keadilan, kita tahu
bahwa Allah adalah adil dan benar.
2. Dari sifat ciptaan. Kita dapat merasakan kekuatan alam semesta, maka Allah
sang pencipta pastilah lebih besar kuasaNya bd. Roma 1:20
3. Dari catatan Alkitab

Sifat Allah dapat dibagi dalam 2 jenis, yakni:


1. Sifat yang dapat dikomunikasikan atau diberikan atau diteruskan kepada
makhluk ciptaaNya seperti kebijaksanaan, kebaikan, kebenaran, keadilan,
kasih, yaitu yang dapat menyatakan immanensi Allah (Allah tetap ada)
2. Sifat yang tidak dapat dikomunikasikan atau diteruskan, yaitu kesempurnaan
Allah yang tidak mempunyai kesamaan dalam diri manusia. Misalnya Allah
tidak dicipta, tidak berubah, maha tahu, kekal dan lain-lain, yaitu sifat yang
menekankan transendensi Allah.

V. Nama (sebutan) Allah

Sebenarnya Allah sendiri tidak memiliki nama, sehingga nama yang diucapkan
manusia akan Allah hanyalah sebatas sebutan menurut pengertian atau konsep
manusia (Kel 3:13-14). Memang penyebutan nama kepada Allah adalah degan sikap
hormat, pujian dan pengagungan, akan tetapi nama-nama yang kita berikan itu
belum tentu mewakili Allah sendiri. Jadi nama yang diberikan manusia
kepada/terhadap Allah tidak akan pernah mempengaruhi (menambah atau
mengurangi) eksistensi Allah. Misalnya ketika kita memberika suatu nama kepada
bunga yang kita sayangi, bukan berarti nama itu akan mempengaruhi keadaan,
keindahan dan keharuman bunga tersebut. Demikianlah Allah yang kaya itu
kepadaNya diberikan manusia banyak sebutan yang bukan berarti Allah lebih dari
pada satu dan hakekatNya tidak berubah.

A. Nama-nama Allah dalam bahasa Ibrani

3
1. Elohim (Kej 1:1) bentuk jamak dari kata ‘El’ (menurut tat bahasa Ibrani) yang
berarti ‘yang kuat dan berkuasa’

2. Yahweh (Yehovah)
Orang Yahudi pada dulunya menganggap sebutan ini terlalu suci sehingga
mereka menyebutkannya dengan ‘A’donai’ (Tuhanku), barulah pada zaman
modern nama itu disebut ‘Yehovah’. Nama Yahweh menitikberatkan
kedaulatan Allah atas umatNya, hubungan perjanjian yang dudah Ia adakan
dengan mereka dan pertolongan serta pemeliharaanNya bagi umat. Kata ini
sering dikaitkan dengan perasaan dan hal yang berdasarkan hubungan
khusus antara Tuhan dan umatNya. Sehingga dalam PL orang Yahudi
sering menggabungkn dengan nama Yahweh, kata penjelasan yang
mengatakan tindakan dan pertolongan Tuhan bagi mereka berdasarkan
hubungan khusus tersebut. Itulah sebabnya kemudian muncul ‘nama baru’
bagi Allah, mis: Yehovah Jireh (Kej.22:13-14) artinya Tuhan menyediakan,
Yehovah Rapha (Allah penyembuh/tabib) Kel.15:26; Yehovah Nissi (Tuhan
alamatku/ di bawah bendera-Nya mereka menang) Kel.17:5-15; Yehovah
Salom (Tuhan itu keselamatan) Hak.6:19-24; Yehovah Ra’ah (Tuhan
gembalaku) Yer.23:5-8; Yehovah Shamah (Allah tempat kediamanku atau
Tuhan hadir di situ) Yeh.48:35.
3. Nama-nama Allah yang lain yang menyatakan sifat Allah:
El-Shaddai (Allah maha kuasa) Kej.13:1; Ul.32:4,18,30.
Kadhosh (Allah maha kudus) Yes.5:16; 40:25. Kata ini mengandung dua
pengertian, yaitu: kesucian Allah tidak dapat dibandingkan dan selain
Allah yang kudus itu maka tidak ada pribadi lainyang suci. Bd.Yes.31:1;
30:11-12,15
Tsaddik (Allah adil, benar dan setia pada janji-Nya) Yes.40:10, 42:6.
Kanna (Allah yang cemburu) Kel.20:5; 34:14; Ul.5:9.
Yehovah Tseba’oth (Tuhan semesta alam) Yes.1:9; Mzm.46:7.
Tsur (Gunung batu: Allah maha kuasa, kekal, dan dapat disandari)
Ul.32:4,15,18-20; Mzm.28:1; Yes.44:8.

B. Nama-nama Allah dalam bahasa Yunani


1. Theos sama artinya dengan Elohim (Ibr). Dalam PB kata Theos sering
dipakai untuk Kristus.Yoh.20:28; Tit.2:13; 3:4.
2. Kurios sama artinya dengan A’donai. Nama ini dipakai untuk Allah Bapa,
Anak dan Roh Kudus. Dalam PB dipakai sekitar 600 x.
3. Despotis artinya Tuhan dengan titik besarnya tentang kedaulatan Allah.
Dalam PB hanya dipakai sebanyak 5 x(Lk.2:29; Kis.4:24; 2Ptr.2:1; Yud.4 dan
Why.6:10)
4. Hupsistos (maha tinggi) Lk.1:32,35,76; 2:14.
5. Pantokrator (maka kuasa) sama artinya dengan Shaddai. 2 Kor.6:10;
Why.1:8.

4
6. Basileus Ton Aionon (Raja atas segala raja atau Raja yang kekal).
1Tim.1:17; 6:15; Why.15:3; 19:16.

VI. Atribusi Allah


Atribusi adalah kualitas sifat Allah yang bersifat permanen atau hal-hal dasar
dari sifat Allah (misalnya kesucian Allah) yang tidak bisa didapatkan atau hilang dari
diri-Nya. Atribut ini dekat dan inheren dengan dimensi natur Allah karena itu tidak
dapat dipisahkan dari eksistensi Allah. Kata atribuasi hanya untuk menjelaskan
dasar kualitas Allah, kuasa Allah, unsur-unsur Allah dan hal-hal yang telah
diwahyukan oleh Dia melalui Alkitab. Beberapa atribusi Allah baik bersifat mutlak
dan relatif:
1. Spiritualitas: Allah adalah Roh (not composed of matter and not possess a
physical nature). Yoh.4:23-24; Yoh.1:18; 1 Tim.1:17; 6:15-16.
2. Personalitas : Allah mempunyai sebuah nama. Kel.3:14. Allah bekerja atau
beraktifitas.
3. Kehidupan : Allah itu hidup, Dia ditandai dengan sebuah kehidupan. Kel3:14;
Ibr.11:6.
4. Ketidakterbatasan (infinity): Allah itu tidak terbatas:
Dalam hal ruang (space): immensitas dan omnipresen. Imanensi Allah( He
is everywhere) dan transendensi Allah (He is not anywhere). Yer.23:23-24;
Mzm.139:7-13. Dia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Yes.44:6;
Why.1:8; what he is.
Pengertian-Nya yang tak terukur. Mzm.147:5; Ams.15:3.
Omnipotens, Allah yang mampu melakukan segala hal dengan kuasa-Nya.
Omnisiens, Allah yang mengetahui segala sesuatu.
5. Ketidakberubahan (constancy): Allah tidak berubah. Mzm.102:26-27; 33:11
yang menekankan pikiran Allah yang permanen. Bd.Mal.3:6; Yak.1:17. Aspek
lain dalam ketidakberubahan pikiran Allah juga dalam hal kualitas (tidak dapat
bertambah atau berkurang).
6. Kesempurnaan yang mutlak: Kebenaran Allah sebagai patokan atau prinsip
yang universal kapan dan dimanapun. Kasih Allah sebagai suatu dinamik dari
segala komunikasi perasaan, emosi. Kesucian Allah adalah kemurnian dalam
tujuan dan dalam diri sendiri. Ini juga sebagai atribusi moral Allah yang suci
(Kel.15:11; Yes.6:1-4;, benar (Mzm.19:7-9; Yer.9:24) dan adil.
7. Integritas: ada 3 dimensi integritas Allah, yaitu: Genuineness (being true)
Yer.10:10; Yoh.17:3; 1 Tes.1:9; 1Yoh.5:20;veracity(telling the truth). Allah
menyatakan apa adanya (1 Sam.15:29) dan Dia tidak pernah berdusta
(Tit.1:2); dan faithfullness (proving true), Allah membuktikan apa yang
diucapkan-Nya adalah benar dan Dia menggenapi semua jani-janji-Nya (1
Tes.5:24; 1 Kor.1:9; 2Kor.1:18-22; 2Tim.2:13; 1Ptr.4:19).

Anda mungkin juga menyukai