Anda di halaman 1dari 11

Jejak 8 (1) (2015): 1-88. DOI: 10.15294/jejak.v7i1.

JEJAK
Journal of Economics and Policy
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jejak

ANALISIS SISTEM PUSAT PELAYANAN PERMUKIMAN


DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2014
MG. Endang Sri Utari1 

Universitas Negeri Semarang, Indonesia


1

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15294/jejak.v7i1.

Received : 12 January 2015; Accepted: 3 january 2015; Published: March 2015

Abstract
Penilitan ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik Kota Yogyakarta dan mengetahui kecamatan – kecamatan sebagai pusat
pertumbuhan melalui kelengkapan fasilitas yang tersedia yang disesuaikan dengan pusat pertumbuhan kota yang terdapat dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Yogyakarta. Penelitian menggunakan populasi kecamatan di Kota Yogyakarta. Metode
pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi. Analisis yang digunakan adalah analisis skalogram. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa Kecamatan Umbulharjo dan Kecamatan Gondokusuman memiliki tingkat orde yang paling tinggi.
Kecamatan yang telah diproyeksikan sebagai pusat kota dalam RTRW Kota Yogyakarta tahun 2010 ternyata belum sesuai dengan hasil
analisis skalogram.

Keywords: Growth Center, The Region Facilities, Skalogram Analysis

Abstrak
The goal of this research are to determine the characteristics of the city of Yogyakarta and find out thesub-districts as centers of growth
through complete facilities available that are tailored to urban growth centers contained in the Spatial Plan (RTRW) of Yogyakarta.
The population of this research is sub-districts in the Yogyakarta City. The method of accumulating data used are documentation.
The analysis used are scalogram analysis. Based on the results of the research showed that the Umbulharjo and Gondokusuman have
the highest level of order. The Sub-district that has been projected as a center in the city of Yogyakarta in 2010 RTRW apparently not
in accordance with the results of the analysis scalogram.

Kata Kunci: pusat pertumbuhan, fasilitas daerah, analisis skalogram

How to Cite: . (2014). judul. JEJAK Journal of Economics and Policy, 8 (1): 1-88 doi: 10.15294jejak.v7i1.

© 2015 Semarang State University. All rights reserved


Corresponding author : ISSN 1979-715X
Address:
E-mail: maria.utari07@gmail.com
JEJAK Journal of Economics and Policy 8 (1) (2015): 1-88 63

PENDAHULUAN pembangunan dan pemberdayaan sosial.


(Srinivasu, 2013).
Kota merupakan pusat perdagangan,
Daerah perkotaan seperti Kota Yogya-
pusat industri, pusat pertumbuhan dan pu-
karta tentu dituntut kelengkapan berbagai
sat permukiman. Dengan demikian, terda-
fasilitas, prasarana, dan sarana untuk men-
pat transaksi antarberbagai kegiatan/sektor
dorong aktivitas perekonomian pada daerah
yang bernilai ekonomi. Selain itu, perlu di-
tersebut. Kota Yogyakarta telah kita keta-
tambah dengan kriteria bahwa konsentrasi
hui merupakan suatu wilayah regional yang
itu berfungsi melayani daerah belakangnya
menjadi daya tarik tersendiri bagi sesorang
(hinterland). Artinya, berbagai fasilitas yang
untuk melakukan perjalan ke wilayah terse-
ada di tempat itu, seperti tempat perdagan-
but. Kota Yogyakarta berkembang menjadi
gan, jasa, pendidikan, kesehatan, dan fasi-
suatu kota budaya, kota pelajar, dan kota
litas sosial lainnya, tidak hanya melayani /
pariwisata atas dasar daya tarik potensi yang
dimanfaatkan oleeh penduduk kota itu sen-
dimilikinya. Ketika suatu daratan yang luas
diri, tetapi juga melayani masyarakat yang
dan memiliki potensi khusus di daerahnya,
datang dari luar kota yang sering disebut
kemudian menjadikan wilayah daratan ter-
sebagai daerah belakangnya.
sebut menjadi pusat penyebaran penduduk
Pertumbuhan kota yang meningkat ti-
dan tumbuh menjadi sebuah kota. Pening-
dak bisa dihindari. Solusi pada masalah per-
katan mobilitas penduduk yang berada
kotaan sangat tergantung pada perencanaan
pada kota Yogyakarta tentu menjadi tugas
kota yang efektif mengenai pembangunan
pemerintah daerah untuk menerapkan stra-
infrastruktur dan manajemen. Perencanaan
tegi dan kebijakan dalam mengatur pen-
tersebut sebaiknya dapat memperhatikan
gembangan suatu wilayahnya.
pada masalah demografi, lingkungan, eko-
Dalam peraturan daerah Kota Yogya-
nomi, dan spasial sosial yang mempenga-
karta Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana
ruhi pengembangan dan lingkungan pada
Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta, arah
masyarakat perkotaan. (Asoka et al, 2013)
kebijakan penataan ruang wilayah kota Yo-
Kelengkapan suatu fasilitas perkotaan
ygakarta salah satunya adalah penetapan
akan menjadikan daerah tersebut sebagai
dan pengembangan hirarki sisem perkotaan
pusat permukiman penduduk. Permuki-
untuk pelayanan perkotaan dan pertum-
man adalah bagian dari lingkungan hidup
buhan ekonmi wilayah yang merata untuk
diluar kawasan lindung, baik berupa ka-
mendukung terlaksananya daerah sebagai
wasan perkotaan maupun perdesaan yang
Kota Pendidikan Berkualitas, Pariwisata
berfungsi sebagai daerah dimana penduduk
Berbasis Budaya, dan Pusat Pelayanan Jasa
terkonsentrasi dan hidup bersama dalam
yang berwawasan lingkungan. Salah satu
lingkungan tersebut guna mempertahan-
strategi yang ingin dicapai Kota Yigyakar-
kan, melangsungkan, dan mengembangkan
ta adalah mengembangkan pusat pertum-
hidupnya. Permukiman kota merupakan
buhan baru di kawasan yang ditetapkan
permukiman yang memiliki karakteristik
sebagai Kawasan Tumbuh Cepat Ekonomi.
yaitu wilayah tersebut didominasi oleh ling-
Terdapat tiga kawasan pusat kota yang te-
kungan terbangun (infrastruktur, bangunan
lah ditetapkan yakni di wilayah Kecamatan
dan fasilitas).
Danurejan, Kecamatan Geedongtengen,
Infrastruktur memainkan peran pen-
dan Kecamatan Gondomanan.
ting dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang memberikan kontribusi ter- Jumlah penduduk Kota Yogyakarta
hadap pengurangan kesenjangan ekonomi, pada hasil sensus penduduk tahun 2010
kemiskinan dan perampasan di suatu nega- adalah 388.627 jiwa. Komposisi perndu-
ra. Akses yang lebih besar dari masyarakat duk berdasarkan jenis kelamin adalah
miskin terhadap pendidikan dan pelayanan 48,67 % laki – laki dan 51,33 % perempu-
kesehatan, air dan sanitasi, jaringan jalan an. Jumlah penduduk Kota Yogyakarta
dan listrik dibutuhkan dalam pemerataan pada tahun 2013 sebanyak 402.679 jiwa
64 Mg. Endang Sri Utari, Analisis Sistem Pusat Pelayanan Permukiman di Kota Yogyakarta Tahun 2014

atau meningkat 2,21 persen dari tahun analisis skalogram.


sebelumnya yakni 394.012 jiwa pada ta-
METODE PENELITIAN
hun 2012. Dengan luas wilayah 32,50
km2 kepadatan penduduk Kota Yogya- Data yang digunakan dalam peneliti-
karta tahun 2013 sebesar 12.390 jiwa per an ini adalah data sekunder yang diperoleh
km2. Kepadatan penduduk dapat dihi- dari publikasi Kota Yogyakarta Dalam Ang-
ka Tahun 2014 oleh Badan dan Pusat Statis-
tung berdasarkan jumlah penduduk un-
tik Kota Yoyakarta. Data yang dikumpulkan
tuk setiap kilometer persegi, penduduk yaitu jumlah fasilitas yang tersedia dalam
yang paling padat berada di Kecamatan masing – masing kecamatan di Yoygakarta
Ngampilan, dan paling jarang pendu- (fasilitas pendidikan, kesehatan, rumah iba-
duknya ada di Kecamatan Umbulharjo dah, dan industri perekonoian). Sedangkan
yakni 9.984 jiwa per km2. metode yang digunakan untuk mengumpul-
Oleh karena peningkatan jumlah kan data adalah dengan metode dokumen-
penduduk yang mendiami Kota Yogyakarta tasi yang berkaitan dengan objek penelitian.
tersebut, tentu diperlukan pula peningka- Alat analisis yang digunakan dalam peneliti-
tan fasilitas yang tersedia di daerah sebagai an adalah analisis skalogram. Analisis skalo-
faktor pendorong pelayanan dan kegiatan gram adalah analisis yang digunakan untuk
aktivitas ekonomi. Masing – masing per- mengelompokkan satuan pemukiman ber-
mukiman penduduk kota Yogyakarta tentu dasarkan tingkat kompleksitas fungsi pela-
memiliki fasilitas yang berbeda – beda di yanan yang dimilikinya, serta menentukan
tiap kecamatannya. Permukiman yang me- jenis dan keragaman pelayanan dan fasilitas
miliki fasilitas terbaik akan menjadi pusat yang terdekat pada pusat – pusat pelayanan
pertumbuhan bagi wilayan yang memiliki dengan berbagai tingkatan.
tingkat fasilitas yang kurang sehingga me-
munculkan hierarki pada tiap kecamatan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hal ini sangat penting sebagai indikator da- Jumlah penduduk Kota Yogyakarta
lam merencanakan suatu wilayah sehingga pada tahun 2013 sebanyak 402.697 jiwa den-
diperlukan analisis sistem pusat pelayanan. gan rincian sebanyak 195.712 jiwa pendu-
Analisis sistem pusat pelayanan per- duk laki – laki dan 206.712 jiwa penduduk
mukiman Kota Yogyakarta dalam peneliti- perempuan. Dari jumlah tersebut secara
an ini melalui metode analisis skalogram. kewilayahan terkonsentrasi di dua Kecama-
Analisis skalogram merupakan alat untuk tan yakni Umbulharjo 76.743 orang dan Ke-
mengidentifikasi pusat pertumbuhan wila- camatan Gondokusuman sebanyak 45.293
yah berdasarkan fasilitas yang dimilikinya, orang. Sedangkan Kecamatan Ngampilan,
dengan demikian dapat ditentukan hierar- Gondomanan, dan Pakualaman merupakan
ki pusat – pusat pertumbuhan dan aktivitas tiga Kecamatan yang memiliki penduduk
pelayanan suatu wilayah. urutan terbawah yang memiliki penduduk
Berdasarkan hasil analisis skalogram paling sedikit masing – masing berjumlah
dari penelitian Nemati et al (2014) adanya 16.320 orang, 13.029 orang dan 9.316 orang.
kesenjangan pada pelayanan kesehatan di Rata – rata kepadatan penduduk Kota
provinsi Lorestan. Pengurangan kesenjan- Yogyakarta pada tahun 2013 sebesar 12.390
gan pelayanan kesehatan harus diperhati- jiwa per kilometer persegi. Kecamatan den-
kan karena wilayah yang terbelakang dika- gan kepadatan penduduk paling tinggi ada-
renakan kurangnya perencanaan program lah Ngampilan yaitu sebanyak 20.361 jiwa/
di wilayah tersebut. Berdasarkan pemapa- km, sedangkan yang memiliki kepadatan
ran latar belakang tersebut, akan menarik penduduk paling rendah yaiu Kecamatan
dalam menganalisis pusat pelayanan per- Umbulharjo 9.984 jiwa/km
mukiman Kota Yogyakarta pasca ditetap- Struktur Ruang Daerah bertujuan un-
kannya pusat perkotaan dalam peraturan tuk mengakomodasi fungsi sebagai Pusat
daerah sebelumnya dengan menggunakan Kegiatan Nasional (PKN) sebagaimana telah
JEJAK Journal of Economics and Policy 8 (1) (2015): 1-88 65

Tabel 1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
di Kota Yogyakarta
Kecamatan Luas (km2) Penduduk (org) Luas (km2)
(1) (2) (3) (4)
1. Mantrijeron 32.383 12.407
2,61
2. Kraton 1,40 17.874 12.767
3. Mergangsan 2,31 29.965 12.972
4. Umbulharjo 8,12 81.073 9.984
5. Kotagede 3,07 32.986 10.745
6. Gondokusuman 3,99 46.335 11.613
7. Danurejan 1,10 18.764 17.058
8. Pakualaman 0,63 9.533 15.132
9. Gondomanan 1,12 13.327 11.899
10. Ngampilan 0,82 16.696 20.361
11, Wirobrajan 1,76 25.411 14.438
0,96 17.583
12. Gedongtengen 18.316
1,70 23.992
13. Jetis 2,91
14.113
14. Tegalrejo 36.757 12.631
Sumber : Kota Yogyakarta Dalam Angka 2014
Tabel 2. Rencana Fungsi Pusat Permukiman Kota Yogyakarta
Pusat Permu- Skala Pelayanan
No. kiman (Keca- A B C D E F G H
Fungsi Kewenangan
matan)
1 Keraton Wisata Budaya/Sub Nasional,   X   X       X
Pusat Kota Provinsi, Kota
2 Mantrijeron Sub Pusat Kota Kecamatan   X X         X
3 Mergangsan Sub Pusat Kota Kecamatan   X X          
4 Umbulharjo Pusat Administrasi Kota   X X X   X X  
Kota
5 Kotagede Sub Pusat Kota Kecamatan   X   X X     X
6 Gondoku- Sub Pusat Kota Kecamatan   X X X   X X  
suman
7 Danurejan Pusat Kota Nasional, X X X     X    
Provinsi, Kota
8 Pakualaman Sub Pusat Kota Kecamatan   X           X
9 Gondomanan Pusat Kota Nasional,   X X X       X
Provinsi, Kota
10 Ngampilan Sub Pusat Kota Kecamatan   X X          
11 Gedongtengen Pusat Kota Nasional,   X X     X    
Provinsi, Kota
12 Wirobrajan Sub Pusat Kota Kecamatan   X X X        
13 Jetis Sub Pusat Kota Kecamatan   X X     X    
14 Tegal Rejo Sub Pusat Kota Kecamatan   X X          
Sumber : Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2010
Keterangan :
A. Pusat Administrasi Provinsi E. Pusat Produksi Pengolahan
B. Pusat Administrasi Kota/Kecamatan F. Pusat Perhubungan dan Kom.
C. Pusat Perdagangan, jasa & pemasaran G. Pusat Pendidikan
D. Pusat Pelayanan Sosial (Kesehatan, agama, dll) H. Pusat Kegiatan Pariwisata
66 Mg. Endang Sri Utari, Analisis Sistem Pusat Pelayanan Permukiman di Kota Yogyakarta Tahun 2014

ditetapkan dalam RTRW Nasional serta me- kin Tinggi nilai orde (orde I) maka semakin
laksanakan pengembangan dan pembaan- tinggi hierarki.
gunan daerah sebagaimana diamanatkan Analisis Skalogram pada umunya
dalam Rencana Pembangunan Jangka Pan- dipergunakan untuk menganalisis pusat-
jang Daerah (RPJPD) Kota Yogyakarta. pusat permukiman, kususnya hirarki atau
Untuk kepentingan perencanaan orde pusat-pusat permukiman. Analisis ini
maka wilayah harus dapat dibagi (parti- untuk memberikan gambaran adanya pen-
tioning) atau dikelompokan (grouping) ke gelompokkan permukiman sebagai pusat
dalam satu kesatuan agar bisa dibedakan pelayanan dengan mendasarkan pada ke-
dengan kesatuan lain. Begitupun untuk lengkapan fungsi pelayanannya. Fasilitas
konteks perwilayahan yang ada di Kota Yo- yang digunakan pada penilaian ini adalah
gyakarta diperlukan adanya suatu perenca- fasilitas yang mencirikan fungsi pelayanan
naan guna mengembangkan struktur ruang sosial dan ekonomi dengan kriteria obyek
kewilayahannya. Perencanaan merupakan tunggal dan terukur serta sedapatnya memi-
usaha menetapkan suatu tujuan dan me- liki karakteristik hirarkis atau berjengjang.
milih langkah – langkah yang diperlukan Tahapan pertama dalam analisis ini adalah
untuk mencapai tujuan tersebut. (Robinson memilih jenis fasilitas yang digunakan seba-
Tarigan:2005). gai variabel dalam matriks skalogram, be-
Oleh karena itu sesuai Peraturan Da- rikut ini adalah tabel jenis fasilitas di Kota
erah Kota Yogyakarta No. 2 Tahun 2010 Yogyakarta:
tentang rencana tata ruang wilayah kota Pada tabel 3, terdapat 24 jenis fasili-
Yogyakarta terdapat beberapa strategi pen- tas di Kota Yogyakarta yang telah dipilih,
gembangan yang hendak dilakukan. Salah seperti fasilitas pendidikan, fasilitas kese-
satunya adalah pengembangan struktur hatan, fasilitas peribadatan, industri dan
kota melalui pembangunan kawasan pusat perhotelan. Dapat dilihat bahwa kecama-
kota di wilayah Kecamatan Danurejan, Ke- tan yang memiliki jumlah fasilitas terting-
camatan Gedongtengen, dan Kecamatan gi adalah Kecamatan Umbulharjo dengan
Gondomanan. 507 fasilitas, dan kecamatan yang memiliki
Dalam penentuan hierarki pelayanan jumlah fasilitas terendah adalah Kecama-
fasilitas sarana dan prasarana di Kota Yo- tan Pakualaman dengan 74 fasilitas. Tahap
gyakarta dari orde yang didapat dari ana- selanjutnya dari analisis skalogram adalah
lisis skalogram. Perhitungan skalogram mengkonversi seluruh fasilitas yang ada ke
dijabarkan dalam tabel yang berisi fasilitas dalam angka (1) dan fasilitas yang tidak ada
fasilitas sarana & prasarana per kecamatan. ke dalam angka (0), kemudian menjumlah-
Adanya fasilitas sarana dan prasarana pada kanseluruh fasilitas berdasarkan baris dan
setiap kecamatan ditandai dengan angka “1” kolom,. Setelah itu menentukan total kesa-
sedangkan angka “0” menunjukkan keca- lahan (eror), lalu hitung persentasenya.
matan yang tidak memiliki fasilitas. Tabel Dalam menentukan jumlah orde
tersebut dijumlahkan secara horizontal dan menggunakan rumus sebagai berikut : 1 +
vertika, kemudian diurutkan dari angka ter- 3,3 log n, dengan n adalah jumlah kecama-
besar yang diletakkan paling atas dan paling tan. Maka dapat diperoleh hasil perhitun-
kiri. Setelah diurutkan maka nilai kesalahan gannya :
(error) dan hierarki dapat dicari. Kemu- Jumlah Orde = 1 + 3,3 Log n
dian mencari COR menggunakan rumus Jumlah Orde = 1 + 3,3 Log 14
COR (Coeffisien of Reproducibility)  yang Jumlah Orde = 1 + 3,3 (1,146)
berfungsi untuk pengujian kelayakan ska- Jumlah Orde = 1 + 3,7818
logram. Dalam hal ini koefisien dianggap Jumlah Orde = 4,7818 dibulatkan menjadi 5
layak apabila bernilai 0,9–1. Hierarki yang orde.
didapat menggunakan rumus dan perhi- Berdasarkan perhitungan di atas, di-
tungan menjelaskan banyaknya kelas atau dapatkan hasil 5 kelas (orde) pada Kota
orde fasilitas sarana dan prasarana. Sema- Yogyakarta. Sebelum menentukan urutan
Tabel 3. Data Jumlah Fasilitas pada masing – masing Kecamatan
67

PENDIDIKAN KESEHATAN
JUMLAH
NO KECAMATAN
PENDUDUK Puskes- Puskes- Pusk- Apo- Toko
TK SD SMP SMA SMK RSU RB Klinik
mas Ling esPem tek Obat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Mantrijeron 32.383 19 11 4 3 3 0 1 1 1 1 5 13 0
2 Kraton 17.874 12 5 2 0 1 0 1 1 0 0 0 5 0
3 Mergangsan 29.965 18 12 5 3 3 0 1 1 1 0 0 9 2
4 Umbulharjo 81.073 34 25 9 8 11 2 2 1 2 2 4 28 3
5 Kotagede 32.986 18 18 3 4 0 0 2 1 0 2 4 12 0
Gondoku-
6
suman 46.335 23 19 11 9 4 3 2 1 1 2 20 18 5
7 Danurejan 18.764 10 6 3 0 1 1 2 1 0 0 1 7 7
8 Pakulaman 9.533 8 4 1 0 0 0 1 1 0 1 3 4 1
JEJAK Journal of Economics and Policy 8 (1) (2015): 1-88

9 Gondomanan 13.327 6 9 2 4 1 1 1 1 0 0 2 3 7
10 Ngampilan 16.696 8 9 2 1 0 0 1 1 1 1 4 3 2
11 Wirobrajan 25.411 17 12 3 4 1 2 1 1 1 1 4 9 1
12 Gedongtengen 17.583 11 6 2 1 1 0 1 1 0 0 3 7 1
13 Jetis 23.992 16 18 7 4 4 0 1 1 0 1 6 10 1
14 Tegalrejo 36.757 14 15 4 4 2 0 1 1 2 1 2 8 0
JUMLAH   214 169 58 45 32 9 18 14 9 12 58 136 30
68

Tabel 4. Data Olahan Analisis Skalogram

JUMLAH PENDIDIKAN KESEHATAN


KECA-
NO PEN-
MATAN Puskes- Puskes- Pusk- Toko
DUDUK TK SD SMP SMA SMK RSU RB Klinik Apotek
mas Ling esPem Obat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Mantrijeron 32.383 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0
2 Kraton 17.874 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0
3 Mergangsan 29.965 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1
4 Umbulharjo 81.073 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 Kotagede 32.986 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0
Gondoku-
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
suman 46.335
7 Danurejan 18.764 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1
8 Pakulaman 9.533 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1
9 Gondomanan 13.327 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1
10 Ngampilan 16.696 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
11 Wirobrajan 25.411 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Gedongten-
12 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1
gen 17.583
13 Jetis 23.992 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
14 Tegalrejo 36.757 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0
JUMLAH   14 14 14 11 11 5 14 14 7 9 12 14 10
Mg. Endang Sri Utari, Analisis Sistem Pusat Pelayanan Permukiman di Kota Yogyakarta Tahun 2014
69

TEMPAT PERIBADATAN INDUSTRI HOTEL


JUM- ER- PRESEN-
KECAMATAN
Gereja Gereja Industri Industri Non ber- LAH ROR TASE
Masjid Musholla Pura Wihara Koperasi Bintang
Katolik Kristen Besar Sedang bintang
2 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Mantrijeron 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 19 2 7,45
Kraton 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 11 0 4,31
Mergangsan 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 18 0 7,06
Umbulharjo 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 22 2 8,63
Kotagede 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 16 1 6,27
Gondoku-
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 0 9,41
suman
Danurejan 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 17 2 6,67
JEJAK Journal of Economics and Policy 8 (1) (2015): 1-88

Pakulaman 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 15 0 5,88
Gondoman-
1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 20 1 7,84
an
Ngampilan 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 17 2 6,67
Wirobrajan 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 19 0 7,45
Gedongten-
1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 18 0 7,06
gen
Jetis 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 19 1 7,45
Tegalrejo 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 20 1 7,84
JUMLAH 14 14 6 12 1 5 4 13 14 10 13 255 12 100
70 Mg. Endang Sri Utari, Analisis Sistem Pusat Pelayanan Permukiman di Kota Yogyakarta Tahun 2014

orde kota, maka perlu diketahui range ma- COR=1-0,036


sing – masing orde. Perhitungan range orde COR=0,964
dilakukan sbb
Range=(Datatertinggi-dataterendah) Sehingga tingkat kesalahan analisis
jumlahorde ....(1) skalogram di atas adalah 0,0964 yang me-
nunjukan bahwa analisis skalogram Kota
Range=(24-11)/5 Yogyakarta dianggap sudah layak.Melalui
Range=2,6 hasil perhitungan, maka diperoleh hasil
analisis sebagai berikut:
Tabel 5. Range Orde
Perbandingan antara RTRW dan hasil
Range 2,6 analisis skalogram
Orde 1 ≥ 21,4 – 24 Melalui rencana RTRW yang telah
Orde 2 ≥ 18,8 – 21,3 ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kota
Orde 3 ≥ 16,2 – 18,7 Yogyakarta, telah ditetapkan 3 kelompok
pusat permukiman Kota Yogyakarta yaitu
Orde 4 ≥ 13,6 – 16,1
: Pusat Kota, Pusat Administrasi Kota dan
Orde 5 ≥ 11 – 13,5
Sub Pusat Kota. Sedangkan dalam analisis
Tahap terakhir dari analisis skalogram ada- skalogram terdapat 5 orde pembagian kelas.
lah perhitungan tingkat kesalahan yang bia- Dari hasil perbandingan tabel 7 da-
sa disebut COR (Coefficient Of Redductbili- pat diketahui bahwa perencanaan tata ru-
ty) dengan rumus : ang wilayah yang telah ditetapkan oleh
COR=1-(∑▒e)/NxK (2) Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta pada
tahun 2010 belum mengalami perubahan
Keterangan: e = jumlah kesalahan N = jum-
yang sesuai dengan harapan.Pada Kecama-
lah subyek/kota K = jumlah obyek/ fasilitas
tan Danurejan, Gondomanan, dan Gondo-
Dalam hal ini koefisien dianggap layak apa-
bila bernilai 0,9-1. Perhitungan COR Kota tengen diproyeksikan sebagai pusat Kota
Yogyakarta adalah sebagai berikut: menurut RTRW pada tahun 2010 tersebut
mengalami ketidaksesuaian dengan hasil
COR=1-(∑▒e)/NxK (3) analisis sklaogram, diperoleh bahwa justru
COR=1-12/(14 x 24) dari ketiga proyeksi daerah kecamatan ter-
COR=1 -12/336 sebut memiliki jumlah fasilitas yang tidak
Tabel 6. Hasil Analisis Skalogram
Jumlah Total Fasilitas
Kecamatan Presentase Orde / Hirarki
Penduduk (jiwa) Analisis Skalogram
32.383
1. Mantrijeron 19 7,45 II
17.874
2. Kraton 11 4,31 V
29.965
3. Mergangsan 18 7,06 III
81.073
4. Umbulharjo 22 8,63 I
32.986
5. Kotagede 16 6,27 IV
46.335
6. Gondokusuman 24 9,41 I
18.764
7. Danurejan 17 6,67 III
9.533
8. Pakualaman 15 5,88 IV
13.327
9. Gondomanan 20 7,84 II
16.696
10. Ngampilan 17 6,67 III
25.411
11, Wirobrajan 19 7,45 II
17.583
12. Gedongtengen 18 7,06 III
23.992
13. Jetis 19 7,45 II
36.757
14. Tegalrejo 20 7,84 II
JEJAK Journal of Economics and Policy 8 (1) (2015): 1-88 71

Tabel 7. Perbandingan kedua analisis tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut
Kecamatan Pengelompokan hirarki RTRW 2010 Hasil Analisis Skalogram
1. Mantrijeron Sub Pusat Kota II
2. Kraton Wisata Budaya/Sub Pusat Kota V
3. Mergangsan Sub Pusat Kota III
4. Umbulharjo Pusat Administrasi Kota I
5. Kotagede Sub Pusat Kota IV
6. Gondokusuman Sub Pusat Kota I
7. Danurejan Pusat Kota III
8. Pakualaman Sub Pusat Kota IV
9. Gondomanan Pusat Kota II
10. Ngampilan Sub Pusat Kota III
11, Wirobrajan Sub Pusat Kota II
12. Gedongtengen Pusat Kota III
13. Jetis Sub Pusat Kota II
14. Tegalrejo Sub Pusat Kota II

berada pada kelas yang paling atas. fasilitas yang ada di kota itu, walaupun ke-
Sebaliknya kecamatan yang memiliki mungkinan tidak ada interaksi antara usaha
jenis pelayanan fasilitas yang ada adalah Ke- – usaha tersebut.
camatan Umbulharjo dan Gondokusuman.
Kecamatan Umbulharjo memang merupa- SIMPULAN
kan Kecamatan dengan pusat administrasi Perencanaan Tata Ruang Wilayah
kota sedangkan pada kecamatan Gondoku- Kota Yogyakarta yang diteteapkan pada Pe-
suman yang berpredikat sebagai sub pusat raturan Pemerintah no 2 Tahun 2010 masih
kota justru memiliki kelengkapan fasilitas belum optimal pelaksanaannya. Kecamatan
yang lengkap. Gedongtengen, Gondomanan, dan Danure-
Kawasan Pusat Kota dapat dibagi ber- jan yang diproyeksikan menjadi pusat kota
dasarkan karakter kawasan dan kondisi ka- yang mampu menjadi lokasi pusat pertum-
wasan fisik alami dan wilayah administrasi buhan dengan memanfaatkan aspek fasili-
kota. Apabila ditinjau kembali menurut tas sehingga menjadi daya tarik masyarakat
teori growth pole tergambarkan bahwa Ke- untuk melakukan usaha atau kegiatan pere-
camatan Gedongtengen, Gondomanan dan konomian belum tepat.
Danurejan belum optimal menjadi pu- Pada hasil analisis skalogram den-
sat pertumbuhan yang secara fungsional gan meneliti banyaknya fasilitas yang ada
kecamatan tersebut menjadi suatu lokasi di Kota Yogyakarta, ternyata Kecamatan
konsentrasi kelompok usaha atau cabang Umbulharjo dan Gondokusuman memiliki
industri yang karena sifat hubungannya me- fasilitas yang lebih baik dibanding kecama-
miliki unsur – unsur kedinamisan sehingga tan – kecamatan lainnya meskipun keca-
mampu menstimulasi kehidupan ekono- matan tersebut bukan merupakan kecama-
mi baik ke dalam maupun ke luar (daerah tan yang diproyeksikan sebagai pusat kota.
belakangnya). Secara geografis, pusat per- Dengan begitu, kondisi aktivitas perekono-
tumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak mian dan pelayanan fasilitas di Kecamatan –
memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga kecamatan lain perlu ditingkatkan. Adapun
menjadi pusat daya tarik (place of attracti- saran penulis mengenai hasil evaluasi terse-
on) yang menyebabkan berbagai macam but adalah (1) Diperlukannya kajian ulang
usaha tertarik untuk berlokasi di situ dan untuk mengukur kesiapan pengembangan
masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang diperlukan pada Kecamatan
72 Mg. Endang Sri Utari, Analisis Sistem Pusat Pelayanan Permukiman di Kota Yogyakarta Tahun 2014

Gedongtengen, Gondomanan, dan Danu- Angka. BPS : Kota Yogyakarta.


rejan; (2) Diperlukannya pemetaan ulang Fita, Nofika. (2013). Analisis Pusat Permukiman di Ka-
bupaten Temanggung. Website : https://www.
untuk menentukan daerah atau lokasi baru academia.edu/9656112/ANALISIS_PUSAT_
sebagai rencana percepatan dan pertumbu- PERMUKIMAN_DI_KABUPATEN_TEMANG-
han wilayah kota di Kota Yogyakarta. GUNG diunduh pada tanggal 10 April 2015.
Nemati,Reza. et al. (2014). An Analysis of Disparities
DAFTAR PUSTAKA in Access to Health Care in Iran: Evience from
Lorestan Province. Global Journal of Helath
Ardila, Refika. (2012). Analisis Pengembangan Pusat
Science. Vol 6 No.5
Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Ban-
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta. Nomor 2 Tahun
jarnegara. Economics Development Analysis
2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Journal.1(2).
Kota Yogyakarta.Yogyakarta
Asoka, Gilbert W.N. et al. (2013). Effects of Population
Srinivasu, B. (2013). Infrastrukture Development and
Growth on Urban Infrastructure and Services:
Economic Growth: Prospects and Perpective.
A Case ofEastleigh Neighborhood Nairobi, Ke-
Journal of Bussinnes Management& Social
nya. Journal of Anthopology & Archaeology.
Scence Research. Vol. 2 No.1 Januari. 2013.
June 2013 pp. 41-56
Tarigan, Robinson. (2005). Perencanaan Pembangu-
Badan Pusat Statistik. (2014). Kota Yogyakarta Dalam
nan Wilayah (edisi.2). Jakarta : Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai